SATUAN 30S SATUAN 50S AMINOGLIKOSIDA : MAKROLIDA : - Streptomisin - Eritromisin - Gentamisin - Spiramisin - Neomisin - Klaritromisin - Kanamisin - Roksitromisin - Amikasin - Azitromisin - Sisomisin, dll TETRASIKLIN : KLORAMFENIKOL : -Tetrasiklin - Kloramfenikol - oksitetrasiklin - Tiamfenikol - Klortetrasiklin - Doksisiklin, dll STREPTOGRAMIN : - Quinupristin - Dalfopristin Kelompok antibiotik ini memiliki toksisitas selektif yang tinggi karena ribosom bakteri tdd subunit 50S dan 30S sedangkan ribosom manusia mmlk subunit 60S dan 40S Aminoglikosida dan tetrasiklin terikat pada subunit 30S, sedangkan kloramfenikol, makrolida dan streptogramin terikat pada subunit 50S ribosom Aminoglikosida dan makrolida umumnya digunakan sebagai obat pilihan kedua atau ketiga, penggunaannya digantikan oleh vankomisin, atau antibiotik beta laktam Streptomisin masih menjadi senyawa penting dalam terapi tuberkulosis (terutama yang tahap lanjut) atau infeksi lain yg berat, tapi kekurangan golongan aminoglikosida sistemik dpt menimbulkan efek samping nefrotoksik dan ototoksik Tetrasiklin aktif secara oral, mrpk antibiotik spektrum luas, tetapi resistensi bakteri yg meningkat serta efek sampingnya telah membatasi penggunaannya Kloramfenikol efektif melawan banyak organisme, tetapi efek samping serius (seperti anemia aplastis) telah membatasi penggunaannya TETRASIKLIN Golongan tetrasiklin terdiri dari : tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, demeklosiklin, metasiklin, doksisiklin, minosiklin Klortetrasiklin diisolasi dari Streptomyces aureofaciens, diisolasi thn 1948, sedangkan oksitetrasiklin diisolasi dari S.rimosus thn 1950 Tetrasiklin yg diperoleh dari dehalogenasi klortetrasiklin ditemukan thn 1953 Setelah thn 1960 zat induk tetrasiklin mulai dibuat secara sintetis seluruhnya, disusul oleh derivat oksi- dan klor-, serta senyawa long acting doksisiklin dan minosiklin Sifat kimia Tetrasiklin HCl larutannya bersifat asam Dapat berikatan dgn ion-ion logam bervalensi dua shg dpt mengganggu absorpsi dan aktivitasnya Semua tetrasiklin berwarna kuning, bersifat amfoter Penyimpanan di tempat panas dan lembab terutama adanya cahaya menyebabkan tetrasiklin mudah terurai. Produk penguraiannya epi- dan anhidrotetrasiklin bersifat sangat toksik bagi ginjal Sediaan tertasiklin yg sudah tersimpan lama dan berwarna kuning tua sampai coklat tidak boleh digunakan lagi Spektrum dan daya kerja Spektrum kerja : Luas
Aktif thd bakteri Gram positif maupun negatif
Juga aktif thd ricketsia, Chlamydia, Mycoplasma,
dan protozoa seperti amuba
Daya kerja : bakteriostatik
Mekanisme kerja
Tetrasiklin terikat pada subunit 30S ribosom dan
menghambat ikatan aminoasil tRNA sehingga protein non-fungsional terbentuk Farmakokinetik Setelah pemakaian oral tetrasiklin akan diabsorpsi dari usus 30% klortetrasiklin, 60-80% oksitetrasiklin & demeklosiklin , 90-100% doksisiklin & minosiklin Absorpsi terbaik terjadi di usus halus bagian atas tanpa ada makanan Adanya kation spt Ca2+, Mg2+, Fe2+ dan Al3+ dari susu dan antasid dapat mengganggu absorpsi Sekitar 30% senyawa dimetabolisme dan diekskresi baik melalui empedu maupun urin Waktu paruh : demeklo, oksi, dan tetrasiklin 8-10 jam, klortetrasiklin 5 jam, minosiklin 12-18 jam, doksisiklin 18-22 jam Distribusi terjadi ke seluruh organ dan jaringan kecuali jaringan lemak. Kemampuan melewati sawar darah otak kecil Dalam tulang tetrasiklin disimpan sbg kompleks dgn kalsium. Demikian pula pada gigi Indikasi Karena spektrum kerjanya luas, tetrasiklin dapat digunakan pada berbagai macam infeksi bakteri Tetapi meningkatnya resistensi pd berbagai galur bakteri dan efek samping selama penggunaannya, maka sekarang penggunaan sudah jauh berkurang Digunakan antara lain : infeksi saluran nafas, infeksi paru, infeksi saluran kemih, infeksi mata, bronkhitis, acne Dosis Rata-rata 15-30 mg/kg bb pada pemakaian oral, 5-15 mg/kg bb pada pemakaian parenteral Selang waktu pemberian 12 jam tidak boleh dilampaui Efek samping Gangguan saluran cerna : mual, muntah, diare, iritasi lokal sal.cerna. Pewarnaan dan displasia email pd gigi, sedangkan pada tulang menyebabkan deformitas atau hambatan pertumbuhan Toksisitas pd hati Toksisitas pd ginjal Trombosis vena pd pemakaian i.v Fotosensitisasi terutama pd orang berambut pirang Reaksi vestibular : pusing, vertigo, mual, muntah kontraindikasi Gangguan fungsi hati Gangguan fungsi ginjal Kehamilan setelah bulan keempat Anak-anak sampai usia 8 tahun KLORAMFENIKOL Kloramfenikol diisolasi pertamakali dari pembenihan Streptomyces venezulae pada tahun 1947 Disintesis murni tahun 1949 Merupakan antibiotik pertama yg disintesis dan diproduksi scr komersial Yg termasuk golongan kloramfenikol : kloramfenikol dan tiamfenikol Sifat kimia Kristal tidak berwarna, rasa sangat pahit (dibuat bentuk esternya seperti kloramfenikol palmitat utk menghilangkan rasa pahit dan meningkatkan kelarutan dalam air) Sangat larut dlm alkohol, sukar larut dlm air Kloramfenikol suksinat sangat larut dlm air, dihidrolisis dlm jaringan dgn melepaskan kloramfenikol bebas Spektrum kerja Luas Berkhasiat thd hampir semua bakteri Gram positif dan sejumlah bakteri Gram negatif Berkhasiat juga thd Spirokhaeta, Chlamydia trachomatis, dan Mycoplasma Tidak aktif thd Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter Daya kerja Bakteriostatik Dapat bekerja bakterisid thd Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, dan Haemophylus influenzae Mekanisme kerja
Menginhibisi sintesis protein dgn terikat secara
reversibel pada reseptor subunit 50S ribosom bakteri menghambat kerja peptidil transferase mengganggu penggabungan asam amino ke peptida yang baru dibentuk Farmakokinetik Diabsorpsi dgn cepat dr usus sekitar 90% Kloramfenikol palmitat (bentuk ester) akan dihidrolisis di usus menghasilkan kloramfenikol bebas Setelah diabsorpsi, kloramfenikol didistribusi luas ke semua jaringan dan cairan tubuh termasuk SSP dan cairan serebrospinal. Sekitar 30% terikat pd protein plasma Metabolisme di hati dgn konyugasi dgn asam glukuronat Ekskresi mll ginjal, bentuk glukuronida mll sekresi tubulus, bentuk kloramfenikolnya mll filtrasi glomerulus, sedikit diekskresi mll feses Dosis tdk perlu dikurangi pd insufisiensi ginjal, tapi pd insufisiensi hati perlu penyesuaian dosis Indikasi Karena toksisitasnya tinggi dan adanya obat lain yg lebih efektif, kloramfenikol hanya digunakan utk infeksi berikut : Salmonelosis (demam tifoid atau paratifoid) Infeksi oleh H.influenzae : meningitis, epiglotitis, atau pneumonia Serebritis, abses otak, atau meningitis yg belum jelas penyebabnya Salmonelosis (demam tifoid atau paratifoid) Dosis : dewasa 2-3 g/hari per oral, anak2 30-50 mg/kg bb/hari 14-21 hari Karena strain Salmonella sudah byk yg resisten maka sulfametoksazol-trimetoprim lebih byk digunakan
Serebritis, abses otak, atau meningitis yg belum jelas
penyebabnya Karena penetrasi kloramfenikol ke SSP sangat baik, maka kadang-kadang digunakan untuk berbagai infeksi otak dgn dosis 50 mg/kg bb/hari Infeksi oleh H.influenzae : meningitis, epiglotitis, atau pneumonia Dosis : 50-100 mg/kg bb/hari, per oral atau i.v selama 8-14 hari bergantung respon klinik. Sejak munculnya strain Haemophilus yg resisten maka seftriakson dan sefotaksim lebih banyak dipilih Dosis Dosis harian rata-rata 1,5-3 g/hari secara oral dlm dosis terbagi Dosis total tidak boleh melebihi 25 g Lama pengobatan tidak boleh lebih dari 2 minggu Pengobatan ulang dgn kloramfenikol jarang dilakukan Efek samping Grey syndrome Tjd pd bayi prematur dan bayi baru lahir yg diberi dosis berlebih kloramfenikol Ditandai dgn muntah, sianosis, perut bengkak, kolaps peredaran darah perifer dan sebagian berakhir dgn kematian Tjd krn fungsi hati dan ginjal blm maksimal Pada bayi dosis harian harus < 25 mg/kgbb/hari Reaksi Herxheimer-Jarisch Tjd akibat dosis kloramfenikol terlalu tinggi shg Salmonella mati dlm jml besar dan membebaskan endotoksin syok sirkulasi yg parah Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, diare Gangguan sumsum tulang (myelodepresi) yg tampak dlm bentuk : gangguan pembentukan eritrosit/leukopoiesis yg bergantung dosis dan reversibel, atau anemia aplastis, dpt timbul bbr minggu atau bulan yg tak tergantung dosis, ireversibel, dan jarang terjadi (1:40-50.000) tapi fatal dan mematikan
Karena efek samping diatas, maka kloramfenikol
hanya digunakan pd indikasi yg benar-benar perlu Kontraindikasi Kerusakan sumsum tulang Penyakit hati yg parah Insufisiensi ginjal Resistensi Timbul akibat adanya mutan pd populasi bakteri atau resistensi yg diperantarai plasmid yg menghasilkan kloramfenikol asetiltransferase yg dapat menginaktivasi kloramfenikol MAKROLIDA Yg termasuk makrolida : eritromisin, spiramisin, klaritromisin, roksitromisisn, azitromisin, diritromisin Senyawa ini didapat dari Steptomyces sp Secara struktural mengandung cincin makrosiklik, gula amino basa, dan gula netral Mmlk sifat glikosida Spektrum dan daya kerja Spektrum kerja Sempit
Bekerja thd bakteri Gram positif termasuk strain yg
resisten thd penisilin dan tetrasiklin
Daya kerja : bakteriostatik
Mekanisme kerja
Senyawa ini terikat secara reversibel pada unit 50S
ribosom, menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan dengan mempengaruhi translokasi Farmakokinetik Secara oral, absorpsinya baik, Makanan memperburuk absorpsinya Umumnya digunakan bentuk esternya spt eritromisin stearat Waktu paruh : eritromisin 2-3 jam, klaritromisin 4 jam, roksitromisin 11 jam, azitromisin 13 jam, diritromisin 44 jam Ikatan protein plasma bervariasi eritromisin 30%, klaritromisin 55%, roksitromisin 85%, azitromisin 7- 50%, diritromisin 22% Distribusi ke organ dan jaringan baik dgn kadar intrasel yg tinggi Metabolisme tjd di hati oleh sistem sitokrom P-450 mjd metabolit inaktif kecuali metabolit –OH dari klaritromisin yg masih memiliki aktivitas antibakteri Ekskresi melalui empedu dan feses, sebagian kecil melalui ginjal Indikasi Infeksi paru : mrpk obat pilihan pertama pd infeksi oleh Legionella pneumophila dan Mycoplasma pneumoniae Infeksi usus oleh Campylobacter jejuni Infeksi lain (sal.nafas, kulit, dll) khusus digunakan sbg pilihan kedua jika terdapat resistensi atau hipersensitif thd penisilin
Karena senyawa ini cenderung cepat membentuk
galur resisten, indikasi harus benar-benar dipilih dengan tepat Dosis Eritromisin anak-anak : 20-40 mg/kg bb/hari selama maksimal 7 hari Spiramisin anak-anak: 20-30 mg/kg bb/hari selama maksimal 7 hari Efek samping Umumnya ringan Bisa tjd gangguan sal.cerna dan reaksi hipersensitif Pada penderita insufisiensi ginjal yg diberi dosis berlebih akan tjd kehilangan pendengaran yg reversibel Dapat tjd gangguan fungsi hati yg tampak sbg peningkatan aktivitas enzim-enzim hati AMINOGLIKOSIDA Yang termasuk aminoglikosida : streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, spektinomisin Aminoglikosida adalah sekelompok antibiotika bakterisid yg berasal dari Streptomyces dan Micromonospora dgn sifat kimia, khasiat antimikroba, dan efek toksik yg relatif sama Aminoglikosida mmlk struktur yang tdd tri- atau tetrasakarida yg mengandung streptamin atau turunannya terutama 2-desoksitreptamin Spektrum dan daya kerja Spektrum kerja : Luas
Aktif thd Pseudomonas aeruginosa, Vibrio cholerae,
Mekanisme kerja Mekanisme kerja belum sepenuhnya diketahui Diduga senyawa ini terikat secara ireversibel pd unit 30S ribosom menyebabkan gangguan yg kompleks pd sintesis protein terjadi kesalahan baca pd proses translasi protein struktur dan protein enzim yg terbentuk salah dan menyebabkan kerusakan sel yang irreversibel Farmakokinetik Aminoglikosida diabsorpsi sangat sedikit atau tidak sama sekali dari saluran cerna, shg diberikan secara parenteral (i.m atau i.v) Setelah suntikan i.m aminoglikosida diabsorpsi dgn baik, memberikan konsentrasi puncak dlm darah sekitar 30-90 menit Sekitar 10% obat terikat protein plasma, waktu paruh serum 2-3 jam Ekskresi terutama melalui filtrasi glomerulus Indikasi Infeksi oleh bakteri enterik Gram negatif atau bila diduga ada sepsis Bakteremia atau endokarditis oleh Streptococcus faecalis atau bakteri Gram negatif lain dikombinasi dgn penisilin Tuberkulosis Gentamisin, tobramisin, dan amikasin mrpk aminoglikosida yg paling banyak digunakan saat ini Neomisin dan kanamisin sekarang sudah sangat dibatasi untuk penggunaan oral dan topikal Efek samping Semua aminoglikosida memiliki potensi ototoksik dan nefrotoksik Pada pasein dgn insufisiensi ginjal perlu penyesuaian dosis Pada dosis tinggi menyebabkan hambatan neuromuskular seperti efek kurare yg menyebabkan paralisis pernafasan Mekanisme resistensi Mikroba memproduksi enzim yang menginaktifkan aminoglikosida dengan adenilasi, asetilasi, atau fosforilasi Perubahan pd permukaan sel yang mempengaruhi penyerapan atau transpor aminoglikosida ke dalam sel, atau Protein reseptor pada subunit 30S ribosom mungkin hilang atau berubah akibat mutasi kromosom Streptomisin Diisolasi oleh Waksman dari Streptomyces griseus thn 1944 Karena pembentukan resistensi yg cepat, walaupun pd awalnya senyawa ini spektrumnya luas tapi skrg hny diindikasikan pd : Infeksi mikobakteria lanjut, penyebaran milier, meningitis, atau infeksi berat pd organ-organ dalam kombinasi dgn antibakteri lain Infeksi non-TB seperti pes, tularemia, bruselosis, endokarditis serta bakteremia oleh bakteri aerob Gram negatif seperti Pseudomonas dlm kombinasi streptomisin + penisilin Neomisin dan paromomisin Neomisin diisolasi dari Streptomyces fradiae oleh Waksman thn 1949 Aktif thd bakteri Gram positif, negatif, dan mikobakteria. Pseudomonas dan Streptococcus umumnya resisten Neomisin B digunakan untuk pengobatan lokal infeksi kulit, mukosa, telinga, mata. Digunakan juga untuk mengurangi flora usus (misalnya sebelum operasi atau pd penderita sirosis hati untuk menekan pembentukan amoniak di usus) Karena ototoksisitas dan nefrotoksisitasnya yg tinggi maka penggunaan scr parenteral kontraindikasi Paromomisin indikasinya sama dgn neomisin, selain itu digunakan juga untuk amebiasis Kanamisin Kanamisin diperoleh dari kultur Streptomyces kanamyceticus oleh Umezawa thn 1957 Kerja antibakteri kanamisin sebanding dengan neomisin Kanamisin hanya digunakan lokal pd mata Sekarang menjadi obat pilihan lini kedua untuk TB- MDR Amikasin Amikasin mrpk produk turunan parsial kanamisin Senyawa ini masih bekerja pada mikroba yg sudah resisten thd aminoglikosida lainnya Terutama digunakan pada infeksi oleh Pseudomonas aeruginosa dan Proteus yg tidak peka gentamisin Gentamisin Gentamisin diperoleh dari Micromonospora purpurea Efektif thd bakteri Gram negatif dan positif seperti Staphylococcus dan Coliform. Indikasi : infeksi saluran urin yg resisten antibiotik lain, bersama dgn antibiotik beta laktam (azlosilin, piperasilin) digunakan pada infeksi yg parah spt sepsis, endokarditis, osteomielitis Scr topikal dlm bentuk krim, salep, larutan untuk luka bakar yg terinfeksi, luka atau lesi kulit dan pencegahan infeksi pd kateter i.v ES : sama dgn aminoglikosida lain dgn derajat lebih ringan Tobramisin, netilmisin, sisomisin Tobramisin diisolasi dari S. tenebrarius, struktur mirip kanamisin. Indikasi : infeksi oleh Pseudomonas, dan masih aktif pd mikroba resisten gentamisin Netilmisin ditemukan thn 1983, memiliki sifat g sama dgn gentamisin dan tobramisin, namun netilmiisn tidak diinaktifkan oleh bakteri yg resisten gentamisin dan tobramisin Sisomisin diisolasi dari kultur Micromonospora inyoensis, secara kimia mirip gentamisin, digunakan untuk infeksi bakteri Gram negatif Spektinomisin Diperoleh dari kultur Streptomyces spectabili. Berkhasiat thd bakteri Gram negatif Indikasi : gonorhoea pd pasien alergi penisilin. Hanya sekali suntikan sekitar 90% pasien sembuh Diberikan scr parenteral, dosis untuk wanita 4 g i.m, pria 2 g i.m ES : nyeri lokal, kadang terjadi sakit kepala, pusing, mual, eksantema, gangguan fungsi ginjal STREPTOGRAMIN Streptogramin seperti quinupristin dan dalfopristin merupakan obat baru yg aktif melawan bakteri Gram positif Obat ini hanya digunakan untuk infeksi serius yg resisten thd obat lain misalnya : Staphylococcus aureus yg resisten metisilin (MRSA)