PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan
oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensinya
yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya (Slamet Suyono, 2001).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi
primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono, 2001).
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%
lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder
dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat
diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih
mendapatkan prioritas. Banyak penelitian dilakukan terhadap hipertensi primer, baik
mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.
Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 dinyatakan sebagai
hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline
hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan jenis kelamin dan usia, sedangkan
batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh
Kaplan (1985) sebagai berikut : pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika
tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >
45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang
mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi (Slamet Suyono,
2001).
Berdasarkan latar belakang di atas, dengan tinggi persentase penyakit hipertensi
pada lansia, maka kelompok kami tertarik mengangkat masalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Klien Hipertensi.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui terapi farmakologis hipertensi pada lansia
2. Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.
1.3. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
1. TERAPI FARMAKOLOGIS
Obat-obat Antihipertensi :
1. Diuretik
Cara kerja : meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga volume
plasma dan cairan ekstrasel.
Klortalidonn tab 50 mg
Bendroflumentiazid tab 5 mg
Xipamid tab 20 mg
b. Diuretik kuat :
3
a. Furosemid tab 40 mg
c. Diuretik hemat kalium :
a. Amilorid tab 5 mg
b. Spironolakton tab 25 dan 100 mg
2. Penghambat Adrenergik
3. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang
akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah
Bekerja
menghambat
sistem
renin-angiotensin,
menstimulasi
sintesis
5.
Antagonis Kalsium
SLOW)
Penurunan
tekanan
darah
sebaiknya
secara
perlahan,
untuk
Pengobatan harus segera dilakukan pada hipertensi berat dan apabila terdapat
kelainan target organ. Oleh karena fungsi ginjal telah menurun dan terdapat gangguan
metabolisme obat, sebaiknya dosis awal dimulai dengan dosis yang lebih rendah. Pada
hipertensi tanpa komplikasi golongan diuretik dosis rendah (HCT 12,5 25 mg atau
setara) yang dikombinasi dengan diuretik hemat kalium dapat diberi sebagai
pengobatan awal. Obat anti hipertensi lain dapat diberikan atas indikasi spesifik.
Pada pasien dengan payah jantung, obat penghambat ACE dan diuretik
merupakan obat pilihan pertama. Tetapi pada pemberian diuretika sering menimbulkan
efek hipokalemia dan hiponatremia karena kedua mineral tadi ikut terbuang bersama
urine.
Pada pasien pascainfark miokard, pemakaian penyebat yang kardioselektif
dianjurkan. Akan tetapi pada umumnya pemakaian penyekat tidak begitu disukai oleh
karena menimbulkan perburukan penyakit vaskuler perifer dan bronkospastik.
Penghambat merupakan pilihan pada pasien dengan dislipidemia dan hipertrofi
6
prostat, akan tetapi harus hati-hati terhadap efek hipotensi ortostatik, karena hal ini
dapat menyebabkan lansia jatuh bahkan sampai mengalami komplikasi fraktur.
Antagonis kalsium jangka panjang cukup efektif, terutama karena mempunyai
efek natriuretik dan dianjurkan pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Pada
pasien dengan diabetes dan proteinuria diindikasikan pemakaian obat penghambat
ACE.
Obat simpatolitik sentral seperti metildopa, klonidin dan guanfasin walaupun
efektif, pemakaiannya kurang dianjurkan pada usia lanjut karena efek samping sedasi,
mulut kering dan hipotensi ortostatik. Dan obat-obat yang mempunyai pengaruh pada
susunan saraf pusat, dan bloker dapat mengakibatkan depresi serta penurunan
kesadaran/fungsi kognitif.
Pemberian antihipertensi pada lansia harus hati-hati karena pada lansia terdapat :
Penurunan
refleks
baroreseptor
sehingga
meningkatkan
risiko
hipotensi ortostatik.
Gangguan autoregulasi otak sehingga iskemia serebral mudah terjadi
2.
Pendidikan
masyarakat
untuk
meningkatkan
kewaspadaan akan bahaya hipertensi dan makna serta manfaat bila tekanan darah
dapat dinormalkan.
3.
kesehatan
maupun
masyarakat,
khususnya
mengenai
manfaat
penurunan/terapi hipertensi.
4.
5.
Memotivasi
para
tenaga
kesehatan
untuk
b. Anak
1) Nama
: Ny. S
2) Umur
: 40 tahun
3) Pekerjaan
: Petani
4) Alamat
: Megaluh Jombang
5) Hidup/mati
: Hidup
a. Riwayat Kematian dalam Keluarga (1 tahun terakhir)
Dalam 1 tahun terakhir tidak ada keluarga yang meniggal.
b. Kunjungan Keluarga
Setiap lebaran (idul fitri) keluarga besar Ny.A selalu berkumpul di rumah Ny. A.
3. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan saat masih muda bekerja sebagai petani dengan suami,
sekarang ini pasien hanya tinggal dirumah tidak bekerja seperti sebelumnya
dikarenakan kondisi fisiknya yang semakin melemah serta faktor usia yang semakin
tua.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien tinggal di daerah yang berdekatan dengan sawah, kondisi rumah cukup
bersih, ada ventilasi, ada jendela, kamar pasien cukup bersih, kamar mandi dan WC
tertutup, dan ada tempat pembuangan sampah.
5. Riwayat Rekreasi
Pasien mengatakan bahwa dirinya jarang pergi untuk rekreasi. Waktunya hanya
dihabiskan dirumah untuk berkumpul dengan suami serta anak dan cucunya.
6. Sumber / Sistem Pendukung yang digunakan
Pasien mengatakan jika dirinya sakit biasanya pergi ke mantri karena merupakan
salah satu pelayanan kesehatan yang terdekat dengan rumahnya.
7. Kebiasaan Ritual
Pasien mengatakan sholat 5 waktu, terkadang ikut puasa di bulan Ramadhan
dengan penuh, klien juga ikut pengajian setiap minggunya jika kondisinya sehat.
8. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama
Ny. A mengeluh pusing.
b. Gejala yang dirasakan
Pasien mengatakan merasa pusing pada kepala bagian belakang. nyeri terasa
seperti berdenyut-denyut dan menunjukan skala nyeri 3. Pasien sering memegang
kepalanya yang sakit dan tampak lemah. Pandangan kabur saat jalan, kepala seperti
berputar-putar dan terkadang seperti akan jatuh sehingga klien sangat berhati-hati
saat akan berjalan.
c. Faktor pencetus
Ny. A mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan.
d. Timbulnya keluhan
Ny. A mengatakan pusing dirasakan setiap hari saat beraktivitas dan badannya
lemas.
e. Waktu timbulnya keluhan
Ny. A mengatakan pusing timbul sewaktu-waktu
10
f. Upaya mengatasi
Ny. A mengatakan biasanya kalau hipertensinya kambuh dibuat untuk beristirahat,
jika keluhan belum teratasi, Ny. A pergi ke mantri.
9. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah di derita
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah menderita hipertensi sejak 2
tahun yang lalu.
b. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
c. Riwayat di rawat di RS
Pasien sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit dan hanya periksa ke mantri
saja.
d. Riwayat pemakaian obat
Pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat obatan tertentu.
10. Genogram
B. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Pasien mengatakan sehari makan 3 kali, makan hanya habis porsi dengan nasi, lauk
pauk dan terkadang tanpa sayuran. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung garam dan berlemak.
2. Eliminasi
a) BAK
Klien mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening, bau khas.
b) BAB
Klien BAB 2 hari sekali dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan
bau khas. Biasanya klien BAB di pagi hari. Klien tidak mempunyai keluhan
mengenai BAB ataupun BAK.
3. Personal Hygiene
a. Mandi
Ny. A mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun.
b. Oral Hygiene
Ny. A tidak menggosok gigi karena Ny. A sudah tidak mempunyai gigi.
c. Cuci Rambut
Ny. A biasanya Ny. A membersihkan rambutnya dengan shampo 2 hari sekali.
d. Kuku dan Tangan
Ny. A mengatakan memotong kukunya setiap hari Jumat, Ny. A juga sering
mencuci tangannya dengan sabun.
e. Istirahat dan Tidur
Ny. A mengatakan tidurnya tidak bisa nyenyak karena Ny. A sering terbangun di
tengah malam, merasa kepalanya pusing dan sulit untuk bisa tidur lagi. Keluarga
Ny. A (anak klien) mengatakan Ny. A sering nglindur saat tidur. Ny. A
mengatakan biasa menonton TV sebelum tidur dan biasanya Ny. A tidur malam
jam 21.00-02.00 dan tidur siang jam 13.10-15.30.
11
c.
Inspeksi
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : simetris kanan kiri
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : pergerakan dada simetris
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: sonor
Auskultasi : vesikuler, irama reguler
Sistem Kardiovaskuler
Wajah
Inspeksi : konjungtiva pucat, sklera putih
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
12
Dada
Inspeksi
Palpasi
simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Pasien tidak bisa mendengar nada yang rendah seperti bisikan dari dokter dan
perawat
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan pasien baik dan dapat membedakan rasa pahit
Nervus X vagus
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut
Nervus XI aksesorius
Pasien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan
tahanan
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, pasien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya
ke segala arah
Sistem Perkemihan dan Eliminasi Uri
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varises
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan.
13
stomatitis
: tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
Lidah
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada odem.
Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada acites,
tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi
: timpani
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
: turgor kulit menurun, CRT < 2 detik, kulit bersih, kering, keriput,
bersisik.
5
Kekuatan otot
Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger
Palpasi
: suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidak ada clubbing finger
Palpasi
: suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi
7) Sistem Endokrin
Kepala
Inspeksi
Palpasi
Leher
Inspeksi
Palpasi
8) Sistem Reproduksi
Genetalia
14
Inspeksi
: tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda -
Palpasi
tanda infeksi
: tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi
Telinga
Inspeksi
Palpasi
i. Resiko injury
Keadaan kamar andi licin, tidak ada tangga di rumah Ny. A.
13. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial
a. Pengkajian Status Fungsional
B
INDEKS KATZ
SKORE
KRITERIA
A
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
B
G
Lain-lain
16
Berdasarkan data, maka Ny. A memperoleh skor A. Maka lansia tsb mempunyai
kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
b. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif
Short Portable Mentol Status Questionnaire (SPMSQ)
Skor
No.
Pertanyaan
Jawaban
+
Tanggal berapa hari ini?
19 Februari 2014
+
Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, Sabtu
tahun)
Apa nama tempat ini?
Jatimulya
Berapa nomor telpon Anda?
Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya
80 tahun
1935
Susilo Bambang
Yudhoyono
Megawati
Soekarno Putri
Siapa nama kecil ibu Anda?
Siti Saniyah
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 17, 14, 11, 8, 5,
3 dari setiap angka baru, semua secara 2
menurun
Jumlah kesalahan total
Penilaian SPMSQ
-
Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. (nilai poin 1 untuk setiap
mengalami depresi.
d. Pengkajian Status Sosial
APGAR keluarga
No. Fungsi
1.
Adaptasi
Uraian
Skore
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 1
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
2.
Hubungan
Pertumbuhan
Afeksi
5.
Pemecahan
mencintai
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya 2
menyediakan waktu bersama-sama
Analisa hasil :
-
ANALISA DATA
No.
Symptom
DS:
klien
mengeluh sakit
kepala
sakit
kepalanya
berdenyutdenyut
Klien
mengatakan
tearasa kaku di
kuduknya
Klien
mengatakan sakit
kepaalanya
dating sewaktuwaktu
Klien
mengeluh
Etiologi
Arteri besar
kehilangan
kelenterun dan
menjadi kaku
Pembuluh
darah tidak dapat
mengembang
Vasokonstriksi
pembuluh darah
TD meningkat
19
Problem
Gangguan rasa nyaman :
Nyeri
penglihatannya
kabur
DO:
Klien tampak
sering
memegangi
kepalanya
Lien tampak
lemah
Skala nyeri 5
(0-10) sedang.
TTV
TD:
160/90
mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
BB: 45 kg
DS :
- Klien
mengeluh
pusing dan
merasa
tegang pada
punggung
dan leher
DO :
- TD : 180/110
mmhg
- Nadi :
60x/mnt
- P : 28x/mnt
- Udema pada
ke dua kaki
Peningkatan
tekanan vaskuler
serebral
Nyeri
Elastisitas
pembuluh darah
menghilang, katup
jantung menebal
dan menjadi kaku
Kemampuan
jantung memompa
darah menurun
Kontraksi jantung
menurun
Volume darah
keseluruh tubuh
menurun
Penurunan curah
jantung
3.
DS :
Suplai darah
Intoleransi aktivitas
20
Klien
mengatak
an cepat
lelah saat
beraktifit
as
DO:
- Klien
telihat
lemah
- Enggan
untuk
bergerak
kejantung
menurun
Gangguan suplai
darah keseluruh
tubuh
Sel-sel darah
dalam tubuh
berkurang
Suplai O2
berkurang
Kelemahan
Intoleransi
aktivitas
4.
DS:
- Klien
mengataka
n sering
merasa
pusing dan
penglihatan
kabur.
DO:
- Klien
berjalan
perlahan-
Peningkatan TD
Tekanan
intravaskuler
meningkat
Tekanan
pembuluh darah
otak meningkat
lahan dan
nampak
21
Resiko cedera
berhati-
TIO meningkat
hati.
Gangguan
penglihatan
Defisit lapang
pandang
Resiko cedera
INTERVENSI
NOC
OUTCOME INDIKATOR
Level Nyeri Laporan
INTERVENSI
Manajemen
(2102)
nyeri : 5
Lamanya
Nyeri
pengkajian
Def :
secara
nyeri: 5
Kurang
Mengurangi
komprehensif
Def :
Kekuatan
dari
nyeri
yang diamati
Istirahat : 5
NIC
nyeri
atau
AKTIVITAS
1. Lakukan
termasuk
nyeri
lokasi,
menurunkan
karakteristik,
nyeri ke level
durasi,
22
frekuensi,
atau
kenyamanan
kualitas, kekuatan
dilaporkan.
yang
diterima
oleh pasien.
presipitasi..
2. Ajarkan teknik
penggunaan non
farmakologi
(mis.,
relaksasi,
distraksi)
3. Memberikan
penkes
bagaimana
cara
mengontrol nyeri
4. Anjurkan klien
melaporkan
apabila
skala
nyeri bertambah
5. Berikan
obat
sesuai indikasi
Dx 2
Lethargy : Pengaturan
1. Kenali perubahan
tekanan darah
2. Auskultasi suara
5
hemodinamik
Headache :
Def:
4
Optimalisasi
Increased
dari denyut nadi,
blood
beban
awal,
pressure :
beban akhir, dan
4
Weight
kontraktilitas
gain : 4
Decreased
Fluid
-
overload
severity
(0603)
Def:
Severity
of
excess fluids
in
the
intracellular
and
extracellular
dan
dokumentasi
denyut
urine
jantung
output : 4
atau
compartment
perhatikan
kecepatan
23
atau
Fatigue level
(0007)
-
Def :
Severity
of
observed
or
reported
prolonged
generaluzed
fatigue
Headaches
1. Tentukan
Manajemen
keterbatasan
:4
Energi
fisik pasien
Activities
Def :
2. Memantau
of
daily Mengatur
asupan
living : 4
penggunaan
nutrisi untuk
Balance of energi
memastikan
untuk
sumber
activities
mengobati atau
energi yang
and rest : 5 mencegah
memadai
kelelahan dan
3. Konsultasika
mengoptimalkan
n dengan
fungsi.
ahli gizi
tentang caracara untuk
meningkatka
n asupan
makanan
berenergi
tinggi
4. Pola tidur.
Monitor /
catatan
pasien dan
24
yang
jumlah jam
tidur
5. Memantau
lokasi dan
sifat
ketidaknyam
anan atau
nyeri selama
gerakan /
aktivitas
6. Membantu
pasien untuk
menjadwalk
an waktu
istirahat
Dx 2
Risk control
dges
(1902)
-
Def :
factors : 5
Monitors
ntal
to
prevent
eliminate or
risk
factors : 5
Develops
effective
reduce
risk
modifiable
control
health
Pencegahan
Def:
atau
kelemahan
2. Gunakan tempat
rendah
3. Sediakan
pencegahan
khusus
dengan
pasien
yang
berisiko
kognitif
Tindakan
untuk
jatuh.
alat
pemanggil(bel,
lampu pemanggil)
ketika
pemberi
layanan kesehatan
tidak ada
4. Hindari
5
Adjusts
barang
risk
berserakan
control
strategies :
-
Jatuh (6470)
strategies :
threats.
1. Identifikasi
risk Kecelakaan
environme
Personal
actions
Acknowle
5
Monitors
barangyang
di
lantai
5. Edukasi
keluarga
tentang
faktor
resiko
6. Tetap siaga dengan
25
health
tanda-tanda injury
status
changes : 5
tim
kesehatan
tentang
efek
(misal
hipotensi,
ortostalik)
IMPLEMENTASI
No
Diagnosa/
Masalah
1.
kolaboratif
Nyeri Akut
Tgl/jam
28 Mei 2001 /
Tindakan
Paraf
1. Melakukan pengkajian
08.30 WIB
nyeri
secara
komprehensif termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
nyeri
kekuatan
dan
presipitasi..
2. Mengajarkan
faktor
teknik
penggunaan
non
farmakologi
(mis.,
relaksasi, distraksi)
3. Memberikan penkes
bagaimana
cara
mengontrol nyeri
4. Menganjurkan klien
melaporkan
26
apabila
Penurunan
curah jantung
sesuai indikasi
1. Kenali
perubahan
tekanan darah
2. Auskultasi suara paru
adanya suara krakles
atau suara tambahan
lain
3. Auskultasi
bunyi
jantung
4. Monitor
dan
dokumentasi
denyut
kecepatan
Intoleransi
aktivitas
5. Memantau lokasi
dan sifat
ketidaknyamanan
atau nyeri selama
gerakan /
aktivitas
6. Membantu
pasien untuk
menjadwalkan
waktu istirahat
4.
Resiko
cedera
1. Identifikasi
kognitif
atau kelemahan
2. Gunakan tempat tidur
dengan posisi rendah
3. Sediakan
alat
pemanggil(bel,
lampu
pemanggil)
ketika
pemberi
layanan
berserakan
lantai
5. Edukasi
di
keluarga
28
jatuh
hipotensi,
EVALUASI
No.
Diagnosa/
Tgl/Jam
Catatan Perkembangan
28 Mei 2001 /
Paraf
Masalah
1.
kolaboratif
Nyeri Akut
Pasien
09.30 WIB
mengatakan
pusingnya
mulai
berkurang
O : Tanda- tanda Vital
S
: 37 0C
: 88 x/menit
TD
: 150/100 mmHg
Skala nyeri : 2
A : Nyeri akut
teratasi
sebagian
P
2.
Penurunan
Rencana
tindakan
keperawatan
sampai
dilanjutkan
Pasien mengatakan
curah
pusingnya
jantung
berkurang
mulai
: 37 0C
: 88 x/menit
TD
: 150/100 mmHg
Skala nyeri : 2
A :
Masalah
teratasi
sebagian
P
Rencana
tindakan
keperawatan 1 sampai
3.
Intoleransi
aktivitas
6 dilanjutkan
Pasien mengatakan
masih merasa lemah
Rencana
tindakan
keperawatan 1 sampai
6 dilanjutkan
4.
Resiko
cedera
mulai
jelas
kembali
dan
nampak
masih
berhati-hati.
Masalah
teratasi
sebagian
P : Rencana tindakan
keperawatan 1 sampai 7
dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
30
3.1 Kesimpulan
Dengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia, kejadian hipertensi
pada populasi ini meningkat pula. Meningkatnya tekanan darah sudah terbukti
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada usia lanjut. Salah satu karakteristik
hipertensi pada usia lanjut adalah terdapatnya berbagai penyakit penyerta (komorbid)
dan komplikasi organ target, seperti kejadian penyakit kardiovaskuler, ginjal,
gangguan pada sistem saraf pusat dan mata. Dengan menurunkan tekanan darah
sampai target 140/90 mmHg dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Selain diagnosis yang sangat teliti, tatalaksana hipertensi pada usia lanjut harus
juga memperhatikan kedua hal tersebut di atas. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia
tidak berbeda dengan penatalaksanaan hipertensi pada umumnya, yaitu merubah pola
hidup dan pengobatan anti hipertensi. Dan saat ini berbagai pilihan obat-obat anti
hipertensi telah beredar di pasaran. Pemakaian berbagai obat tersebut bisa disesuaikan
dengan penyakit komorbid yang menyertai keadaan hipertensi tersebut.
3.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan hipertensi :
1.
2.
3.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33