Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman modern ini dikatakan sebagai zaman yang


efektif, efisien, instan, dan segala kemudahan yang
ditawarkan tidak terlepas dari peran ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus berkembang seiring berjalannya
waktu. Hal ini mengubah pola hidup manusia menjadi
lebih praktis mulai dari transportasi, teknologi termasuk
juga soal makanan. Pada umumnya, masyarakat modern
cenderung memilih makanan yang siap saji dan
mempunyai kebiasaan makan berlebihan, kurang
olahraga, merokok berlebihan, dan kurang istirahat. Pola
hidup seperti ini mengakibatkan masyarakat sekarang
kerap diserang berbagai macam penyakit. Penyakit-
penyakit yang menyerang pun tidak main-main, penyakit
yang dialami masyarakat sekarang lebih berbahaya dan
mematikan daripada penyakit yang dialami oleh
masyarakat-masyarakat dahulu. Hal ini disebabkan dari
pola hidup masyarakat modern yang serba praktis namun
efeknya justru berdampak buruk kepada masyarakat itu
sendiri, sedangkan masyarakat dahulu menerapkan pola
hidup sehat.

Perubahan gaya hidup atau pola hidup ini


memunculkan bentuk penyakit kronik modern seperti
jantung koroner, stroke, kanker, hipertensi, kencing manis
(diabetes), dan lain sebagainya. Penyakit kronik modern
muncul sebagai konsekuensi dari perubahan gaya hidup.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang kerap


dialami oleh masyarakat modern. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang
menetap. Data statistik mengatakan bahwa sepertiga
1
penduduk Amerika yang berusia 18 tahun-65 juta-
menderita setidaknya, hipertensi ringan. Itu berarti
bahwa jutaan orang berisiko mengalami serangan
jantung dan stroke.

Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi resiko


serangan jantung dan stroke. Risiko tersebut akan
berlipat jika ditambah faktor-faktor lain, seperti riwayat
keluarga, kadar kolesterol tinggi, diabetes, kebiasaan
merokok, gaya hidup santai, kegemukan dan obesitas,
serta beberapa kondisi lain.

Hipertensi sebenarnya dapat diatasi dengan


mengubah pola hidup. Mengurangi konsumsi makanan
cepat saji, mengurangi merokok, istirahat yang cukup,
dan tentunya dengan berolahraga. Tidak perlu
berolahraga yang berat, cukup olahraga yang mudah dan
dilaksanakan secara rutin. Salah satu contoh olahraga
yang tidak berat adalah dengan olahraga jalan cepat
(brisk walking).

Banyak catatan positif betapa besar manfaat dari jalan


cepat. Tak perlu seberat jogging karena terbukti berjalan
kaki cepat memberi hasil yang sama. Jalan cepat yang
dilakukan secara rutin dapat menurunkan resiko
serangan jantung, dan tentunya hipertensi.

Dengan jalan cepat tekanan darah akan turun,


kolestrol baik HDL akan meningkat, dan darah tidak
saling lengket, sehingga resiko penggumpalan darah
yang berpotensi menyumbat pembuluh darah menjadi
berkurang. Hal ini membuktikan bahwa jalan cepat (brisk
walking) dapat menjadi terapi penyembuhan penderita
hipertensi.

2
B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui teknik dan manfaat dari jalan cepat


(brisk walking).
2. Mengetahui jenis dan penyebab dari penyakit
hipertensi.
3. Mengetahui jalan cepat dapat menjadi terapi
penyembuhan penderita hipertensi.

BAB II PEMBAHASAN

3
Hipertensi adalah salah satu penyebab kematian
global. Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan
perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas,
inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Di Indonesia akan
mengalami pertambahan, orang yang mengalami
hipertensi terbesar di seluruh duni pada tahun 1999-2050
yaitu hampur mencapai 500 juta orang dan di
proyeksikan menjadi dua milyar, pada saat itu hipertensi
akan melibihi jumlah populasi. (Tiffy, 2005)

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik


dan diastolik yang menetap. Tekanan sistolik adalah
tekanan darah bagian atas, dan tekanan diastolic adalah
tekanan darah bagian bawah.

Tekanan sistolik (bagian atas) adalah tekanan darah


pada waktu jantung menguncup (sistole) atau tekanan
puncak yang tercapai pada waktu jantung berkontraksi
dan memompakan darah melalui arteri. Sedangkan
tekanan diastolik (angka bawah) adalah tekanan darah
pada saat jantung mengendor kembali (diastole) atau
tekanan pada waktu jatuh ke titik terendah saat jantung
mengisi darah kembali, atau disebut juga tekanan arteri
di antara denyut jantung. Dengan demikian, jelaslah
bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada
tekanan darah diastolik. Tekanan darah manusia
senantiasa berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai
dengan detak jantung.

Tekanan darah manusia biasa diukur secara tidak


langsung dengan menggunakan alat tensimeter (sfigmo
manometer air raksa). Dalam pengukuran tekanan darah
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai
berikut:

4
1. Pengkuran tekanan darah boleh dilaksanakan pada
posisi duduk ataupun berbaring. Namun yang penting,
lengan tangan harus dapat diletakkan dengan santai.
2. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan
memberikan angka yang agak lebih tinggi
dibandingkan dengan posisi terbaring, meskipun
selisihnya relative kecil.
3. Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat
pengukuran. Pada orang yang baru bangun tidur, akan
didapatkan tekanan darah paling rendah, yang
dinamakan tekanan darah basal. Tekanan darah yang
diukur setelah berjalan kaki atau aktivitas fisik lain
akan member angka yang lebih tinggi dan disebut
tekanan darah kasual. Oleh karena itu, sebelum
pengukuran tekanan darah, orang sebaiknya
beristirahat duduk santai minimal 10 menit. Di
samping itu, juga tidak boleh merokok atau minum
kopi, karena merokok atau minum kopi akan
menyebabkan tekanan darah sedikit naik.

5
Gambar 1.
Tekanan darah sistolik akan berubah ubah sesuai
dengan kegiatan yang dikerjakan, sedangkan tekanan
darah diastolik relatif tidak berubah.

4. Pada suatu pemeriksaan kesehatan sebaiknya tekanan


darah diukur 2 atau 3 kali berturut-turut. Jika hasilnya
berbeda, maka nilai yang dipakai adalah nilai yang
terendah.
5. Ukuran manset (cuff) harus seseuai dengan lingkaran
lengan, bagian yang mengembang harus melingkari
80% lengan dan mencakup dua pertiga dari panjang
lengan atas. Untuk itu, sebaiknya digunakan ukuran
manset yang berebeda untuk anak, dewasa, dan orang
gemuk.

Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi


tiga kelompok, sebagai berikut:
6
1. Tekanan darah rendah (hipotensi)
2. Tekanan darah normal (normotensi)
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Banyak ahli kedokteran membuat batasan hipertensi


dengan alasan masing-masing. Oleh karena itu, WHO
(World Health Organization, 1992) menentukan standar
batasan tekanan darah manusia agar memudahkan
diagnosis dan terapi atau penatalaksanaan hipertensi.

Tabel 1. Batasan Tekanan Darah menurut WHO

Tekanan Tekanan
Sistolik Diastolik Klasifikasi
(mm.Hg) (mm.Hg)
< 140 < 90 Normotensi
141 - 159 91 94 Perbatasan
>160 >95 Hipertensi

Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori


besar, yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer
dan hipertensi sekunder. Pengelompokkan ini ditinjau dari
unsur penyebabnya.

Tabel 2. Penyebab Hipertensi

Jenis hipertensi Penyebab


Hipertensi esensial, Berhubungan dengan obesitas,
idiopatik atau primer hiperkolesterolemia,
aterosklerosis, diet tinggi garam,
diabetes, stress, kepribadian
tipe A, riwayat keluarga,
merokok, kurang olahraga.
Hipertensi sekunder Renovaskular
Penyakit parenkim, mis.,

7
glomerolunefritis akut dan
menahun
Penyempitan (stenosis) arteri
renalis, akibat aterosklerosis
atau fibroplasias bawaan
Penyakit atau sindrom Cushing
Dapat disebabkan peningkatan
sekresi glukokortikoid akibat
penyakit adrenal atau
disfungsi hiposis
Aldosteronisme primer
Peningkatan sekresi aldosteron,
akibat tumor adrenal
Feokromositoma
Tumor medula adrenal yang
berakibat peningkatan sekresi
katekolamin adrenal
Koarktasio aorta
Konstriksi aorta bawaan pada
tingkat duktus arteriosus
dengan peningkatan tekanan
darah di atas konstriksi dan
penurunan tekanan di bawah
konstriksi.

Hipertensi sekunder merupakan penyakit ikutan dari


penyakit yang sebelumnya diderita. Hipertensi primer
atau disebut juga hipertensi esensial hingga saat ini
belum diketahui penyebabnya. Adapun penyakit yang
memicu timbulnya hipertensi sekunder di antaranya
penyakit-penyakit pada ginjal, pada kelenjar adrenal
(kelenjar yang duduk di atas ginjal), pada kelenjar gondok
(tiroid), efek obat-obatan, dan karena kelainan pembuluh
darah, serta pada kehamilan (pra-eklampsia).
8
Hampir 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi
esensial, sedangkan 10%-nya tergolong hipertensi
sekunder. Karena golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensi esensial maka penyedikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan untuk hipertensi
golongan ini.

Di sisi lain, ilmu pengobatan timur (Chinese Medicine)


menyatakan bahwa hipertensi disebabkan
ketidakseimbangan Yin dan Yang pada organ hati (liver)
dan ginjal. Teori Yin dan Yang adalah sebuat teori falsafah
alamiah yang merumuskan bahwa sehat merupakan di
mana keadaan Yin an Yang berada dalam keseimbangan.
Apabila di antara keduanya tidak seimbang akan
menimbulkan suatu penyakit. Selain teori Yin dan Yang,
Chinese Medecine juga mengenal teori Cang-Siang atau
teori fenomena organ. Teori ini menguraikan tentang
fisiologi (fungsi yang normal) dan patofisiologi (fungsi
yang sakit) suatu organ ditinjau dari fenomena yang
terlihat sebagai hasil pengamatan dan penelitian dengan
teori Yin dan Yang.

Menurut Chinese Medecine, hipertensi ada dua


macam, yaitu sebagai berikut:

1. Hipertensi akibat api hati berlebihan

Jenis ini disebut juga hipertensi akibat Yang hati


berlebihan (lever-Yang dominan hypertension) atau
organ hatinya panas. Gejalanya berupa sakit kepala,
pusing, wajah merah dan panas, mata merah, lidah
merah berselaput kuning mengkilap, nadi tegang atau
kuat dan licin, mudah marah, tidur nyenyak, gelisah,
telinga berdenging, kaki lemas, dan sembelit.

2. Hipertensi akibat kekurangan air ginjal


9
Jenis ini disebut juga hipertensi akibat kekuranganYin
ginjal (kidney-Yin deficient hypertension) atau organ
ginjalnya kering. Gejalanya berupa sakit kepala,
pening telinga berbunyi, berdebar, susah tidur, lidah
merah atau merah terang dan licin, nadi cepat dan
kuat, pinggang pegal/ngilu, banyak mimpi, dan lemah
syahwat (impoten).

Gejala-gejala hipertensi yang umum dijumpai adalah


sebagai berikut:

Pusing
Mudah marah
Telinga berdenging
Mimisan (jarang)
Suka tidru
Sesak napas
Rasa berat di tengkuk
Mudah lelah
Mata berkunang-kunang

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan


tekanan darah adalah curah jantung dan tahanan perifer
(pembuluh darah halus), keturunan, hormone rennin,
angiostenin, dan aldosteron, serta system syaraf simpatis
yang terlalu aktif, faktor hemodinamik, gangguang
kemampuan ginjal mengeluarkan garam natrium. Faktor
lingkungan seperti stress psiksosial, kegemukan, kurang
olahraga juga berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi.

Seorang yang menderita hipertensi akan memiliki


penderitaan yang lebih besar lagi jika semakin banyak
faktor resiko yang menyertai. Hampir 90% penderita
hipertensi tidak diketahui penyebabnya dengan pasti.

10
Para ahli, membagi dua kelompok fakto risiko pemicu
timbulnya hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat
dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol.

1. Faktor yang tidak dapat dikontrol

Beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain


sebagai berikut:

a. Keturunan

Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensial


ditemukan riwayat hipertensi di dalam keluarga.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih
besar.

Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita


yang kembar monozigot (satu telur) apabila salah
satunya menderita hipertensi. Dugaan ini
menyongkong bahwa faktor genetik mempunyai peran
dalam terjadinya hipertensi.

b. Jenis kelamin

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki


daripada perempuan. Hal itu kemungkinan karena laki-
laki memiliki faktor pendorong terjadinya hipertensi,
seperti stress, kelelahan, dan makan tidak terkontrol.
Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan risiko
terjadi setelah masa menopause (sekitan 45 tahun).

c. Usia

Pada umumnya, hipertensi menyerang pria di atas


usia 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah
usia 45 tahun (masa menopause).
11
Tabel 3. Hipertensi menurut kelompok usia
berbeda

Normal Hipertensi
Kelompok usia
(mm.Hg) (mm.Hg)
Bayi 80/40 90/60
Anak 7 11th 100/60 120/80
Remaja 12 17th 115/70 130/80
Dewasa 20 45th
120-125/75-80 135/90
45
135-140/85 140/90-160/95
65th
150/85 160/95
>65th

2. Faktor yang dapat dikontrol

Beberapa faktor dari hipertensi yang dapat dikontrol


antara lain, sebagai berikut:

a. Kegemukan

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan


ciri khas dari populasi hipertensi. Telah dibuktikan pula
bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan
terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun
belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan
hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan
bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi
dengan berat badan normal

b. Konsumsi garam berlebih

Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi


garam yang berlebihan dengan sendirinya akan

12
menaikkan tekanan darah. Sebaiknya hindari
pemakaian garam yang berlebihan atau makanan
yang diasinkan. Hal itu tidak berarti menghentikan
pemakaian garam sama sekali dalam makanan.
Namun, sebaiknya penggunaan garam dibatasi
seperlunya saja.

c. Merokok dan konsumsi alkohol

Hipertensi juga diransang oleh adanya nikotin


dalam batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh
darah. Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan
terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang


hipertensi karena adanya peningkatan sintesis
katekholamin yang dalam jumlah besar dapat memicu
kenaikan tekanan darah.

d. Kurang olahraga

Olahraga isotonic, seperti bersepeda, jogging, jalan


cepat (brisk walking), dan aerobik yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Orang yang kurang aktif
berolahraga pada umumnya cenderung mengalami
kegemukan.

Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah


obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam
tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama
dengan keringat.

13
Olahraga merupakan salah satu faktor yang dapat
dikontrol para penderita hipertensi. Para penderita
hipertensi dianjurkan untuk berolahraga secara rutin dan
tidak harus dengan olahraga yang berat. Guna olahraga
bagi para penderita hipertensi tentunya untuk
menurunkan tekanan darah, namun tak hanya untuk
menurunkan tekanan darah, olahraga juga berguna untuk
menurunkan kadar kolesterol dalam darah, dimana
kolesterol tersebut sangat berpengaruh dalam peredaran
darah. Apabila kolesterol menumpuk maka kolesterol-
kolesterol tersebut akan menyumbat pembuluh darah
dan mengakibatkan aliran darah tidak lancar, hal ini yang
menyebabkan adanya hipertensi yaitu tekanan darah
naik karena adanya penyumbatan aliran darah.

Terdapat olahraga-olahraga yang dapat dilakukan


penderita hipertensi, seperti jogging, berenang,
bersepeda, dan jalan cepat (brisk walking). Dari berbagai
macam olahraga yang disebutkan jalan cepat (brisk
walking) merupakan olahraga yang ringan mudah
dilakukan khususnya bagi penderita hipertensi.

Jalan cepat (brisk walking) adalah olahraga dengan


gerakan berjalan secepat mungkin tanpa kehilangan
kontak atau sentuhan dengan tanah. Gerakan berjalan
pada jalan cepat ini dilakukan secara konstan dan
disesuaikan agar kaki senantiasa menyentuh bumi,
intinya jika salah satu kaki terangkat untuk melangkah ke
depan, maka kaki satunya harus tetap menginjak tanah
sehingga salah satu telapak kakinya masih berinteraksi
dengan tanah. Pada olahraga jalan cepat ini kaki dilarang
melayang atau melakukan gerakan melompat karena
aturan dasarnya adalah tidak boleh kehilangan kontak
atau sentuhan dengan tanah, dimana setidaknya salah
satu kaki harus selalu bersentuhan dengan tanah.
14
Dalam olahraga jalan cepat (brisk walking) terdapat
teknik dasar danbeberapa tahapan yang harus dipelajari,
antara lain;

1. Tahap pertama adalah melangkahkan satu kaki ke


depan

Saat melakukan jalan cepat, secepat apapun ketika


berjalan, tidak ada saat melayang di udara. Kaki depan
harus menyentuh tanah sebelum kaki belakang diangkat.

Kesalahan yang sering terjadi pada tahap ini adalah


sikap badan terlalu kaku, langkah kaki yang kurang pas,
tergesa-gesa, lutut ditekuk, masih terlihat lari karena
masih ada saat melayang diudara, kurang adanya
keseimbangan dan tidak diikuti gerak lanjut.

2. Tahap dua melakukan tarikan kaki belakang ke depan

Pada tahap ini kaki setelah kaki depan menyentuh


tanah segera kaki belakang ditarik ke depan untuk
melanjutkan langkah-langkah jalan cepat. Bagian tumit
menyentuh tanah terlebih dahulu.

Yang harus dihindari dalam fase ini adalah jangan


terlalu kaku ketika melakukan tarikan kaki belakang
adalah langkah kaki jangan terlalu kecil-kecil dan jangan
terlalu lebar. Jangan sampai kehilangan keseimbangan.

3. Tahap relaksasi

Tahap relaksasi adalah tahap antara tahap awal ketika


melangkahkan kaki ke depan dan ketika akan melakukan
tarikan kaki belakang. Pada tahap ini pinggang berada
pada posisi yang sama dengan bahu, sedangkan lengan
vertika dan paralel disamping badan.

15
4. Tahap Dorongan

Pada tahap ini adalah gerakan ketika ketiga tahap


diatas selesai dilakukan. Tahap dorongan ini adalah
mempercepat laju jalan kaki dengan dorongan tenaga
penuh untuk mendapatkan rentang waktu yang
sesingkat-singkatnya ketika melakukan langkah-langkah
kaki, namun langkah kaki jangan terlalu pendek dan
jangan terlalu panjang, jaga keseimbangan tubuh.

Selain teknik dasar pada jalan cepat, terdapat hal-hal


yang harus diperhatikan dalam jalan cepat (brisk
walking) sebagai berikut:

1. Pada saat melangkah kaki, kaki tumpu harus selalu


kontak dengan tanah dan lutut harus dalam keadaan
lurus, sebelum kaki yang dilangkahkan mendarat di
tanah.
2. Bersamaan dengan mengangkat paha (misalnya
tungkai kiri) ke depan, tungkai bawah kaki kiri dan
tangan kanan diayunkan ke depan, dengan diikuti
badan condong ke depan.
3. Pada saat kaki kiri mendarat (kontak dengan tanah),
segera paha tungkai kanan diangkat ke depan,
bersamaan dengan tungkai bawah kaki kanan dan
tangan kiri diayunkan ke depan, diikuti dengan badan
condong ke depan, pandangan tetap lurus ke depan.
4. Kaki mendarat dimulai dari tumit kemudian berangsur-
angsur menuju ke ujung kaki, lutus dalam keadaan
lurus
5. Gerakan lengan dan bahu jangan terlalu tinggi
mengangkatnya.
6. Selama berjalan usahakan agar pinggul tetap rendah
dan berada di bawah, keadaan ini harus diusahakan
tetap terpelihara, hindari gerakan ke samping yang
berlebihan.
16
Gambar 2. Teknik Jalan Cepat

Berikut program cardiovascular untuk bagi para


pemula

Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan


sebelumnya penderita hipertensi kebanyakan dialami
oleh orang-orang dewasa yang telah berusia 35 tahun ke
atas, untuk penderita hipertensi tersebut tidak dianjurkan
melakukan olaharaga yang berat, dan juga tidak
dianjurkan untuk olahraga lari. Jadi, jalan cepat (brisk
walking) ini sangat tepat untuk terapi penyembuhan
penderita hipertensi.

Jalan cepat (brisk walking) tidak hanya dapat


menurunkan kadar kolesterol yang menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah saja, namun jalan cepat
(brisk walking) juga efektif dalam pembakaran kalori
yang menyebabkan kegemukan pada penderita
hipertensi, jalan cepat (brisk walking) juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol baik HDL yang diperlukan
oleh tubuh, dan juga membuat darah tidak saling lengket
atau mengental hingga mengganggu aliran pembuluh
darah yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah, hal ini akan menyebabkan tekanan darah
menurun.
17
Membiasakan badan bergerak juga meningkatkan
kolesterol baik (High Density Lipoprotein, HDL) dan
mengurangi kolesterol jahat (Low Density Lipoprotein,
LDL). Dengan demikian, kebutuhan obat-obatan bagi
penderita hipertensi dapat dikurangi, seperti penggunaan
obat antikolesterol. Bagaimana pun semua obat-obatan
tersebut memiliki efek samping tak baik bagi penderita
hipertensi. Dengan melakukan olahraga jalan cepat (brisk
walking) maka penderita hipertensi dapat meminimalisir
penggunaan obat-obatan.

Takaran normal jalan cepat (brisk walking) bisa


menghabiskan sekitar 350 kalori setiap harinya. Itu
berarti apabila porsi makan harian kita kelebihan 350
kalori (setara dengan 87,5gram nasi/gula) berat badan
tetap tidak akan betambah.

Atau kalau berat badan berlebih dan porsi makan kita


sebanyak yang tubuh butuhkan, maka dengan jalan
cepat (brisk walking) takaran normal, kelebihan berat
badan akan susut, karena membakar 350 kalori setiap
harinya.

Besaran kalori yang dipakai menunjukkan pembakaran


kalori untuk suatu satuan waktu. Satuan ini dipakai untuk
menghitung berapa banyak kalori tubuh yang terbakar.
Namun, tidak setiap aktivitas fisik mencapai tingkat
aerobic. Hanya aktivitas fisik dengan intensitas tertentu
yang aerobic-nya teracapai.

Apa pun jenis aktivitas fisiknya, baru mencapai tingkat


aerobic-nya apabila dalam menjalani aktivitas fisik
besaran degup jantung sudah memasuki wilayah aerobic,
yakni 65-80 persen dari hasil pengurangan (220-umur).

18
Jalan cepat (brisk walking) 12 menit/ 1,6 Km (1 Mil)
menghasilkan 86 persen wilayah arobic.

Oleh karenanya, menurut Cooper, jalan cepat (brisk


walking) yang terukur itu lebih ringan, dan lebih aman
disbanding jenis latihan fisik dan olahraga berat (high
impact) selain menghasilkan endurance fitness yang
cukup, jalan cepat (brisk walking) lebih dipilih untuk
mereka yang usianya tidak lagi muda.

Maka, upaya melancarkian aliran darah tubuh harus


menjadi focus dalam membugarkan badan. Ada yang
menawarkan mengonsumsi obat, bahan berkhasiat,
terapi pijat khusus atau akupuntur. Namun, tidak ada
yang lebih tepat dan membuahkan hasil sebaik jalan
cepat (brisk walking).

Tidak ada cara lebih baik untuk menambah merah


warna kulit, tanda aliran darah mencapai ujung-ujung
pembuluh kapiler kulit, daripada jalan cepat (brisk
walking). apalagi bila dilakukan di urdara segar terbuka,
cukup paparan matahari pagi (sebelum pukul 11.00)
sekurang-kurangnya 15 menit (untuk sintesis vitamin D),
selain dengan tekanan beban cukup pada tulang panjang
yang diberikan oleh jalan cepat (brisk walking) agar
metabolisme kalsium meningkat.

Selain dengan jalan cepat (brisk walking) penderita


hipertensi juga dianjurkan untuk menjalankan program
cardiovascular yang dapat membantu penderita untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam
penyembuhannya. Berikut merupakan contoh jadwal
program cardiovascular bagi pemula, yang dapat
digunakan untuk penderita hipertensi:

19
Minggu pertama
Senin 5 menit jalan cepat (brisk walking)
Rabu 10 menit bersepeda
Sabtu 5 menit jalan cepat (brisk walking)
Minggu kedua
Senin 7 menit jalan cepat (brisk walking)
Rabu 12 menit bersepeda
Sabtu 7 menit jalan cepat (brisk walking)
Minggu ketiga
Senin 10 menit jalan cepat (brisk walking)
Rabu 15 menit bersepeda
Sabtu 10 menit jalan cepat (brisk walking)
Minggu keempat
Senin 15 menit jalan cepat (brisk walking)
Rabu 15 menit bersepeda
Sabtu 15 menit jalan cepat (brisk walking)
Minggu kelima
Senin 17 menit jalan cepat (brisk walking)
Rabu 20 menit bersepeda
Sabtu 17 menit jalan cepat (brisk walking)
Minggu keenam
Senin 20 menit jalan cepat (brisk walking)
Rabu 25 menit bersepeda
Sabtu 20 menit jalan cepat (brisk walking)

Selain dengan jalan cepat (brisk walking) dan


melaksanakan program cardiovascular penderita
hipertensi juga harus memodifikasi gaya hidup mereka.
Berikut adalah cara memodifikasi gaya hidup bagi
penderita hipertensi.

1. Menurunkan berat badan bila kegemukan.


2. Mengurangi konsumsi Na menjadi 2 gr perhari atau
setara 6 gram garam dapur. Menghindari konsumsi
makanan yang banyak mengandung Na.
3. Mengurangi konsumsi cafein dan alkohol, karena dapat
meningkatkan tekanan darah.

20
4. Menambah konsumsi kalsium 400mg perhari.
5. Menambah konsumsi bahan makanan sumber kalium
(K), yaitu buah-buahan dan sayuran segar.
6. Mengurangi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol.
7. Banyak minum air putih, kecuali ada kontra indikasi.
8. Berhenti merokok, untuk mencegah kemungkinan
komplikasi.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik


dan diastolik yang menetap. Hipertensi dibagi menjadi
dua hipertensi primer dan hipertensi sekunder
berdasarkan penyebabnya. Hampir 90% penderita
hipertensi tergolong hipertensi esensial, sedangkan 10%-
nya tergolong hipertensi sekunder. Adapun faktor-faktor
yang dapat tidak dapat dikontrol dan dapat dikontrol
pada penderita hipertensi. Faktor yang tidak dapat
dikontrol adalah keturunan, jenis kelamin, dan usia.
Sedangkan faktor yang dapat dikontrol adalah
kegemukan, konsumsi garam berlebih, merokok dan
mengonsumsi alkohol, dan kurang olahraga. Olahraga
merupakan salah satu faktor yang dapat dikontrol. Salah

21
satu olahraga yang tepat untuk penderita hipertensi
adalah jalan cepat (brisk walking). Jalan cepat (brisk
walking) dapat tekanan darah akan turun, kolestrol baik
HDL akan meningkat, dan darah tidak saling lengket,
sehingga resiko penggumpalan darah yang berpotensi
menyumbat pembuluh darah menjadi berkurang. Selain
itu jalan cepat (brisk walking) lebih efektif menurunkan
kalori bagi penderita yang mengalami kegemukan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jalan cepat
(brisk walking) dapat digunakan sebagai terapi
penyembuhan bagi penderita hipertensi.

B. Saran

Dengan adanya karya tulis ini, diharapkan dapat


memberikan inovasi baru dalam implementasi olahraga
jalan cepat (brisk walking) dapat menyembuhkan
penyakit-penyakit lainnya. Sehingga dapat menjadi
sumber referensi baru bagi masyarakat umum mengenai
kegunaan olahraga jalan cepat (brisk walking) bagi
kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Selain
itu diharapkan juga pada penulisan karya tulis ilmiah
selanjutnya dapat memberikan penjabaran materi dan
bukti data berupa penelitian ataupun yang lain secara
terinci dan terpercaya agar masyarakat dapat
mengaplikasikan apa yang di anjurkan dengan baik dan
benar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mukholid, Agus. 2007. Pendidikan Jasmani 1 Olahraga


dan Kesehatan. Jakarta:Yudhistira

Nadesul, Handrawan. 2006. Sehat Itu Murah. Jakarta:


Kompas

Nadesul, Handrawan. 2008. Cara Sehat Menjadi


Perempuan. Jakarta: Kompas

Reed, Stephen. 1961. Healthy Black Bible. Ontario


Canada: Robert Rose

Gunawan. 2001. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius

Tambayong, Jan. 2000. Patofisioligi. Jakarta:


Kedokteran EGC
23
Soenardji, Tuti. 2001. Hidangan Sehat Untuk Penderita
Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

24

Anda mungkin juga menyukai