Anda di halaman 1dari 5

Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi

Saat ini penatalaksanaan untuk hipertensi sudah beragam, meliputi cara


farmakologis dan nonfarmakologis. Penatalaksanaan farmakologis berkaitan
dengan terapi dan mengonsumsi obat. Beberapa cara atau metode yang dapat
dilakukan untuk penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi sebagai
berikut (1):
1. Terapi Antioksidan
Pada pembuluh darah antioksidan akan mengurangi resistensi vaskular dan
mampu menghambat penggumpalan sel darah, sehingga menyebabkan
terproduksinya nitrit oksida. Nitrit oksida berfungsi dalam melebarkan
pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi menurun.
2. Terapi Vitamin D
Vitamin D merupakan anti-efektor hipertensi melalui aktivasi antioksidan.
Suplementasi vitamin D sangat efektif dijadikan terapi untuk hipertensi
karena dengan dapat membuat kinerja ventrikel kanan membaik dan mampu
mengatur dan membuat tekanan darah pada darah menjadi normal sehingga
tidak terjadi hipertensi.
3. Terapi Kombinasi Agen Antihipertensi
Terapi kombinasi harus dimulai pada pasien dengan tekanan sistolik 20
mmHg di atas target atau tekanan diastolik 10 mmHG di atas target.
Kebanyakan terapi kombinasi agen antihipertensi baik dalam penurunan
tekanan darah dibandingkan dengan monoterapi. Hal ini disebabkan
bekerjanya dua agen antihipertensi yang membuat cepatnya terkontrol
tekanan darah pada tubuh, sehingga tidak memicu hipertensi. Terapi
kombinasi juga mampu menghalangi jalur peningkatan tekanan darah. Akan
tetapi ada syarat kombinasi agen antihipertensi tersebut yaitu diuretik
dengan penghambat aksi angiotensin-renin atau angiotensin-kalsium, agen
antihipertensi mampu menghambat sumbu angiotensin renin dengan diuretik
atau angiotensin-kalsium, dan mampu menghambat beta-adrenergik dengan
dihidropirirdin antagonis kalsium.
4. Meminum Obat Hipertensi.
Ada beberapa tingkatan obat yang bisa digunakan dalam pengobatan
penyakit hipertensi di antaranya yaitu diuretik seperti obat tiazid, renin
penghambat sistem angiotensin, antagonis saluran kalsium, penghambat
reseptor alfa-adregenik, penghambat reseptor beta-adregenik, vasodilator
sentral, dan antagonis reseptor aldosteron. Adapun jenis obatnya seperti
propanolol, atenolol, captopril, enalapril, losartan, candesartan, amlodipin,
nifedipin, doxazosin, hydrochlorothiazide, dan sebagainya.
Adapun penatalaksanaan norfarmakologis lebih merujuk ke bagaimana
individu mengatur pola hidup sehat pada dirinya agar terhindar dari penyakit
hipertensi. Beberapa cara penatalaksanaan nonfarmakologis hipertensi yang dapat
dilakukan sebagai tahap awal atau tahap pencegahan agar terhindar dari hipertensi
sebagai berikut (1, 2):
1. Aktivitas Fisik (Olahraga)
Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan baik itu kesehatan fisik
maupun mental, salah satu aktivitas fisik yaitu berolahraga. Dengan
berolahraga tubuh akan menjadi sehat sehingga penyakit tidak mudah
menyerang tubuh. Durasi yang disarankan untuk pencegahan hipertensi
yaitu aktivitas fisik selama minimal 150 menit/minggu dengan minimal 5
hari atau lebih dalam seminggu. Orang yang lebih sering berolahraga atau
melakukan aktivitas fisik akan lebih terhindar dari penyakit hipertensi dan
penyakit kronis lainnya.
2. Menurunkan Berat Badan
Berat badan yang melebihi kapasitas normal akan memengaruhi sirkulasi
darah, jantung bekerja tidak teratur dan penyempitan pembuluh darah, dan
dapat memicu kolestrol tinggi yang membuat tekanan darah tinggi hingga
menjadi hipertensi. Oleh karena itu, perlu diterapkan metode menurunkan
berat badan untuk mencegah timbulnya hipertensi dengan melakukan diet
sehat dan aktivitas fisik.
3. Mengkonsumsi Makanan dan Minuman yang Sehat
Salah satu cara mencegah hipertensi adalah dengan mengurangi konsumsi
makanan mengandung natrium. Makanan yang mengandung natrium tinggi
akan memicu tekanan darah tinggi hingga hipertensi karena membuat
diameter arteri mengecil.
4. Berhenti Merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat
memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia seperti nikotin dan karbon
monoksida yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak jaringan
endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses artero sclerosis
dan peningkatan tekanan darah. Merokok juga dapat meningkatkan denyut
jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot- otot jantung.
Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko
kerusakan pada pembuluh darah arteri.

Referensi:
1. Marhabatsar NS. Penyakit hipertensi pada sistem kardiovaskular. Jurnal
UIN Alauddin 2021; 7(1): 72-78.
2. Widiyanto A, dkk. Pendidikan Kesehatan Pencegahan Hipertensi. Jurnal
Empathy Pengabdian Kepada Masyarakat 2020; 1(2): 172-181.

Anda mungkin juga menyukai