Hipertensi merupakan keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg secara kronis. Berdasarkan etiologi, hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi primer, esensial, atau idiopatik dimana penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder dimana ia berasosiasi dengan penyakit lain. Berdasarkan klasifikasi JNC VII, hipertensi dapat dikategorikan menjadi prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.1 Hipertensi merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor, baik dari dalam tubuh maupun faktor lingkungan. Mekanisme dari dalam tubuh yang berperan dalam hipertensi adalah aktivitas saraf simpatis, sistem renin- angiotensin-aldosteron, disfungsi endotel, serta kadar natrium tinggi dengan retensi cairan. Faktor lainnya seperti genetik, perilaku, dan gaya hidup juga berpengaruh terhadap hipertensi.2 Hipertensi diperkirakan diderita oleh 20 % orang dewasa di seluruh dunia dan meningkat pada usia lebih dari 60 tahun.3 Prevalensi hipertensi mencapai 1 miliyar di dunia dan menyebabkan kematian pada 9.4 juta penduduk dunia setiap tahunnya.4 Angka kejadian hipertensi diperkirakan akan meningkat sebesar 60% pada tahun 2025.5 Secara umum angka kejadian hipertensi lebih tinggi di negara berkembang dibanding dengan negara maju. 6 Hingga saat ini hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia karena merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.7 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan 8 prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.7 Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke empat prevalensi tertinggi di Indonesia dengan angka 29,4%, sementara prevalensi di 8 Kabupaten Sumedang mencapai 29.2 %. Pada bulan April 2016, penderita hipertensi di Wilayah Kecamatan Kotakalerterdapat 379 kasus sama dengan 9.87 % dari total kasus keseluruhan., dimana 82.06% adalah pasien baru dan 21.86 % adalah pasien lama. Sebanyak 18,7 % penderita berada pada usia 45-54 tahun. Jumlah ini merupakan jumlah kasus paling tinggi diantara jenis penyakit tidak menular.9 Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular, selain dari asma, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker, diabetes melitus, hipertiroid, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan penyakit sendi.8 Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada organ target seperti sistem saraf pusat, ginjal, jantung, dan mata. Penyakit ini seringkali disebut silent killer karena tidak adanya gejala dan tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital.10 Hipertensi menjadi faktor resiko utama penyakit jantung dan stroke yang merupakan penyebab kematian dan disalibitas dini nomor satu di dunia. Selain itu, hipertensi juga meningkatkan resiko gagal ginjal dan kebutaan.6 Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk memfiltrasi darah dengan baik.11 Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi hipertensi, seperti operasi bypass jantung, operasi arteri carotis, serta dialisis, akan menghabiskan dana dalam jumlah besar, baik bagi pasien maupun pemerintah.4 Pada tahun 2012, World Health Organization mencanangkan Global Plan Action 2013- 2020 yang bertujuan untuk mengurangi 25% kematian dini akibat penyakit-penyakit tidak menular di tahun 2025, termasuk hipertensi. Mencegah dan mengontrol tekanan darah tinggi merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencapai hal tersebut.6 Hal ini semakin meningkatkan kesadaran untuk melakukan penatalaksanaan yang baik pada penyakit hipertensi. Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskular. Penurunan tekan sistolik harus menjadi perhatian utama, karena umumnya tekanan diastolik akan terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya sistolik.12 Tatalaksana hipertensi dapat dilakukan melalui modifikasi daya hidup dan terapi medikamentosa. Modifikasi daya hidup meliuputi penurunan berat badan, modifikasi diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), penurunan asupan garam, aktivitas fisik, serta pembatasan konsumsi alkohol. Terapi medikamentosa yaitu dengan menggunakan obat anti hipertensi. Sekali terapi hipertensi dimulai, pasien harus kontrol secara rutin dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan sampai target tekanan darah tercapai. Setelah target tekanan darah tercapai, pengobatan harus dilanjutkan, sehingga terapi bersifat seumur hidup dan terus dievaluasi secara berkala.2 Keberhasilan tatalaksana hipertensi di dunia menunjukan angka yang rendah, yaitu hanya 5%-58% pasien yang dapat mencapai tekanan darah <140/90 mmHg.13 Salah stau penyebab utama hal tersebut adalah rendahnya kepatuhan meminum obat.14 Penderita hipertensi hanya menggunaan 53%-70% dari keseluruhan obat yang diberikan dalam resep.15-17 Oleh karena itu, kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara bertahap mencegah terjadi komplikasi.10 Kepatuhan terhadap penggobatan diartikan secara umum sebagai tingkatan perilaku dimana pasien menggunakan obat, menaati semua aturan dan nasihat serta dilanjutkan oleh tenaga kesehatan. Beberapa alasan pasien tidak menggunakan obat antihipertensi dikarenakan sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi jangka panjang, efek samping obat, regimen terapi yang kompleks, pemahaman yang kurang tentangpengelolaan dan risiko hipertensi serta biaya pengobatan yang relatif.18-20 Ketidakpatuhan pasien menjadi masalah serius yang dihadapi para tenagakesehatan profesional.21 Hal ini disebabkan karena hipertensi merupakan penyakit dengan prevalensi yang tinggi di Indoensia, terutama di fasilitas kesehatan primer, yang dapat terjadi tanpa gejala, serta menimbulkan komplikasi berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat. Berdasarkan beberapa hal tersebut, dipandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah Kecamatan Kotakaler, Kabupaten Sumedang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang dibahaspada penelitian ini adalah : “Bagaimana tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah Kecamatan KotakalerKabupaten Sumedang?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah Kecamatan KotakalerKabupaten Sumedang
1.4 Manfaat
1.5.1 Manfaat ilmiah
1. Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan ilmiah tentang tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah Kecamatan KotakalerKabupaten Sumedang. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian lanjutan mengenai kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah Kecamatan Ko
1.5.2. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi kepada Puskesmas Kotakalermengenai tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah Kecamatan KotakalerKabupaten Sumedang. 2. Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan Program Penanggulangan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Kotakaler Kabupaten Sumedang.
Memberikan informasi kepada pasien hipertensi mengenai kepatuhan meminum obat.