Anda di halaman 1dari 7

HIPERTENSI

NAMA : Suka Bambang T

NIM : 23409021014

DEFINISI HIPERTENSI

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan
oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.

KLASIFIKASI HIPERTENSI

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:

1. Hipertensi Sistolik

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan


tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya
ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik
merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan
tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

2. Hipertensi Diastolik

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan


diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-
anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil
menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran
darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah
diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan
relaksasi di antara dua denyutan.
3. Hipertensi Campuran

Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

Terdapat jenis hipertensi yang lain:


1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pingsan pada saat melakukan aktivitas.

2. Hipertensi Pada Kehamilan Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang


umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
a) Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang
diakibatkankehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang
meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi
adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.
b) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
c) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik. Penyebab hipertensi dalam
kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal
tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang
mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan
disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on


Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JVC VII

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO/ISH

FAKTOR RISIKO HIPERTENSI


Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
antara lain :

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.


a. Riwayat hipertensi pada keluarga (Keturunan)
b. Umur
c. Jenis Kelamin
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. Merokok

b. Stres

c. Obesitas

d. Konsumsi garam

e. Aktifitas fisik (Olahraga)

MANIFESTASI KLINIK

Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,muka merah, sakit
kepala, keluar darah dari hidung secara tiba- tiba, tengkuk terasa pegaldan
lain-lain.

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat


asimptomatik. Beberapa pasien mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa seperti
berputar, atau penglihatan kabur. Hal lain yang mengarah ke hipertensi sekunder
adalah penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi hormonal, kortikosteroid,
dekongestan maupun NSAID (Nonsteroidal Anti-inflammatory Drug) , sakit kepala
paroksimal, berkeringat atau takikardi serta adanya riwayat ginjal sebelumnya. Pada
anamnesis dapat pula digali mengenai faktor risiko kardiovaskular seperti merokok,
obesitas, aktivitas fisik yang kurang, dyslipidemia, diabetes mellitus,
mikroalbuminuria, penurunan laju GFR (Glomerular Filtration Rate) dan riwayat
keluarga.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien diambil rata-rata
dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah
>140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka dapat dikatakan mengalami
hipertensi. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran
dan posisi manset yang tepat (setingkat dengan jantung) seta teknik yang benar.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah terjadi
seperti pemeriksaan laboratorium lengkap yaitu pemeriksaan darah lengkap, kadar
ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, asam urat,dan urinalisis.

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang


dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ
dan factor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya dieriksa urinalisa,
darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,
kolesterol total, kolesterol HDL). Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan
lain, seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH,
dan elektrokardiografi.

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dipakai untuk menilai
fungsi ginjal. Pemeriksaan yang lebih tepat adalah pemeriksaan Creatinin Clearance
Test (CTC). Pemeriksaan kalium dalam serum dapat membantu menyingkirkan
kemungkinan aldosteronisme primer pada pasien hipertensi.

TATALAKSANA
a. Tujuan Pengobatan
Tujuan pengobatan hipertensi adalah :
 Menurunkan morbiditas dan mortalitas.
 Menurunkan tekanan darah hingga mencapai target tekanan darah.
 Menghindari hipotensi, ESO (Efek Samping Obat), dan mencegah
komplikasi hipertensi.
b. Terapi Non Farmakologi

Menerapkan hidup sehat menjadi salah satu faktor utama dalam mengontrol
tekanan darah. Modifikasi gaya hidup menurut JNC8 (2014) yang dianjurkan
pada pasien hipertensi sebagai berikut :

1. Berhenti merokok.
2. Kontrol glukosa darah dan lipid.
3. Menerapkan pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
yang kaya akan kalium dan kaslium. Pola makan DASH yang di
rekomendasi : diet kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak.
4. Membatasi konsumsi alkohol.
5. Mengurangi asupan natrium tidak lebih dari 2.400mg/hari.
6. Meningkatkan aktivitas fisik aerobic 3-4 kali dalam seminggu dengan rata-
rata 40 menit per sesi.

c. Terapi Farmakologi

Pilihan obat awal atau utama untuk hipertensi di kategorikan bedasarkan


5 golongan obat sebagai berikut : Diuretik, ACE-inhibitor, β-bloker,
Angiotensin Reseptor Bloker (ARB), dan Calcium Channel Blockers (CCB).
Pilihan alternatif yang bisa digunakan oleh pasien hipertensi sebagai berikut : α-
bloker, Aliskiren, Agonis sentral α-2, Reserpin, dan Vasodilator arterial
langsung. Kebanyakan penelitian menyebutkan terapi lini utama hipertensi
adalah obat golongan diuretik.

1. Diuretik

2. ACE-inhibitor

3. β-bloker

4. ARB (Angiotensin II Receptor Blockers)

5. CCB (Calcium Channel Blockers)


KOMPLIKASI

a. Gangguan penglihatan

b. Stroke

c. Infark miokard

d. Gagal ginjal

Anda mungkin juga menyukai