Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi

1. Definisi Hipertensi
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper
artinya tekanan yang berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang
lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang
dikatakan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila
tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Yeyeh, 2016).
Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen. Pada sebagian
besar pasien, hipertensi merupakan akibat dari etiologi dengan patofisiologi
yang tidak diketahui (hipertensi esensial atau primer).Walaupun bentuk dari
hipertensi ini tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikontrol.Sejumlah kecil
presentasi pasien memiliki penyebab hipertensi yang spesifik (hipertensi
sekunder).Terdapat banyak penyebab sekunder yang potensial, baik karena
kondisi medis atau diinduksi secara endogen.Jika penyebab terjadinya
hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien dapat
disembuhkan (Uli, 2013).
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai The Silent Disease atau
penyakit tersembunyi. Orang yang tidak sadar mengidap penyakit hipertensi
sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi dapat
menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status sosial
ekonomi.Hipertensi merupakan suatu keadaan yang tidak memiliki gejala
nampak, dimana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, serangan jantung, kerusakan
ginjal (Lilies, 2015).
2. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala :
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi. Jika
hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, akan timbul gejala yaitu
sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal
(LIPI, 2016).
3. Faktor penyebab Hipertensi
Menurut WHO dalam Susan (2017) hipertensi berdasarkan
penyebabnya dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1). Hipertensi Essensial
Hipertensi essesnsial (primer) adalah suatu peningkatan persitensi
tekanan asteri yang dihasilkan oleh ketidak teraturan mekanisme kontrol
homeostik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Prevalensi
mencapai lebih dari 90% pada seluruh penderita dipertensi di
masyarakat.
2). Hipertensi Nonessensial
Hipertensi nonessensial (sekunder) yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
kelainan organ tubuh yang telah terbukti kaitannya terhadap timbulnya
hipertensi, seperti kelainan ginjal, dan penyakit pembuluh darah, yang
memerlukan sarana khusus agar dapat ditentukan diagnosis
penyebabnya. Prevalensinya <10% dari seluruh penderita hipertensi di
masyarakat.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita
hipertensi yaitu ada faktor risiko yang dapat dihindari atau diubah dan ada
yang tidak dapat diubah (Ferry, 2016) :
a.Faktor risiko yang dapat dihindari atau
diubah
1) Kegemukan (Obesitas)
Obesitas adalah massa tubuh yang meningkat disebabkan jaringan
lemak yang jumlahnya berlebihan. Pada orang-orang yang gemuk
seringkali terdapat hipertensi, walaupun sebabsebabnya yang belum jelas.
Oleh sebab itu sebaiknya orang yang terlampau gemuk untuk lebih
menurunkan berat badannya.
Orang yang kegemukan biasanya lebih cepat lelah, nafas sesak,
jantung berdebar-debar walaupun aktifitas yang dilaksanakan olehnya
tidak seberapa. Karena senantiasa memikul beban tubuh yang berat
maka jantung harus bekerja lebih berat dan harus bernafas lebih cepat
supayah kebutuhan tubuh akan darah dan oksigen dapat dipenuhi. Oleh
sebab itu lama-kelamaan akan mengakibatkan hipertensi.
2) Menkonsumsi garam yang Tinggi
Penderita tekanan darah tinggi sering diwajibkan untuk
mengurangi konsumsi garam. Hal yang terpenting adalah membatasi
pengguna garam dalam upaya mencegah berkembangnya hipertensi.
Anjuran Kementrian kesehatan pada masyarakat umum yang sehat
adalah 5 gram atau setara satu dendok tehperhari. Harus diperhatikan
bahwa bagian garam yang menyebabkan hipertensi adalah sodium.
Natrium memiliki sifat menarik cairan sehingga mengonsumsi
garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Orang-
orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga
menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah. Karena
sifatnya yang meretensi air sehingga volume darah menjadi naik dan hal
tersebut secara otomatis menaikkan tekanan darah (Uli, 2015).
3) Stres psikososial
Hubungan antara stres dengan hipertensi diperkirakan melalui aktifitas
saraf simpatik, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.
Apabila stress menjadi berkepanjangan, akibat tekanan darah akan
menetap tinggi. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,
bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup
lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis (Ferry, 2015).
b.Faktor risiko yang tidak dapat dihindari atau
diubah
1) Umur
Tidak dapat dihindari bahwa pada kebanyakan orang bertambahnya umur
dibayangi dengan naiknya ukuran tekanan darah. Namun tidak semua
orang tua mempunyai tekanan darah yang tinggi asalkan saja orang
senantiasa mengatur hidupnya menurut cara yang sesuai dengan usaha
pencegahan hipertensi,
2) Jenis kelamin
Pria umumnya lebih mudah terkena hipertensi dibandingkan dengan
wanita, hal ini mungkin disebabkan kaum pria lebih banyak memiliki
faktor pendorong seperti stres, kelelahan dan makan yang tidak
terkontrol.
4. Pencegahan hipertensi
Tindakan pencegahan biasanya relatif. Adapun pencegahan yang bisa
dilakukan untuk mengurangi kejadian hipertensi yaitu (Susan, 2016) :
a. Pencegahan primordial
Yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap hipertensi, dimana
belum tampak adanya faktor yang menjadi resiko hipertensi. Sebagai contoh adalah
dengan adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan membuat peringatan
rokok akan bahayanya terhadap kesehatan. Selain itu juga dengan melakukan senam
kesegaran jasmani untuk menghindari faktor-faktor hipertensi.
b. Pencegahan primer
Yaitu upaya pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi, dimana dengan
melakukan pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor risiko hipertensi
seperti rokok, alkohol, kurang olahraga dan sebagainya. Penyuluhan dapat
dilaksanakan di sekolah atau kelompokusia muda.
c. Pencegahan sekunder
Yaitu upaya mencegah hipertensi yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau
mejadi lebih berat.Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor risiko
hipertensi yang dapat diubah.Selain itu dibutuhkan juga kepatuhan berobat bagi
seseorang yang sudah pernah menderita hipertensi.
d. Pencegahan tersier
Yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang berlebih atau bahkan
kematian.Sebagai contohnya adalah dengan melakukan rehabilitasi.Dalam hal ini
bukanlah rehabilitasi fisik yang dimaksud melainkan rehabilitasi mental dan sosial
yang membuat penderita tidak merasa berkecil hati atas penyakitnya.
5. Penatalaksanaan pada penderita hipertensi
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, mencapai target tekanan darah
untuk individu berisiko tinggi dengan diabetes atau gagal ginjal dan mengendalikan
faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya (Kartikasari, 2018).
a. Penatalaksanaan Non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologis yang berperan dalam keberhasilan
penangananhipertensi merupakan pendamping dari terapi farmakologis dengan
memodifikasi gaya hidup. Terapi jenis ini harus dilakukan oleh semua penderita
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-
faktor risikonya. Modifikasi gaya hidup yang dianjurkan antara lain:
1) Menurunkan berat badan berlebih dan pengaturan diet
Mengurangi berat badan dapat menurunkan risiko hipertensi, diabetes, dan
penyakit kardiovaskular. Penerapan pola makan yang seimbang dapat
mengurangi tekanan darah.Setiap penurunan 5 kg berat badan pada yang obesitas
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan penurunan tekanan darah
Setiap penurunan 1 kg berat badan dapat menurunkan tekanan darah 2/1 mmHg
.Tujuan utama dari pengaturan diet pada hipertensi adalah dan memenuhi
kebutuhan zat gizi yang dapat menurunkan tekanan darah (Uli, 2017).
2) Meningkatkan Aktivitas Fisik dan Olahraga
Olahraga aerobik secara teratur seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan
bersepeda secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, karena latihan aerobik
dapat menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan
hipertensi.Direkomendasikan agar berolahraga dengan frekuensi 3-4 hari per
minggu selama minimal 12 minggu.Aktivitas fisik yang cukup dan teratur
membuat jantung lebih kuat.(Dea, 2016)
3) Berhenti Merokok
Merokok memiliki peran cukup besar dalam peningkatan tekanan darah yang
disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam rokok. Tidak merokok
mengurangi keseluruhan risiko penyakit kardiovaksular dan dapat menurunkan
tekanan darah secara perlahan (Simarmata, 2018).
4) Istirahat yang cukup
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu.Meluangkan waktu
tidak berarti meminta istirahat lebih banyak dibandingkan bekerja secara
produktif.Meluangkan waktu istirahat itu perlu dilakukan secara rutin.Istirahat
adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan
keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Yogiantoro, 2016).
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis berupa pemberian obat-obatan anti- hipertensi.
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar seperti (LIPI, 2017) :
1)Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
2)Penghambat Simpatetik
Obat jenis ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas).
3)Betabloker
Obat jenis ini menurunkan daya pompa jantung, sehingga penderita yang
mengalami gangguan pernapasan tidak dianjurkan.
4)Vasodilator
Obat jenis ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah).
5)Penghambat ensim konversi angiotensin
Obat jenis ini menghambat pembentukan angiotensin II (zat yang dapat
meningkatkan tekanan darah).
6. Hipertensi dalam kehamilan
a. Pengertian Hipertensi Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan yaitu hipertensi yang terjadi pada saat
kehamilan, hipertensi kehamilan biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20
minggu. Peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifatsistematik atau
berlangsung terus – menerus untuk jangka waktu lama adalah hipertensi.
Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup lama
(Yeyeh, 2015).
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan
menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi. Untuk
menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi diperlukan setidaknya tiga kali
pengukuran tekanan darah pada waktu yang berbeda.Jika dalam tiga kali
pengukuran selama interval 2-8 pekan angka tekanan darah tetap tinggi, maka patut
dicurigai sebagai hipertensi. Pengecekan retina mata dapat menjadi cara sederhana
untuk membantu menentukan hipertensi pada diri seseorang (Lingga, 2016).
b. Gangguan Hipertensi Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2018), gangguan hipertensi pada kehamilan
diantaranya adalah:
1) Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur

kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis

setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai

12 minggu pasca persalinan. Hipertensi kronik dapat terjadi karena

adanya penyakit ginjal, vascular kolagen, endokrin, dan pembuluh

darah. Hipertensi kronik dapat terjadi pada ibu hamil relatif diatas 30

tahun, multipara, pengguna obat hipertensi sebelum kehamilan dan

tekanan darah tinggi (Manuaba, 2008).

2) Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria. Preklamsia merupakan

penyulit kehamilan, dengan tanda-tanda darah ≥140/90mmHg, berat

badan naik, sesak nafas, nyeri epigastrum, protein urine dan endema.

Protein dalam urin normal tidak lebih dari 0,3 gram dalam 24 jam.

Adapun faktor risiko preeklamsia menurut Wahyuni (2017) yaitu :


a) Faktor genetik

Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak perempuan,

saudara perempuan dari seorang ibu hamil maka ia akan

berisiko 2-5 kali lebih tinggi mengalami preeklampsia

dibandingkan bila riwayat tersebut terdapat pada ibu mertua

atau ipar perempuannya. Sehingga preeklampsia merupakan

penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu

yang penderita preeklamsia.

b) Faktor graviditas

Preklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Pada

umumnya preklampsia diperkirakan sebagai penyakit pada

kehamilan pertama, bila kehamilan sebelumnya pada kehamilan

sebelumnya merupakan faktor protektif terhadap kejadian

tersebut. Hal ini disebabkan pada primigravida pembentukan

antibody penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan

risiko terjadinya preklampsia (Nanien, 2016)

c) Faktor Bayi

Kejadian preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan

kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal.Penderita

preeklampsia berat yang tidak mendapat penanganan yang

memadai atau terlambat mendapat pertolongan bisa mendapat

serangan kejang- kejang yang disebut Eklampsia. Eklampsia

sering terjadi pada kehamilan nullipara, kehamilan kembar,

kehamilan mola dan hipertensi dengan penyakit ginjal

(Roeshadi, 2019)

d) Faktor riwayat penyakit

Peningkatan risiko preeklampsia/eklampsia dapat terjadi pada

ibu yang memiliki riwayat hipertensi kronis, diabetes, dan


adanya riwayat preeklampsia/eklampsia sebelumnya.

e) Faktor Lingkungan

Faktor pendidikan dan pekerjaan ibu hamil juga mempengaruhi

terjadinya preeklampsia. Klonoff (2019) mengemukakan bahwa

wanita yang bekerja di luar rumah memiliki risiko lebih

tinggi mengalami preeklampsia/eklampsia bila dibandingkan

dengan ibu rumah tangga (Nanien, 2018).

3) Eklamsia adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang

sampai dengan koma. Eklamsia merupakan kelanjutan dari

preeklamsia pada eklamsia, endema terjadi penumpukan cairan

tubuh yang tampak ataupun tidak tampak. Endema berlanjut pada

otak dan pendarahan otak (nyeri kepala, muntah), pendarahan hati

hingga berujung kejang (gagal jantung, pendarahan otak) dan

bahkan koma (Prawirahardjo, 2018).

4) Hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi

kronik disertai proteinuria. Hipertensi yang didapatkan sebelum

kehamilan berusia ≤20 minggu dan berkelanjutan sampai 6 minggu

pasca puus dengan tanda preeklamsia (dengan tanda-tanda tekanan

darah ≥140/90 mmHg, berat badan naik, sesak nafas (Radjamuda,

2016).

5) Hipertensi Gestasional (transient hypertensi) adalah peningkatan

tekanan darah yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu.

Peningkatan tekanan darah ini umumnya tidak disertai dengan

adanya protein dalam urine atau kerusakan organ tubuh. hipertensi

ini timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi

menghilang setelah 3 bulan pasca persalin. (Susilo, 2018).

Batasan mengenai tekanan darah tersebut ditetapkan dan dikenal

dengan ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of Hight

Blood Pressure).Ketetapan ini juga telah disepakati WHO, organisasi

hipertensi internasional.maupun organisasi hipertensi regional,

termasuk yang ada di Indonesia. Dari batasan tersebut terlihat bahwa

mereka yang mempunyai tekanan darah normal yaitu bila tekanan

darahnya lebih rendah dari 120/80 Hg. Di atas dari batasan tersebut

sudah termasuk dalam kategori pre-hipertensi atau hipertensi (Susilo,

2018).

Hipertensi pada ibu hamil terjadi karena disebabkan oleh banyak

hal, ibu hamil yang terpapar asap rokok lingkungan secara umum

menghadapi senyawa yang sama seperti yang dihirup langsung oleh

perokok aktif, walaupun dengan konsentrasi dan pola waktu yang

berbeda. Dengan demikian dampak asap tokok tidak hanya dirasakan

oleh perokok itu sendiri, melainkan juga orang yang berada

disekitarnya. Dan jika ibu hamil merupakan seorang perokok pasif, hal

ini dapat meningkatkan terjadinya berbagai risiko semasa kehamilan

seperti terjadinya abortus, kelahiran prematur, kecacatan pada janin dan

bayi berat lahir rendah (Prawirohardjo,2019).

Sekitar 800 perempuan setiap hari meninggal akibat kehamilan

dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di negara

berkembang, komplikasi utama yang menyumbang 80% dari seluruh

kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi,

preekampsia, eklampsia, dan aborsi.4 Di negara berkembang, seorang

wanita tujuh kali lebih mungkin untuk mengalami preeklampsia

dibandingkan wanita di negara maju. Preeklampsia di negara

berkembang didiagnosis (3 – 5%) dan di dunia di diagnosis (7.5%)

(Giovanna, 2017).

c. Faktor penyebab hipertensi dalam kehamilan


Faktor penyebab hipertensi yaitu individu dan dengan riwayat keluarga
hipertensi berisiko mengalami hipertensi. Selain itu kegemukan, merokok, guna
berat alkohol, kadar kolesterol tinggi terpapar stress secara kontinu dihubungkan
dengan hipertensi. Hipertensi dipengaruhi oleh gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alcohol yang berlebih, rangsangan kopi berlebih, tembakau dan obat-obatan yan
merangsang, dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Oleh karena
itu hipertensi memiliki kecenderungan genetik yang kuat dan dapat dipaparkan
faktor-faktor kontribusi misalnya sebagai berikut (Potter, 2016) :
1) Obesitas atau berat badan
Dalam penelitian Narkiewicz (2016) berat badan yang berlebih akan
menyebabkan ketidakseimbangan metabolism dimana hal tersebut dapat
menimbulkan Chronic kidney diseases (CKD) yang berakibat timbulnya
peningkatan darah (Debby, 2018).
2) Pola Makan
Banyak makanan yang mengandung bahan pengawet, garam, dan bumbu
penyedap juga dapat menyebabkan hipertensi.Hal ini desebabkan karena
makanan tersebut banyak mengandung natrium yang bersifat menarik air ke
dalam pembuluh darah, sehingga beban kerja jantung untuk memompa darah
meningkat dan mengakibatkan hipertensi.Konsumsi alkohol dan kopi berlebih
juga mengakibatkan hipertensi.Efek alkohol dan kopi terhadap tekanan darah
masih begitu jelas, namun di duga ada kaitannya dengan perangsang saraf
otonom simpatis dan pengaruh hormon kortisol dimana keduanya dapat
menghasilkan efek peningkatan tekanan darah.
3) Karena Rokok/Tembakau
Gas CO dihasilkan rokok mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin Hb)
yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibandingkan oksigen.
Akibatnya, sel tubuh menjadi kekurangan oksigen dan akan berusaha
meningkatkan oksigen melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan
menciut. Bila proses tersebut berlangsung lama dan terus menerus, akibatnya
pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya aterosklerosis
(penyempitan/pengerasan pembuluh darah). Pengerasan pembuluh darah tersebut
megakibatkan tekanan darah di dalam pembuluh menjadi tinggi. Selain itu
mikotin yang terkandung dalam asap rokok menyebabkan perangsangan terhadap
hormone adrenalin yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah (Husaini,
2017).
Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan multifaktorial,
beberapa faktor resiko dari hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut
(Katsiki, 2018)
a) Faktor maternal
1) Usia ibu hamil
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah
20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang kurang, dapat
menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida
mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan
dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun (Manuaba, 2018).
Hipertensi ibu hamil pada umur <20 tahun 117 orang (56,5%), pada
primipara 109 (52,7%), an pada riwayat hipertensi (preeklamsi- eklamsi) 115
orang (55,6 %). Hasil bivariat yaitu rdapat hubungan antara umur dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil (p=0,002), terdapat hubungan antara
paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai p=0,000 dan
terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi pada
ibu hamil engan nilai p=0,002 (p<0,005) (Nelawati, 2017)
2) Paritas atau jumlah kehamilan
Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi
bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian,kelahiran
kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman,2018).
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup
di luar rahim (28 minggu) (JHPIEGO,2018). Jumlah paritas merupakan salah
satu komponen dari status paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-P-
Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah
paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh, seorang
perempuan dengan status paritas G3P1Ab1, berarti perempuan tersebut telah
pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan satu
kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya
(Stedman, 2015).
Dalam penelitian yang dilakukan Purwati didapat sebagian besar
paritas tidak berisiko 65,8% sedangkan paritas berisiko hanya 34,2%.
berdasarkan hasil analisis didapatkan ibu hamil yang menderita hipertensi
lebih banyak pada paritas tidak berisiko 68,6% sedangkan paritas yang
berisiko hanya 31,4%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah ibu
hamil yang tidak berisiko paritas lebih banyak dibandingkan yang berisiko
hal ini disebabkan karena rata-rata responden berada pada kehamilan ke 2
atau 3 dengan jarak kehamilan rata-rata 1-2 tahun. Sedangkan pada teori
Henderson (2006) bahwa paritas ibu sehat yaitu paritas 2-3 dengan jarak
kehamilan 5 tahun dan angka kejadian hipertensi kehamilan akan menurun
pada paritas ke 2- 4 dan akan meningkat pada paritas >4. Karena responden
yang rata-rata berada pada paritas ke 2 dan 3 inilah yang menyebabkan paritas
tidak menjadi faktor enyebab hipertensi pada ibu hamil di Kecamatan Suli
(Purwati, 2018).
3) Riwayat hipertensi keluarga
Riwayat keluarga perpanjangan silsilah di mana kehidupan dan waktu
dari orang yang bersangkutan diselidiki Riwayat keluarga menempatkan
daging pada tulang silsilah. (Obat) Informasi yang berkaitan dengan
gangguan yang diderita oleh kerabat langsung pasien; sangat berguna jika
gangguan adalah genetik sedangkan koroner, reumatik, dan berbagai jenis
keganasan (kanker) dan riwayat hipertensi keluarga adalah penilaian adanya
riwayat keluarga (ayah, ibu, saudara, kakek, dll) yang menderita hipertensi
atau memiliki garis keturunan secara langsung.
Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan.Hal tersebut
dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam
kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak
perempuan sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilan.
Kerentanan terhadap hipertensi kehamilan bergantung pada sebuah gen
resesif.
4) Riwayat hipertensi yang dialami sebelumnya.
Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam keamilan, dimana
komplikasi tersebut dapat mengakibatkan pre-klampsia dan hipertensi
kronis dalam kehamilan. Hal ini sama seperti teori yang dikemukakan oleh
Karkata (2016) bahwa wanita yang mengalami hipertensi pada kehamilan
pertama akan meningkatkan dan mendapatkan hipertensi pada kehamilan
berikutnya.
5) Usia Kehamilan.
Hipertensi karena kehamilan terjadi pada saat kehamilan, hipertensi
kehamilan biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu.
Peningkatan tekanan darah berlangsung terus menerus untuk jangka waktu
lama. Hipertensi pada ibu hamil tidak terjadi secara tiba- tiba, melainkan
melalui proses yang cukup lama. Semakin bertambah usia kandungan maka
akan di ikuti dengan bertambahnya beban yang dirasakan oleh ibu hamil,
baik beban secara psikis juga beban mental. (Lingga, 2016).
b) Faktor kehamilan
Faktor kehamilan seperti hamil anggur dan kehamilan ganda berhubungan
dengan hipertensi dalam kehamilan.Preeklampsia dan eklampsia mempunyai
risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi
kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklampsia. Untuk menghindari
tekanan darah tinggi saat hamil dengan merubah gaya hidup sehat, tidak terlalu
banyak pikiran, diet rendah kolesterol, meningkatkan konsumsi buah dan sayur,
tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok. Yang perlu adalah penanganan cepat dan
menindak lanjuti dengan pelayanan kesehatan (Ratnawati, 2017).
2.2 Konsep Paritas
1. Pengertian paritas
Paritas adalah jumlah atau banyaknya persalinan yang pernah dialami ibu baik
lahir hidup maupun mati. Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian maternal. Ibu dengan paritas tinggi lebih dari 3 (tiga) memiliki
angka maternal yang tinggi karena dapat terjadi gangguan endometrium. Penyebab
gangguan endometrium tersebut dikarenakan kehamilan berulang. Sedangkan pada
paritas pertama berisiko karena rahim baru pertama kali menerima hasil konsepsi dan
keluwesan otot rahim masih terbatas untuk pertumbuhan janin (Winkjosastro, 2017).
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan
500 mg yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui
maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu (Siswosudarmo, 2018).
Kehamilan dengan hipertensi lebih umum terjadi pada primigravida, keadaan
ini disebabkan secara imunologik pada kehamilan pertama pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna sehingga timbul respon imun
yang tidak menguntungkan terhadap histoincompability placenta (Djannah,2019).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rozhikan pada tahun 2017
menunjukkan adanya hubungan bermakna atara paritas ibu dengan preeklamsi.
2. Jenis paritas
Menurut (Siswosudarmo, 2018) jenis paritas bagi ibu yang sudah partus
antara lain yaitu:
a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang

mampu hidup

b. Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi

yang telah mencapai tahap mampu hidup

c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel

atau lebih
d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak

atau lebih

Menurut (Siswosudarmo 2018) Gravida adalah wanita yang sedang

atau pernah hamil tanpa memandang hasil kehamilannya.

1) Nulligravida adalah wanita yang tidak sedang atau tidak pernah hamil.

2) Primigravida adalah seorang wanita yang sedang atau pernah hamil

untuk pertamakalinya.

3) Multigravida adalah seorang wanita yang pernah hamil lebih dari satu

kali.

Hipertensi pada kehamilan banyak terjadi pada ibu primigravida

yang terpapar villi koriali suntuk pertama kali karena pembentukan

selendotel vaskuler pada plasenta belum sempurna (Cunningham, 2015).

Berdasarkan teori immunologik yang disampaikan Sudhaberata (2015),

preeklamsia pada primigravida terjadi dikarenakan pada kehamilan pertama

terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen tidak sempurna.

Selain itu menurut Angsar (2004), pada kehamilan pertama terjadi

pembentukan Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA) yang berperan

penting dalam modulasi respon immune, sehingga ibu menolak hasil

konsepsi (plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga

menyebabkan hipertensi pada kehamilan. (Rozikhan, 2017).

c. Usia

1) Pengertian usia/umur

Umur atau usia adalah lama waktu hidup seseorang,dari sejak dirinya

dilahirkan atau diadakan (Hoetomo,2015).

Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksi belum sempurna

secara keseluruhan dan kejiwaan belum siap menjadi seorang ibu maka kehamilan

dapat berakhir dengan suatu keguguran, bayi berat lahir rendah (BBLR), dan

dapat disertai dengan persalinan macet. Umur hamil pertama yang ideal bagi
seorang wanita adalah 20 tahun, sebab pada usia tersebut rahim wanita sudah siap

menerima kehamilan (Manuaba, 2017).

Kehamilan yang terjadi pada wanita dibawah 20 tahun merupakan

kehamilan yang banyak menghadapi risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan

kehamilan dini dan banyak yang memiliki pengetahuan yang terbatas atau kurang

percaya diri untuk mengakses sistem pelayanan kesehatan yang mengakibatkan

kunjungan pelayanan antenatal yang terbatas dan dapat berperan penting terhadap

terjadinya komplikasi, sehingga pada kelompok usia ini diperlukan motivasi untuk

memeriksakan kehamilan secara teratur (Waspodo, 2014). Usia ibu hamil terlalu

muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar

untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah 20

tahun, dari segi biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang

dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang

dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental, dan emosional, sedangkan pada

umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita

sudah mengalami kemunduran atau degenerasi dibandingkan fungsi reproduksi

normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya Komplikasi pasca persalinan

terutama perdarahan lebih besar. Perdarahan post partum yang mengakibatkan

kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur dibawah 20

tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang terjadi pada

umur 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah usia 30-35

tahun (Wiknjosastro, 2016).


a. Usia kurang dari 20 tahun

Remaja adalah individu yang berusia /berumur antara 15-19 tahun.

Para remaja biasanya masih tumbuh dan berkembang sehingga memiliki

kebutuhan kalori yang lebih besar dari pada wanita yang lebih tua. Menurut

National Center for Healt Statistic (Smitt dkk.2019), sekitar 13 % persalinan

terjadi pada wanita berusia 15-19 tahun. Remaja memiliki kemungkinan

lebih besar mengalami anemia, dan beresiko memiliki janin yang

pertumbuhannya terhambat, persalinan prematur, dan angka kematian

bayi yang lebih tinggi (Cunningham, 2016).

Manuaba (2017), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan

usia kurang dari 20 tahun mempunyai resiko:

a) Sering mengalami anemia

b) Hipertensi dalam kehamilannya

c) Keguguran, prematurus dan BBLR

d) Gangguan persalinan

e) Preeklamsi

b. Usia lebih dari 35 tahun.

Hamil atau bersalin diusia lebih dari 35 tahun juga sangat berisiko,

karena pada usia tersebut fungsi organ reproduksi juga sudah mulai

mengalami penurunan sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal.

Pengamatan yang dilakukan Cunningham dan Leveno tahun 1995 di

Parkland Hospital terhadap sekitar 900 wanita berusia diatas 35 tahun

memperlihatkan peningkatan bermakna pada insiden hipertensi, diabetes

dan solusio plasenta. Angka kematian ibu lebih tinggi, tetapi perbaikan
perawatan medis dapat memperbaiki keadaan ini. Penelitian Bulher dan

Rekan kematian maternal di Amerika Serikat dari tahun 1794 sampai 1982,

dan dari tahun 1974 sampai 1978 wanita berumur memperlihatkan

peningkatan risiko relatif kematian maternal 5 kali lipat dibanding wanita

yang berusia lebih muda (Cunningham, 2016).

2.1 Kerangka konsep.

Faktor yang berhubungan dengan hipertensi


Varibel Independen
Varibel Dependen
Paritas
Usia Ibu

Usia kehamilan
Gaya hidup
Indeks Masa Tubuh (IMT)

Hipertensi dalam kehamila


(HDK)

Bagan 2.1 : Kerangka konsep hubungan Paritas dan Usia Ibu dengan

hipertensi dalam kehamilan (HDK) diwilayah kerja Puskemas

Dasan Tapen.

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

(Sumber : Natatmodjo 2014).

Bagan 1 : Kerangka konsep penelitian


2.2 Hipotesis Penelitian.

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi

kebenarannya. Hipotesis penelitian adalah hipotesis kerja yaitu hipotesis yang

dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang

ada hubungannya (relevan) dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan

fakta serta dukungan data yang nyata di lapangan.

Berdasarkan penelitian awal dapat diberikan hipotesis yakni Ha:

1. Ada Hubungan antara paritas dengan hipertensi pada ibu hamil (HDK)

diwilayah kerja puskesmas Dasan Tapen.

2. Ada Hubungan antaraUsia Ibu dengan hipertensi pada ibu hamil (HDK)

diwilayah kerja puskesmas Dasan Tapen


36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan design penelitian.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Pada penelitian ini, peneliti akan

melakukan penelitian tentang hubungan paritas dan usia ibu dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil. (Notoatmodjo, 2015).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang

telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman penuntun peneliti pada seluruh

proses penelitian (Nursalam, 2014).

Desain penelitian yang digunakan yaitu Penelitian kasus kontrol/case control

adalah studi analitik yang menganalisis hubungan kausal dengan menggunakan

logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih dahulu kemudian

mengidentifikasi penyebab (faktor risiko). Riwayat paparan dalam penelitian ini

dapat diketahui dari register medis yang ada di puskesmas Dasan Tapen, dimana

peneliti akan melakukan penelitian terhadap ibu hamil yang mengalami hipertensi

dalam kehamilan diwilayah kerja Puskesmas Dasan tapen.


1

Bagan 3.1 Skema Penelitian dengan case control

Faktor Resiko (+) 36 Kasus

Hipertensi dalam
Faktor Resiko (-) kehamilan
(HDK)

Faktor Resiko (+) Kontrol


Tidak Hipertensi dalam kehamilan (HDK)

Faktor Resiko (-)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

3. Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian dalam

bentuk manusia atau bukan manusia (Notoatmodjo, 2015). Populasi dalam

penelitian ini yakni semua ibu hamil pada tahun periode januari 2020 sampai

dengan September 2021 diwilayah kerja Puskesmas Dasan Tapen sebanyak

1.763 orang. Dari 1.763 ibu hamil terdapat 48 orang ibu yang mengalami

hipertensi.

4. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

suatu populasi. Dalam penelitian ini digunakan tehnik Purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas

suatu pertimbangan, seperti ciri-ciri atau sifat-sifat dari suatu populasi.

(Sugiyono, 2017).
2

a. Kasus

Seluruh ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan diwilayah

puskesmas Dasan Tapen dari bulan Januari 2020 sampai dengan

September 2021 yaitu sejumlah 48 orang ibu, dimana pengambilan kasus

secara total sampling.

b. Kontrol.

Sedangkan untuk kelompok kontrol yaitu dari sampel yang tidak

mengalami hipertensi dalam kehamilan di puskemas dasan tapen sebanyak

48 orang yang dilakukan dengan system lot, dimana seluruh ibu hamil

yang tidak mengalami hipertensi dipilih dan dilot sampai berjumlah 48

sampel.

Data diambil secara langsung dari rekam medik Puskesmas Dasan Tapen,

yaitu kasus dan control adalah 1:1 dimana sampel kasus berjumlah 48 orang dan

sampel kontrol berjumlah 48 orang, dengan demikian jumlah selurruhnya

sampel sebanyak 96 orang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilakukan pada tanggal 1 Januari 2022 sampai dengan

tanggal 20 Januari 2022.

2. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Dasan Tapen Kecamatan Gerung

Kabupaten Lombok barat menggunakan data rekam medik pasien.


3

D. Variabel Penelitian.

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan

kelompok lain.

1. Variabel Independent

Variabel independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

variabel dependen (variabel terikat) (Saryono,2012). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel independentnya adalah Paritas dan Usia ibu

2. Variabel Dependent

Variabel dependent atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel dependentnya adalah kejadian hipertensi

dalam kehamilan (HDK) diwilayah kerja Puskesmas Dasan tapen.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.
4

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Hasil Ukur Skala


Operasional (DO) Ukur
Paritas Paritas adalah Seringnya Lembar 1. Primipara = 1 kali Ordinal
Kemampuan seorang ibu Form 2. Multipara = 2-4
perempuan untuk mengalami pengisian kali
melahirkan anak kehamilan 3.Grandemultipara =
> 4 kali
Usia Ibu Lama hidup ibu Usia ibu Lembar 1. Beresiko <20 Nominal
mulai dari lahir hamil Form tahun >35 tahun.
sampai dengan di pengisian
diagnosa yang 2. Tidak beresiko 20
dihitung berdasarkan -35 tahun
ulang tahun terakhir
seperti yang
tercantum dalam
status pasien.
Hipertensi Peningkatan tekanan Ibu Lembar 1. Ya Hipertensi Nominal
dalam darah sistolik lebih mengalami Form 2. Tidak Hipertensi
kehamilan dari 140 mmHg dan hipertensi pengisian
tekanan darah saat hamil
diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua
kali pengukuran
dengan selang waktu
lima menit dalam
keadaan cukup
istirahat/tenang yang
dialami oleh ibu
hamil.

F. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah.


5

Instrument dalam pengumpulan data faktor faktor yang berhubungan

dengan hipertensi dalam kehamilan (HDK) ini menggunakan lembar formulir

pengisian data yang berisi Paritas dan Usia ibu.

2. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil

dari register pasien diruang Kesga Puskesmas Dasan tapen.

Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Peneliti datang ke wilayah Puskesmas Dasan Tapen untuk melakukan

observasi dan menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria dalam

penelitian

b. Peneliti mengumpulkan data rekam medik responden.

c. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta meminta kesediaan

dari bidan puskesmas agar data rekam medik ibu hamil yang mengalami

hipertensi dapat digunakan sebagai penelitian dengan mengacu pada etika

kebidanan.

d. Form pengisian yang sudah terisi dicek kelengkapan datanya.

e. Melakukan pengolahan dan analisis data serta penyusunan laporan hasil

penelitian.

G. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Menurut Hastono,Sutanto Priyo (2020), setelah semua data terkumpul,

selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai

berikut:
6

a) Peyunting (Editing)

Pada tahap ini dilakukan penyuntingan data yang terkumpul yaitu dengan

memeriksa kelengkapan data yang dicatat dalam format pengumpul data.

b) Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi angka atau bilangan.

(1) Paritas

(a) Primipara : wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi = 1

yang telah mencapai tahap mampu hidup

(b) Multipara : wanita yang telah melahirkan dua janin viabel = 2

atau lebih

(c) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima = 3

anak atau lebih Skoring

(2). Usia Ibu

(a) Usia ibu beresiko (<20 tahun, >35 tahun) =2

(b) Usia ibu tidak beresiko (20 – 35 tahun) =1

(3). Hipertensi dalam kehamilan

(a) Tidak Hipertensi dalam kehamilan (HDK) =2

(b) Hipetensi dalam kehamilan (HDK) =1

d) Skoring

Memberikan nilai pada setiap jawaban responden pada lembar cheklist.

Penilian diberikan setelah ditetapkan kode jawaban, sehingga jawaban

responden dapat diberikan nilai.

c) Data entri
7

Peneliti memasukan data yang terdiri dari Paritas, Usia Ibu dan Hipertensi

dalam kehamilan yang terjadi di Puskesmas Dasan Tapen yang sudah benr

kedalam master tabel dengan bantuan program komputer.

2. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2017) kegiatan dalam analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan

data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang

telah diajukan.

Dalam analisis data pada penelitian ini penulis mengambil analisis data

kuantitatif yaitu menganalisis data berbasis angka yang mencakup data

kategorik dengan teknik statistik inferensial metode korelasional, yang mana

menjelaskan hubungan atau pengaruh dua variabel dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini, analisis data terdiri dari :

a) Analisis Univariat

Analisis univariat adalah metode analisis yang digunakan untuk

menggambarkan kumpulan data yang berupa frekuensi, nilai dengan

frekuensi terbanyak, nilai minimum dan nilai maksimum dari variabel

penelitian. Analisis univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap

satu variabel secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan

dengan variabel lainnya (Saryono, 2012). Analisis ini menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.


8

Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi distribusi frekuensi

Paritas terhadap kejadian hipertensi dalam kehamilan dan distribusi

frekuensi usia ibu terhadap kejadian hipertensi dalam kehamilan dengan

rumus :

P= x 100
𝑥
𝑦

Keterangan :

P : persentase subjek pada kategori tertentu

x : ∑ sampel dengan karateristik tertentu

y : ∑ sampel total

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis untuk mengetahui interaksi antara

dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif

(Saryono, 2012).

Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk menilai

hubungan Paritas dan Usia Ibu hamil dengan kejadian hipertensi dalam

kehamilan (HDK). Uji statistik yang digunakan yaitu Chi-Square untuk

menentukan ada tidaknya hubungan faktor resiko dengan kasus dengan

menilai taraf signifikan yaitu nilai α (alpha) kurang dari 0,05 atau

dengan membandingkan nilai Chi-Square hitung dengan nilai tabel.

Nilai tersebut digunakan untuk menjawab hipotesis nol (H0).

Untuk mempermudah analisis data, peneliti menggunakan

aplikasi/ program SPSS 23.00 for Windows.


9

H. Etika Penelitian

1. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjaga privasi dan kerahasiaan data rekam medis yang

diambil dengan tidak mencantumkan nama terang tetapi menggunakan

inisial nama pasien dan hanya data tertentu yang dilaporkan oleh peneliti.

Kerahasiaan data mengenai responden sagat dijaga dan dijamin oleh

peneliti.

2. Kejujuran

Kejujuran merupakan suatu dasar penelitian yang harus di miliki

peneliti untuk kemajuan ilmu pengetahuan,sehingga ilmu pengetahuan

tersebut dapat diterima dan tidak di ragukan validitasnya (Sarosa,

2017)

I. Alur Penelitian

Surat Puskesmas
pengantar Bappeda
Dasan Tapen
Penelitiandari Lombok
kampus barat

Membuat Menentukan Pengambilan


laporan populasi data awal
proposal dan Sampel

Ujian untuk
menentuka
n
kelayakan
penelitian

Ujian Skripsi
Penelitian Pengolahan data

10
Bagan 3.2 Alur Penelitian Hubungan Paritas dan Usia Ibu dengan Hipertensi dalam
kehamilan diwilayah kerja Puskesmas Dasan Tapen.
Membuat Laporan Skripsi
46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Puskesmas Dasan Tapen

a. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Dasan Tapen. Puskesmas Dasan

Tapen terletak di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa

Tenggara Barat dengan luas wilayah mencapai 16,38 km2. Puskesmas Dasan

Tapen memiliki 7 Desa yang menjadi wilayah kerjanya yaitu Desa Dasan

Tapen, Desa Beleke, Desa Suka Makmur, Desa Gapuk, Desa Mesanggok, Desa

Dasan Geres dan Desa Babussalam. Adapun batas-batas wilayah Puskesmas

Dasan Tapen yaitu :

- Sebelah Utara Kecamatan Kediri

- Sebelah Selatan Desa Gerung

- Sebelah Barat Kecamatan Labuapi

- Sebelah Timur Kecamatan Kuripan

Di wilayah kerja UPT Puskesmas Dasan Tapen Kabupaten Lombok Barat

untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan memiliki 5 Unit Puskesmas

pembantu (Pustu) dan 7 Poskesdes. Jumlah Penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Dasan Tapen Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS bahwa

jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2019 yaitu 44.237 Jiwa,

dengan peserta BPJS saat ini mencapai 36.202 jiwa. Data ini dijadikan dasar

untuk perhitungan proyeksi sasaran program sehingga menentukan juga

capaian setiap program kesehatan.

46
1

2. Hasil Analisis Data.

Setelah melakuan penelitian selama kurang lebih 21 hari atau 3 minggu di

Puskesmas Dasan tapen dan mengambil rekam medis pasien dan dimasukan

kedalam ceklist yang telah disusun diperolehlah beberapa data terkait

hubungan Paritas dan Usia ibu terhadap kejadian Hipertensi. Data yang

diperoleh tersebut kemudian di olah dengan aplikasi SPSS untuk dianalisa

menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat.

a. Analisis Univariat

1) Gambaran Paritas Ibu Hamil dengan kejadian Hipertensi Dalam

Kehamilan di Puskesmas Dasan Tapen periode Januari 2020-September

2021.

Tabel 4.1 Distribusi Ibu hamil berdasarkan Paritas Dengan Kejadian


Hipertensi dalam Kehamilan di Puskesmas Dasan Tapen Periode
Januari 2020 s/d September 2021.

Paritas Hipertensi dalam Kehamilan Total


Tidak Hipertensi Hipertensi
N % N % n %
Primigravida 19 63.3 11 36.7 30 100
Multigravida 22 53.7 19 46.3 41 100
Grandemultigravida 7 28 18 72 25 100
Total 48 50 48 50 96 100

Berdasarkan Tabel 4.1 Berdasarkan Tabel 4.4, didapatkan bahwa dari

ibu hamil yang Primigravida sebagian besar tidak mengalami hipertensi

selama kehamilan sejumlah 19 kasus (63.3%) daripada yang mengalami

hipertensi terjadi sebanyak 11 kasus (36.7%), sedangkan pada ibu

Multigravida tidak mengalami hipertensi sebanyak 22 kasus (53.7%) dan


2

yang megalami hipertensi sebanyak 19 kasus (46.3%), dan pada ibu

Grandemultigravida sebagian besar mengalami kasus hipertensi selama

hamil sebanyak 18 kasus (72%) dan sisanya tidak mengalami hipertensi

sebanyak 7 kasus (28%)

Dari bahwa dari ibu hamil yang Primigravida sebagian besar tidak

mengalami hipertensi selama kehamilan sejumlah 19 kasus (63.3%)

daripada yang mengalami hipertensi terjadi sebanyak 11 kasus (36.7%),

sedangkan pada ibu Multigravida tidak mengalami hipertensi sebanyak 22

kasus (53.7%) dan yang megalami hipertensi sebanyak 19 kasus (46.3%),

dan pada ibu Grandemultigravida sebagian besar mengalami kasus

hipertensi selama hamil sebanyak 18 kasus (72%) dan sisanya tidak

mengalami hipertensi sebanyak 7 kasus (28%).

2). Gambaran Umur Usia Ibu dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan

di Puskesmas Dasan Tapen periode Januari 2020-September 2021.

Tabel 4.2 Distribusi Usia Ibu Dengan Kejadian Hipertensi dalam


Kehamilan di Puskesmas Dasan Tapen Periode
Januari 2020 s/d September 2021

Umur Hipertensi Dalam Kehamilan Total


Tidak Hipertensi Hipertensi
n % N % N %
Tidak Beresiko 32 72.7 12 27.3 44 100
(20-35 tahun)
Beresiko 16 30.8 36 69.2 52 100
(<20 thn & >35thn)
Total 48 50 48 50 96 100

Dari Tabel 4.2 didapatkan bahwa dari ibu yang berumur tidak

beresiko antaran 20-35 tahun sebagian besar tidak mengalami kenaikan

tekanan darah sebayak 32 kasus (72.7%) serta yang mengalami kenaikan


3

tekanan darah sebanyak 12 kasus (27.3%), sedangkan pada ibu yang

berumur beresiko sebagian besar mengalami kenaikan tekanan darah

yaitu sebanyak 36 kasus (69.2%), serta yang tidak mengalami kenaikan

tekanan darah sebanyak 16 kasus (30.8%).

b. Analisis Bivariat

1). Analisis hubungan hipertensi dalam kehamilan dengan pritas ibu hamil di

Puskesmas Dasan Tapen Periode Januari 2020 – September 2021.

Tabel 4.3 Distribusi Hubungan Paritas dengan Kejadian Hipertensi


dalam Kehamilan di Puskesmas Dasan Tapen Periode
Januari 2020 s/d September 2021

Paritas Hipertensi dalam Kehamilan Total P Value


Tidak Hipertensi Hipertensi
N % n % N %
Primigravida 19 63.3 11 36.7 30 100
Multigravida 22 53.7 19 46.3 41 100
0.027
Grandemultigravida 7 28 18 72 25 100
Total 48 50 48 50 96 100

Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa dari ibu hamil yang

Primigravida sebagian besar tidak mengalami kenaikan tekanan darah

selama kehamilan sejumlah 19 kasus (63.3%) daripada yang mengalami

kenaikan tekanan darah terjadi sebanyak 11 kasus (36.7%), sedangkan pada

ibu Multigravida tidak mengalami kenaikan tekanan darah sebanyak 22

kasus (53.7%) dan yang megalami kenaikan tekanan darah sebanyak 19

kasus (46.3%), dan pada ibu Grandemultigravida sebagian besar mengalami

kasus kenaikan tekanan darah selama hamil sebanyak 18 kasus (72%) dan

sisanya tidak mengalami kenaikan tekanan darah sebanyak 7 kasus (28%)


4

Setelah di lakukan uji statistik didapatkan data berdistribusi normal

dengan menggunakan uji Chi Square pada tingkat kesalahan 5 % (ρ < 0,05)

didapatkan nilai (ρ) = 0,027 atau p<0,05 artinya Ha diterima dan H0 di

tolak, dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan secara signifikan

antara Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan terhadap Paritas ibu. Dengan

nilai R square = 0.069 dimana artinya yaitu kekuatan hubungannya yaitu

rendah dimana paritas hanya mempengaruhi 6.9% pada kejadian Hipertensi

dalam Kehamilan. Jadi kesimpulannya semakin banyak jumlah kehamilan

ibu maka ada kemungkinan terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan.

2) Analisis hubungan Hipertensi dalam Kehamilan dengan Umur Ibu Hamil

di Puskesmas Dasan Tapen Periode Januari 2020 – September 2021.

Tabel 4.4 Distribusi Usia Ibu Dengan Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan
di Puskesmas Dasan Tapen Periode Januari 2020 s/d September 2021

Umur Hipertensi Dalam Kehamilan Total P Value


Tidak Hipertensi Hipertensi
n % n % n %
Tidak Beresiko 32 72.7 12 27.3 44 100
(20-35 tahun)
0.000
Beresiko 16 30.8 36 69.2 52 100
(<20 thn & >35thn)
Total 48 50 48 50 96 100

Berdasarkan Tabel 4.5, didapatkan bahwa dari ibu yang berumur tidak

beresiko antaran 20-35 tahun sebagian besar tidak mengalami kenaikan

tekanan darah sebayak 32 kasus (72.7%) serta yang mengalami kenaikan

tekanan darah sebanyak 12 kasus (27.3%), sedangkan pada ibu yang

berumur beresiko sebagian besar mengalami kenaikan tekanan darah yaitu


5

sebanyak 36 kasus (69.2%), serta yang tidak mengalami kenaikan tekanan

darah sebanyak 16 kasus (30.8%).

Berdasarkan Tabel 4.5 yang telah di uji dengan hasil uji statistik

didapatkan bahwa data berdistribusi normal dengan menggunakan

menggunakan uji Chi Square pada tingkat kesalahan 5 % (α < 0,05)

didapatkan nilai (p) = 0,000 atau p<0,05 artinya Ha diterima dan H0

ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan antara Usia ibu

hamil dengan kejadian Hipertensi dalam Kehamilan.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Paritas di Pusksemas Dasan Tapen

Berdasarkan hasil analisis univariat didapatkan bahwa dari ibu hamil

yang Primigravida sebagian besar tidak mengalami kenaikan tekanan darah

selama kehamilan sejumlah 19 kasus (63.3%) daripada yang mengalami

kenaikan tekanan darah terjadi sebanyak 11 kasus (36.7%), sedangkan pada

ibu Multigravida sebagian besar tidak mengalami kenaikan tekanan darah

sebanyak 22 kasus (53.7%) dan yang megalami kenaikan tekanan darah

sebanyak 19 kasus (46.3%), dan pada ibu Grandemultigravida sebagian

besar mengalami kasus kenaikan tekanan darah selama hamil sebanyak 18

kasus (72%) dan sisanya tidak mengalami kenaikan tekanan darah sebanyak

7 kasus (28%).

Menurut penelitian yang dilakukan Purwati yang berjudul Hubungan

gaya hidup, Paritas, Riwayat Hipertensi dan umur dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
6

didapat sebagian besar paritas tidak berisiko 65,8% sedangkan paritas

berisiko hanya 34,2%. Berdasarkan hasil analisis didapatkan ibu hamil yang

menderita hipertensi lebih banyak pada paritas tidak berisiko 68,6%

sedangkan paritas yang berisiko hanya 31,4%. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang tidak berisiko paritas lebih

banyak dibandingkan yang berisiko hal ini disebabkan karena rata-rata

responden berada pada kehamilan ke 2 atau 3 dengan jarak kehamilan rata-

rata 1-2 tahun. Sedangkan pada teori Henderson (2006) bahwa paritas ibu

sehat yaitu paritas 2-3 dengan jarak kehamilan 5 tahun dan angka kejadian

hipertensi kehamilan akan menurun pada paritas ke 2- 4 dan akan meningkat

pada paritas >4. Karena responden yang rata-rata berada pada paritas ke 2

dan 3 inilah yang menyebabkan paritas tidak menjadi faktor enyebab

hipertensi pada ibu hamil di Kecamatan Suli (Purwati, 2018).

Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati,

tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian,

kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman,2018).

Menurut (Siswosudarmo, 2018) jenis paritas bagi ibu yang sudah partus

antara lain yaitu Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan

bayi yang mampu hidup, Primipara adalah wanita yang pernah satu kali

melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup, Multipara adalah

wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau lebih dan

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.

Kehamilan dengan hipertensi lebih umum terjadi pada primigravida,

keadaan ini disebabkan secara imunologik pada kehamilan pertama


7

pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak

sempurna sehingga timbul respon imun yang tidak menguntungkan

terhadap histoincompability placenta (Djannah, 2019).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rozhikan pada tahun

2017 yang berjudul Hubungan Paritas dan Usia ibu terhadap terjadinya

kasus preeklamsi di Puskesmas Tapauli, menunjukkan adanya hubungan

bermakna antara paritas ibu dengan hipertensi dalam kehamilan dan

memicunya terjadinya preeklamsi (Rozhikan, 2017).

Menutut asumsi peneliti didapatkan bahwa ibu yang hipertensi

dalam kehamilan lebih banyak terjadi pada paritas grandemulti gravida

sebanyak 74% dan paling sedikit yang mengalami hipertensi dalam

kehamilan yaitu pada paritas primigravida sebanyak 36.7%. Hal ini

dikarenakan semakin banyak seorang ibu melahirkan maka akan

berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, dan semakin sedikit ibu

melahirkan maka semakin rendah pula kemungkinan akan terjadinya

hipertensi dalam kehamilan.

b. Gambaran Usia Ibu di Puskesma Dasan Tapen

Berdasarkan hasil analisis univariat didapatkan bahwa dari ibu yang

berumur tidak beresiko antaran 20-35 tahun sebagian besar tidak mengalami

kenaikan tekanan darah sebayak 32 kasus (72.7%) serta yang mengalami

kenaikan tekanan darah sebanyak 12 kasus (27.3%), sedangkan pada ibu

yang berumur beresiko sebagian besar mengalami kenaikan tekanan darah


8

yaitu sebanyak 36 kasus (69.2%), serta yang tidak mengalami kenaikan

tekanan darah sebanyak 16 kasus (30.8%).

Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Henny Juaria (2016)

yang berjudul “Hubungan usia ibu dan Paritas dengan kejadian Hipertensi di

Puskesmas Luwu, didapatkan hasil dari hasil penelitian menunjukkan ibu

yang paritas multipara yang mengalami hipertensi sebanyak 38 orang

(58,86%) dan pada umur mayoritas ibu yang berumur > 35 tahun sebanyak

40 orang (61,54%). Setelah dilakukan uji chi-square didapatkan bahwa χ 2

hitung > χ 2 tabel yang berarti menolak H0 yang berarti Ada hubungan

antara paritas dan umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.

Umur atau usia adalah lama waktu hidup seseorang,dari sejak dirinya

dilahirkan atau diadakan (Hoetomo,2015). Usia merupakan salah satu

faktor resiko terjadinya hipertensi karena Tidak dapat dihindari bahwa pada

kebanyakan orang bertambahnya umur dibayangi dengan naiknya ukuran

tekanan darah. Namun tidak semua orang tua mempunyai tekanan darah

yang tinggi asalkan saja orang senantiasa mengatur hidupnya menurut cara

yang sesuai dengan usaha pencegahan hipertensi (Ferry, 2015).

Usia ibu hamil terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun)

mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal

ini dikarenakan pada umur dibawah 20 tahun, dari segi biologis fungsi

reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk

menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi

tuntutan beban moril, mental, dan emosional, sedangkan pada umur diatas
9

35 tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah

mengalami kemunduran atau degenerasi dibandingkan fungsi reproduksi

normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya Komplikasi pasca

persalinan terutama perdarahan lebih besar. Perdarahan post partum yang

mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada

umur dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post

partum yang terjadi pada umur 20-29 tahun. Perdarahan post partum

meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2016).

Menurut asumsi peneliti ibu hamil yang mengalami hipertensi paling

banyak terjadi pada usia yang beresiko yaitu < 20 thn & >35 thn sebanyak

69.2%. Hal ini dikarenakan semakin kecil usia seorang ibu hamil maka

semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya hipertensi. Begitu pula dengan

usia ibu diatas 35 tahun yang hamil resijo terjadinya hipertensi juga semakin

besar dalam kehamilan.

2. Analisis Bivariat

a. Analisis Paritas dengan kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan

Berdasarkan Analisiss bivariat dan hasil uji statistik didapatkan data

berdistribusi normal dengan menggunakan uji Chi Square pada tingkat

kesalahan 5 % (α< 0,05) didapatkan nilai (p) = 0,027 atau p<0,05 artinya

Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan secara

signifikan antara Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan terhadap Paritas

ibu. Dengan nilai R Square = 0.069 dimana artinya yaitu kekuatan

hubungannya yaitu rendah yang berarti paritas ibu mempengaruhi 6.9%

dengan kejadian Hipertensi dalam Kehamilan. Jadi kesimpulannya semakin


10

banyak jumlah kehamilan ibu maka ada kemungkinan terjadinya Hipertensi

dalam Kehamilan.

Hasil uji diatas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Tati

Widya Wati, dkk (2020) dengan hasil Hipertensi dalam kehamilan

merupakan 5 -15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga

penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Hipertensi dalam

kehamilan menjadi salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas

pada ibu dan bayi yang dilahirkan. Faktor resiko berkaitan dengan

perkembangan preeklamsia, antara lain : primigravida (85%), grande

multigravida, obesitas, ibu hamil dengan hipertensi kronis, penyakit ginjal,

dan pada ibu hamil dengan usia diatas 35 tahun karena usia tersebut

memiliki kecenderungan pada kejadian hipertensi di bandingkan dengan

usia antara 20-35 tahun.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Eva Purwanti (2018) dengan

hasil menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi sebanyak

38 orang (53,4%) sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 35 orang

(46,6%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa umur (p=0,000), riwayat

hipertensi (p=0.004), paparan asap rokok (p=0,431), paritas (p=0,626) dan

stres kehamilan (p=0.007). jadi disimpulkan bahwa ada hubungan umur,

riwayat hipertensi, dan stres kehamilan dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil sedangkan yang tidak memiliki hubungan yaitu paparan asap rokok

dan paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah Kerja

Puskesmas Suli Kabupaten Luwu.


11

Dari hasil di atas peneliti dapat dilihat bahwa paritas tidak

mempengaruhi terjadinya hipertansi secara signifikan. Adapun ada beberapa

ibu-ibu yang mengalami hipertensi pada paritas multigravida dan

primigravida itu di dukung beberapa factor yang menyebabkan hipertensi

selain umur yg berisiko dan umur kehamilan yang mendekati aterm.

b. Analisis Umur ibu dengan kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan.

Berdasarkan tabel anaslisis bivariat dilakukan uji statistik didapatkan

bahwa data berdistribusi normal dengan menggunakan menggunakan uji

Chi Square pada tingkat kesalahan 5 % (α < 0,05) didapatkan nilai (p) =

0,000 atau p<0,05 artinya Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan

ada hubungan antara Usia ibu hamil dengan kejadian Hipertensi dalam

Kehamilan. Dengan nilai r = 0.418 dimana artinya yaitu kekuatan

hubungannya yaitu sedang dimana yang menunjukkan hubungan positif.

Jadi kesimpulannya semakin rendah usia ibu (<20tahun) atau tinggi umur

ibu (>35tahun) maka makin tinggi pula kemungkinan terjadinya Hipertensi

dalam Kehamilan.

Hasil uji diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan Tatik Widiya

Wati, dkk (2020) yang mengatakan Primigravida memiliki kecenderungan

terjadi hipertensi dua kali lipat lebih besar, paritas ibu merupakan faktor

resiko terjadinya hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.

Metode penelitian ini adalah Penelitian kepustakaan atau kajian literature

review merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis


12

pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literature

berorientasi akademik (academic-academic literature), serta merumuskan

kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu. Hasil penelitian

di dapatkan bahwa usia yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi

dalam kehamilan yaitu usia lebih dari 35 tahun, karena usia tersebut

memiliki kecenderungan pada kejadian hipertensi dibandingkan dengan usia

antara 20-35 tahun.Sedangkan paritas 2–3 merupakan paritas paling aman

ditinjau dari sudut kematian maternal. Sehingga terdapat hubungan usia ibu

dan paritas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.

Penelitian yang dilakukan Novia Shoperah, dkk (2019), dengan Hasil

uji statistik Chi-Square di dapatkan bahwa terdapat hubungaan yang

signifikan antara usia ibu, paritas dan riwayat keluarga hipertensi dengan

hipertensi dalam kehamilan dengan nilai (p < 0,05).

Sesuai dengan teori dimana usia yang aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-35 tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan

melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari

pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari

usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap

remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami

hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun

(Manuaba, 2018).

Menurut asumsi peneliti dapat menyimpulkan bahwa usia sangat

mempengaruhi terjadinya hipertensi pada ibu hamil. Sehingga ibu hamil


13

yang berada pada usia yang berisiko akan diberikan edukasi yang lebih

banyak dan dilakukan screening yang lebih ketat untuk mencegah terjadinya

hipertensi pada kehamilan karena hipertensi dalam kehamilan merupakan

penyebab terjadinya Preeklamsia pada ibu hamil apabila hipertensi tidak

terawat.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan sesuai prosedur, Adapun ada beberapa

keterbatasan yang terjadi pada saat melakukan penelitian yaitu :

1. PPenelitian hanya melalui data rekam medis atau data sekunder tanpa

adanya sumber data primer dari responden ibu hamil yang dapat

meningkatkan kualitas hasil penelitian.

2. Penelitian ini terkendala kondisi pandemi penyebaran virus corona varian

Omicrom pada lokasi penelitian Puskesmas Dasan Tapen sehingga

membuat penelitian cukup lama tertunda dilakukan


60

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan pemaparan pada bab sebelumnya, maka dapat

diperoleh simpulan terakit hubungan paritas dan usia ibu terhadap hipertensi

dalam kehamilan (HDK) diwilayah kerja Puskesmas Dasan tapen yaitusebagai

berikut :

1. Gambaran Paritas terhadap hipertensi dalam kehamilan (HDK) di wilayah

Kerja Puskesmas Dasan Tapen, dari 96 sampel didapat bahwa jumlah ibu

primigravida sebanyak 30 kasus (31.2%), multigravida sebanyak 41 kasus

(42.7%)

2. Gambaran ibu grandemultigravida sebanyak 25 kasus (26.1%). Sementara

gambaran usia ibu terhadap kejadian hipertensi dalam kehamilan dari 96

sampel didapatkan ibu yang umurnya tidak beresiko sejumlah 44 kasus

(45.8%) dan ibu yang umurnya beresiko 52 kasus (54.2%).

3. Hubungan Paritas dari hasil uji statistik dengan nilai R square = 0.069 dimana

kekuatan hubungannya rendah yakni paritas mempengaruhi 6.9% pada

kejadian Hipertensi dalam Kehamilan. Jadi semakin banyak jumlah

kehamilan ibu maka ada kemungkinan terjadinya Hipertensi dalam

Kehamilan.

4. Hubungan Usia ibu hamil dengan kejadian Hipertensi dalam Kehamilan dan

dengan nilai OR = 6.000 yang artinya bahwa semakin beresiko usia ibu hamil

(>20thn & > 35thn) maka 6 kali lipat akan lebih berisiko mengalami

hipertensi dalam kehamilan.

60
1

5. Hubungan antara Paritas dan Usia ibu terhadap kejadian Hipertensi dalam

kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Tapen ditunjukan dengan

dengan Chi Square (p) = 0,027 atau p<0,05. Sehingga Hipotesa yang

mengatakan adanya hubungan Paritas dan Usia Ibu terhadap Hipertensi dalam

Kehamilan diwilayah Kerja Puskesmas Dasan Tapen dapat diterima.

B. SARAN

Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti dari hasil penelitian

yang telah dilakukan antara lain :

1. Bagi Puskesmas Dasan Tapen

Diharapkan penelitian ini dapat sebagai bahan masukan dalam suatu kebijakan

untuk mengatasi dan menurunkan angka kejadian hipertensi di dalam

kehamilan dan untuk meningkatkan deteksi dini kejadian HDK.

2. Bagi Ibu Hamil

Hasil penelitian ini dapat Membuka wawasan ibu hamil pentingnya menjaga

kesehatan pada usia hamil dan hingga melahirkan

3. Bagi Institusi Pemerintah.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dokumentasi dan perbandingan

dala melakukan penelitian selanjutnya untuk menambah kajian maupun

refrensi serta pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa kebidanan.


2

4. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Penelitian Dapat menambah pengetahuan dan khasanah penelitian terutama

untuk menambah wawasan dalam hal paritas dan usia ibu terhadap kejadian

Hipertensi dalam kehamilan, dan dapat pula menjadi acuan dalam penyusunan

skripsi maupun tugas akhir.

Anda mungkin juga menyukai