Anda di halaman 1dari 6

6.

A group of patients presents for emergency care after being trapped in cars and houses
during a flood after a hurricane. The surrounding areas in the runoff water from the storm
included livestock felds and meat-processing plants. Five cases of HAV have been
documented at surrounding hospitals. Patient symptoms include jaundice, nausea, fever,
and diarrhea. For which one of the following patients would administration of the immune
globulin (IG) instead of the HAV vaccine be best?
A. 39-year-old man with no signifcant medical history
B. 45-year-old taking adalimumab for rheumatoid arthritis
C. 27-year-old with type 1 diabetes
D. 18-year-old woman with asthma

Sekelompok pasien datang untuk perawatan darurat setelah terjebak dalam mobil dan
rumah selama banjir setelah badai. Daerah sekitarnya dalam air limpasan dari badai
termasuk peternakan dan pabrik pengolahan daging. Lima kasus HAV telah
didokumentasikan di rumah sakit di sekitarnya. Gejala-gejala pasien termasuk penyakit
kuning, mual, demam, dan diare. Untuk yang mana dari pasien berikut yang akan
memberikan imun globulin (IG) sebagai pengganti vaksin HAV yang terbaik?
A. 39 tahun pria tanpa riwayat medis yang signifikan
B. 45 tahun mengambil adalimumab untuk rheumatoid arthritis
C. 27 tahun dengan diabetes tipe 1
D. Wanita berusia 18 tahun dengan asma

Alasan : karena menurut literatur disebutkan bahwa penggunaan IGIM dapat digunakan
sebagai tambahan untuk vaksin HAV dengan orang resiko yaitu rencanan bepergian ke
daerah endemis dalam 2 minggu ke depan, usia lebih dari 40 tahun,imunocompromised,
atau penyakit hati kronik, sehingga pasien berumur 45 tahun yang menjadi salah satu
faktor.

Ishmah : pasien dengan umur 45 tahun merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan
IGIM sebagai tambahan untuk vaksin HAV, dilihat dari literatur bahwa usia lebih dari 40
tahun, rencana bepergian ke daerah endemis dalam 2 minggu, imunocompromised dan
penyakit hati kronik dalam penggunaan vaksin HAV dapat ditambahkan IGIM.

Fatimah : Menurut literatur, penambahan IGIM untuk vaksin HAV dapat ditambahkan pada
orang dengan resiko yaitu rencana bepergian ke daerah endemis dalam waktu 2 minggu
ke depan, usia lebih dari 40 tahun, imunocompromised, dan penyakit hati kronik, sehingga
dari pilihan pasien diatas menunjukkan bahwa pasien dengan umur 45 tahun dapat
ditambahkan penggunaan IGIM karena masuk dalam salah satu faktor resiko tersebut.

7. A 43-year-old Hispanic man with a history of nonalcoholic fatty liver disease and obesity
who is traveling to rural China for work in 10 days was instructed to see you to receive the
necessary vaccines for international travel. Which one of the following is best to
recommend for this patient?
A. One dose of the HAV vaccine before the trip, second dose in 6 months after return
B. Two doses of the HAV vaccine at 0 and 6 months; cancel the work trip
C. One dose of intramuscular immune globulin (IGIM) before the trip
D. One dose of IGIM and one dose of HAV vaccine before the trip

Seorang lelaki Hispanik berusia 43 tahun dengan riwayat penyakit hati berlemak
nonalkohol dan obesitas yang bepergian ke pedesaan Cina untuk bekerja dalam 10 hari
diperintahkan untuk melihat Anda menerima vaksin yang diperlukan untuk perjalanan
internasional. Yang mana dari berikut ini yang paling direkomendasikan untuk pasien ini?
A. Satu dosis vaksin HAV sebelum perjalanan, dosis kedua dalam 6 bulan setelah kembali
B. Dua dosis vaksin HAV pada 0 dan 6 bulan; batalkan perjalanan kerja
C. Satu dosis globulin imun intramuskular (IGIM) sebelum perjalanan
D. Satu dosis IGIM dan satu dosis vaksin HAV sebelum perjalanan

Alasan
Dapat dilihat dari status pasien berumur lebih dari 40 tahun, dan bepergian ke daerah
endemis dalam 10 hari, dimana hal tersebut merupakan salah satu faktor resiko yang
diharuskan mendapatkan terapi IGIM dan pemberian vaksin HAV, seperti pada literatur di
atas.

Dilihat dari literatur bahwa usia lebih dari 40 tahun, rencana bepergian ke daerah endemis
dalam 2 minggu, imunocompromised dan penyakit hati kronik dapat menggunaan vaksin
HAV dan ditambahkan IGIM. Dan sesuai dengan status pasien yaitu berumur 43 tahun, dan
akan bepergian ke daerah endemis.
Dari literatur yang telah disebutkan bahwa IGIM dan vaksin HAV dapat digunakan pada
orang dengan resiko yaitu rencana bepergian ke daerah endemis dalam waktu 2 minggu
ke depan, usia lebih dari 40 tahun, imunocompromised, dan penyakit hati kronik,
sedangkan dari kasus diatas menunjukkan usia lebih dari 40 tahun, dan berencana
bepergian ke daerah endemis

8. A health care provider is evaluating the outcomes of several studies of HBV regimens.
Which one of the following differences in early virologic response rates is most likely to be
statistically signifcant?
A. Drug A versus drug B – odds ratio for early virologic response 1.79 (95% CI, 1.08–2.69)
B. Drug A versus drug B – rate difference in early virologic response 9% (95% CI, –0.95% to
15%)
C. Drug C versus drug D – odds ratio for early virologic response 1.54 (95% CI, 0.92–2.03)
D. Drug C versus drug D – rate difference in early virologic response 6% (95% CI, –1.01% to
10.5%)

Penyedia layanan kesehatan mengevaluasi hasil dari beberapa penelitian rejimen HBV.
Manakah dari perbedaan berikut dalam tingkat tanggapan virologi dini yang paling
mungkin bermakna secara statistik?
A. Obat A versus obat B - rasio odds untuk tanggapan virologi awal 1,79 (95% CI, 1,08-
2,69)
B. Obat A versus obat B - perbedaan tingkat tanggapan virologi dini 9% (95% CI, -0,95%
hingga 15%)
C. Obat C versus obat D - rasio odds untuk tanggapan virologi awal 1,54 (95% CI, 0,92-
2,03)
D. Obat C versus obat D - perbedaan tingkat tanggapan virologi awal 6% (95% CI, -1,01%
hingga 10,5%)

9. A 36-year-old man with HBV and a recent diagnosis of superinfection with HDV presents
for a follow-up. His laboratory values include HBsAg positive, anti-HBc positive, HBV DNA
1000 IU/mL, HDV RNA 3,500,000 IU/mL, AST 248 IU/L, ALT 327 IU/L, and CrCl 65
mL/minute. Liver biopsy reveals stage 1 disease. He has not taken treatment for HBV in the
past. Which one of the following is best to recommend for this patient?
A. Administer pegylated interferon 180 mcg weekly.
B. Administer pegylated interferon 180 mcg weekly plus entecavir 0.5 mg.
C. Administer pegylated interferon 180 mcg weekly plus entecavir 1 mg.
D. Do not start treatment at this time.

Seorang pria 36 tahun dengan HBV dan diagnosis superinfeksi HDV baru-baru ini hadir
untuk tindak lanjut. Nilai laboratoriumnya meliputi HBsAg positif, anti-HBc positif, DNA HBV
1000 IU / mL, RNA HDV 3.500.000 IU / mL, AST 248 IU / L, ALT 327 IU / L, dan CrCl 65 mL /
menit. Biopsi hati mengungkapkan penyakit stadium 1. Dia belum pernah menggunakan
pengobatan untuk HBV di masa lalu. Yang mana dari berikut ini yang paling
direkomendasikan untuk pasien ini?
A. Berikan interferon pegilasi 180 mcg setiap minggu.
B. Berikan interferon pegilasi 180 mcg per minggu ditambah entecavir 0,5 mg.
C. Berikan interferon pegilasi 180 mcg per minggu ditambah entecavir 1 mg.
D. Jangan memulai perawatan saat ini.
10. The following patients were screened for HBV in anticipation of receiving
immunosuppressive or cytotoxic therapies. Given their screening results, which one of the
following patients is most at risk of HBV reactivation and should begin anti-HBV prophylaxis
as soon as possible before the therapy?
A. HBsAg negative, anti-HBc negative, anti-HBs (37 mIU/mL) before beginning abatacept
B. HBsAg negative, anti-HBc positive before beginning adalimumab
C. HBsAg negative, anti-HBc positive before beginning etanercept
D. HBsAg positive, anti-HBc positive before beginning rituximab

Pasien-pasien berikut disaring untuk HBV untuk mengantisipasi menerima terapi


imunosupresif atau sitotoksik. Mengingat hasil skrining mereka, yang mana dari pasien
berikut yang paling berisiko reaktivasi HBV dan harus memulai profilaksis anti-HBV
sesegera mungkin sebelum terapi?
A. HBsAg negatif, anti-HBc negatif, anti-HBs (37 mIU / mL) sebelum memulai abatacept
B. HBsAg negatif, anti-HBc positif sebelum memulai adalimumab
C. HBsAg negatif, anti-HBc positif sebelum memulai etanercept
D. HBsAg positif, anti-HBc positif sebelum memulai rituximab

Alasan :
Menurut terrault, di pedoman . AASLD updates on prevention, diagnosis, and treatment of
chronic hepa- titis B: AASLD 2018 hepatitis B guidance, menunjukkan bahwa pasien dengan positif
HbsAg dan anti-HBc dapat memulai profilaksis anti-HBV sebelum mendapatkan terapi anti-CD20
seperti rituximab

Ishmah : Pasien positif HbsAg dan anti-HBc harus memulai profilaksis anti-HBV sebelum
menjalankan terapi pengobatan anti-CD20, karena penggunaan profilaksis anti HBV dapat
diindikasikan ketika pasien akan menjalani terapi imunosupresif, sitotoksik atau
imunomodulasi, dikuti dari pedoman AASLD updates on prevention, diagnosis, and treatment of
chronic hepa- titis B: AASLD 2018 hepatitis B guidance

Fatimah : pasien yang beresiko reaktif HBV dan harus memulai profilaksis anti-HBV yaitu
pada pasien yang akan menjadi pengobatan anti-CD20, dan pada psien dengan positif
HbsAg dan anti-HBc, serta penggunaan profilaksis ini dapat diindikasikan untuk pasien
sebelum atau dengan terapi imunosupresif, sitotoksik, atau imunomodulasi

11. Which best describes the correct population and methodology recommended for
serologic testing for immunity after administration of the HBV vaccine?
A. Patients with chronic liver disease: Test for anti-HBs; test 1–2 months after the last dose
of the vaccine series
B. Patients with chronic liver disease: Test for anti-HBe; test 3–4 months after the last dose
of the vaccine series
C. Health care workers: Test for anti-HBs; test 1–2 months after the last dose of the vaccine
series
D. Health care workers: Test for anti-HBe; test 3–4 months after the last dose of the
vaccine series

Manakah yang paling tepat menggambarkan populasi dan metodologi yang


direkomendasikan untuk pengujian serologis untuk kekebalan setelah pemberian vaksin
HBV?
A. Pasien dengan penyakit hati kronis: Tes untuk anti-HBs; Tes 1-2 bulan setelah dosis
terakhir dari seri vaksin
B. Pasien dengan penyakit hati kronis: Tes untuk anti-HBe; Tes 3-4 bulan setelah dosis
terakhir dari seri vaksin
C. Petugas kesehatan: Tes untuk anti-HBs; Tes 1-2 bulan setelah dosis terakhir dari seri
vaksin
D. Petugas kesehatan: Tes untuk anti-HBe; Tes 3-4 bulan setelah dosis terakhir dari seri
vaksin
Alasan :
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa pengujian serologis pasca-vaksinasi dapat
direkomendasikan untuk pasien dengan risiko infeksi lanjutan, seperti petugas kesehatan,
bayi dari ibu dengan HbsAg-Positif, pasangan seksual CHB, HD, immunocompromised.
Alasan untuk fatimah dan ishmah
Gambarnya ambil dari situ ya
Ishmah : Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pengujian serologis pasca-vaksinasi
direkomendasikan untuk pasie risko infeksi lanjutan, diantaranya yaitu Petugas kesehatan:
Tes untuk anti-HBs; Tes 1-2 bulan setelah dosis terakhir dari seri vaksin

Fatimah : pengujian serologis pasca-vaksinasi jika dilihat dari tabel diatas, dapat
direkomendasikan untuk pasien dengan resiko infeksi lanjutan, yaitu Petugas kesehatan:
Tes untuk anti-HBs; Tes 1-2 bulan setelah dosis terakhir dari seri vaksin

12. A 49-year-old woman (height 62 in, weight 58 kg) with a history of intravenous drug
and alcohol abuse was given a diagnosis of CHB 6 months ago. Vital signs at that visit
included temperature 98.7°F, heart rate 76 beats/minute, respiratory rate 16
breaths/minute, and blood pressure 132/78 mm Hg. She had laboratory tests 1 week ago,
which showed the following: HBsAg and HBeAg positivity, AST 452 IU/mL, ALT 653 IU/mL,
albumin 3.4 g/dL, INR 1.1, SCr 1.3 mg/dL, and HBV DNA 98,000 IU/mL. A liver biopsy after
she received the initial diagnosis revealed signifcant fbrosis (stage 3). Her medical history
is signifcant for depression, for which she takes escitalopram 10 mg once daily. She takes
no other medications or OTC products. Which one of the following is best to recommend for
this patient?
A. Initiate pegylated interferon 180 mcg subcutaneously once weekly.
B. Initiate lamivudine 100 mg by mouth for the frst dose; then 50 mg by mouth daily.
C. Initiate tenofovir disoproxil fumarate 300 mg by mouth once daily.
D. Initiate tenofovir alafenamide 25 mg by mouth daily.

Seorang wanita berusia 49 tahun (tinggi 62 inci, berat 58 kg) dengan riwayat
penyalahgunaan obat dan alkohol intravena diberi diagnosis CHB 6 bulan lalu. Tanda-tanda
vital pada kunjungan itu termasuk suhu 98,7 ° F, denyut jantung 76 denyut / menit, laju
pernapasan 16 napas / menit, dan tekanan darah 132/78 mm Hg. Dia menjalani tes
laboratorium 1 minggu yang lalu, yang menunjukkan hal-hal berikut: Positifitas HBsAg dan
HBeAg, AST 452 IU / mL, ALT 653 IU / mL, albumin 3,4 g / dL, INR 1,1, SCr 1,3 mg / dL, dan
DNA HBV 98.000 IU / mL. Biopsi hati setelah ia menerima diagnosis awal menunjukkan
fbrosis yang signifikan (stadium 3). Riwayat medisnya sangat penting untuk depresi, di
mana ia mengonsumsi escitalopram 10 mg sekali sehari. Dia tidak minum obat lain atau
produk OTC. Yang mana dari berikut ini yang paling direkomendasikan untuk pasien ini?
A. Memulai interferon pegilasi 180 mcg secara subkutan sekali seminggu.
B. Mulailah lamivudine 100 mg melalui mulut untuk dosis pertama; lalu 50 mg melalui
mulut setiap hari.
C. Mulailah tenofovir disoproxil fumarate 300 mg melalui mulut sekali sehari.
D. Mulailah tenofovir alafenamide 25 mg melalui mulut setiap hari.

Alasan :
Biopsi hati dari diagnosis awal menunjukkan stadium 3 yaitu septal fibrosis, namun dilihat
dari peningkatan ALT dapat mengarah ke sirosis, sehingga dapat direkomendasikan first
line nya yaitu dengan tenofovir disoproxil fumarate. Penggunaan tenovofir disoproxil
fumarate juga dapat meningkatkan fungsi hati, sehingga sesuai jika digunakan.

Alasan untuk fatimah dan ishmah


Ishmah : dilihat dari nilai laboratorium ALT yang sangat meningkat, dan menunjukkan
biopsi hati dengan stadium 3, untuk dapat meningkatkan fungsi hati dapat diberikan
tenofovir disoproxil fumarate, karena merupakan first line untuk dapat meningkatkan
fungsi hati.

Fatimah : dapat diketahui dari hasil laboratorium pasien, nilai ALT sangat tinggi yaitu 653
IU/ml, dan dari nilai biopsi hati menunjukkan stage 3, sehingga rekomendasi obat yang
sesuai yaitu tenofovir disoproxil fumarate. Dikarenakan penggunaan obat tersebut dapat
meningkatkan fungsi hati pasien.

13. A 38-year-old man who has sex with men presents to the hepatology clinic after
referral from his primary care physician for elevated liver enzymes. The patient’s social
history is signifcant for unprotected sexual encounters. Laboratory values at his frst
hepatology consult visit included HBeAg positive, HBsAg positive, anti-HBc positive, ALT 95
IU/L, AST 78 IU/L, CrCl 75 mL/minute, and HBV DNA 16,500 IU/mL. A liver biopsy reveals
stage 1 (F1) disease. When the patient returned 1 month later, his laboratory values were
HBeAg positive, HBsAg positive, HBV DNA 18,600 IU/mL, ALT 73 IU/L, AST 69 IU/L, and CrCl
80 mL/minute. Which one of the following is best to recommend regarding this patient’s
HBV management?
A. Initiate HBV treatment with entecavir.
B. Initiate HBV treatment with tenofovir alafenamide.
C. Monitor every 1–3 months; treat in 6 months if condition persists.
D. Monitor in 6 months; treat if condition persists.

Seorang pria berusia 38 tahun yang berhubungan seks dengan pria datang ke klinik
hepatologi setelah rujukan dari dokter perawatan primer untuk peningkatan enzim hati.
Riwayat sosial pasien penting untuk pertemuan seksual tanpa kondom. Nilai-nilai
laboratorium pada kunjungan konsultasi hepatologi pertamanya termasuk HBeAg positif,
HBsAg positif, anti-HBc positif, ALT 95 IU / L, AST 78 IU / L, CrCl 75 mL / menit, dan DNA HBV
16.500 IU / mL. Biopsi hati mengungkapkan penyakit tahap 1 (F1). Ketika pasien kembali 1
bulan kemudian, nilai laboratoriumnya adalah HBeAg positif, HBsAg positif, DNA HBV 18.600
IU / mL, ALT 73 IU / L, AST 69 IU / L, dan CrCl 80 mL / menit. Manakah dari berikut ini yang
terbaik untuk direkomendasikan mengenai manajemen HBV pasien ini?
A. Lakukan pengobatan HBV dengan entecavir.
B. Memulai pengobatan HBV dengan tenofovir alafenamide.
C. Monitor setiap 1-3 bulan; rawat dalam 6 bulan jika kondisinya berlanjut.
D. Monitor dalam 6 bulan; obati jika kondisinya berlanjut

Alasan :
Dilihat dari nilai laboratorium pasien menunjukkan CHB, dan dari tes nilai laboratorium awal
dengan nilai laboratorium setelah 1 bulan ALT menurun, nilai DNA HBV meningkat, dan Crcl
meningkat, namun nilai liver biopsy reveals stage F1, sehingga disarankan untuk Monitor
setiap 1-3 bulan; rawat dalam 6 bulan jika kondisinya berlanjut

Alasan untuk fatimah dan ishmah


Gambarnya ambil dari situ ya
Ishmah : Dari hasil nilai laboratorium pasien dapat diketahui CHB, dan untuk nilai liver
biopsy reveals stage F1 sehingga dapat disarankan untuk memonitor setiap 1-3 bulan,
rawat dalam 6 bulan jika kondisinya berlanjut.

Fatimah : dapat diketahui bahwa dari data nilai laboratorium pasien menunjukkan bahwa
ternyadi penurunan ALT, peningkatan DNA HBV. Dan peningkatan Crcl setelah 1 bulan dari
lab sebelumnya, sehingga dapat disarankan untuk monitor 1-3 bulan, rawat dalam 6 bulan
jika kondisi berlanjut

Anda mungkin juga menyukai