Anda di halaman 1dari 5

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTI

HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI


DI PUSKESMAS GLUGUR DARAT

MINI PROJECT

INNES RUTH W. ZEGA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg
secara kronis. Berdasarkan etiologi, hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi primer, esensial,
atau idiopatik dimana penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder dimana ia berasosiasi
dengan penyakit lain. Berdasarkan klasifikasi JNC VII, hipertensi dapat dikategorikan menjadi
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.1 Hipertensi merupakan penyakit yang
disebabkan oleh banyak faktor, baik dari dalam tubuh maupun faktor lingkungan. Mekanisme
dari dalam tubuh yang berperan dalam hipertensi adalah aktivitas saraf simpatis, sistem renin-
angiotensin-aldosteron, disfungsi endotel, serta kadar natrium tinggi dengan retensi cairan.
Faktor lainnya seperti genetik, perilaku, dan gaya hidup juga berpengaruh terhadap hipertensi.2
Hipertensi diperkirakan diderita oleh 20 % orang dewasa di seluruh dunia dan meningkat
pada usia lebih dari 60 tahun.3 Prevalensi hipertensi mencapai 1 miliyar di dunia dan
menyebabkan kematian pada 9.4 juta penduduk dunia setiap tahunnya.4 Angka kejadian
hipertensi diperkirakan akan meningkat sebesar 60% pada tahun 2025.5 Secara umum angka
kejadian hipertensi lebih tinggi di negara berkembang dibanding dengan negara maju. 6
Hingga saat ini hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia karena
merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.7 Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan
8
prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum
adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.7 Provinsi Jawa Barat menempati
urutan ke empat prevalensi tertinggi di Indonesia dengan angka 29,4%, sementara prevalensi di
8
Kabupaten Sumedang mencapai 29.2 %. Pada bulan April 2016, penderita hipertensi di
Wilayah Kecamatan Kotakalerterdapat 379 kasus sama dengan 9.87 % dari total kasus
keseluruhan., dimana 82.06% adalah pasien baru dan 21.86 % adalah pasien lama. Sebanyak
18,7 % penderita berada pada usia 45-54 tahun. Jumlah ini merupakan jumlah kasus paling tinggi
diantara jenis penyakit tidak menular.9
Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular, selain dari asma, penyakit
paru obstruksi kronis (PPOK), kanker, diabetes melitus, hipertiroid, penyakit jantung, stroke,
penyakit ginjal, dan penyakit sendi.8 Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
berbagai komplikasi pada organ target seperti sistem saraf pusat, ginjal, jantung, dan mata.
Penyakit ini seringkali disebut silent killer karena tidak adanya gejala dan tanpa disadari
penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital.10
Hipertensi menjadi faktor resiko utama penyakit jantung dan stroke yang merupakan
penyebab kematian dan disalibitas dini nomor satu di dunia. Selain itu, hipertensi juga
meningkatkan resiko gagal ginjal dan kebutaan.6 Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk memfiltrasi darah
dengan baik.11 Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi hipertensi, seperti operasi bypass
jantung, operasi arteri carotis, serta dialisis, akan menghabiskan dana dalam jumlah besar, baik
bagi pasien maupun pemerintah.4
Pada tahun 2012, World Health Organization mencanangkan Global Plan Action 2013-
2020 yang bertujuan untuk mengurangi 25% kematian dini akibat penyakit-penyakit tidak
menular di tahun 2025, termasuk hipertensi. Mencegah dan mengontrol tekanan darah tinggi
merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencapai hal tersebut.6 Hal ini semakin
meningkatkan kesadaran untuk melakukan penatalaksanaan yang baik pada penyakit hipertensi.
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
penyakit kardiovaskular. Penurunan tekan sistolik harus menjadi perhatian utama, karena
umumnya tekanan diastolik akan terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya sistolik.12
Tatalaksana hipertensi dapat dilakukan melalui modifikasi daya hidup dan terapi
medikamentosa. Modifikasi daya hidup meliuputi penurunan berat badan, modifikasi diet
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), penurunan asupan garam, aktivitas fisik,
serta pembatasan konsumsi alkohol. Terapi medikamentosa yaitu dengan menggunakan obat anti
hipertensi. Sekali terapi hipertensi dimulai, pasien harus kontrol secara rutin dan mendapat
pengaturan dosis setiap bulan sampai target tekanan darah tercapai. Setelah target tekanan darah
tercapai, pengobatan harus dilanjutkan, sehingga terapi bersifat seumur hidup dan terus
dievaluasi secara berkala.2
Keberhasilan tatalaksana hipertensi di dunia menunjukan angka yang rendah, yaitu hanya
5%-58% pasien yang dapat mencapai tekanan darah <140/90 mmHg.13 Salah stau penyebab
utama hal tersebut adalah rendahnya kepatuhan meminum obat.14 Penderita hipertensi hanya
menggunaan 53%-70% dari keseluruhan obat yang diberikan dalam resep.15-17 Oleh karena itu,
kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi. Kepatuhan serta
pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara
bertahap mencegah terjadi komplikasi.10
Kepatuhan terhadap penggobatan diartikan secara umum sebagai tingkatan perilaku
dimana pasien menggunakan obat, menaati semua aturan dan nasihat serta dilanjutkan oleh
tenaga kesehatan. Beberapa alasan pasien tidak menggunakan obat antihipertensi dikarenakan
sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi jangka panjang, efek samping
obat, regimen terapi yang kompleks, pemahaman yang kurang tentangpengelolaan dan risiko
hipertensi serta biaya pengobatan yang relatif.18-20
Ketidakpatuhan pasien menjadi masalah serius yang dihadapi para tenagakesehatan
profesional.21 Hal ini disebabkan karena hipertensi merupakan penyakit dengan prevalensi yang
tinggi di Indoensia, terutama di fasilitas kesehatan primer, yang dapat terjadi tanpa gejala, serta
menimbulkan komplikasi berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, dipandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai
tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah
Kecamatan Kotakaler, Kabupaten Sumedang.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang dibahaspada
penelitian ini adalah : “Bagaimana tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada
penderita hipertensi di wilayah Kecamatan KotakalerKabupaten Sumedang?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat
anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah Kecamatan KotakalerKabupaten Sumedang

1.4 Manfaat

1.5.1 Manfaat ilmiah


1. Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan ilmiah tentang tingkat
kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah
Kecamatan KotakalerKabupaten Sumedang.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian lanjutan
mengenai kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di
wilayah Kecamatan Ko

1.5.2. Manfaat Praktis


1. Memberikan informasi kepada Puskesmas Kotakalermengenai tingkat kepatuhan
penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah Kecamatan
KotakalerKabupaten Sumedang.
2. Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan Program Penanggulangan
Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Kotakaler Kabupaten Sumedang.

Memberikan informasi kepada pasien hipertensi mengenai kepatuhan meminum obat.

Anda mungkin juga menyukai