Penanganan Pada Pasien dengan ARDS: 1. Tentukan apakah terjadi peningkatan kerja pernafasan dengan CRT= infiltrasi bilateral, SpO2 < 90%, PaO2/ FiO2 < 300. 2. Tentukan apakah kemampuan respirasi memadai a. Jika kemampuan respirasi memadai, maka: 1) Berikan terapi O2 dengan kanula hidung atau masker atau tingkatkan fiO2 2) Lakukan cek AGD dan SpO2 dalam 15 menit 3) Jika SpO2 > 90% maka jaga FiO2 selama 15 menit dan lepaskan FiO2 jika mungkin b. Jika kemampuan respirasi tidak memadai, maka: 1) Lakukan Intubasi 2) Memilih jenis ventilator yang tepat 3) Gunakan FiO2 yang tepat untuk SpO2 > 90% 4) Gunakan kateter yang tepat untuk pemantauan hemodinamik 3. Lakukan pemeriksaan AGD. Jika analgesia/ sedasi yang tersedia tidak tepat maka pertimbangkan benzodiazepine 4. Lakukan PCWP (Pulmonary Capillary Wedge Pressure). Jika nilai pcwp >18 mmHg maka pertimbangkan kegagalan kardiogenik. 5. Lakukan pemeriksaan Hb. Jika nilai Hb ≤10 mg/dl maka berikan transfusi darah. 6. Apakah perfusi organ cukup, dengan kriteria: 1) Keluaran urine >30 ml/jam untuk dewasa dan >1 ml/kg/jam untuk anak 2) Peningkatan serum kreatinin basal <0,5 mg/dl 3) Test fungsi liver normal Jika perfusi organ tidak cukup berikan vasopressors, inotrop, dan diuretic 7. Apakah terjadi infeksi nasokomial. Jika infeksi nasokomial tidak dapat disampingkan maka berikan terapi antibiotik empirik berdasar antibiogram spesifik di RS. 8. Apakah oksigenasi membaik. Jika oksigenasi tidak membaik maka pertimbangkan: 1) Mengubah metode ventilasi 2) Penyesuaian PEEP 3) Penyesuaian rasio I:E 2. Algoritma Bradikardi Penanganan Pada Pasien dengan Bradikardi: 1. Irama bradikardi biasanya terlihat ketika denyut jantung <50x/menit 2. Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab dengan: 1) Pertahankan jalan nafas, bantu nafas jika perlu 2) Berikan terapi oksigen (jika terjadi hipoksemia), monitor SpO2 3) Identifikasi irama dengan memonitor, monitor tekanan darah 4) Lakukan pemasangan akses IV 5) Lakukan perekaman EKG 12 lead jika tersedia, jangan menunda terapi 3. Apakah bradikardi menyebabkan: hipotensi, penurunan kesadaran, tanda-tanda syok, nyeri dada iskemik, dan gagal jantung akut. Jika tidak lakukan monitor dan observasi, jika iya berikan atropin dengan dosis 0,5mg IV ulangi setiap 3-5 menit dengan maksimal 3mg. 4. Jika atropin tidak efektif maka lakukan pacu jantung. Berikan obat dopamin 2-20 mcg/kg/min atau epineprin 2-10 mcg/min sebagai alternatif. 5. Pertimbangkan kosultasi ahli dan pacu jantung jika upaya yang lain tidak efektif. 3. Algoritma Takikardi Penanganan Pada Pasien dengan Takikardi: 1. Irama takikardi biasanya terlihat ketika denyut jantung ≥150x/menit. 2. Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab dengan: 1) Pertahankan jalan nafas, bantu nafas jika perlu 2) Berikan terapi oksigen (jika terjadi hipoksemia), monitor SpO2 3) Identifikasi irama dengan memonitor, monitor tekanan darah 3. Jika takikardi menyebabkan: hipotensi, penurunan kesadaran, tanda-tanda syok, nyeri dada iskemik, dan gagal jantung akut. Berikan synchronized cardioversion dengan pertimbangkan sedasi dan dapat menggunakan adenosin untuk kompleks regular sempit. 4. Jika gelombang QRS melebar ≥0.12 detik, maka: 1) Mulai IV dan 12 lead EKG jika tersedia 2) Dapat menggunakan adenosin jika regular dan monomorpik 3) Pertimbangkan infus antiaritmia 4) Pertimbangkan konsultasi ahli 5. Jika gelombang QRS ≤0.12 detik, maka: 1) Mulai IV dan 12 lead EKG jika mungkin 2) Vagal manuver 3) Adenosine (jika reguler) 4) β-Bloker atau kalsium bloker 5) Pertimbangkan konsultasi ahli 4. Algoritma Cardiac Arrest Penanganan Pada Pasien dengan Cardiac Arrest: 1. Minta pertolongan/ aktifkan sistem emergensi 2. Mulai melakukan RJP dengan memberikan oksigen dan pasang monitor/ defibrilator 3. Jika irama VT/ VF, maka lakukan: 1) Lakukan defibrilator 2) RJP 2 menit/ 5 siklus dan pasang akses IV 3) Cek irama jika iya lakukan defibrillator 4) Lakukan RJP 2 menit/ 5 siklus. Berikan epineprin setiap 3-5 menit. Pertimbangkan alat bantu jalan napas lanjut, kapnografi 5) Cek irama jika iya lakukan defibrillator 6) Lakukan RJP 2 menit/ 5 siklus. Lalu berikan amiodaron. Kemudian atasi penyebab yang reversible. 4. Jika irama PEA/ Asistol 1) Lakukan RJP 5 siklus selama 2 menit. Pasang akses IV. Berikan obat epineprin setiap 3-5 menit. Pertimbangkan alat bantu jalan napas. 2) Cek irama tidak ada. Lakukan RJP 5 siklus selama 2 menit. Kemudian atasi penyebab yang reversible 3) Cek irama. Jika tida ada tanda-tanda kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) maka lakukan RJP kembali. Jika terjadi ROSC, ke perawatan pasca henti jantung 5. Algoritma Syok Hipovolemik
Penanganan Pada Pasien dengan Syok Hipovolemik:
1. Pada penderita yang mengalami perdarahan. Pasang IV line jarum besar dan ambil sampel darah 2. Catat tekanan darah, nadi, perfusi, produksi urin dan siapkan transfusi darah 500-1000 ml 3. Berikan cairan infus ringer laktat atau NaCl 0,9% sebanyak 1000-2000 ml dalam 30-60 menit. Kemudian ulangi sampai 2-4x lost volume (kalau perlu lakukan 2 IV line) 4. Jika hemodinamik naik cek tekanan darah >100, nadi <100, perfusi hangat, kering urin >1/2 ml/kg/jam lalu dievaluasi. 5. Jika hemodinamik buruk maka teruskan cairan 2-4x lost volume. Lalu jika hemodinamik semakin buruk maka lakukan emergency. Kemudian jika hemodinamik baik maka evaluasi. 6. Algoritma Acute Coronary Syndrome Penanganan Pada Pasien dengan ACS: 1. Tentukan apakah simptom mengarah pada iskemik atau infark. 2. Lakukan EMS dan persiapan rumah sakit a. Monitor dan pertahankan ABC. Siapkan diri untuk melakukan RJP dan defibrilasi b. Jika ada, pasang EKG 12-sandapan; perhatikan jika ada ST elevasi c. Informasikan rumah sakit; catat waktu onset dan kontak pertama dengan tim medis d. Obat yang diberikan: aspirin, oksigen, nitrogliserin, dan morfin e. Rumah sakit yang dituju harus memobilisasi sumber daya untuk perawatan STEMI
3. Lakukan penilaian dan terapi
a. Lakukan perekaman EKG 12 Lead (jika belum dilakukan sebelum ke rumah sakit) b. Cek tanda vital pasien; evaluasi saturasi oksigen. Jika saturasi O2 <90%, berikan oksigen 4 L/menit tertitrasi c. Berikan terapi aspirin 160-325 mg (jika belum diberikan EMS) d. Berikan nitrogliserin sublingual atau spray e. Pasang IV line dan berikan morfin jika diperlukan f. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik singkat dan terarah g. Lengkapi ceklis fibrionilis; cari kontrandikasi h. Periksa cardiac marker, elektrolit dan koagulasi i. Periksa chest X-ray portable (<30 menit) 4. Pengkajian hasil EKG 12 leads a. Jika menunjukkan adanya ST elevasi (STEMI), maka: Mulai tata laksana terapi: Heparin, NTG, B blockers dan jangan tunda reperfusi. Jika simpton terjadi kurang dari 12 jam maka lakukan tindakan pemasangan PCI dengan waktu kurang dari 90 menit atau fibrinolysis kurang dari 30 menit. Untuk simptom yang terjadi lebih dari 12 jam, yang digunakan adalah penatalaksanaan ST depresi (NSTEMI). b. Jika menunjukkan adanya ST depresi (NSTEMI) dan troponin meningkat atau pasien risiko tinggi, maka pertimbangkan strategi invasive dengan indikasi pasien:
1) Nyeri dada refrakter
2) Deviasi ST berulang/menetap 3) Hemodinamik tidak stabil 4) Tanda-tanda gagal jantung 5) Terjadi VT Lakukan pemberian terapi berupa: Nitrogilserin (IV/PO), Heparin (IM/IV) serta Pertimbangkan: Beta blocker, Clopidogrel, dan Gp llb/llla inhibitor. Pasien harus dirawat di ruang bermonitor dan. Lanjutkan terapi aspirin, heparin dan terapi lain (ACE inhibitor/ARB,Statin) sesuai indikasi. Konsultasi ahli untuk mengkaji faktor resiko c. Jika menunjukkan ST normal maka: Monitor EKG dan cardiac marker serial (termasuk troponin) serta pertimbangkan test diagnostic non-invasive. Jika tidak ada perubahan EKG (ST elevasi/ST depresi), tidak ada peningkatan troponin, dan ketidaknyamanan dada tidak memburuk atau aritmia tidak terjadi maka pasien dapat dipulangkan dengan tetap melakukan kontrol rutin.