SARTIKA NAPITUPULU
NPM. 191101021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah secara menetap berada di atas normal.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak dapat di sembuhkan, hanya dapat
di dikontrol dan membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang bahkan seumur hidup.
Tidak patuhan terhadap terapi hiprtensi merupakan faktor yang menghambat pengontrolan
tekanan darah sehingga membutuhkan intervensi untuk meningkatkan kepatuhan terapi.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama kematian yang tinggi di seluruh
dunia. Secara nasional, hipertensi merupakan penyebab kematian ketiga setelah stroke dan
tuberkolosis, mencapai 6,7 % (Natalia et al, 2014). Tekanan darah tinggi adalah kondisi
paling umum pada orang dewasa dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya dan
faktor risiko penyakit kardiovaskular (Ardhany et al, 2018).
Kepatuhan terhadap pengobatan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
pengobatan . oleh karena itu, pengukuran kepatuhan penggunaan obat sangat penting untuk
menentukan keberhasilan pengobatan (Rahmadani dan Sari, 2018). Kepatuhan terhadap
pengobatan hipertensi mempengaruhi tekanan darah dan mencegah komplikasi (Liberty et al,
2017). Kepatuhan merupakan faktor pentingdalam mengontrol tekanan darah pada pasien
hipertensi. Tidak patuhan minum obat sering terjadi karena beberapa orang memiliki
kebiasaan sebagai berikut : tidak minum obat secara teratur, lelah minum obat, menghentikan
pengobatan sendiri karena gejala tekanan darah tinggi tidak ada atau merasa lebih baik.
Sangat kompleksitas rejimen pengobatan, perilaku, usia, dukungan sosial yang rendah, dan
masalah kognitif (Ayu et Al,2018).
Diseluruh dunia hampir satu milyar orang menderita hipertensi. Dua pertiga penyakit
hipertensi ini terjadi di negara berkembang. Di tahun 2024 di perkirakan 1,56 milyar yang
menderita hipertensi. Hipertensi mengakibatkan 8 juta orang meninggal setiap tahunnya. Dan
di Asia Tenggara 1,5 juta orang meninggal dunia akibat hipertensi. Kira-kira sepertiga
populasi penduduk di Asia Tenggara mempunyai penyakit hipertensi (WHO 2011 dalam
Kurnia 2012).
Asuhan kefarmasian memilikitujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
tidak hanya melalui pemberian obat namun juaga informasi, konseling edukasi pada pasien,
serta dilakukannya moniotring hasil terapi pada pasien dengan harapan agar kepuasan pasien
dapat meningkat. Kepatuhan dalam menjalani pengobatan terapi merupakan faktor penting
dalam mengontrol tekanan darah pasien hpertensi. Salah satu syarat mutlak untuk dapat
mencapai efektivitas terapi dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien adalah kepatuhan,
sedangkan ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi obat merupakan salah satu faktor
utama penyebab kegagalan terapi.
Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu dilakukan pene;itian bagaimana kepatuhan
pasien hipertensi dalam mengonsumsi obat antihipertensi di puskesmas kahean. Penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien hipertensi dalam mengonsumsi
obat antihipertensi yang sangat bermanfaat bagi puskesmas khususnya di rumah sakit serta
pelayanan kesehatan lain dalam melakukan pelayanan kesehatan pada pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
Hipertensi atau yang dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk
sitolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease
karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa
memicu stroke,serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal
kronik (Purnomo, 2009).
Gejala Hipertensi yang umum di jumpai adalah pusing, mudah marah, telinga
berdenging, sukar tidur, sesak nafas, mudah lelah, mata berkunang-kunang dan lain
sebagainya. Sedangkan gejala akibat komplikasi hipertensi yang di jumpai adalah gangguan
mata, gangguan saraf, gangguan jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan pada otak yang
akan membuat pembuluh darah pecah dan rusaknya dinding pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan stroke dan kematian.
Adapun faktor risiko hipertensi yang dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu faktor
risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor tersebut adalah:
i. Kebiasaan Merokok
ii. Konsumsi Garam
iii. Kebiasaan konsumsi minuman beralkohol
iv. Obesitas
v. Kurang Aktivitas Olahraga
vi. Stres
Sebagian besar kasus hipertensi tidak dapat diketahui penyebabnya, tetapi ada faktor
yang meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami hipertensi antara lain : usia, jenis
kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, obesitas , kelainan pada ginjal,
penyakit jantung bawaan, konsumsi makanan yang banyak mengandung garam, kurang
olahraga, dan sebagainya.
Gejala yang khas tidak ada, penderita kadang-kadang hanya merasa nyeri kepala pada
pagi hari sebelum bangun tidur, tetapi setelah bangun tidur nyeri akan hilang. Gejala juga
terjadi sperti mual, muntah, merasa lelah, dan penderita hiprtensi berat mengalami penurunan
kesadaran bahkan koma. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan
adakalanya melalui pemeriksaan ginjal.
Kepatuhan merupakan fenomena multi dimensi yang ditentukan oleh tujuh dimensi
yaitu: faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan, usia, dukungan keluarga,
faktor sosial ekonomi, pengetahuan (Riyadi & Purwanto,2009).
Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pasien dalam minum obat
adalah :
Semakin pasien mendapatkan informasi obat maka akan meningkatkan pengetahuan pasien
tentang pengobatan yang dijalani khususnya tentang kepatuhandalam minum obat.
2.3 Puskesmas
Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya
kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Pelayanan kefarmasian di puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok yaitu:
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan dan pusat pelayanan masyarakat
(Depkes, 2014). Pelayanan kefarmasian yang bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan obat dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Di dalam pelayanan farmasi klinik sesuai standar pelayanan kefarmasian di puskesmas ada
beberapa hal yang perlu diketahui yaitu:
i. Pengkajian resep
iii. Konseling
METODE PENELITIAN
Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan berobat pada penderita hipertensi, meliputi jenis kelamin, tingkat
pendidikanterakhir, status pekerjaan, lama menderita hipertensi, keikutsertaan asuransi
kesehatan, tingkat pengetahuan tentang hipertensi, keterjangkauan akses pelayanan
kesehatan, dukungan keluarga, peran tenaga kesehatan, motivasi berobat.
3.2.2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan pada penderita hipertensi
dalam menjalani pengobatan di Puskesmas GunungPati.
3.2.3. Variabel Perancu (Confounding Variable) Dalam penelitian ini terdapat variabel
perancu yaitu:
1. Adanya komplikasi Variabel perancu dalam penelitian ini adalah adanya komplikasi
hipertensi seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung dan penyakit ginjal (gagal
ginjal). Variabel perancu ini akan dikendalikan dengan teknik restriksi yaitu mempersempit
eligibilitas subyek potensial ke dalam sampel penelitian dengan menggunakan kriteria
(Murthi Bhisma, 2003). Subyek/sampel yang akan dijadikan sebagai responden dipersempit
atau disamakan yaitu menjadi pasien hipertensi yang belum mengalami komplikasi penyakit.
2. Usia Variabel perancu lainya adalah usia pasien hipertensi. Variabel perancu ini akan
dikendalikan dengan teknik restriksi sehingga pasien yang menjadi responden menjadi
terbatas yaitu hanya pada pasien hipertensi dengan rentang usia 45-64 tahun.
1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan penderita hipertensi dalam
menjalani pengobatan di Puskesmas Gunungpati.
9. Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kepatuhan penderita hipertensi
dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Gunungpati.
10. Ada hubungan antara motivasi untuk berobatdengan kepatuhan penderita hipertensi
dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Gunungpati.
VARIABEL
3.5. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang
ditentukan (Riyanto Agus, 2011:89). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita
hipertensi yang telah melakukan pengobatan pada bulan Januari-Desember 2014 yang
berjumlah 620 orang yang bertempat tinggal disekitar wilayah kerja Puskesmas Gunungpati
Kota Semarang yaitu meliputi Kelurahan Gunungpati, Plalangan, Pakintelan, Nongkosawit,
Cepoko, Jatirejo, Sumurejo, Mangunsari, Pongangan, Kandri dan Sadeng.
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien hipertensi berusia 45-64 tahun yang tercatat dibuku register rawat jalan poliklinik
umum Puskesmas Gunungpati
b. Tidak memiliki komplikasi penyakit hipertensi (penyakit jantung koroner, stroke, gagal
jantung dan penyakit ginjal (gagal ginjal).
2. Kriteria Eksklusi
a. Responden menolak berpartisipasi
HASIL PENELITIAN
4.1.GAMBARAN UMUM
Penelitian ini berlokasi di wilayah kerja Puskesmas Gunungpati yang terletak di Jl.
Mr. Wuryanto No.38 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Ditinjau dari letaknya
Puskesmas Gunungpati cukup strategis dengan luas wilayah kerja 5.399.085 Km2 dan
merupakan salah satu Puskesmas di Kota Semarang yang menyediakan fasilitas rawat jalan
dan rawat inap dengan 3 Puskesmas pembantu (pustu) yaitu Pustu Sadeng, Pustu Pongangan
dan Pustu Sumurejo. Secara administrasi Puskesmas Gunungpati terbagi atas 11 kelurahan
wilayah kerja yaitu Kelurahan Gunungpati, Kelurahan Plalangan, Kelurahan Pakintelan,
Kelurahan Nongkosawit, Kelurahan Cepoko, Kelurahan Jatirejo, Kelurahan Sumurejo,
Kelurahan Mangunsari, Kelurahan Pongangan, Kelurahan Kandri dan Kelurahan Sadeng.
Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Gunungpati tahun 2014, jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Gunungpati sebanyak 49.529 jiwa. Pelayanan yang terkait dengan
hipertensi di Puskesmas Gunungpati yaitu Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)
yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali yaitu setiap hari selasa minggu ke-2, Prolanis
diperuntukan pada pasien yang menderita penyakit kronis (termasuk hipertensi), pelaksanaan
prolanis berupa pengukuran tekanan darah, pemeriksaandarah (bagi penderita Diabetes),
senam dan pemberian obat (Puskesmas Gunungpati, 2014).
4.2.HASIL PENELITIAN