Anda di halaman 1dari 22

RINGER LACTATE (RL)

Indikasi : penambah volume darah (secara temporer), dan mengganti kehilangan cairan
dan elektrolit

Dosis : takaran pemakaian disesuaikan dengan kebutuhan kondisi penderita secara


individual

Kontra indikasi : lactacid acidosis, tidak digunakan untuk menimbulkan emesis.

Efek samping : hypernatremia, pemberian berlebihan dapat menyebabkan hipokalemia

Farmakokinetik : Ringer laktat dapat menginduksi diuresis, tergantung dengan kondisi


klinis pasien. Ringer laktat juga memiliki efek alkali, dimana ion laktat akan
dimetabolisme menjadi karbon dioksida dan air yang membutuhkan kation hidrogen
dalam prosesnya.

Absorpsi : Absorpsi ringer laktat berlangsung secara langsung dan sistemik.


Bioavailabilitas komponen aktif larutan RL adalah 100%. Waktu paruh intravaskular
cairan kristaloid rata-rata dalam 20‒30 menit.

Distribusi : Distribusi ringer laktat terdapat pada kompartemen ekstraseluler, terutama


volume intravaskular.

Metabolisme : Natrium laktat di dalam larutan ringer laktat merupakan agen alkalisasi
yang dimetabolisme lambat. Laktat di dalam tubuh dipecah menjadi bikarbonat dan air
melalui aktivitas oksidasi seluler. Dalam kondisi normal, proses ini membutuhkan
waktu 1-2 jam. Bikarbonat kemudian akan bereaksi dengan asam menjadi
karbondioksida dan air.

Eliminasi : Ekskresi kalsium, kalium, dan natrium terutama melalui ginjal


GASTRUL (MISOPROSTOL 200 mcg)

Indikasi : Mencegah tukak lambung uang disebabkan oleh NSAID pada pasien
beresiko tinggi terkena komplikasi tukak lambung, umpama orang tua dan pasien yang
menderita komplikasi dengan penyakit yang melemahkan, serta pasien yang beresiko
tinggi mendapat penyakit tukak lambung.

Dosis : 4x sehari bersama dengan makanan

Kontra indikasi : dikarenakan sifat : abortifacient ( sifat menyebabkan keguguran),


misoprostol dikontraindikasikan pada wanita hamil, wanita yang sedang menjalani
pengobatan dengan misoprostol diintruksikan untuk tidak hamil

Misoprostol tidak boleh digunakan pada wanita yang berpotensi untuk hamil kecuali
apabila si wanita memerlukan memerlukan pengobatan dengan NSAID atau beresiko
tinggi terhadap berkembangnya tukak lambung.

Misoprostol tidal boleh diberikan pada riwayat alergi terhadap prostaglandin.

Efek samping : diare, nyeri abdeomen, mual dan muntah, sakit kepala.

Interaksi obat : Penggunaan Gastrul dengan obat antasida yang mengandung


magnesium dapat memperberat diare.

Peringatan : Sebelum mengonsumsi obat ini, sebaiknya informasikan dokter jika Anda
punya riwayat alergi. Obat ini mungkin memiliki zat tambahan yang dapat memicu
reaksi alergi

• Beri tahu juga dokter jika Anda memiliki riwayat gangguan pencernaan dan
atau penyakit jantung
• Informasikan ke dokter jika Anda dalam sedang hamil atau menyusui
• Gastrul memiliki kategori kehamilan X, hindari penggunaan obat ini apabila
Anda sedang hamil atau sedang merencanakan kehamilan
• Obat ini dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, kontraksi
berlebih, dan pendarahan abnormal pada ibu hamil serta kecacatan pada
janin
• Gunakan kontrasepsi yang efektif untuk menghindari kehamilan selama
terapi. Tetap gunakan kontrasepsi setidaknya 1 bulan setelah terapi berakhir
• Informasikan dokter jika Anda akan menggunakan Gastrul bersama dengan
obat lain, baik kimia maupun herbal
• Jangan menggunakan Gastrul melebihi dosis yang dianjurkan

Farmakokinetik :

Rute oral : Penggunaan misoprostol per oral umumnya sangat cepat dan hampir
seluruhnya diabsorpsi pada traktus gastrointestinal. Obat akan mengalami de-
esterifikasi secara cepat menjadi asam bebas yang aktif. Ikatan protein plasma asam
misoprostol adalah di bawah 90% dan obat ini bersifat concentration-independent.

Level plasma pada penggunaan misoprostol 400 ìg secara cepat meningkat dan
mencapai puncak (Tmax) sekitar 30 menit dan berkurang secara cepat juga selama 120
menit. Konsentrasi puncak misoprostol rute oral adalah 287,6 pg/mL. Konsentrasi
maksimum misoprostol dalam plasma akan berkurang ketika obat diberikan bersamaan
dengan makanan.

Misoprostol akan diekskresi dalam bentuk metabolit asam dinor dan tetranor
kebanyakan melalui urin dan sedikit dalam feses. Selain itu, misoprostol juga
diekskresi melalui air susu ibu (ASI) pada ibu yang menyusui dalam waktu 1 jam
sebesar 7,6 pg/mL setelah pemberian obat dan akan berkurang < 1 pg/mL dalam waktu
5 jam setelah pemberian obat.[1-3]

Rute Vagina : Penggunaan misoprostol per vagina telah ditemukan lebih efektif
dibandingkan per oral untuk abortus dengan indikasi medis. Setelah pemberian melalui
rute vagina, konsentrasi misoprostol dalam plasma akan meningkat secara gradual
sampai mencapai level maksimum dalam waktu 70 – 80 menit dan masih terdeteksi di
plasma selama 6 jam. Konsentrasi puncak plasma misoprostol per vagina lebih rendah
dibandingkan per oral, yaitu 125,2 pg/mL. Akan tetapi, area under the curve (AUC)
lebih tinggi pada pemberian per vagina, sehingga misoprostol per vagina lebih
disarankan pada indikasi aborsi medis dibandingkan per oral.[1-3]

Rute Sublingual : Misoprostol tablet dapat larut ketika diberikan di bawah lidah selama
20 menit. Konsentrasi plasma tertinggi misoprostol rute sublingual dapat dicapai dalam
30 menit. Konsentrasi puncak misoprostol rute sublingual merupakan yang tertinggi
dibandingkan pemberian rute lainnya, yaitu sebesar 574,8 pg/mL. Misoprostol tablet
rute sublingual memiliki onset aksi yang hampir mirip dengan rute oral dan lebih cepat
dibandingkan dengan rute vagina. Hal ini dikarenakan cepatnya absorpsi obat melalui
mukosa sublingual dan metabolisme obat yang tidak melewati metabolisme di hati.
Area under the curve (AUC) misoprostol rute sublingual ditemukan hampir sama
dengan rute oral, yaitu 54% dan 58%.

Rute Bukal : Misoprostol rute bukal merupakan pemberian obat yang diberikan
diantara bagian gigi dan pipi untuk diabsorpsi oleh mukosa bukal. Level misoprostol
pada plasma mencapai puncak selama kurang lebih 75 menit, menyerupai Tmax rute
vagina. Akan tetapi, AUC rute bukal hanya setengah dari rute vagina.

Rute Rektal : Rute rektal umumnya memiliki rerata Tmax sekitar 40–65 menit. Area
under the curve (AUC) misoprostol rute rektal ditemukan hanya 1/3 dibandingkan
dengan rute vagina
CALCIUM LACTAT

Indikasi : suplemen untuk membantu memenuhi kebutuhan kalsium

Dosis : 325–650 mg dua sampai tiga kali sehari untuk dewasa dan 400–500 mg/kg/hari
untuk bayi dan anak-anak.

Kontra indikasi : penderita dengan pengobatan glikosida jantung

Efek samping : hiperkalsemia dapat menyebabkan bradikardi, aritmia jantung, lemas,


nyeri otot dan sendi, mual dan muntah

Interaksi obat : Memperbesar efek digitalis ( memperbesar kemungkinan intoksikasi


digitalis, , mengurangi absorbsi tetrasiklin, menambah sekresi gastrin dan asam
lambung

Farmakokinetika :

Absorpsi : Kalsium karbonat dapat diabsorpsi maksimal pada dosis 500 mg.
Bioavailabilitas oral bergantung dari pH usus, ada atau tidaknya makanan, dan dosis
kalsium karbonat.

Distribusi : Kalsium didistribusikan secara cepat dan diserap oleh jaringan tulang
setelah diabsorpsi. Selain itu, kalsium juga didistribusikan ke cairan ekstraselular.
Tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 1% sisanya didistribusikan merata antara
cairan intraselular dan ekstraselular. Sebanyak 45% kalsium karbonat akan terikat
dengan protein dalam darah.

Metabolisme : Kalsium karbonat tidak dimetabolisme dalam tubuh dan langsung siap
untuk dieliminasi, baik melalui feses, urine, maupun keringat.

Eliminasi : Kalsium karbonat paling banyak dieliminasi melalui feses (80%). Kalsium
yang disaring pada ginjal akan direabsorpsi di lengkung Henle asenden serta tubulus
kontortus proksimal dan distal kemudian diekskresikan pada urine. Selain itu, kalsium
karbonat juga akan diekskresikan melalui kelenjar keringat dalam jumlah yang kecil
TRAMADOL

Indikasi : untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan

Dosis : dewasa dan anak diatas 16 tahun

Dosis umum : dosis tunggsl 50 mg. dosis tersebut untuk meredakan nyeri, apabila
masih terasa nyeri dapat ditambahkan 10 mg setelah selang waktu 30-60 menit

Dosis maksimum : 400 mg sehari. Dosis yang tergantung pada intensitas nyeri ysng
diderita. Penderita gangguan hatui dan ginjal dengan “bersihkan klirens” <30 ml/mnt :
50-100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg sehari

Konttra indikasi : penderita ketergantungan obat dan opium, penderita hipersensitive


terhadap tramadol

Efek samping : pusing, sedasi lelah, sakit kepala, mual, muntah, dan dispepsia

Interaksi obat : efek analgesik dan sedasi tramadol ditingkatkan pada penggunaan
bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP seperti hipnotik

Farmakikinetik : waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi plasma


maksimum (t max ), konsentrasi plasma maksimum (C max ), t½ dan waktu tinggal
rata-rata (MRT) juga dihitung dari data observasi. Konsentrasi urin dari metabolit
tramadol, M1 dan M2 dan total volume urin digunakan untuk menghitung jumlah total
masing-masing yang diekskresikan dalam 10 jam.

ASAM TRANEXAMAT

Indikasi : perdarahan abnormal sesudah operasi secara umum, edema angioneurotik


herediter, perdarahan sesudah operasi gigi, pada penderita haemofilia

Dosis : Sehari 250-500 mg disuntikkan secara intravena atau intramuskular, dibagi


dalam 1-2 dosis
Kontra indikasi : pasiej yang menerima terapi trombin, pasien dengan riwayat
hipersensitivitas

Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, , diare, gatal, dan kemerahan

Interaksi obat : trombin, hemokoagulasi,, batroxobin

Farmakikinetik : Pada wanita hamil dan menyusui, tramadol dapat melintasi plasenta
dan tidak merugikan janin bila digunakan jauh sebelum partus, hanya 0,1% yang masuk
dalam air susu ibu, meskipun demikian tramadol tidak dianjurkan selama masa
kehamilan dan laktasi. Walau memiliki sifat adiksi ringan, namun dalam praktek
ternyata resikonya praktis nihil, sehingga tidak termasuk dalam daftar narkotika
dikebanyakan negara termasuk Indonesia.

Setelah pemakaian secara oral seperti dalam bentuk kapsul atau tablet, tramadol akan
muncul di dalam plasma selama 15 sampai 45 menit, mempunyai onset setelah 1
jamyang mencapai konsentrasi plasma pada mean selama 2 jam. Absolute oral
bioavailabilitytramadol kira-kira sebesar 68% setelah satu dosis dan kemudian
meningkat menjadi 90 hingga 100% pada banyak pemakaian (multiple administration).

Tramadol mengalami metabolismehepatik, secara cepat dapat diserap pada traktus


gastrointestinal, 20% mengalami first-pass metabolismdi dalam hati dengan hampir
85% dosis oral yang metabolisir pada relawan muda yang sehat. Hanya 1 metabolit, O-
demethyl tramadol, yang secara farmakologis aktif. Mean elimination half-lifedari
tramadol setelah pemakaian secara oral atau pemakaian secara intravenayakni 5 hingga
6 jam. Hampir 90% dari suatu dosis oral diekskresi melalui ginjal. Elimination half-
lifemeningkat sekitar dua kali lipat pada pasien yang mengalami gangguan fungsi
hepatic atau renal.

Farmakodinamik : Tramadol mempunyai 2 mekanisme yang berbeda pada manajemen


nyeri yang keduanya bekerja secara sinergis yaitu : agonis opioid yang lemah dan
penghambatpengambilan kembali monoamine neurotransmitter.5Tramadol
mempunyai bioavailabilitas 70% sampai 90% pada pemberian peroral, serta dengan
pemberian dua kali sehari dapat mengendalikan nyeri secara efektif.6Tramadol
mempunyai efek merugikan yang paling lazim dalam penggunaan pada waktu yang
singkat dan biasanya hanya pada awal penggunaannya saja yaitu pusing, mual, sedasi,
mulut kering, berkeringat dengan insidensi berkisar antara 2,5 sampai 6,5%

OXYTOCYN

Indikasi : induksi persalinan, menstimulasi kontraksi uterus pasca seksio sesarea,


penanganan aktif kala 3 persalinan, atonia uteri atau perdarahan post partum. Induksi
pada abortus

Dosis : induksi atau mempercepat persalinan : berikan 2,5-5 uksitosin dalam 500 ml
cairan kristaloid, lalu mulai infus dengan 8 tetes/menit. Tiap 30 menit tambahkan 4
tete/menit hingga dpsis optimal untuk his adekuat tercapai. Dosis maks :20 mU/menit

Atoni uteri : berikan 20-4- menit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/ RL
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan NaCI 0,9%/RL dengan kecepatan 40ntetes/menithingga
pebdarahan berhenti.

Kontra indikasi : induksi persalinan pada kasus dimana persalinan pervaginam


merupakan kontraindikasi misalnya (tali pusat menumbung, plasenta previa totalis,
vasa previa), disproporsi sefalopelvik, malposisi atau malpresentasi janin, induksi pada
persalinan dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya, gawat janin, toksemia berat,
uterus hipertonik.

Efek samping : mual dan muntah, hipotensi, aritmia jantung, distress janin, intoksikasi
air karena pemberian infus yang terlalu cepat, ruptur uteri

Interaksi obat : meningkatkan efek prostaglandin. Merangsang efek hipotensi bila


digunakan bersama anestesi inhalasi. Meningkatkan vasekontriktor dan obat
aimmpatomimetik interval QT
Farmkaokinetik : Oksitosin dapat diberikan secara intramuskular. Dimana dalam
distribusinyaadalahtidak terikat pada protein plasma. Di eliminasi oleh hati dan ginjal.
Waktu paruh oksitosinhanya 5 menit sehingga dengan menghentikan pemberiannya
akansegera menurunkankadarnya dalam plasma dan efeknya terhadap kontraksi
uterusturun dengan cepat pula

Farmakodinamik : Oksitosin:Bekerja melalui reseptor protein G dan fosfoinositol


kalsium dan sistemsecondmessenger untuk mengkontraksikan otot polos uterus. Selain
itu jugamenstimulasi prostaglandin dan leuketrien untuk augmentasi kontraksi uterus.
Efek dari oksitosin adalah terhadap frekuensi dan kekuatan kontraksi uterus. Efek
lainnyadidapat pada mioepitel payudara.

METHYLKERGOMETRINE MALEAT

Indikasi : penanganan aktif pada tahap kelahiran, perdarahan uterin yang terjadi setelah
pemisahan plasenta, uterin atony, perdarahan uterine disebabkan bedah caesar,
perdarahan uterine karene aborsi

Dosis :

Kontraindikasi : tahap pertama dan kedua kelahiran bayi sebelum munculnya kepala,
inersia utrine primer dan sekunder, hipertensi, toksemia, penyakit pembuluh darah
oklusif, kerusakan fungsi hati atau ginjal

Efek samping : mual, muntah, sakit kepala, vertigo, tekanan darah naik

Interaksi obat : mempertinggi efek vasokontriksi dari simpatomimetik

Farmakokikinetik : Studi farmakokinetik pada pemberian metilergometrin secara IV


telah menunjukkan bahwa metilergometrin didistribusikan dengan cepat dari plasma
ke jaringan perifer dalam waktu 2 sampai 3 menit atau kurang. Dengan injeksi
intramuskular, metilergometrin memiliki bioavailabilitas 78%.7. Hingga saat ini belum
ada penelitian terdahulu yang menilai kontraksi uterus dengan menggunakan LAS pada
pemberian metilergometrin maleat secara IM atau IV yang dikombinasikan dengan
oksitosin drip. Penelitian sebelumnya menilai efek oksitosin dan metilergometrin
maleat pada kontraksi uterus yang ditunjukkan dengan mengukur jumlah perdarahan
pascapersalinan.

CEFAZOLIN

Indikasi : mengobati infeksi bakteri danmencegah infeksi bakteri sebelum dan pasca
operasi

Dosis : Dewasa: 0,25–1,5 gram, tiap 6–8 jam. Dosis maksimal 12 gram per hari.

Anak usia di atas 1 bulan: 25–50 mg/kgBB per hari, terbagi dalam 3–4 kali pemberian.
Dosis maksimal 100 mg/kgBB per hari

Kontra indikasi :

Efek samping : Bengkak, kemerahan, atau nyeri di area bekas suntikan, Sakit kepala,
Mual atau muntah, Diare, idak nafsu makan

Interaksi obat : Cefazolin dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat


hipersensitivitas terhadap golongan sefalosporin. Pasien dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap antibiotik beta laktam juga sebaiknya tidak diberikan
cefazolin

Peningkatan risiko terjadinya memar atau perdarahan jika digunakan dengan


antikoagulan, seperti warfarin, Penurunan efektivitas natrium picosulfat, vaksin BCG,
atau vaksin tifoid

Peningkatan risiko terjadinya gangguan fungsi ginjal jika digunakan dengan obat
golongan aminoglikosida, polymyxin B, ciclosporin, tacrolimus, atau diuretik

Peningkatan kadar cefazolin dalam darah jika digunakan bersama probenecid Untuk
mencegah terjadinya efek interaksi yang tidak diinginkan, konsultasikan dengan dokter
sebelum menggunakan cefazolin bersama obat-obat lain.
Farmakokinetik : Cefazolin diberikan secara injeksi intravena atau intramuskular. Obat
ini beredar dalam darah dengan ikatan bersama protein plasma. Sebagian besar
cefazolin tidak akan dimetabolisme di dalam tubuh melainkan langsung diekskresikan
melalui urine.

Absorpsi : Cefazolin tidak diserap dengan baik melalui saluran cerna, sehingga
diberikan secara injeksi. Waktu untuk mencapai kadar tertinggi di plasma melalui
injeksi intramuskular adalah 1–2 jam.

Distribusi : Dalam darah, cefazolin berikatan dengan protein plasma, yaitu sekitar 85%
dari total obat yang beredar dalam darah. Cefazolin terdistribusi hampir ke seluruh
jaringan dan cairan tubuh termasuk vesika felea, hepar, renal, tulang, miokardium,
sputum, cairan empedu, perikardium, pleura, dan cairan sinovial.

Konsentrasi cefazolin dalam urine lebih tinggi daripada dalam serum. Cefazolin dapat
menembus sawar darah otak dalam jumlah yang sangat kecil. Cefazolin tidak mencapai
kadar terapeutik dalam cairan serebrospinal.

Cefazolin dapat masuk dalam ASI dalam jumlah yang kecil dengan rasio kadar dalam
susu berbanding plasma adalah 0,02.

Cefazolin dapat menembus sawar darah plasenta, serta masuk ke tulang, cairan
peritoneum, pleura, dan cairan sinovial. Cefazolin terdistribusi ke dalam cairan sinovial
dan mencapai kadar yang kurang lebih sama dengan kadar serum dalam 4 jam setelah
administrasi.

Metabolisme : Sebagian besar cefazolin tidak dimetabolisme (langsung diekskresikan).


Sebagian kecil cefazolin dimetabolisme di hepar.

Eliminasi : Cefazolin diekskresikan melalui urine, yakni 80–100% dalam bentuk utuh
dan tidak dimetabolisme. Dalam 6 jam pertama, 60% obat akan diekskresikan melalui
urine. Persentase ini naik menjadi 70–80% dalam 24 jam. Waktu paruh cefazolin adalah
1,8 jam bila diberikan secara intravena dan 2 jam bila diberikan secara intramuskular.
Resistansi : Terdapat resistansi bakteri terhadap cefazolin, yakni bakteri yang
menghasilkan beta laktamase dan enzim hidrolisis. Semua methicillin-resistant
Staphylococci diketahui resistan terhadap cefazolin. Bakteri lain yang resistan
cefazolin adalah Enterobacter cloacae, Morganella morganii, Providencia rettgeri,
Serratia, Pseudomonas, Mima, Herellea, dan strain bakteri Proteus dengan indol positif
seperti Proteus vulgaris.

KETOPROFEN SUPP

Indikasi : Nyeri dan radang pada penyakit reumatik yang ringan dan gangguan otot
skelet lainnya, setelah pembedahan ortopedik; gout akut; dismenorea.

Dosis :

Kapsul CR (controlled released): 1 kapsul 200 mg diberikan 1 x sehari

Injeksi: untuk nyeri : 25-50 mg tiap 6-8 jam.

Suppositoria: 1 suppdiberikan 2x sehari.

Kontra indikasi : Hati-hati pada pasien dengan riwayat meningitis aseptik, SLEP gagal
jantung atau retensi cairan, hipertensi, Gangguan hati dan ginjal. Anak dan lansia.
Kehamilan (trimester 1 dan 2), laktasi. Tidak untukjangka panjang

Efek samping : Nyeri pada tempat injeksi, iritasi rektum pada pemberian suppositoria,
perdarahan dan ulserasi saluran cerna, retensi cairan, sakit kepala, vertigo,
gangguan fungsi hati dan ginjal, reaksi alergi.

Interaksi obat : Meningkatkan kadar lithium dan methotrexate. Peningkatan risiko


perdarahan saluran cerna dan perforasi dengan pemberian bersama OAINS
lain, kortikosteroid, SSRI, & antikoagulan.
Farmakokinetik : terdiri dari aspek absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi
obat.

Absorbsi : Ketoprofen dapat diabsorbsi dengan cepat dan baik melalui saluran
pencernaan, dengan bioavaibilitas sekitar 90% dan kadar plasma puncak dicapai dalam
waktu 0,5-2 jam (immediate release), 6-7 jam (puasa dan extended release), 9 jam
(tidak puasa dan extended release), dan 1 jam (per rektal). Penggunaan ketoprofen
bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi tingkat penyerapannya, namun tidak
mempengaruhi bioavaibilitasnya.

Asupan makanan dapat menurunkan Cmax sekitar setengahnya dan meningkatkan


waktu rata-rata untuk mencapai konsentrasi puncak (tmax) dari 1,2 jam untuk subjek
yang puasa (kisaran 0,5-3 jam) menjadi 2 jam untuk subjek yang diberi makan (kisaran
0,75-3 jam). Fluktuasi puncak plasma juga dapat dipengaruhi oleh perubahan sirkadian
dalam proses penyerapan.[2,5]

Distribusi : Ketoprofen didistribusikan ke dalam cairan sinovial dan sistem saraf pusat.
Sekitar >99% ketoprofen terikat pada protein plasma (albumin) dengan volume
distribusi sekitar 0,1 L/ kg. Ketoprofen dalam melewati plasenta dan masuk dalam ASI.

Metabolisme : Ketoprofen dimetabolisme secara cepat dan ekstensif di hepar, terutama


melalui konjugasi glukuronida untuk membentuk acyl-glucuronide yang tidak stabil.
Tidak diketahui adanya metabolit aktif yang teridentifikasi setelah proses metabolisme
ketoprofen.

Bagian asam glukuronat dapat diubah kembali menjadi senyawa induk, sehingga
metabolit berfungsi sebagai reservoir potensial untuk obat induk dan berperan penting
pada populasi dengan insufisiensi ginjal, di mana konjugat dapat terakumulasi dalam
serum dan mengalami dekonjugasi kembali ke obat induk.[2,5,8]
Eliminasi : Selama 24 jam, ketoprofen dieliminasi melalui urin (50-90%) dan feses (1-
8%) melalui feses sebagai konjugat glukoronida dengan waktu paruh eliminasi sediaan
immediate release sekitar 2-4 jam dan sediaan extended release sekitar 3-7,5 jam.

KETOROLAC

Indikasi : Penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat
setelah prosedur bedah.

Dosis :

Oral: 1 0 mg setiap 4-6 jam (lansia setiap 6-8jam). Maksimal 40 mg/hari.


Injeksi i.m atau i.v. : injeksi iv diberikan dalam waktu tidak kurang dari 1 5 detik.
Dosis awal 10 mg, kemudian 10-30 mg setiap 4-6 jam apabila diperlukan.
Dosis maksimal 90 mg sehari (Pasien lansia, gangguan fungsi ginjal dan BB
< 50 kg maksimal 60 mg /hari). Lama pengobatan maksimal 2 hari. Gunakan
dosis efektif terendah dan sesingkat mungkin.

Efek samping obat : Edema, hipertensi, pruritus, ruam, gangguan gastrointestinal (nyeri
abdomen, dispepsia, mual, diare), purpura, mengantuk, pusing, berkeringat,
nyeri pada tempat injeksi, reaksi hipersensitif, gangguan ginjal.

Kontra indikasi : Riwayat hipersensitivitas terhadap ketorolac atau OAINS lain. Ulkus
peptikum aktif atau perdarahan gastrointestinal, penyakit ginjal sedang
sampai berat, penyakit serebrovaskular, kehamijan trimester 3, perdarahan,
gangguanjantung berat.

Interaksi obat : Dapat meningkatkan risiko perdarahan dengan kortikosteroid oral,


SSRI, dan antiplatelet lainnya. Dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal dengan
ACE
inhibitor, angiotensin II receptor blocker (ARB), cyclosporine, dan diuretik. Dapat
mengurangi efek ACE inhibitor, ARB , diuretik, atau beta-blocker. Peningkatan
risiko kejang dengan obat antiepilepsi (misalnya phenytoin, carbamazepine).
Farmakokinetik :

Absorpsi : Ketorolac yang diberikan melalui jalur intramuskular diabsorpsi seluruhnya


dengan cepat. Pemberian ketorolac per oral tidak diabsorpsi sempurna, dengan
bioavailabilitas sekitar 80 hingga 100%. Makanan dapat memengaruhi kecepatan
absorpsi ketorolac, tetapi tidak mengurangi bioavailabilitasnya.

Ketorolac intranasal memiliki bioavailabilitas sebesar 60% bila dibandingkan dengan


pemberian intramuskular. Puncak konsentrasi pemberian intranasal tercapai setelah 45
menit. Adanya rhinitis alergi tidak memengaruhi bioavailabilitas ketorolac intranasal.

Pada konsumsi oral, onset ketorolac berkisar antara 30 hingga 60 menit. Dengan
puncak analgesik antara 1,5 hingga 4 jam. Sedangkan pada jalur intramuskular,
memiliki onset dalam 10 menit dengan puncak efek analgesik antara 75 hingga 150
menit.

Metabolisme : Ketorolac mengalami metabolisme di hati melalui proses hidroksilasi


dan konjugasi dengan asam glukuronat. Metabolisme ketorolac dibagi menjadi dua
fase. Enzim yang terlibat dalam metabolisme fase I adalah CYP2C8 dan CYP2C9.
Sedangkan, pada metabolisme fase II, enzim yang terlibat adalah UDP-
glucuronosyltransferase (UGT). Ketorolac memiliki waktu paruh 4-6 jam pada orang
dewasa dan 3,8-6,1 jam pada anak-anak.

Distribusi : Ketorolac yang masuk ke dalam tubuh tidak didistribusikan dengan


sempurna. Ketorolac tidak dapat menembus sawar darah otak dengan baik, tetapi dapat
mencapai plasenta dan air susu ibu. Sedangkan untuk sediaan intranasal, sebagian besar
ketorolac akan tersimpan di ruang hidung dan faring. Sebanyak <20% tersimpan di
esofagus dan lambung, sementara <0,5% tersimpan di paru-paru.
Eliminasi : Ketorolac dieliminasi melalui ginjal dan diekskresikan lewat urin hingga
92%. Hasil ekskresi sebesar 40% dalam bentuk metabolit dan 60% tetap berupa
ketorolac. Pada feses, juga dapat ditemukan hasil eliminasi ketorolac sebesar 6%.[3,4]

CEFADROXIL

Indikasi : Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif yang sensitif
terhadap cefadroxul. Infeksi saluran napas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi
saluran kemih dan kelamin, Infeksi lain (osteomielltis. arthritts. septikemia, peritonitis,
sepsis)

Dosis : Dewasa: 1 -2 gram/ hari dalam 2 dosisterbagi. Anak anak: 30 mg/kgBB/hari


diberikan dalam 2 dosis terbagi.

Efek samping : Reaksi hipersensitivitas (seperti ruam kulit, gatal) dapat terjadi. Gejala
kolitis pseudomembran (jarang)

Kontra Indikas : Hipersensitif terhadap cefadroxil dan cephalosporin lainnya.


Hati - hati pada penderita alergi terhadap penicillin karena adanya kemungkinan

Interaksi obat :

Antibakteri : Kemungkinan adanya peningkatan risiko nefrotoksisitas bila


cephalosporin diberikan bersama aminoglikosida
Antikoagulan : Cephalosporin mungkin meningkatkan efek anti koagulan kumarin.
Probenecid : Ekskresi cephalosporin dikurangi oleh probenecid.
Vaksin : Anti bakteri menginaktivasi vaksin tifoid oral.

Farmakokinetik :

Absorpsi : Cefadroxil memiliki bioavailabilitas yang baik karena diserap hampir


seluruhnya dengan cepat setelah konsumsi secara oral. Absorpsi cefadroxil tidak
dipengaruhi oleh makanan. Waktu paruh berkisar 1,5-2 jam.
Konsentrasi maksimal dicapai setelah 1-3 jam setelah pemberian oral dengan kadar
sebesar 16 dan 28 mcg/ml setelah pemberian cefadroxil 500 mg dan 1000 mg dosis
tunggal.

Distribusi : Distribusi cefadroxil dalam plasma darah berikatan 15-20% dengan protein.
Cefadroxil dapat ditemukan dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh, seperti paru-
paru, sputum, pleura, dan kulit setelah konsumsi secara oral.

Pada wanita hamil, cefadroxil dapat didistribusikan ke fetus dan cairan amnion. Hanya
sedikit obat yang ditemukan dalam cairan serebrospinal.

Metabolisme : Cefadroxil diduga mengalami metabolisme yang sangat minimal. Hal


ini ditunjukkan oleh kadar obat di urin setelah konsumsi cefadroxil mencapai 90%
dalam bentuk yang tidak berubah.

Eliminasi : Eliminasi cefadroxil terutama terjadi melalui ginjal dalam waktu 24 jam.
Cefadroxil diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah dalam urin. Laju ekskresi
cefadroxil lebih lambat dibandingkan dengan cefalexin. Setelah konsumsi 500 mg
cefadroxil, konsentrasi maksimal dalam urin adalah 1800 mcg/ml dan nilai tersebut
akan berbanding lurus seiring dengan peningkatan dosis yang dikonsumsi.

Resistensi : Cefadroxil diketahui tidak resisten pada sebagian besar strain Enterococcus
faecalis dan Enterococcus faecium. Cefadroxil juga tidak aktif terhadap sebagian besar
strain spesies Enterobacter, Morganella morganii, Acinetobacter, Pseudomonas, dan
Proteus vulgaris.

PARACETAMOL

Indikasi : digunakan sebagaia nalgesik untuk nyeri ringan-sedang dan anipinentik.


Elebrya sebagai antionetik disebabkan oleh penghambatan prostaglandin pada pusat
pengatur panas hipotalamus. Elek anti inflomasinya sangat lemah, oleh karenaitu
tidakdigunakan sebagai anti resumertik . Intaksi : nyeri ringan sampai sedang, demam
Dosis umum:

Dewasa: 500-1000mg/dosis diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4 g perhari

Anak <12 tahun: 10mg/kgBB/kali (bila ikterik 5mg/kgBB/kali) diberikan tiap 4-6jam.
Maksimum 4 dosis sehari

Konta indikasi : Hipersensitif, ganoguanhat!berat atau penyakit hati aktif.

Peringatan Gangguan fungsi hatidan ginjal, ketergantungan alkchol.

Efek samping obat : Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau urtikaria kelainan
darahhipotensi, kerusakan hati.

Informasi obat : Kolestramin menurunkan absorp paracetamol. Penurunan konsentrasi


paracetamol dalam serum bila diberikan bersama rifampicin phenytoin,
phenobarbital.carbamazepine. Metoclopramide, domperidone meningkatkan efek
paracetamol. meningkatkan efek antikoagulan warfarin, meningkatkan konsentrasi
serum chloramphenicol.

ASAM MEFENAMAT

Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenorea
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri ototi dan n eri pasca operasi.

Dosis : Dewasa: 2-3x 250 - 500 mg sehari.

Efek samping : Gangguan saluran cerna (dispepsia, diare gejala iritasi mukosa
Iambung, ulkus peptik), reaksi hipersensitivitas, retensi cairan, bronkokonstriksi

Kontraindikasi : Hipersensitif, riwayat perdarahan atau ulkus peptik, riwayat


perdarahan Iambung yang berhubungan dengan terapi OAINS sebelumnya, gagal
antun berati angguan hati atau ginjal berat kehamilan trimester 3
Interaksi obat : Meningkatkan risiko perdarahan dengan OAINS lain, anti koagulan,
kortikosteroid, SSRI. Menurunkan efek anti hipertensi dari ACE inhibitor,
angiotensin II antagonis, ß-blocker. Menurunkan efek diuretik (furosemide,
HCT). Meningkatkan kadar plasma lithium & digoxin

Farmakokinetik : asam mefenamat secara oral cukup baik. Meskipun jarang, asam
mefenamat memiliki efek hepatotoksik, sehingga pertimbangan klinis diperlukan
sebelum penggunaannya.

Absorpsi : Asam mefenamat diabsorpsi secara cepat pada traktus gastrointestinal


(80%), dengan waktu puncak konsentrasi plasma dicapai dalam 2–4 jam. Pada dosis
250 mg, kadar puncak obat dalam darah adalah 2–6 mg/L. Pada dosis 500 mg, kadar
yang dicapai adalah 4–24 mg/L.

Distribusi : Volume distribusi asam mefenamat adalah 1,06 L/kg. Obat ini berikatan
dengan protein plasma, dengan >90% berikatan dengan albumin. Asam mefenamat
diekskresikan pada ASI.

Metabolisme : Asam mefenamat dimetabolisme di hepar oleh isoenzim CYP2C9,


menjadi 3-hidroksimetil asam mefenamat, yang kemudian dioksidasi menjadi asam 3-
karboksimefenamat.

Eliminasi : Waktu paruh eliminasi asam mefenamat adalah sekitar 2 jam. Asam
mefenamat diekskresikan melalui urin sebanyak 52%, dan feses sebanyak 20%.

VITAMIN B COMPLEX

Indikasi : suplementasi atau vitamin untuk memenuhi kebutuhan vitamin B dalam


tubuh, profilaksis, dan terapi defisiensi vitamin B

Dosis : Vitamin B1 2 mg, vitamin B2 2 mg, vitamin B3 20 mg , calcium panthotenate


10 mg, vitamin B6 H

Aruran pakai : 1 x sehari 1 tablet atau menurut petunjuk dokter


Efek samping : diare ringan, nyeri perut ringan, dan pusing

Farmakologi : vitamin B kompleks sebagai prekursor pada berbagai proses


metabolisme asam amino dan karbohidrat. Obat ini berfungsi sebagai profilaksis
terhadap efek samping obat dan terapi defisiensi vitamin B

Farmakodinamik : dari masing-masing vitamin berbeda-beda, tetapi secara umum


berperan penting sebagai prekursor dalam metabolisme karbohidrat, asam amino,
pertumbuhan normal, transmisi impuls saraf, reproduksi sel, serta bertindak sebagai
kofaktor enzimatik dalam berbagai reaksi sintesis.

VITAMIN C

Indikasi : suplementasi vitamin b12

Dosis : 1 tablet 1 kali sehari atau sesuai petunjuk dokter.

Efek samping :

Sistem pencernaan : mual, muntah, diare, glositis, superinfeksi oleh jamur

Kulit : dermatitis, maculopapular, kemerahan pada kulit.

Reaksi hipersensitif, urtikaria, anafilaksis dan lupus erythematosus.

Sistem hematologik : anemia, hemolitika, trombositopenia, dan neutropenia.

Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitifterhadap cyanocobalamine dan jangan


digunakan untuk pengobatan anemia megaloblastik pada wanita hamil.

Intrraksi obat :

- Dengan kontrasepsi oral kadarserum dari cyanocobalamine akan turun.

- Penderita yang mendapat pengobatan dengan kloramfenikol akan berkurang respon

terhadap cyanocobalamine.
TABLET TAMBAH DARAH

Indikasi Umum
Membantu memenuhi kebutuhan zat besi dan asam folat tubuh, serta mengatasi anemia
megaloblastik.
Komposisi
Ferrous Fumarate 60 mg, Asam Folat 400 mcg
Dosis
Dewasa : 1 tablet 1 kali sehari
Aturan Pakai
Ferrous Fumarate (zat besi) diserap baik saat perut kosong, tetapi dapat diminum
bersamaan dengan makanan jika terjadi gejala mual. Tablet diminum dengan segelas
penuh air mineral (240 ml). Tidak disarankan berbaring setelah minum tablet ini
(setidaknya 30 menit setelah konsumsi tablet).
Perhatian
Simpan pada suhu di bawah 30 celcius, dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya dan kelembaban.
Kontra Indikasi
Haemosiderosis, haemochromatosis, ulkus peptikum, inflammatory bowel disease.
Penggunaan bersama dimercaprol dan atau parenteral Fe.
Efek Samping
Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai dengan masing-
masing individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, harap
konsultasikan kepada tenaga medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam
penggunaan obat adalah: Feses berwarna gelap, mual, muntah, konstipasi.

Farmakokineetik :

Absorpsi : Pada keadaan normal proses absorpsi besi berkisar 0,5-1 mg per hari.
Penyerapan besi total meningkat menjadi 1-2 mg/hari pada wanita menstruasi dan
dapat mencapai 3-4 mg/hari pada wanita hamil. Penyerapan besi berlangsung pada
duodenum dan jejunum proksimal, meskipun usus halus pada bagian lebih distal juga
dapat menyerap besi jika diperlukan.

Besi lebih mudah diabsorpsi dalam bentuk besi fero (Fe2+). Besi melewati membran
luminal sel mukosa usus melalui mekanisme transpor aktif besi fero oleh suatu
pengangkut logam divalen (divalent metal transporter 1, DMTl). Besi fero yang sudah
diabsorpsi akan diubah menjadi besi feri (Fe3+) dalam sel mukosa. Selanjutnya, besi
feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin, atau disimpan di sel
epitel usus sebagai feritin.

Distribusi : Besi diangkut dalam plasma terikat ke transferin, suatu beta 1-globulin
glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke berbagai jaringan, terutama sumsum tulang.
Selain transferin, sel-sel retikulum juga dapat mengangkut besi untuk keperluan
eritropoesis. Besi dapat melintasi plasenta dan masuk ke dalam ASI.

Metabolisme : Selain pada mukosa usus, besi juga disimpan di makrofag hati, limpa,
sumsum tulang, otot serta sel parenkim hati. Mobilisasi besi dari makrofag dan
hepatosit dikendalikan oleh regulasi hepsidin terhadap aktivitas feroportin. Hepsidin
menghambat pelepasan besi. Rendahnya konsentrasi hepsidin menyebabkan pelepasan
besi dari berbagai tempat penyimpanan, sedangkan hepsidin dengan konsentrasi yang
tinggi menghambat pelepasan besi.

Eliminasi : Sekitar 0,5-1 mg besi keluar melalui feses melalui eksfoliasi sel-sel mukosa
usus, diekskresikan di empedu, urin, dan keringat. Pada kondisi menstruasi, jumlah
besi yang dieksresi juga diperkirakan sebanyak 0,5-1 mg.

Anda mungkin juga menyukai