Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dian Nugra Nuzulul Fitri

NIM : 155070507111001
Kelompok : 3A

KASUS FITOTERAPI PADA HIPERTENSI

Ny.C usia 42 tahun datang ke klinik saintifikasi jamu meninta rekomendasi tanaman obat untuk
menurunkan tekanan darahnya. Pasien mengeluh pusing dan sering merasa lelah.
Riwayat penyakit : hipertensi sejak 7 tahun yang lalu

Riwayat pengobatan : sejak terdiagnosa hipertensi, pasien mengkonsumsi berbagai macam


antihipertensi, dengan tingkat kepatuhan rendah (karena efek samping obat). Antihipertensi
yang saat ini dipakai pasien (selama 3 bulan terakhir) atenolol 100 mg/hari dan HCT 12,5
mg/hari.
Tekanan darah pasien selama menggunakan obat antihipertensi tersebut berkisar antara
150/110 mmHg hingga 155/114 mm/Hg.

Pola hidup : tidak mengikuti diet hipertensi, jarang olahraga

Pemeriksaan fisik : BMI 24,21(normal) ; Minimal retinophaty

Hasil pemeriksaan lab : serum sodium 138 mEq/L(Normal : 135-147 mmol/L); potassium 3.4
mEq/L( Normal : 3.5 mmol/L to 5.1 mmol/L)(low); blood urea nitrogen (BUN) 19
mg/dL(Normal : 8-20 mg/dL); creatinine 0.9 mg/dL(Normal : 0,6-1,2 mg/dL); calcium 9.8
mg/dL( Normal : 8,8-10,4 mg/dL); total cholesterol 268 mg/dL(Normal : < 200
mg/dL)(Tinggi); triglycerides 230 mg/dL(Normal : <150 mg/dL)(Tinggi); dan GDP 105
mg/dL(Normal : <108 mg/dL).

Dari hasil pemeriksaan lab, Ny. C mengalami Hiperlipidemia

Riwayat keluarga: ibu meninggal pada usia 56 tahun dengan hypertension-related CVD
(cardiovascular disease). Kakek dan nenek juga memiliki riwayat CVD.

Pertanyaan :
1. Sebutkan factor resiko munculnya hipertensi pada NY.C ?

Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:

1) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia
lebih dari 55 tahun.
2) Ras/etnik
Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada
etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3) Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita.
4) Kebiasaan

Gaya Hidup tidak Sehat Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan
hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.

a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan
nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan
diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan darah yang lebih tinggi.37 Tembakau memiliki efek cukup besar
dalam peningkatan tekanan darah karena dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak
dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen
dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam
organ dan jaringan tubuh lainnya. Karbon monoksida dalam asap rokok akan
menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan
darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen
yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.
b. Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada
orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot
jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot
jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan
pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan
kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan
risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi
meningkat. Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur
memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15
mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan dengan
pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan
dengan peran obesitas pada hipertensi.

Komentar : Faktor resiko munculnya hipertensi pada Ny. C diantaranya yaitu faktor gen,
dimana ibu dari Ny. C juga pernah mengalami hypertension-related CVD, dan jarang olahraga
( kurangnya aktivitas fisik), serta BMI Ny. C terdapat pada ambang batas atas yang dapat
mengakibatkan obesitas.

2. Sebutkan efek samping potensial yang dialami oleh Ny.C pada pemakaian
antihipertensi sehingga tingkat kepatuhan pasien rendah?

- Atenolol 100mg/hari (dosis 100mg/hari = angina pektoris)

Efek samping : Bradikardia, ekstremitas dingin, hipotensi, Sakit kepala, vertigo, lelah, sedasi,
depresi.

- Hct 12,5 mg/hari

Efek samping :

1%-10% : Kardiovaskular : Hipotensi ortostatik, hipotensi

Dermatologi : Fotosensitif

Endokrin dan Metabolic : Hipokalemia

Gastrointestinal : anoreksia, distress epigastrium

<1 % : Miokarditis alergi, alopesia, dermatitis eksfolitif, nekrolisis epidermal toksik, eritema
multiforme, sindrom Steven-Johnson, anemia aplastik, anemia hemolitik, leucopneia.

Komentar : Ny. C mengonsumsi Atenolol dan HCT, Sehingga efek samping yang sangat
potensial muncul yaitu Hipotensi, dimana gejala dari Hipotensi yaitu pusing, lemas, mual,
jantung berdebar kencang atau tidak teratur, pucat dan badan dingin, serta dehidrasi. Ny. C
mengeluhkan bahwa sering mengalami pusing dan sering merasa lelah, kemungkinan yang
tejadi pada Ny. C yaitu karena efek samping dari kedua obat tersebut.

3. Lakukan analisa pada progresivitas hipertensi dari Ny.C (apakah sudah mengarah ke
atrosclerosis/ komplikasi yang lain) ?berapa target TD pada Ny.C ?

Pasien(Ny.C) mengonsumsi obat atenolol, dimana atenolol merupakan golongan beta


blocker. Betablocker merupakan obat pilihan pertama dalam tatalaksana hipertensi pada pasien
dengan penyakit jantung koroner terutama yang menyebabkan timbulnya gejala angina. Obat
ini akan bekerja mengurangi iskemia dan angina, karena efek utamanya sebagai inotropik dan
kronotropik negative. Dengan menurunnya frekuensi denyut jantung maka waktu pengisian
diastolik untuk perfusi koroner akan memanjang. Betablocker juga menghambat pelepasan
renin di ginjal yang akan menghambat terjadinya gagal jantung. Betablocker cardioselective
(β1) lebih banyak direkomendasikan karena tidak memiliki aktifitas simpatomimetik intrinsic.
Serta Ty. C mengonsumsi obat Hct yang merupakan golongan thiazid, dimana golongan
diuretik golongan thiazid dapat mengurangi resiko kardiovaskular.

Target TD Ny. C yaitu <140/90 dikarenakan ny.c berumur kurang dari 60 thn.
Selain dari pengobatan Ny. C dapat dilihat dari hasil pemeriksaannya yaitu terdapat
peningkatan kadar total kolesterol dan peningkatan trigliserida, dimana peningkatan tersebut
termasuk dalam dislipidemia primer tipe 1. Faktor resiko aterosklerosis dapat terjadi melalui
efek yang terjadi LDL dan proses peradangan. Faktor resiko ini paling sering meliputi
hipertensi, merokok, diabetes melitus, obesitas, dan faktor genetik (Insull, 2009).

epidemiologi menunjukkan secara jelas bahwa hipertensi merupakan faktor resiko kuat
penyakit kardiovaskular. Selain diasosiasikan dengan peningkatan aterosklerosis, peningkatan
tekanan darah juga ditemukan dapat mempredikasi kejadian kardiovaskular yang terkait
aterosklerosis, termasuk penyakit iskemik koroner, stroke dan Peripheral Arterial Disease
(PAD). Pada manusia, ketebalan lapisan intima-media arteri karotis yang diukur dengan B-
mode Ultrasound berresolusi tinggi berkorelasi dengan tinggi tekanan darah dan secara akurat
mencerminkan resiko kardiovaskular (Tedgui, 2006). Zat zat yang dihasilkan dari proses
oksidasi lipoprotein akibat hiperlipidemia dan angiotensin II pada pasien hipertensi,
merupakan salah satu faktor resiko klasik pada aterosklerosis. Hal ini merupakan stimulus awal
perekrutan sel-sel inflamasi pada lesi yang mungkin ada akibat pengeluaran sitokin oleh sel
dinding vaskular lokal yang juga mengeluarkan molekul adesi dan molekul chemoattractant
(Libby, 2012)

4. Rekomendasikan tanaman obat yang bisa menurunkan tekanan darah Ny.C (lengkapi
dengan data: senyawa aktif, mekanisme antihipetensi, evidence based pada manusia/
hasil uji klinis, farmakodinamik dan farmakokinetik- terutama terkait adsorpsi dan
reseptor kerja)

a. Hibiscus sabdariffa L. (Evidence grade B)


- Kandungan : Kandungan utama di bagian bunga merupaka asam organik
seperti sitrat dan asam malat, antosianin, fiber, dan beberapa senyawa golongan
flavonoid dan glikosida.
- Efek Samping : Hipotensi
- Interaksi : Hydrochlorothiazide,
- Mekanisme : Antosianin, khususnya delphinidin-3-sambubioside dan
cyanidin-3-sambubioside, secara umum dipercayai sebagai kontituen aktif yang
bertanggung jawab atas efek antihipertensi, antioksidan, dan hipokolesterolemik
pada Hibiscus sabdarrifa.
Berdasarkan studi in vivo dan in vitro diketahui terdapat beberapa mekanisme
potensial yang bertanggung jawab atas aksi hipotensi, antara lain:
 Vasodilatasi yang diperantarai jalur endothelium-derived relaxant dan
penghambatan influks kalsium
 Penghambatan ACE dengan stimulasi pembentukan pembuluh darah baru
dan penurunan massa myokardial
 Antosianin berkompetisi dengan substrat pada active site
 Penurunan viskositas darah melalui aktivitas penghambatan
siklooksigenase
 Penghambatan diferensiasi adiposit melalui modulasi jalur PI3-K/Akt dan
ERK.
Sedangkan mekanisme potensial yang bertanggung jawab atas aksi penurunan
kolesterol adalah:
 Penurunan biosintesis kolesterol dengan menghambat HMG-CoA reduktase
 Penurunan LDL berdasarkan penghambatan pada sintesis trigliserol oleh
hibiscus acid racemization
 Penurunan ekspresi CTGF dan RAGE
Selain itu Hibiscus sabdariffa dapat menurunkan faktor resiko kardiovaskuler
dengan mekanisme sebagai berikut:
 Memperlambat aterosklerosis dan meningkatkan vasoreaktivitas dengan
penghambatan pembentukan macrophage-derived foam cells dan
penghambatan oksidasi LDL oleh efek antioksidan
(Hopkins et al., 2013)
- Sediaan yang diberikan kepada pasien adalah dalam bentuk kapsul yang
mengandung 500 mg ekstrak Hibiscus sabdariffa. Pasien disarankan untuk
mengonsumsi empat kapsul dalam satu hari. Hal ini setara dengan 10 gram teh
herba yang mengandung 9,6 mg antosianin. Penggunaan kapsul ini disarankan tidak
bersamaan dengan penggunaan obat hipertensi konvensioanal untuk meminimalkan
terjadinya resiko hipotensi.
- Penggunaan tanaman herbal ini memiliki interaksi pada beberapa obat yang
digunakan pasien yaitu obat HCT dan acetaminophen. Hibiscus sabdarifa dapat
mengakibatkan retensi HCTZ, menurunkan pembersihan HCTZ dari tubuh, dan
eliminasi HCTZ yang lebih lambat sehingga menyebabkan kadar HCTZ dalam
tubuh menjadi lebih lama sehingga potensial menyebabkan toksisitas.
- Dosis yang diberikan kepada pasien adalah 10 gram simplisia dengan rendemen
20% jika dijadikan ekstrak. Maka, pemberian dosis sebesar 2 gram dalam kapsul
500 mg sehingga dikonsumsi sehari 4 kapsul. Namun, HS memiliki interaksi
dengan HCT sehingga dosis diturunkan menjadi 1 gram. Jadi, pasien
mengkonsumsi 2 kapsul (500mg) 2 kali sehari selama 2 bulan (1 kapsul 500 mg
mengandung 9,6 mg antosianin) diminum sebelum makan dan dimonitoring
sebulan sekali untuk keadaan TD pasien. HS ini memiliki efek yang sama dengan
captopril namun kurang efektif dibandingkan lisinopril.

5. Lakukan KIE kepada pasien obat apa saja yang digunakan (termasuk waktu
minum, interaksi, dan efek samping) ?

- Aturan minum obat :


Kapsul HS : diminum dua kali sehari (setiap 12 jam), diminum 1 jam sebelum
makan
Atenolol : diminum satu kali sehari, diminum pada saat malam hari/ sebelum tidur
HCT : diminum satu kali sehari, diminum 4 jam setelah meminum HS pada pagi
hari.
- Modifikasi gaya hidup, yaitu dengan berolahraga, seperti : jogging, berenang,
aerobik,
- Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh
- Diet rendah sodium
- Disarankan untuk menurunkan berat badan
Daftar Pustaka

Hopkins, A.L., Marnie G. Lamm, Janet Funk, Cheryl Ritenbaugh. 2013. Hibiscus sabdariffa
L. in the treatment of hypertension and hyperlipidemia: a comprehensive review of
animal and human studies. Fitoterapia. NIH Public Access

JNC-8. 2014. The Eight Report of the Joint National Committee. Hypertension Guidelines: An
In-Depth Guide. Am J Manag Care.
Kim J-K, So H, Youn M-J, Kim H-J, Kim Y, Park C, Kim S-J, Ha Y-A, Chai K-Y, Kim S-M,
Kim K-Y, Park R. Hibiscus sabdariffa L. water extract inhibits the adipocyte
differentiation through the PI3-K and MAPK pathway. J. Ethnopharmacol. 2007;
114:260–267. [PubMed: 17904778]

Nuraini, Bianti. 2015. Risk Factors of Hypertension. J Majority Vol 4 No. 5.

National Institute For Health and Clinical Excellence., 2011. Clinical Management of Primary.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/healthtopics/topics/hbp/

National Institute For Health and Clinical Excellence., 2011. Clinical Management of Primary.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/healthtopics/topics/hbp/

Anda mungkin juga menyukai