3.2 Bahan
- Papaverine HCl
- NaCl
- WFI
IV. PERHITUNGAN
Papaverine 30mg dalam 1ml = 0,3% 0,10 (kesetaraan NaCl 0,9%)
0,9 – 0,10 gram/100 ml = 0,8 gram/100 ml = 8 mg/ml
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
V. PENIMBANGAN
Dibuat sediaan sebanyak 10 vial
Volume sediaan dilebihkan 0,10 ml sesuai persyaratan dalam Farmakope Indonesia IV.
Nama Bahan Per unit sediaan Per bets dilebihkan 0,10 ml/vial
Papaverine HCl 30 mg 330 mg
NaCl 8 mg 88 mg
WFI ad 1 ml ad 11 ml
VII. EVALUASI SEDIAAN (meliputi prosedur, spesifikasi, Interpretasi hasil dan hasil)
7.1 Uji kejernihan (In Process Control)
a. Prosedur : larutan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilihat kejernihannya
menggunakan latar belakang putih dan hitam pada kondisi penerangan yang cukup
b. Spesifikasi : jernih
c. Hasil : jernih (tidak ada partikel yang melayang dalam larutan)
d. Interpretasi Hasil : memasuki spesifikasi yang telah ditetapkan
7.2 Uji pH (In Process Control)
a. Prosedur : Dilakukan kalibrasi pH meter dengan mengukur pH buffer standar yang
disediakan yaitu buffer pH 4 ; 7 ; dan 10. Apabila pH meter menunjukkan angka yang sesuai
maka dapat dilakukan pengukuran pH sediaan. Larutan dalam tabung reaksi diukur pH nya
menggunakan pH meter yang sudah dilakukan kalibrasi.
b. Spesifikasi : tidak kurang dari 3,0
c. Hasil : pH = 3,35
d. Interpretasi Hasil : memasuki spesifikasi yang telah ditetapkan
7.3 Uji Organoleptis
a. Prosedur : sediaan injeksi dilihat secara visual (kejernihan dan bau)
b. Spesifikasi : jernih dan tidak berbau
c. Hasil : jernih dan tidak berbau
d. Interpretasi Hasil : memasuki spesifikasi yang telah ditetapkan
7.4 Uji Kejernihan
a. Prosedur : 5 vial injeksi dilihat kejernihannya menggunakan latar belakang putih dan
hitam pada kondisi penerangan yang cukup
b. Spesifikasi : jernih
c. Hasil : jernih (tidak ada partikel yang melayang dalam larutan)
d. Interpretasi Hasil : memasuki spesifikasi yang telah ditetapkan
7.5 Uji Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah
a. Prosedur : 5 sediaan injeksi dibuka dan diambil isinya menggunakan syringe 3 ml
kemudian dimasukkan isinya kedalam gelas ukur 10 ml. Uji dilakukan pada 5 wadah.
b. Spesifikasi : volume dalam wadah tidak kurang dari volume yang tertera pada kemasan
c. Hasil : Tidak ada wadah yang volumenya kurang dari jumlah volume wadah yang
tertera pada etiket
d. Interpretasi Hasil : memasuki spesifikasi yang telah ditetapkan
7.6 Uji pH
a. Prosedur : Dilakukan kalibrasi pH meter dengan mengukur pH buffer standar yang
disediakan yaitu buffer pH 4 ; 7 ; dan 10. Apabila pH meter menunjukkan angka yang sesuai
maka dapat dilakukan pengukuran pH sediaan. Diambil 5 sediaan injeksi yang telah diuji
penetapan volume injeksi dalam wadah, dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian diukur
pH nya menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
b. Spesifikasi : tidak kurang dari 3,0
c. Hasil : pH = 3,63
d. Interpretasi Hasil : memasuki spesifikasi yang telah ditetapkan
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
VIII. PEMBAHASAN
Injeksi adalah larutan, emulsi, atau suspense steril yang disiapkan untuk melarutkan,
mengemulsikan, atau mensuspensikan zat aktif dan menambahkan eksipien dalam water for
injection yang cocok, cairan non-aqueous steril, atau dalam campuran pembawa (European
Pharmacopoeia 5th ed.). Sediaan parenteral ini memiliki keuntungan respon fisiologis yang cepat
dan dapat diprediksi dengan mudah, serta sangat penting penggunaannya pada situasi medis
akut. Selain itu, sediaan parenteral dapat digunakan pada pasien yang tidak sadar atau tidak
kooperatif atau untuk pasien dengan mual dan muntah serta disfagia. Namun, sediaan
parenteral ini memiliki proses produksi yang lebih kompleks daripada formula lain, serta
memiliki spesialiasi staff atau operator yang tinggi. Sediaan parenteral juga memiliki kerugian
yaitu rasa sakit atau tidak nyaman saat diadministrasikan. Selain itu, apabila terjadi alergi
terhadap formulasi (zat aktif dan/ eksipien), respon nya sangat cepat dan intens (Jones, 2008).
Papaverine HCl yang telah banyak berkembang dipasaran diantaranya yaitu kapsul, tablet, dan
injeksi. Papaverine HCl ini dapat larut kedalam air dan tahan terhadap suhu dan tekanan yang
tinggi. Sehingga, dibuat sediaan injeksi papaverine HCl menggunakan metode sterilisasi akhir
(terminal sterilization) menggunakan autoklaf. Metode sterilisasi akhir ini dilakukan dengan
wadah primer sediaan yaitu kaca tipe 1 (sesuai dengan monografi) sehingga diharapkan
sterilisasi akhir dapat efektif terpenetrasi kedalam produk tanpa ada masuknya molekul air
kedalam produk.
Injeksi papaverine HCl adalah larutan steril dari papaverine HCl dalam water for injection yang
mengandung C20H21NO4.HCl tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang
tertera pada etiket (USP Monograph). Formulasi yang digunakan untuk injeksi papaverine HCl ini
diantaranya yaitu Papaverine HCl sebagai bahan aktif, NaCl 0,9% sebagai tonisity agent, dan
water for injection (WFI) sebagai pembawa. Tonisity agent perlu ditambahkan kedalam sediaan
terkait dengan tekanan osmotic dalam cairan tubuh (darah). Larutan isotonic adalah larutan
yang menunjukkan tekanan osmotic efektif sama dengan serum darah, sedangkan larutan
hipotonik dan hipertonik merujuk pada larutan dengan tekanan osmotic kurang atau lebih besar
daripada darah. Larutan hipotonik akan menyebabkan sel darah merah membengkak karena air
masuk kedalam sel dan akhirnya menyebabkan sel pecah (hemolisis), sedangkan larutan
hipertonik menyebabkan air dalam sel keluar sehingga sel mengalami nekrosis (mengkerut)
(Jones, 2008).
Pembuatan dilakukan dengan menyiapkan alat yang dibutuhkan dan disterilisasi menggunakan
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Kemudian dilakukan penimbangan bahan yang
dibutuhkan menggunakan timbangan analitik pada gelas arloji yang telah steril. Papaverine HCl
dilarutkan dalam WFI pada beaker glass yang telah ditara. NaCl dilarutkan dalam WFI pada
beaker glass lain. Kemudian, larutan NaCl dimasukkan kedalam larutan Papaverine HCl dan
dihomogenkan. Proses pelarutan/pengolahan sediaan ini dilakukan pada ruangan dengan kelas
kebersihan D. Setelah itu dilakukan uji IPC (In Process Control) yaitu uji kejernihan larutan dan uji
pH. Uji kejernihan larutan dilakukan dengan melihat secara visual kejernihan larutan (bebas dari
partikel yang melayang dalam larutan) dengan melihat sediaan pada latar belakang putih dan
hitam. Uji kejernihan larutan ini dilakukan untuk melihat adanya partikel dan adanya endapan
(ketidak larutan sediaan). Spesifikasi uji kejernihan larutan ini adalah jernih dan hasil uji
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
menunjukkan larutan jernih, sehingga masuk kedalam spesifikasi. Uji IPC lain yaitu uji pH. Uji pH
larutan ini dilakukan menggunakan pH meter yang telah dilakukan kalibrasi dengan spesifikasi
pH larutan kurang dari 3,0 sesuai dengan yang disebutkan dalam monografinya. Hasil uji pH
larutan menunjukkan nilai 3,35 sehingga masuk kedalam spesifikasi yang disebutkan. Kemudian
dilakukan proses filling sediaan kedalam vial menggunakan mikropipet sebanyak masing-masing
1ml atau 1000µL. Proses filling sediaan kedalam vial dilakukan pada ruangan dengan kelas
kebersihan C. Vial yang telah terisi kemudian ditutup dengan karet dan cap sealing. Vial yang
sudah tertutup kemudian dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml. Rongga yang ada diisi
dengan kapas, kemudian ditutup menggunakan aluminium foil dan dilakukan sterilisasi akhir
sediaan. Sterilisasi akhir sediaan dilakukan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15
menit. Sediaan injeksi steril kemudian dilakukan evaluasi akhir diantaranya yaitu uji
organoleptis, kejernihkan, penetapan volume injeksi dalam wadah, dan pH.
Evaluasi sediaan akhir yang pertama dilakukan adalah uji organoleptis. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan panca indra yaitu penglihatan dan penciuman dengan spesifikasi sediaan jernih
dan tidak berbau. Sediaan injeksi Papaverine HCl yang dihasilkan terlihat jernih dan tidak berbau
sehingga secara organoleptis, sediaan ini memasuki spesifikasi produk yang telah ditentukan.
Kemudian, sediaan injeksi dilakukan uji kejernihan dengan mengambil sampel sebanyak 5 dari
10 vial. Sediaan ini dilihat kejernihan nya dengan menggunakan latar belakang hitam dan putih
pada penerangan yang cukup. Pada sediaan akhir ini tidak ditemukan adanya partikel yang
melayang pada larutan, sehingga pada uji ini produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan. Uji kejernihan dilakukan untuk melihat adanya partikel yang tidak
diinginkan dalam sediaan dan melihat adanya kemungkinan endapan ataupun ketidaklarutan
sediaan. Latar belakang putih dapat memperlihatkan adanya partikel hitam yang melayang
didalam sediaan. Sedangkan latar belakang hitam memperlihatkan adanya partikel putih yang
melayang pada sediaan. Kemudian, evaluasi produk yang dilakukan selanjutnya yaitu uji
penetapan volume injeksi dalam wadah. Uji ini dilakukan untuk mengetahui volume injeksi
dalam wadah, dimana volume ini mempengaruhi dosis sediaan. Volume sediaan yang kurang
dari jumlah yang tertera pada etiket akan memiliki dosis yang lebih rendah dari yang sebenarnya
(<30 mg), sehingga dapat mempengaruhi efikasi pemberian sediaan kepada pasien. Uji
penetapan volume injeksi dalam wadah ini dilakukan dengan mengambil 5 wadah kemudian
diambil larutannya menggunakan syringe dengan volume tidak lebih dari 3x volume sediaan.
Sehingga dalam uji ini dilakukan menggunakan syringe 3 ml. Kemudian, larutan yang diambil
dilihat volume yang ditunjukkan pada syringe. Selanjutnya, larutan dalam syringe dimasukkan
kedalam gelas ukur yang memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas yang
tertera. Dalam uji ini digunakan gelas ukur 10 ml. Lima sediaan injeksi yang dilakukan uji ini
menunjukkan volume sama yaitu sebesar 1ml. Sehingga, produk memasuki spesifikasi yang telah
ditentukan. Dimana spesifikasinya adalah volume yang dihasilkan tidak kurang dari jumlah
volume wadah yang tertera pada etiket. Sediaan yang telah dilakukan uji penetapan volume
injeksi dalam wadah, dikumpulkan kedalam tabung reaksi untuk dilakukan uji penetapan pH
sediaan akhir. Uji penetapan pH ini dilakukan terkait dengan stabilitas produk, dimana
disebutkan dalam monografi injeksi papaverine HCl memiliki pH tidak kurang dari 3,0. Selain itu,
pH produk yang tidak sama dengan pH cairan tubuh/ darah (7,4) akan menimbulkan rasa sakit
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA