TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper
artinya tekanan yang berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang
lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang
dikatakan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila
tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Yeyeh, 2016).
Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen. Pada sebagian
besar pasien, hipertensi merupakan akibat dari etiologi dengan patofisiologi
yang tidak diketahui (hipertensi esensial atau primer).Walaupun bentuk dari
hipertensi ini tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikontrol.Sejumlah kecil
presentasi pasien memiliki penyebab hipertensi yang spesifik (hipertensi
sekunder).Terdapat banyak penyebab sekunder yang potensial, baik karena
kondisi medis atau diinduksi secara endogen.Jika penyebab terjadinya
hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien dapat
disembuhkan (Uli, 2013).
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai The Silent Disease atau
penyakit tersembunyi. Orang yang tidak sadar mengidap penyakit hipertensi
sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi dapat
menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status sosial
ekonomi.Hipertensi merupakan suatu keadaan yang tidak memiliki gejala
nampak, dimana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, serangan jantung, kerusakan
ginjal (Lilies, 2015).
2. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala :
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi. Jika
hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, akan timbul gejala yaitu
sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal
(LIPI, 2016).
3. Faktor penyebab Hipertensi
Menurut WHO dalam Susan (2017) hipertensi berdasarkan
penyebabnya dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1). Hipertensi Essensial
Hipertensi essesnsial (primer) adalah suatu peningkatan persitensi
tekanan asteri yang dihasilkan oleh ketidak teraturan mekanisme kontrol
homeostik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Prevalensi
mencapai lebih dari 90% pada seluruh penderita dipertensi di
masyarakat.
2). Hipertensi Nonessensial
Hipertensi nonessensial (sekunder) yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
kelainan organ tubuh yang telah terbukti kaitannya terhadap timbulnya
hipertensi, seperti kelainan ginjal, dan penyakit pembuluh darah, yang
memerlukan sarana khusus agar dapat ditentukan diagnosis
penyebabnya. Prevalensinya <10% dari seluruh penderita hipertensi di
masyarakat.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita
hipertensi yaitu ada faktor risiko yang dapat dihindari atau diubah dan ada
yang tidak dapat diubah (Ferry, 2016) :
a.Faktor risiko yang dapat dihindari atau
diubah
1) Kegemukan (Obesitas)
Obesitas adalah massa tubuh yang meningkat disebabkan jaringan
lemak yang jumlahnya berlebihan. Pada orang-orang yang gemuk
seringkali terdapat hipertensi, walaupun sebabsebabnya yang belum jelas.
Oleh sebab itu sebaiknya orang yang terlampau gemuk untuk lebih
menurunkan berat badannya.
Orang yang kegemukan biasanya lebih cepat lelah, nafas sesak,
jantung berdebar-debar walaupun aktifitas yang dilaksanakan olehnya
tidak seberapa. Karena senantiasa memikul beban tubuh yang berat
maka jantung harus bekerja lebih berat dan harus bernafas lebih cepat
supayah kebutuhan tubuh akan darah dan oksigen dapat dipenuhi. Oleh
sebab itu lama-kelamaan akan mengakibatkan hipertensi.
2) Menkonsumsi garam yang Tinggi
Penderita tekanan darah tinggi sering diwajibkan untuk
mengurangi konsumsi garam. Hal yang terpenting adalah membatasi
pengguna garam dalam upaya mencegah berkembangnya hipertensi.
Anjuran Kementrian kesehatan pada masyarakat umum yang sehat
adalah 5 gram atau setara satu dendok tehperhari. Harus diperhatikan
bahwa bagian garam yang menyebabkan hipertensi adalah sodium.
Natrium memiliki sifat menarik cairan sehingga mengonsumsi
garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Orang-
orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga
menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah. Karena
sifatnya yang meretensi air sehingga volume darah menjadi naik dan hal
tersebut secara otomatis menaikkan tekanan darah (Uli, 2015).
3) Stres psikososial
Hubungan antara stres dengan hipertensi diperkirakan melalui aktifitas
saraf simpatik, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.
Apabila stress menjadi berkepanjangan, akibat tekanan darah akan
menetap tinggi. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,
bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup
lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis (Ferry, 2015).
b.Faktor risiko yang tidak dapat dihindari atau
diubah
1) Umur
Tidak dapat dihindari bahwa pada kebanyakan orang bertambahnya umur
dibayangi dengan naiknya ukuran tekanan darah. Namun tidak semua
orang tua mempunyai tekanan darah yang tinggi asalkan saja orang
senantiasa mengatur hidupnya menurut cara yang sesuai dengan usaha
pencegahan hipertensi,
2) Jenis kelamin
Pria umumnya lebih mudah terkena hipertensi dibandingkan dengan
wanita, hal ini mungkin disebabkan kaum pria lebih banyak memiliki
faktor pendorong seperti stres, kelelahan dan makan yang tidak
terkontrol.
4. Pencegahan hipertensi
Tindakan pencegahan biasanya relatif. Adapun pencegahan yang bisa
dilakukan untuk mengurangi kejadian hipertensi yaitu (Susan, 2016) :
a. Pencegahan primordial
Yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap hipertensi, dimana
belum tampak adanya faktor yang menjadi resiko hipertensi. Sebagai contoh adalah
dengan adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan membuat peringatan
rokok akan bahayanya terhadap kesehatan. Selain itu juga dengan melakukan senam
kesegaran jasmani untuk menghindari faktor-faktor hipertensi.
b. Pencegahan primer
Yaitu upaya pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi, dimana dengan
melakukan pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor risiko hipertensi
seperti rokok, alkohol, kurang olahraga dan sebagainya. Penyuluhan dapat
dilaksanakan di sekolah atau kelompokusia muda.
c. Pencegahan sekunder
Yaitu upaya mencegah hipertensi yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau
mejadi lebih berat.Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor risiko
hipertensi yang dapat diubah.Selain itu dibutuhkan juga kepatuhan berobat bagi
seseorang yang sudah pernah menderita hipertensi.
d. Pencegahan tersier
Yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang berlebih atau bahkan
kematian.Sebagai contohnya adalah dengan melakukan rehabilitasi.Dalam hal ini
bukanlah rehabilitasi fisik yang dimaksud melainkan rehabilitasi mental dan sosial
yang membuat penderita tidak merasa berkecil hati atas penyakitnya.
5. Penatalaksanaan pada penderita hipertensi
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, mencapai target tekanan darah
untuk individu berisiko tinggi dengan diabetes atau gagal ginjal dan mengendalikan
faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya (Kartikasari, 2018).
a. Penatalaksanaan Non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologis yang berperan dalam keberhasilan
penangananhipertensi merupakan pendamping dari terapi farmakologis dengan
memodifikasi gaya hidup. Terapi jenis ini harus dilakukan oleh semua penderita
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-
faktor risikonya. Modifikasi gaya hidup yang dianjurkan antara lain:
1) Menurunkan berat badan berlebih dan pengaturan diet
Mengurangi berat badan dapat menurunkan risiko hipertensi, diabetes, dan
penyakit kardiovaskular. Penerapan pola makan yang seimbang dapat
mengurangi tekanan darah.Setiap penurunan 5 kg berat badan pada yang obesitas
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan penurunan tekanan darah
Setiap penurunan 1 kg berat badan dapat menurunkan tekanan darah 2/1 mmHg
.Tujuan utama dari pengaturan diet pada hipertensi adalah dan memenuhi
kebutuhan zat gizi yang dapat menurunkan tekanan darah (Uli, 2017).
2) Meningkatkan Aktivitas Fisik dan Olahraga
Olahraga aerobik secara teratur seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan
bersepeda secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, karena latihan aerobik
dapat menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan
hipertensi.Direkomendasikan agar berolahraga dengan frekuensi 3-4 hari per
minggu selama minimal 12 minggu.Aktivitas fisik yang cukup dan teratur
membuat jantung lebih kuat.(Dea, 2016)
3) Berhenti Merokok
Merokok memiliki peran cukup besar dalam peningkatan tekanan darah yang
disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam rokok. Tidak merokok
mengurangi keseluruhan risiko penyakit kardiovaksular dan dapat menurunkan
tekanan darah secara perlahan (Simarmata, 2018).
4) Istirahat yang cukup
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu.Meluangkan waktu
tidak berarti meminta istirahat lebih banyak dibandingkan bekerja secara
produktif.Meluangkan waktu istirahat itu perlu dilakukan secara rutin.Istirahat
adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan
keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Yogiantoro, 2016).
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis berupa pemberian obat-obatan anti- hipertensi.
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar seperti (LIPI, 2017) :
1)Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
2)Penghambat Simpatetik
Obat jenis ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas).
3)Betabloker
Obat jenis ini menurunkan daya pompa jantung, sehingga penderita yang
mengalami gangguan pernapasan tidak dianjurkan.
4)Vasodilator
Obat jenis ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah).
5)Penghambat ensim konversi angiotensin
Obat jenis ini menghambat pembentukan angiotensin II (zat yang dapat
meningkatkan tekanan darah).
6. Hipertensi dalam kehamilan
a. Pengertian Hipertensi Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan yaitu hipertensi yang terjadi pada saat
kehamilan, hipertensi kehamilan biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20
minggu. Peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifatsistematik atau
berlangsung terus – menerus untuk jangka waktu lama adalah hipertensi.
Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup lama
(Yeyeh, 2015).
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan
menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi. Untuk
menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi diperlukan setidaknya tiga kali
pengukuran tekanan darah pada waktu yang berbeda.Jika dalam tiga kali
pengukuran selama interval 2-8 pekan angka tekanan darah tetap tinggi, maka patut
dicurigai sebagai hipertensi. Pengecekan retina mata dapat menjadi cara sederhana
untuk membantu menentukan hipertensi pada diri seseorang (Lingga, 2016).
b. Gangguan Hipertensi Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2018), gangguan hipertensi pada kehamilan
diantaranya adalah:
1) Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
darah. Hipertensi kronik dapat terjadi pada ibu hamil relatif diatas 30
badan naik, sesak nafas, nyeri epigastrum, protein urine dan endema.
Protein dalam urin normal tidak lebih dari 0,3 gram dalam 24 jam.
penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu
b) Faktor graviditas
c) Faktor Bayi
(Roeshadi, 2019)
e) Faktor Lingkungan
2016).
dengan ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of Hight
darahnya lebih rendah dari 120/80 Hg. Di atas dari batasan tersebut
2018).
hal, ibu hamil yang terpapar asap rokok lingkungan secara umum
disekitarnya. Dan jika ibu hamil merupakan seorang perokok pasif, hal
(Giovanna, 2017).
mampu hidup
atau lebih
d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak
atau lebih
1) Nulligravida adalah wanita yang tidak sedang atau tidak pernah hamil.
untuk pertamakalinya.
3) Multigravida adalah seorang wanita yang pernah hamil lebih dari satu
kali.
c. Usia
1) Pengertian usia/umur
Umur atau usia adalah lama waktu hidup seseorang,dari sejak dirinya
secara keseluruhan dan kejiwaan belum siap menjadi seorang ibu maka kehamilan
dapat berakhir dengan suatu keguguran, bayi berat lahir rendah (BBLR), dan
dapat disertai dengan persalinan macet. Umur hamil pertama yang ideal bagi
seorang wanita adalah 20 tahun, sebab pada usia tersebut rahim wanita sudah siap
kehamilan dini dan banyak yang memiliki pengetahuan yang terbatas atau kurang
kunjungan pelayanan antenatal yang terbatas dan dapat berperan penting terhadap
terjadinya komplikasi, sehingga pada kelompok usia ini diperlukan motivasi untuk
memeriksakan kehamilan secara teratur (Waspodo, 2014). Usia ibu hamil terlalu
muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar
untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah 20
tahun, dari segi biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang
dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang
dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental, dan emosional, sedangkan pada
umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita
kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur dibawah 20
tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang terjadi pada
umur 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah usia 30-35
kebutuhan kalori yang lebih besar dari pada wanita yang lebih tua. Menurut
d) Gangguan persalinan
e) Preeklamsi
Hamil atau bersalin diusia lebih dari 35 tahun juga sangat berisiko,
karena pada usia tersebut fungsi organ reproduksi juga sudah mulai
dan solusio plasenta. Angka kematian ibu lebih tinggi, tetapi perbaikan
perawatan medis dapat memperbaiki keadaan ini. Penelitian Bulher dan
Rekan kematian maternal di Amerika Serikat dari tahun 1794 sampai 1982,
Usia kehamilan
Gaya hidup
Indeks Masa Tubuh (IMT)
Bagan 2.1 : Kerangka konsep hubungan Paritas dan Usia Ibu dengan
Dasan Tapen.
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi
1. Ada Hubungan antara paritas dengan hipertensi pada ibu hamil (HDK)
2. Ada Hubungan antaraUsia Ibu dengan hipertensi pada ibu hamil (HDK)
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Pada penelitian ini, peneliti akan
melakukan penelitian tentang hubungan paritas dan usia ibu dengan kejadian
2. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman penuntun peneliti pada seluruh
dapat diketahui dari register medis yang ada di puskesmas Dasan Tapen, dimana
peneliti akan melakukan penelitian terhadap ibu hamil yang mengalami hipertensi
Hipertensi dalam
Faktor Resiko (-) kehamilan
(HDK)
3. Populasi
penelitian ini yakni semua ibu hamil pada tahun periode januari 2020 sampai
1.763 orang. Dari 1.763 ibu hamil terdapat 48 orang ibu yang mengalami
hipertensi.
4. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
(Sugiyono, 2017).
2
a. Kasus
b. Kontrol.
48 orang yang dilakukan dengan system lot, dimana seluruh ibu hamil
sampel.
Data diambil secara langsung dari rekam medik Puskesmas Dasan Tapen,
yaitu kasus dan control adalah 1:1 dimana sampel kasus berjumlah 48 orang dan
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini sudah dilakukan pada tanggal 1 Januari 2022 sampai dengan
2. Tempat Penelitian.
D. Variabel Penelitian.
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan
kelompok lain.
1. Variabel Independent
2. Variabel Dependent
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam
E. Definisi Operasional
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.
4
1. Instrumen Penelitian
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil
penelitian
dari bidan puskesmas agar data rekam medik ibu hamil yang mengalami
kebidanan.
penelitian.
berikut:
6
a) Peyunting (Editing)
Pada tahap ini dilakukan penyuntingan data yang terkumpul yaitu dengan
b) Coding
(1) Paritas
atau lebih
d) Skoring
c) Data entri
7
Peneliti memasukan data yang terdiri dari Paritas, Usia Ibu dan Hipertensi
dalam kehamilan yang terjadi di Puskesmas Dasan Tapen yang sudah benr
2. Analisis Data
telah diajukan.
Dalam analisis data pada penelitian ini penulis mengambil analisis data
a) Analisis Univariat
rumus :
P= x 100
𝑥
𝑦
Keterangan :
y : ∑ sampel total
b) Analisis Bivariat
(Saryono, 2012).
hubungan Paritas dan Usia Ibu hamil dengan kejadian hipertensi dalam
menilai taraf signifikan yaitu nilai α (alpha) kurang dari 0,05 atau
H. Etika Penelitian
1. Kerahasiaan (Confidentiality)
inisial nama pasien dan hanya data tertentu yang dilaporkan oleh peneliti.
peneliti.
2. Kejujuran
2017)
I. Alur Penelitian
Surat Puskesmas
pengantar Bappeda
Dasan Tapen
Penelitiandari Lombok
kampus barat
Ujian untuk
menentuka
n
kelayakan
penelitian
Ujian Skripsi
Penelitian Pengolahan data
10
Bagan 3.2 Alur Penelitian Hubungan Paritas dan Usia Ibu dengan Hipertensi dalam
kehamilan diwilayah kerja Puskesmas Dasan Tapen.
Membuat Laporan Skripsi
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Tenggara Barat dengan luas wilayah mencapai 16,38 km2. Puskesmas Dasan
Tapen memiliki 7 Desa yang menjadi wilayah kerjanya yaitu Desa Dasan
Tapen, Desa Beleke, Desa Suka Makmur, Desa Gapuk, Desa Mesanggok, Desa
Puskesmas Dasan Tapen Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS bahwa
jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2019 yaitu 44.237 Jiwa,
dengan peserta BPJS saat ini mencapai 36.202 jiwa. Data ini dijadikan dasar
46
1
Puskesmas Dasan tapen dan mengambil rekam medis pasien dan dimasukan
hubungan Paritas dan Usia ibu terhadap kejadian Hipertensi. Data yang
a. Analisis Univariat
2021.
Dari bahwa dari ibu hamil yang Primigravida sebagian besar tidak
2). Gambaran Umur Usia Ibu dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan
Dari Tabel 4.2 didapatkan bahwa dari ibu yang berumur tidak
b. Analisis Bivariat
1). Analisis hubungan hipertensi dalam kehamilan dengan pritas ibu hamil di
kasus kenaikan tekanan darah selama hamil sebanyak 18 kasus (72%) dan
dengan menggunakan uji Chi Square pada tingkat kesalahan 5 % (ρ < 0,05)
Tabel 4.4 Distribusi Usia Ibu Dengan Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan
di Puskesmas Dasan Tapen Periode Januari 2020 s/d September 2021
Berdasarkan Tabel 4.5, didapatkan bahwa dari ibu yang berumur tidak
Berdasarkan Tabel 4.5 yang telah di uji dengan hasil uji statistik
ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan antara Usia ibu
B. Pembahasan
1. Analisis Univariat
kasus (72%) dan sisanya tidak mengalami kenaikan tekanan darah sebanyak
7 kasus (28%).
hipertensi pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
6
berisiko hanya 34,2%. Berdasarkan hasil analisis didapatkan ibu hamil yang
menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang tidak berisiko paritas lebih
rata 1-2 tahun. Sedangkan pada teori Henderson (2006) bahwa paritas ibu
sehat yaitu paritas 2-3 dengan jarak kehamilan 5 tahun dan angka kejadian
pada paritas >4. Karena responden yang rata-rata berada pada paritas ke 2
Menurut (Siswosudarmo, 2018) jenis paritas bagi ibu yang sudah partus
antara lain yaitu Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan
bayi yang mampu hidup, Primipara adalah wanita yang pernah satu kali
melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup, Multipara adalah
wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau lebih dan
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.
2017 yang berjudul Hubungan Paritas dan Usia ibu terhadap terjadinya
berumur tidak beresiko antaran 20-35 tahun sebagian besar tidak mengalami
yang berjudul “Hubungan usia ibu dan Paritas dengan kejadian Hipertensi di
(58,86%) dan pada umur mayoritas ibu yang berumur > 35 tahun sebanyak
hitung > χ 2 tabel yang berarti menolak H0 yang berarti Ada hubungan
antara paritas dan umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.
Umur atau usia adalah lama waktu hidup seseorang,dari sejak dirinya
faktor resiko terjadinya hipertensi karena Tidak dapat dihindari bahwa pada
tekanan darah. Namun tidak semua orang tua mempunyai tekanan darah
yang tinggi asalkan saja orang senantiasa mengatur hidupnya menurut cara
Usia ibu hamil terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun)
mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal
ini dikarenakan pada umur dibawah 20 tahun, dari segi biologis fungsi
menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi
tuntutan beban moril, mental, dan emosional, sedangkan pada umur diatas
9
umur dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post
partum yang terjadi pada umur 20-29 tahun. Perdarahan post partum
banyak terjadi pada usia yang beresiko yaitu < 20 thn & >35 thn sebanyak
69.2%. Hal ini dikarenakan semakin kecil usia seorang ibu hamil maka
usia ibu diatas 35 tahun yang hamil resijo terjadinya hipertensi juga semakin
2. Analisis Bivariat
kesalahan 5 % (α< 0,05) didapatkan nilai (p) = 0,027 atau p<0,05 artinya
dalam Kehamilan.
Hasil uji diatas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Tati
merupakan 5 -15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga
pada ibu dan bayi yang dilahirkan. Faktor resiko berkaitan dengan
dan pada ibu hamil dengan usia diatas 35 tahun karena usia tersebut
riwayat hipertensi, dan stres kehamilan dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil sedangkan yang tidak memiliki hubungan yaitu paparan asap rokok
dan paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah Kerja
Chi Square pada tingkat kesalahan 5 % (α < 0,05) didapatkan nilai (p) =
ada hubungan antara Usia ibu hamil dengan kejadian Hipertensi dalam
Jadi kesimpulannya semakin rendah usia ibu (<20tahun) atau tinggi umur
dalam Kehamilan.
Hasil uji diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan Tatik Widiya
terjadi hipertensi dua kali lipat lebih besar, paritas ibu merupakan faktor
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.
dalam kehamilan yaitu usia lebih dari 35 tahun, karena usia tersebut
ditinjau dari sudut kematian maternal. Sehingga terdapat hubungan usia ibu
signifikan antara usia ibu, paritas dan riwayat keluarga hipertensi dengan
Sesuai dengan teori dimana usia yang aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari
pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari
hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun
(Manuaba, 2018).
yang berada pada usia yang berisiko akan diberikan edukasi yang lebih
banyak dan dilakukan screening yang lebih ketat untuk mencegah terjadinya
terawat.
C. Keterbatasan Penelitian
1. PPenelitian hanya melalui data rekam medis atau data sekunder tanpa
adanya sumber data primer dari responden ibu hamil yang dapat
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
diperoleh simpulan terakit hubungan paritas dan usia ibu terhadap hipertensi
berikut :
Kerja Puskesmas Dasan Tapen, dari 96 sampel didapat bahwa jumlah ibu
(42.7%)
3. Hubungan Paritas dari hasil uji statistik dengan nilai R square = 0.069 dimana
Kehamilan.
4. Hubungan Usia ibu hamil dengan kejadian Hipertensi dalam Kehamilan dan
dengan nilai OR = 6.000 yang artinya bahwa semakin beresiko usia ibu hamil
(>20thn & > 35thn) maka 6 kali lipat akan lebih berisiko mengalami
60
1
5. Hubungan antara Paritas dan Usia ibu terhadap kejadian Hipertensi dalam
dengan Chi Square (p) = 0,027 atau p<0,05. Sehingga Hipotesa yang
mengatakan adanya hubungan Paritas dan Usia Ibu terhadap Hipertensi dalam
B. SARAN
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti dari hasil penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat sebagai bahan masukan dalam suatu kebijakan
Hasil penelitian ini dapat Membuka wawasan ibu hamil pentingnya menjaga
untuk menambah wawasan dalam hal paritas dan usia ibu terhadap kejadian
Hipertensi dalam kehamilan, dan dapat pula menjadi acuan dalam penyusunan