Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Penyebab Hipertensi
Risiko Hipertensi
Faktor Peningkatan TD
Pencegahan
Tindakan Umum
a. Menguruskan badan
b. Mengurangi garam dalam diet
c. Membatasi kolesterol
d. Berhenti merokok
e. Membatasi minum kopi
f. Membatasi minum alkohol
g. Cukup istirahat dan tidur
h. Gerak badan
B. Obat Antihipertensi
Penanganan dasar hipertensi terdiri dari penanggulangan overwight (bila ada)
dengan diet, pembatasan garam serta peningkatan aktivitas fisik. Selain
tindakan umum ini, pada hipertensi lebih berat perlu digunakan obat-obat
hipertensi untuk menormalisasikan TD.
Penggolongan
Obat-obat yang dewasa ini digunakan untuk terapi hipertensi dapat dibagi
dalam beberapa kelompok yaitu:
1. Diuretika
2. Alfa-receptor blocker
3. Beta-receptor blocker
4. Obat-obat SSP
5. Antagonis kalsium
6. Penghambat ACE
7. Vasodilator
8. AT-II-receptor blocker (antagonis-ATII)
Mekanisme Kerja
Obat hipertensi berbagai macam dan cacra kerjanya dapat dibagi dalam
beberapa jenis, yaitu:
Diuretika: meningkatkan pengeluaran air dari tubuh
Beta-blocker: memperlambat kerja jantung
Vasodilator langsung (di/ hidralazin, minoksidil), antagonis kalsium,
penghambat ACE dan AT II-reseptor blocker: memperlebar pembuluh
Agonis alfa-2 sentral seperti klonidin dan moksonidin, metildopa,
guanfasin dan reserpin: menstimulasi SSP
Mengurangi pengaruh SSO terhadap jantung dan pembulu yakni
- Alfa-1-blockers: derivat quinazolin (prazosin, doksazosin, alfuzosin,
tamsulosin), ketanserin (ketensin)
- Alfa-1 dan alfa-2-blocker: fentolamin
- Beta-blocker: propranolol, atenolol, metoprolol, pindolol, bisoprolol,
timolol
- Alfa/ beta-blockers: labetalol dan karvedilol.
1. Diuretika
Diuretika meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga
volume darah dan TD menurun. Disamping itu diperkirakan berpengaruh
langsung terhadap dinding pembuluh, yaitu penurunan kadar-Na
membuat dinding lebih kebal terhadap noradrenalin, hingga daya
tahannya berkurang. Efek hipotensifnya relatif ringan dan tidak
meningkat dengan memperbesar dosis (sebagaimana halnya dengan
reserpin).
Diuretika thazida dianggap sebagai obat hipertensi pilihan utama dan
seyogyanya digunakan sebagai terapi awal bagi kebanyakan pnerita TD
tinggi. Diberikan sebagai oabat tunggal atau kombinasi dengan
antihipertensiva golongan lain, yang dinaikkan efektivitasnya. Yang
terutama digunakan adalah obat-obat long-acting karena sebagai single-
dose perntakarannya praktis, sehingga meningkat kesetiaan pasien pada
obat (drug compliance). Khusus digunakan hidroklorothiazida (HCT)
yang sering kali dikombinasi dengan diuretika penghemat kalium
(spironolakton, amilorida, triamteren).
2. Alfa-Blocker
Obat-obat ini merintangi reseptor-alfa adrenerg yang terdapat di otot
polos pembuluh (dinding), khususnya di pembuluh kulit dan mukosa.
Dapat dibedakan 2 jenis reseptor: a1 dan a2, yang berada post-synaptis, a2
juga pre-sinaptis. Bila reseptor tersebut diduduki (aktivasi) oleh (nor)
adrenalin, otot polos akan menciut. Alfa-blocker “melawan”
vasokonstriksi akibat aktivasi tersebut dan dapat dibagi dalam 3
kelompok, yaitu:
a. Alfa-blocker tak-selektif: fentolamin (Regitine), yang hanya
digunakan i.v. pada krisis hipertensi tertentu, pada dekompensasi
tertentu sesudah infark jantung dan pada tumor tertentu sumsum,
anak ginjal
b. Alfa-1-blocker selektif: memblok hanya reseptor-a1-adrenerg secara
selektif, antara lain prazosin, doksazosin, terazosin, alfuzosin dan
tamsulosin. Labetalol dan karvedilol memblok terutama reseptor-β1
dan –β2
c. Alfa-2-blocker selektif: yohimbin
Monografi
Prazosin: Minipress
Resorpsinya dari usus sampai 80%, Ppnya tinggi (97%) dan t1/2 2-3
jam, tetapi daya kerjanya lebih panjang sampai 12 jam. Ekskresi
terutatama melalui empedu dan feses sebagai metabolit dan ±10% secara
utuh lewat urin.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah perasaan pusing, nyeri
kepala dan impotensi.
Dosis: BPH dan oral selama 3 hari 1 mg malam hari, lalu selama 11
haru 1 dd 2 mg, pemeliharaan 1 dd 5-10 mg. Hipertensi: malam hari 1
mg selama 1 minggu, lalu 1 dd 2 mg.
Alfuzosin: Xatral XL
Derivat furimida ini (1990) juga khusus digunakan sebagai obat BPH
dengan efek samping lebih ringan.
Karena BPH dan bedah katarak sering kali dialami para lansia, maka
efek samping serius pasca bedah ini perlu diwaspadai. Oleh karena itu
penting untuk sebelum pembedahan diminta keterangan pada pasien
apakah pernah menggunakan tamsulosin atau salah satu alfa-1 blocker di
waktu yang lalu, karena masalah ini masih dapat timbul walaupun sudah
cukuo lama dihentikan penggunaannya.
Efek samping lainnya adalah kemungkinan timbulnya hipotensi dan
sinkope (kehilangan kesadaran sementar), tetapi belum jelas apakah
masalah ini hanya timbul pada awal terapi (first dose effect) atau selama
terapi. Oleh karena itu pasien tetap harus waspada terhadap kemungkinan
terjatuh.
3. Beta-Blocker
Zat-zat ini memiliki sifat kimia yang sangat mirip dengan zat b-
adrenergik isoprenalin. Khasiat utamanya adalah anti-adrenergik dengan
menempati secara bersaing reseptor β-adrenergik. Blokade reseptor ini
mengakibatkan peniadaan atau penurunan kuat aktivitas adrenalin dan
noradrenalin (NA).
Reseptor-β terdapat dalam 2 jenis, yakni β1 dan β2.
- Reseptor β1 di jantung (juga di SSP dan ginjal). Blokade reseptor ini
mengakibatkan pelemahan daya kontraksi (efek inotrop negatif),
penurunan frekuensi jantung (efek kronotrop negatif, bradycardial)
dan penurunan volume-menitnya. Juga perlambatan penyaluran
implus di jantung (simpul AV = atrioventikuler). Efek ini hanya
lemah pada pindolol.
- Reseptor β2 di bronchia (juga di dinding pembuluh dan usus).
Blokade reseptor ini menimbulkan peciutan bronchia dan
vasokonstriksi perifer agak ringan yang bersifat sementara (beberapa
minggu), juga mengganggu mekanisme homeostasis pemeliharaan
kadar glukosa dalam darah (efek hipoglikemik).
Monografi
Resorpsi dari usus ±70%; akibat FPE tinggi, BA-nya hanya ±40%.
PP-nya 11-25%, plasma-t1/2 2-11 jam. Dalam hati, zat ini dirombak
menjadi metabolit yang sama aktifnya dengan diasetolol. Ekskresi
berlangsung lewat urin dan feses. Asebutolol dan diasetolol bersifat
lipofil, sehingga dapat menimbulkan efek samping sentral.
Dosis: angina dan hipertensi: oral 1 dd 400 mg pagi hari, bila perlu
seseudah 2 minggu dinaikkan sampai 2 dd 400 mg. Tachy-aritmia: 2-3
dd 200-400 mg. *Sectrazide = asebutolol 400 + HCT 25 mg.
Derivat karbozalil ini (1992) bersifat tidak selektif tanpa ISA, tetapi
berefek blokade-alfa yang mennimbulkan penurunan daya tahan perifer.
Sangat lipofil. Resorpsi dari usus baik, tetapi BA-nya hanya 22% akibat
FPE tinggi. PP-nya 95%. Dalam hati sebagian dirombak menjadi
glucuronida inaktif dan 2 metabolit aktif yang diekskresi dengan urin
untuk 16 % dan lewat empedu serta feses untuk 60%. Masa paruhnya 6
jam.
Zat tidak selektif ini (1976) bersifat ISA dan lokal anestetik, juga
lopofil kuat. Dengan mudah alprenolol melintasi rintangan darah otak.
Resorpsi dari usus baik, tetapi BA-nya ringan, hanya ±10%, karena FPE
besar. PP 85%, t1/2 3 jam. Ekskresi berlangsung lewat urin sebagai
metabolit aktif.
Resoprsi dari usus baik, tetapi FPE besar, hingga hanya 30%
mencapai sirkulasi besar. Sebagian besar diubah dalam hati menjadi
derivat hidroksi yang aktif. PP 90%, plasma-t1/2 3-6 jam. Bersifat sangat
lipofil, sehingga distribusinya di jaringan dan otak baik dengan sering
kali menimbulkan efek sentral, lihat efek samping umum.
Labetol: Trandate
Beta-blocker tidak selektif ini (1977) juga bersifat α1- blocker, dalam
perbandingan kekuatan blokade kurang lebih 3:1. Memiliki ISA ringan
dan efek lokal anestetik hanya para dosis tinggi. Berlainan dengan beta-
blocker lain, tabetalol tidak berdaya inotrop negatif atau memperlihatkan
waktu laten, karena alfa-1-blokade menyebabkan vasodilatasi langsung
cepat. Mulai kerjanya dalam 2-4 jam. Digunakan pada hipertensi sedang
dan berat; antara dosis dan efeknya terdapat korelasi baik (berlainan pula
dengan obat-obat lain).
Resorpsi dari usus baik dengan FPE besar, BA hanya 25%. PP 50%,
t1/2 2,5-8 jam. Ekskresi melalui urin terutama sebagai metabolit dan 30%
lewat feses.
Dosis: hipertensi oral 2 dd 100 mg, bila perlu sesudah 1-2 minggu 2
dd 200 mg.
Derivat alanin ini (1963) dalam saraf adrenerg diubah secara enzimatis
menjadi zat aktifnya alfa- metinoradrenalin (MNA) dan metildopamin.
Semula dikira bahwa MNA mendesak NA dari reseptornya di ujung saraf
dan dengan demikian bekerja sebagai transmitter palsu. Tetapi MNA
ternyata hampir sama aktifnya dengan NA, sehingga tidak dapat
dijelaskan menurunnya aktivitas adrenerg dan TD. Kemudian ditemukan
bahwa pembentukan ‘fase transmitter’ tersebut juga terjadi dalam otak
dan kini efek hipotensif tersebut diperkirakan akibat aktivasi reseptor-a2
sentral. Metildopa terutama digunakan pada hipertensi sedang sampai
berat, sering kali dikombinasi dengan thiazida.
Monografi
Tablet biasa (kerja singkat) dalam dosis tinggi sesudah inrafk ternyata
mempersingkat hidup. Lembaga Jantung AS pada 1 September 1995
menganjurkan untuk “sangat berhati-hati menggunakan nefedipin short-
acting, terutama pada dosis tinggi untuk terapi hipertensi, angina dan
infark jantung”.
Resorpsi dari usus baik (90%), tetapi BA hanya rata-rata 60% karena
FPE tinggi. Mulai kerja kapsusl dalam 20 menit dan bertahan 1-2 jam,
tablet Oros masing-masing 2-4 jam dan 16-18 jam jam. PP di atas 90%,
plasma-t1/2 2-5 jam (±11 jam pada tablet retard). Dalam hati zat ini
dirombak menjadi metabolit inaktif yang diekskresi lewat urin (90%) dan
feses (10%).
Verapamil: Isoptin/ SR
Senyawa amin alifatis ini (1963) dengan gugus nitril (-CN) digunakan
pada angina variant dan stabil, juga pada aritmia (tachy-aritmia
supraventrikuler). Verapamil juga efektif pada hipertensi ringan sampai
sedang dan dapat mencegah reinfark setelah serangan jantung jika ada
kontraindikasi bagi beta-blocker. Kombinasi dengan obat-obat lain yang
bekerja kardiosupresif atau menghambat pembentukan/ penyaluran
rangsangan harus dihindari. Misalnya kombinasi dengan beta-blocker
dan anti-aritmika dapat menimbulkan gangguan penyaluran AV kuat,
hipotensi atau gagal jantung.
Resorpsi dari usus lebih dari 90%, tetapi BA hanya ±40% karena FPE
tinggi. PP ±80%, plasma-t1/2 4-8 jam, ekskresi lewat feses (65%) sebagai
metabolit (termasuk desasetil-diltiazem aktif) dan secara utuh lewat urin
(1-4%). Efek sampingnya mirip verapamil.
Dosis: angina variant/ stabil oral 3-4 dd 60 mg, maks. 3 dd 120 mg,
hipertensi 3 dd 60, bila perlu dinaikkan sampai 3 dd 120 mg. Aritmia i.v.
1 dd 0,25-0,3 mg/ kg dalam 2 menit.
Losartan
Valsartan
Irbesartan
Candesartan
Eposartan
Telmisartan
Olmesartan
7. Vasodilator
Monografi
Hidralazin
*Dihidralazin
Minoksidil
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Kirana dan Tan Hoan Tjay. 2015. Obat-Obat Penting Edisi 7. Jakarta:
PT Gramedia