Anda di halaman 1dari 2

Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama

dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Tekanan darah tinggi adalah
faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal, seperti penyakit jantung
koroner, gagal jantung dan gagal ginjal
Patofisiologi Hipertensi adalah kelainan heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab
tertentu ( hipertensi sekunder atau mekanisme patofisiologis yang tidak diketahui ( hipertensi
primer atau esensial). Hipertensi sekunder kurang dari 10% kasus hipertensi, dan pada kasus
ini umumnya penyakit ginjal kronis atau vaskular ginjal.
Faktor yang tidak dapat diubah pada penderita hipertensi antara lain usia, jenis kelamin, dan
genetik. Usia dapat mempengaruhi timbulnya hipertensi. Dengan tambahnya usia , risiko
terkena tekanan darah tinggi meningkat. Pada usia lanjut terutama tekanan darah tinggi
Hanya dalam bentuk peningkatan tekanan darah sistolik dapat disebabkan oleh perubahan
struktural pada pembuluh darah besar
Faktor genetik juga terkait metabolisme garam dan renin Membran sel. Faktor risiko yang
dapat diubah meliputi: Kegemukan (obesitas) Kegemukan adalah persentase dari kelainan
lemak yang dinyatakan oleh Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan
antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter
Terapi nonfarmakologis meliputi penurunan berat badan pada individu obesitas atau
kegemukan, diet tinggi kalium dan diet kaya kalsium approach (DASH) diet untuk
menghentikan tekanan darah tinggi, diet rendah natrium , aktivitas fisik, dan rendah
Termasuk konsumsi alkohol. Pengobatan farmakologis dengan obat antihipertensi , yang
dapat dimulai dengan 1 obat atau kombinasi.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 tentang modul Penggunaan
Obat Rasional (ROP), suatu obat dianggap wajar jika memenuhi poin-poin berikut: Diagnosa
yang benar adalah penggunaan Menggunakan obat-obatan dengan indikasi yang tepat. Jika
tidak benar dan tepat, maka pemilihan obat tidak sesuai karena tidak sesuai dengan
diagnosis. Akibatnya, obat tidak digunakan sesuai indikasi dan tidak mencapai efek
terapeutik yang diinginkan.
Interval waktu pemberian
Cara pemberian obat harus sesederhana dan sepraktis mungkin sehingga pasien dapat dengan
mudah dilacak. Semakin tinggi frekuensi pemberian dosis harian (misalnya, empat kali
sehari), semakin rendah kepatuhan terhadap pengobatan. Obat yang harus diminum 3 kali
sehari berarti harus diminum dengan interval setiap 8 jam
Tepat lama pemberian merupakan waktu minum obat harus sesuai dengan penyakitnya.
Untuk tuberkulosis dan Kusta, durasi pengobatan terpendek adalah 6 bulan. Durasi
kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari. Menggunakan obat yang terlalu pendek
atau terlalu lama akan mempengaruhi hasil pengobatan.
Waspada terhadap efek samping Pemberian obat menimbulkan efek samping, yaitu efek
tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka
merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi
pembuluh darah di wajah
Tepat Penilaian yang tepat terhadap kondisi pasien merupakan respon individu terhadap efek
obat sangat bervariasi. Hal ini dapat pada beberapa obat seperti teofilin dan aminoglikosida.
Pada pasien dengan disfungsi ginjal, aminoglikosida harus dihindari, karena risiko
nefrotoksisitas pada kelompok ini meningkat secara signifikan.

tepat tindak lanjut (follow-up) merupakan Pemantauan yang tepat ketika memutuskan
pendekatan pengobatan, pertimbangan harus diberikan pada tindakan pemantauan yang
diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping. tindak lanjut
(follow-up) sangat penting terhadap keberhasilan dalam terapi.
Tepat penyerahan obat merupakan pemberian obat secara rasional melibatkan pasien sendiri
sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di
Puskesmas, apoteker/asisten apoteker menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada lembar
resep untuk kemudian iberikan kepada pasien.
Proses penyiapan dan pemberian harus dilakukan dengan baik agar pasien mendapatkan obat
obat yang sesuai. Dalam menyerahkan obat juga petugas harus memberikan informasi yang
tepat kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai