Anda di halaman 1dari 9

FARMAKOLOGI

ANTIBAKTERI GOLONGAN TETRASIKLIN

Disusun Oleh :
Anjas Nur Baskoro (151650009)
Devi Anggita (151650010)
Ersa Mayora (151650020)
Ika Yulianti (151650009)
Nadia Nur Azis (151650009)
Salma Lailatul Hida (151650009)

DIII FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
KHARISMA PERSADA
Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang, Tangerang Selatan
2016
TETRASIKLIN
(TETRASIKLIN dan DOSISIKLIN)

A. Asal dan Kimia Tetrasiklin


Antbiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan ialah
klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian
ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tertasiklin sendiri
dibuat secara semi sintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari
spesies Streptomyces lain.
(UIN) Tetrasiklin adalah sekelompok obat yang memiliki karakteristik
fisik yang berbeda, tetapi memiliki sifat anti mikroba yang nyaris identik dan
anggota-anggotanya memiliki resistensi-silang sempurna. Semua tetrasiklin
mudah diserap dari saluran cerna dan didistribusikan secar luas ke jaringan-
jariangan, tetapi sulit memasuki serebrospinal. Sebagian juga dapat diberikan
secara intra vena atau intra muskular. Mereka diekskresikan dalam feses dan
kedalam empedu dan urin dalam laju yang bervariasi. Pada pemberian
Tetrasiklin HCL 2 gram/hari per oral, kadar dalam darah akan mencapai 8
g/mL. Minosiklin dan doksisiklin lebih lambat diekskresikan sehingga
diberikan dengan interval yang lebih panjang.
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk
garam natrium atau garam HCL nya mudah larut. Dalam keadaan kering,
relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat stabil sehingga
dapat berkurang potensinya.
Struktur kimia golongan tetrasiklin dapat dilihat pada Gambar 1.1
(gambar)
Tigesiklin adalah suatu antibiotika dari golongan baru yaitu glisilsiklin.

Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada
ribosomnya.Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic
kedalam ribosom bakteri garam-negatif, pertama secara difusi pasif melalui

2
kanal hidrofilik, kedua melalui system transport aktif.Setelah masuk
antibiotik berikatan secara reversible dengan ribosom 30S dan mencegah
ikatan tRNA-amino asil pada komplek nRNA-ribosom.Hal tersebut
mencegah perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh dan berakibat
terhentinya sintesis protein.

Efek Antimikroba
Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat
bakteriostatik. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat
ini.
Spektrum antimikroba. Tetrasiklin memperlihatkan spektrum
antibakteri luas yang meliputi kuman Garam-positif dan negatif, aerobik dan
an-areobik. Selain itu, ia juga aktif terhadap spiroket, mikoplasma, niketsia,
klamida, ligionela, dan protozoa tertentu.
Spektrum golongan tetrasiklin umumnya sama sebab mekanisme
kerjanya sama namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-
masing derivat terhadap kuman tertentu.
Tetrasiklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam
pengobatan infeksi batang Garam-positif seperti B. anthracis,
erysipeloyhrixrhusiopha-tee, klostridium tetani dan listeria monocytogenes.
Kebanyakan strain N. gonorrhoeae sensitive terhadap tetrasiklin, tetapi
N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap
tetrasiklin.
Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang garam-negatif seperti
Brucella, Rancisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas
pseudomallei, Vibrio colerae, Campilobacter fetus, Haemophilus ducreyi dan
Calimatobacterium granulomatis, Yersimia pestis, Pasteurella multocida,
Spirillum minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinobacter dan
Fusobacterium.Strain tertentu H. influenza mungkin sensitive, tetapi E. coli,
Klebsiella, Enterobacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya
resisten.

3
Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi
Micoplasma pneumoniae, Ureaplasma urealyticum, Chlamydia trachomatis,
Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu obat ini juga aktif
terhadap Burrelia recurrentis, Treponema pallidum, Treponema pertunue,
Actinomices israelii. Dalam kadar tinggi antibiotik ini menghambat
pertumbuhan Entamoeba hystolytica.
Tigesiklin berspektrum luas dan efektif untuk menghambat kuman
Ecoli, Efaecalis, S. agalactiaea, S. aminosus, S. tyogenes, B. fragilis, E.
cloacae, C. freeundii, S. aureus (termasuk galur yang resisten terhadap
metisilin-MRSA).
Obat ini di indikasikan untuk infeksi kulit dan infeksi intra-abdominal
dengan penyulit yang di sebabkan oleh kuman-kuman tersebut diatas.
Resistensi. Beberapa spesies kuman, terutama streptokokus beta
hemolitikus, E. coli, Pseudomonas aeuruginosa, S. pneunomimae, N.
gonorrhoeae, Bacteroides, Sigella dan S. aureus makin meningkat
resistensinya terhadap tetrasiklin. Mekanisme resistensi yang terpenting
adalah di produksinya protein pompa yang akan mengeluarkan obat dari
dalam sel bakteri. Protein ini dikode dalam plasmid dan dipindahkan dari satu
bakteri ke bakteri lain melalui proses transduksi atau konjugasi. Resistensi
terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua
tetrasiklin lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi S. aureus dan
doksisiklin pada resistensi B. fragilis.

B. ADME Tetrasiklin
1. Absorpsi
Kira-kira 30-80% tetrasiklin diserap lewat saluran cerna doksisiklin.
Dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorbsi ini yang sebagian besar
berlangsung di lambung dan usus halus bagian atas. Berbagai faktor dapat
menghambat penyerapan tetrasiklin seperti adanya makanan dalam
lambung (kecuali minosiklin dan doksisiklin) pH tinggi, pembentukan
kelat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti

4
kation Ca2+, Mg2+, Fe2+, Al3+, yang terdapat dalam susu dan antacid). Oleh
sebab itu sebaiknya tetrasiklin diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan.
Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik absorbsinya dari
sediaan tetrasiklin biasa.
2. Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma
dalam jumlah yang bervariasi.
Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin
tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2.0-2.5 g/mL.
Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufisiensi ginjal
sehingga obat ini boleh diberikan pada gagal ginjal.
Dalam cairan serebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya
10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari
adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup
baik. Obat golongan ini ditimbun dalam system retikuloendotelial di hati,
limpa dan sumsum tulang, serta di dentin dan email gigi yang belum
bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri, dan terdapat dalam
air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan
tetrasiklin lainnya, daya penetrasi doksisiklin dan minosiklin ke jaringan
lebih baik.
3. Metabolisme
Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati.
Doksisiklin dan minosiklin mengalami metabolisme di hati yang cukup
berarti sehingga aman diberikan pada pasien gagal ginjal.
4. Ekskresi
Golongan tetrasiklin dieksresi melalui urin berdasarkan filtrasi
glomerulus. Pada pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin
diekskresi melalaui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke
dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar serum. Sebagaian besar obat
yang diekskresi kedalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohefatik;
maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi

5
dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau ganggaun faal
hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak
diserap dieksresi oleh tinja.
Antibiotik golongan tetrasiklin yang diberi per oral dibagi menjadi 3
golongan berdasarka sifat farmakokinetikya: (1) Tetrasiklin,
Klortetrasiklin dan Oksitetresiklin. Absorpsi kelompok tetrasiklin ini tidak
lengkap dengan masa paruh 6-12 jam, (2) Demetilklortetrasiklin.
Absorpsinya lebih baik dan masa paruhnya kira-kira 16 jam sehingga
cukup diberikan 150 mg per oral tiap 6 jam, (3) Doksisiklin dan
Minosiklin. Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20 jam.
Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100 mg sehari.

C. Macam-Macam dan Dosis Obat Tetrasiklin


Tabel 1. 1 Macam-Macam obat beserta sediaan dari Tetrasiklin

DOSIS UNTUK ORANG


DERIVAT BENTUK SEDIAAN
DEWASA
(TURUNAN)
Kapsul atau tablet 250 dan Oral, 4 kali 250-500mg/hari.
Tetrasiklin
500 mg. Parenteral 300 IM mg sehari yang
Bubuk obat suntik IM 100 dibagi dalam 2-3 dosis, dosis atau
dan 200 mg/vial. 250-500 mg IV diulang 2-4 kali
Bubuk obat suntik IV 250 sehari.
dan 500mg/vial. Parenteral, untuk pemberian IM
Salep kulit 3% 15-25 mg/kbBB/hari sebagai
Salep atau obat tetes mata dosis tunggal atau dibagi dalam
1% (tetrasiklin HCL dan 2-3 dosis dan IV 20-30
tetrasiklin kompleks fosfat mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3
untuk oral tersedia dengan dosis.
ukuran yang sama dosis).
Klortetrasiklin Kapsul 250 mg Lihat tetrasiklin
Salep kulit 3%
Salep mata 1%

6
Oksitetrasiklin Kapsul 250 mg dan 500 mg. Oral, 4 kali 250-500 mg/hari
Larutan obat suntik IV 250 Parenteral, 100 mg IM, diulangi
dan 100 mg/ampul 2 ml dan 2-3 sehari 500-1000 mg/hari IV
500 mg/vial 10 ml. (250 mg bubuk dilarutkan dalam
Bubuk obat suntik IV 250 100 mg larutan garam faal atau
mg. dekstrosa 5%).
Salep kulit 3% Parenteral, 15-25 mg/kgBB/hari,
Salep mata 1% IM dibagi dalam 2 dosis dan 10-
20 mg/kgBB/hari IV dibagi
dalam 2 dosis.
Demeklosiklin Kapsul atau tablet 150 dan Oral, 4 kali 150 mg atau 2 kali
300 mg. 300 mg/hari.
Sirup 75 mg/5 ml liter
Doksisiklin Kapsul atau tablet 100 mg, Oral, dosis awal 200 mg,
tablet 50 mg. selanjutnya 100-200 mg/hari.
Sirup 10 mg/ml
Minosiklin Kapsul 100 mg Oral, dosis awal 200 mg,
dilanjutkan 2 kali sehari 100
mg/hari.
Tigesiklin Vial 50 mg atau vial 100 mg Infus 100 mg IV dalam waktu 30-
60 menit. Dosis pemeliharaan 50
mg/12 jam selama 5-14 hari.

D. Efek Samping
Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian tetrasiklin dapat
dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif
serta reaksi yang timbul akibat perubahan biologik.
- Reaksi kepekaan
Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin
ialah erupsi mobiliformis, urtikaria dan dermatitis eksploliatif. Reaksi yang
lebih hebat adalah edema angioneorotik dan reaksi anavilaksis. Demam
dan eusinofilia dapat pula terjadi pada waktu terapi berlangsung.
Sensitisasi silang antara berbagai derivat tetrasiklin sering terjadi.

7
- Reaksi toksik dan iritatif
Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasikli per oral,
terutama dengan oksitetrasiklin dan doksisiklin. Makin besar dosis yang
diberikan, makin sering terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi dengan
mengurangi dosis untun sementara waktu atau memberikan golongan
tetrasiklin bersama dengan makanan, tetapi jangan dengan susu atau
antacid yang mengandung alumunium, magnesium atau kalsium. Diae
sering kali timbul akibat iritasi dan harus dibedakan dengan diare akibat
superinfeksi stafilokokus atau clostridium difficile yang sangat berbahaya.
Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis
pada pemberian I.V dan rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin
disuntikan I.M tanpa anastetik local.
Terapi dalam waktu lama dapat menimbulkan kelainan darah tepi
seperti leukositosis, lomfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan
trombositopenia.
Reaksi fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin, tetapi paling
sering timbul pada pemberian dimetilklortetrasiklin.Manifestasinya berupa
fotosensifitas, kadang-kadang disertai demam dan eosinophilia.Pigmentasi
kuku dan onikolosis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.
Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan tetrasiklin
dosis tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi setelah
pemberian parenteral. Sifat hepatotoksik oksitetrasiklin dan tetrasiklin
lemah dibandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wanita hamil atau
masa nifas dengan pielonefritis atau gangguan fungsi atau gangguan ginjal
lain cenderung menderita kerusakan hati akibat pemerian golongan
tetrasiklin karena itu tetrasiklin jangan diberikan pada wanita hamil
kecuali bila tidak ada terapi pilihan lain. Kecuali doksisiklin, golongan
tetrasiklin bersifat kumulatif dalam tubuh, karena itu dikontra indikasikan
pada gagal ginjal. Efek samping yang paling sering timbul biasanya berupa
azotemia, hiperfosfatemia dan penurunan berat badan.ss.

8
(EF: UIN) Tetrasiklin menyebabkan keluhan gastrointestinal (mual,
muntah, diare) dalam derajat yang berfariasi, ruam kulit, lesi pada
membran mukosa, dan demam pada banyak pasien, khususnya jika
diberikan dalam jangka waktu lama dan dalam dosis tinggi. Pertumbuhan
ragi yang tak terkendali pada membrane mukosa anus dan vagina selama
pemberian tetrasiklin memnyebabkan peradangan dan proritus.
Pertumbuhan organisme dalam rongga yang berlebihan dapat
menyebabkan enterokolitis.
Tetrasiklin ditimbun dalam stuktur tulang dan gigi, khususnya pada
janin dan selama 6 tahun pertama kehidupan. Perubahan warna dan
fluoresensi gigi terjadi pada neonates jika tetrasiklin diberikan secara
berkepanjangan pada perempuan hamil. Kerusakan hati dapat terjadi.
Minosiklin dapat menyababkan gangguan nyata pada sistem Vestibular.

Anda mungkin juga menyukai