Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Hipertensi


2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit
kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan
dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan
meningkatnya tekanan pada arteri sistemik, baik diastolik maupun sistolik secara terus-
menerus. Gejala hipertensi sulit diketahui karena tidak memiliki gejala khusus. Gejala yang
mudah diamati yaitu pusing, sering gelisah, wajah merah, telinga berdengung, sesak nafas,
mudah lelah, mata berkunang - kunang Sutanto, (2010).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi


Tabel 1: Klasifikasi Hipertensi menurut Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia,
(2019)
No Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistol (mmHg) diastol(mmhg)

1 Optimal <120 <80


2 Normal 120 – 139 <80 – 84
3 Normal – tinggi 130 – 139 85 – 89
4 Hipertensi derajat 1 140 -159 90 – 99
5 Hipertensi derajat 2 160 -179 100 -109
6 Hipertensi derajat 3 180 ≥ 110
7 Hipertensi sistolik ≥ 140 <90
terisolasi
Sumber : 2018 ESC/ESH Hypertension Guidelines

6
6

2.1.3 Penyebab Hipertensi


Beberapa penyebab hipertensi menurut Musakkar & Djafar (2021), antara lain
1. Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi maka besar
kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi
2. Usia
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka
tekanan darah pun akan meningkat.
3. Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang.
4. Kolesterol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga mengakibatkan pembuluh darah
menyempit dan tekanan darah pun akan meningkat.
5. Obesitas/kegemukan
Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih tinggi
mengidap hipertensi
6. Stress
Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan
antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten Indonesia tidak menentu
Anggriani (2014).
7. Rokok
Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok dalam keadaan
menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit yang berkaitan dengan
jantung dan darah.
8. Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat meningkatkan
tekanan darah.
7

9. Alkohol
Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.
10. Kurang Olahraga
Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika menderita
hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.

2.1.4 Tanda dan Gejala Klinis


Kejadian hipertensi biasanya tidak memiliki tanda dan gejala. Gejala yang sering
muncul adalah sakit kepala, rasa panas di tengkuk, atau kepala berat. Namun, gejala
tersebut tidak bisa dijadikan ada tidaknya hipertensi pada seseorang. Salah satu cara untuk
mengetahui adalah dengan melakukan pengecekan tekanan darah secara berkala. Seorang
pasien biasanya tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hipertensi hingga ditemukan
kerusakan dalam organ, seperti terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, atau gagal
ginjal. Indah (2014).

2.1.5 Komplikasi Hipertensi


Adapun komplikasi dari hipertensi jika tidak dikendalikan akan berdampak pada
timbulnya komplikasi organ lain sebagai berikut : Stroke, Gagal jantung, Kerusakan Pada
Mata. Prapti, (2010).

2.1.6 Penatalaksanaan Hipertensi


Penatalaksanaan hipertensi ada beberapa antara lain menurut Endang (2014) yaitu :
2.1.6.1 Penatalaksanaan Farmakologi
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
bertambah kuat. Pengobatan standar yang diajukan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi Joint Commite On Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood
Preasure, USA, (2010) menyimpulkan bahwa obat diuretik, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
8

memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Padila
(2013). Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat-obatan seperti
berikut Endang (2014) : Golongan Diuretik, Penghambat Adrenergik, ACE-
inhibitor, Angiotensin-II-bloker, Antagonis kalsium, Vasodilator.
2.1.6.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi
Pengobatan secara non farmakologi atau lebih dikenal dengan pengobatan tanpa
obat-obatan, pada dasarnya merupakan tindakan yang bersifat pribadi atau
perseorangan. Artinya menimbulkan pengaruh namun bagi penderita lain itu cukup
signifikasi dalam mengendalikan tekanan darah. Seseorang yang terbukti menderita
hipertensi sulit untuk sembuh, tetapi orang tersebut dapat berusaha mengendalikan
tekanan darahnya agar tidak terlalu berdampak pada kesehatannya. pada dasarnya
pengobatan hipertensi tanpa obat-obatan lebih menekankan pada perubahan pola
makan dan gaya hidup. Endang, ( 2014) :
1) Mengurangi konsumsi garam
Garam dapur mengandung 40% natrium oleh karena itu, tindakan mengurangi
garam juga merupakan usaha mencegah sedikit natrium yang masuk kedalam tubuh.
Mengurangi konsumsi garam pada awalnya memang terasa sulit. Keadaan ini terjadi
karena individu terbiasa dengan makanan berasa asin selama puluhan tahun. Tentu
memerlukan usaha yang keras untuk mengurangi garam.
2) Mengendalikan berat badan
Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya
mengurangi porsi makanan yang masuk kedalam tubuh atau mengimbangi dengan
melakukan banyak aktivitas, penurunan 1 kg berat badan dapat menyebabkan
tekanan darah turun 1 mmHg.
3) Mengendalikan minum (kopi dan alkohol)
Kopi tidak baik dikonsumsi bagi individu dengan hipertensi karena, senyawa kafein
dalam kopi dapat memicu meningkatnya denyut jantung yang berdampak pada
peningkatan tekanan darah. Minuman beralkohol dapat menyebabkan hipertensi
9

karena, bila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan akan meningkatkan tekanan
darah. Orang yang menderita hipertensi perlu meninggalkan minuman beralkohol.
4) Membatasi konsumsi lemak
Konsumsi lemak berkaitan dengan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol
yang tinggi dapat mengakibatkan penebalan pembuluh darah. Jika pengendapan itu
terjadi semakin banyak, dinding pembuluh darah makin kaku atau berkurang
kelenturanya. Kondisi ini dapat memperparah jantung karena jantung bekerja
semakin berat saat memompa darah sehingga memperparah penderita hipertensi.
Orang yang menderita hipertensi harus menjaga kadar kolesterol normal dalam
darah sekitar 200 mg-250 mg per 100 cc.
5) Berolahraga teratur
Seorang penderita hipertensi bukan dilarang untuk berolahraga, tetapi dianjurkan
olahraga secara teratur. Memang ada beberapa jenis olahraga yang tidak dianjurkan,
bahkan dilarang dilakukan oleh penderita hipertensi, yaitu yoga dan olahraga
sejenisnya. Bagi penderita hipertensi semua olahraga baik dilakukan asal tidak
menyebabkan kelelahan fisik dan selain itu olahraga ringan yang dapat sedikit
meningkatkan denyut jantung dan mengeluarkan keringat. Beberapa olahraga yang
dapat dipilih adalah gerak jalan, senam, atau berenang.
6) Menghindari stress
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Carell Medical College menyatakan bahwa
seseorang yang mengalami tekanan jiwa (stress) selama bertahun- tahun ditempat
kerja dapat mengalami risiko hipertensi sebanyak tiga kali lebih besar. Sebaliknya
orang-orang yang berpikiran positif dan optimis mempunyai peluang lebih kecil
terkena hipertensi. Beberapa cara untuk menghindari stress, diantaranya dengan
melakukan relaksasi atau meditasi serta berusaha membina hidup yang bersifat
positif.
7) Alternatif / Herbal
National center for complementary and alternative medicine of the national institute
of health telah mengklasifikasikan berbagai macam terapi dan sistem perawatan
10

menjadi 5 kategori. Salah satu kategorinya adalah biological base therapies (BBT).
BBT atau terapi non farmakologis adalah terapi pengobatan tanpa menggunakan
obat – obatan jenis pengobatan tampa menggunakan obat – obatan yaitu terapi
komplementer yang menggunakan bahan alam dan termasuk kedalam BBT adalah
herbal. Beragam terapi herbal yang telah terbukti secara ilmiah dapat menurunkan
tekanan darah Ulfah, ( 2012).
Namun masih sangat terbatas masyarakat mengetahuinya antara lain :
a. Rosella
Kelopak bunga rosella kering dan air panas dapat menurunkan tekanan
darah. Cara membuatnya adalah cuci sampai bersih bunga rosella, lalu
seduh dengan air panas, jangan ditambahkan gula. Minum ramuan sehari
dua kali secara rutin selama satu bulan. Resep berikutnya menggunakan
ciplukan kering 5 g dan air bersih 110 ml. cara membuatnya dengan
mencuci ciplukan lalu rebus dengan 110 ml air bersih selama seperempat
jam sambil sesekali diaduk, angkat lalu saring dan dinginkan. Minum
ramuan sehari dua kali, setiap minum sebanyak 100 ml. jangan gunakan
ramuan ini lebih dari 24 jam.
b. Bawang putih
Bawang putih 2 butir dikupas kulitnya, air matang hangat 1 gelas, cara
membuatnya adalah kunyah bawang putih lalu telan, lalu minumlah air
matang hangat. Lakukan 3 x 1 hari.
c. Mengkudu
Siapkan 2 buah mengkudu yang sudah masak. Cara membuatnya adalah
cuci sampai bersih buah mengkudu, lalu parut, peras, saring untuk diambil
airnya. Minum ramuan sehari dua sampai tiga kali.
d. Daun seledri
Obat herbal ini dapat menurunkan hipertensi cara membuatnya adalah
ambil daun seledri, lalu cuci sampai bersih, tambahkan air bersih
secukupnya. Setelah itu remas - remaslah dengan tangan, kemudian diperas
11

dan disaring untuk diambil airnya. Minum ramuan secara rutin sehari tiga
kali sebanyak dua sendok makan.
e. Buah timun
Ambil 2 buah timun segar cara membuatnya cuci sampai bersih buah timun,
lalu parut, peras dan saring untuk diambil airnya. Minum ramuan sehari dua
sampai tiga kali. Ramuan ini diminum sekali habis.
f. Daun salam
Tumbuhan ini mengandung minyak asiri khususnya sitral dan eugenol, juga
mengandung tanin dan flavonoid. Jenis tanaman ini tumbuh liar di hutan,
kebun atau pekarangan di atas daratan rendah sampai pegunungan tinggi.
Untuk mengobati hipertensi diperlukan 10 lembar daun salam yang masih
segar, lalu cuci dengan bersih dan rebus dengan tiga gelas air hingga
menjadi satu gelas. Selanjutnya disaring dan airnya diminum, sehari minum
dua kali sebelum makan Ulfah, (2012).
12

2.2 Konsep Dasar Terapi Air Rebusan Daun Salam


2.2.1 Karakteristik Daun Salam
Daun salam bahasa latin disebut syzgium polyantum, dalam bahasa inggris, daun
salam disebut Indonesian bay leaf atau Indonesian laurel. Tumbuhan salam adalah
nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam masakan nusantara. Daun
salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan dan obatan-obatan
Degusman, (2011)
Pohon salam bertajuk rimbu, tinggi mencapai 25 m, berakar tunggang, batang
bulat, permukaan licin. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjang 0,5-1
cm. helain bentuknya lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung runcing,
pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm pertulangan menyirip,
permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah hijau muda. Daun bila
diremas berbau harum. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam mulai yang keluar
dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat diameter
8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak
sepat. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat Putra, (2013).
Daun salam juga dapat digunakan untuk pengobatan tradisional. Masyarakat
mulai melirik pengobatan tradisional karena obat tradisional tidak memerlukan biaya
yang mahal dan dapat diramu sendiri. Berbagai literatur menyebutkan bahwa Eugenia
Polyanthum mempunyai banyak khasiat pengobatan, antara lain untuk mengobati
tekanan darah, kencing manis, kolestrol tinggi, gastritis, diare, asam urat karena daun
salam mengadung minyak asiri (sirat dan eugenol), tannin, dan flavonoid Dalimartha,
(2010).
13

2.3.2 Kandungan Daun Salam


Kandungan zat-zat yang dapat berpengaruh menurut Agoes, (2010) :
2.3.2.1 Minyak asiriSebagai pengharum atau penyedap yang dapat menenangkan pikiran
dan juga mengurangi produksi hormone stress.
2.3.2.2 EugenolSebuah senyawa kimia aromatik, berbau, sedikit larutan dalam air dan larut
pada pelarut organik, kandungan eugenol merupakan analgesik dan antiseptik lokal
yang baik
2.3.2.3 Tanin
Dalam daun salam mampu mengendurkan otot arteri sehingga menurunkan takanan
darah bagi penderita hipertensi.
2.3.2.4 Flavonoid
Sebagai inhibitor ACE dengan menghambat aktivitas ACE maka pembentukan
angiotension II dapat dibatasi sehingga dapat mencegah hipertensi.

2.3.3 Manfaat Daun Salam


Manfaat daun salam untuk terapi menurut Reny, (2013) :
Daun salam untuk menurunkan kolestrol, daun salam untuk mengobati diabetes, daun
salam untuk asam urat, dan daun menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Manfaat lain daun
salam menurunkan tekanan darah karena mengadung flavonoid yang mampu berfungsi
sebagai anti oksidan yang mampu mencegah terjadinya oksidasi sel tubuh. Semakin tinggi
oksida sel dalam tubuh, maka semakin tinggi sesorang untuk menderita penyakit darah
tinggi. Dengan mengkonsumsi air rebusan daun salam sehari 2 kali ½ gelas rutin setiap hari
dapat membantu mengurangi hormon stress, mengendurkan otot arteri. Selain itu
kandungan mineral yang ada pada daun salam membuat peredaran darah semakin lancar
dan juga dapat mengurangi tekanan darah tinggi. Daun salam mengandung flavonoid yang
berfungsi sebagai antioksidan yang mampu mencegah terjadinya oksida sel tubuh. Semakin
tinggi oksida sel dalam tubuh, maka semakin tinggi seseorang untuk menderita penyakit
degeneratif. Kandungan flavonoid pada daun salam dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya hipertensi Ali,et,al, (2011).
14

2.3.4 Hasil Penelitian Terkait


Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penilitian yang
dilakukan oleh Susi Wahyuningsih Asih (2018) dengan judul Pengaruh Rebusan Daun
Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wisma
Seruni Upt Pslu Jember.Peneliti menggunakan metode adalah penelitian pre
eksperimental dengan pendekatan one group pre post test design. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh lansia dengan hipertensi yang tinggal di UPT PSTW
Jember sejumlah 45 orang. Responden diambil dengan teknik total sampling. Responden
diberi air rebusan daun salam sebanyak 1 gelas, dua kali sehari selama 2 minggu.
Tekanan darah responden diukur dengan menggunakan sphygmomanometer.
Analisis statistik menunjukkan uji t test untuk tekanan darah sistolik adalah 0,000 dan
0,087 untuk tekanan darah diastolik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air rebusan daun
salam berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan tidak berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah diastolik lansia dengan hipertensi.
Penilitian oleh Andoko1 Dimas Ning Pangesti2 (2016) yang Berjudul Efektifitas
Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan quasi eksperimen. Populasi dalam
penelitian ini adalah penderita hipertensi yang berkunjung ke di Puskesmas Krui Kabupaten
Pesisir Barat sejumlah 44 pasien dengan sampel sejumlah 40 orang. Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Analisa data yang
digunakan uji T- Independen. Hasil: Penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah
systole sebelum diberi rebusan daun salam adalah 166.5 mmHg, diastole 94.5 mmHg. Rata-
rata tekanan darah systole sebelum diberi rebusan daun salam + Amlodipine adalah 155.25
mmHg, diastole 90.5 mmHg. Rata- rata tekanan darah systole sesudah diberi rebusan daun
salam adalah 145.75 mmHg, diastole 87.75 mmHg. Rata-rata tekanan darah systole sesudah
diberi rebusan daun salam + Amlodipine adalah 155.25 mmHg, diastole 90.5 mmHg. Ada
perbedaan penurunan tekanan darah systole setelah mengkonsumsi rebusan daun salam
dengan setelah mengkonsumsi rebusan daun salam + Amlodipine di wilayah Puskesmas
Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015 ( p value 0,001). Saran bagi petugas kesehatan
15

untuk dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu terapi alternatif dalam
pengobatan hipertensi primer dan agar dapat disosialisasikan kepada masyarakat.
Peneliti oleh Siti Rahayu (2017) dengan judul Pengaruh Terapi Air Rebusan Daun
Salam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Katipugal
Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan. Desain penelitian itu menggunakan metode
Pra-eksprimental dengan pendekatan one group pre-post test design, sampel dalam
penelitian ini berjumlah 41 pasien, Dengan menggunakan teknik sampling purposive
sampling dan alat ukur yang digunakan adalah tensi meter air raksa, stetoskop, lembar
observasi, SOP cara membuat air rebusan daun salam. Analisa data menggunakan Uji
Wilcoxon dengan derajat signifikan α (0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan
darah sistol dan diastol sebelum dilakukan terapi air rebusan daun salam rata-rata tekanan
darah sistol 172,4mmHg dan rata-rata tekanan darah diastol 97,6mmHg. setelah dilakukan
terapi air rebusan daun salam tekanan darah sistol rata-rata 155,6mmHg dan ratarata
tekanan darah diastol 84,9mmHg. Hasil analisa dari penelitian ini didapatkan p value =
0,000 < α (0,05) yang mempunyai makna terdapat pengaruh pemberian terapi air rebusan
daun terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Katipugal Kecamatan
Kebonagung Kabupaten Pacitan.
Peneliti oleh Noor Cholifaha,Indah Puspitasari b
(2022) dengan judul Pengaruh
Pemberian Rebusan Daun Salam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Desa Purwosari Dan Desa Sunggingan Wilayah Puskesmas Purwosari
Kudus. Metode: Jenis penelitian quasi experiment design dengan pendekatan non
equivalent control group. Populasi penelitian ini adalah semua penderita hipertensi di Desa
Purwosari dan Desa Sunggingan
Wilayah Puskesmas Purwosari Kudus bulan April – Mei 2017 berjumlah 56 orang,
dengan sampel penelitian 36 orang. Variabel independennya pemberian rebusan daun
salam, dan variabel dependennya perubahan tekanan darah. Analisa data menggunakan uji
Wilcoxon. Hasil Penelitian: Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p value = 0,001 pada
tekanan darah sistole dan nilai p value = 0,005 pada tekanan darah diastole antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah diberikan perlakuan. Kesimpulan:
16

Terdapat pengaruh pemberian rebusan daun salam terhadap perubahan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Desa Purwosari dan Desa Sunggingan Wilayah Puskesmas
Purwosari Kudus. Peneliti oleh 1 Ita Parwati, 2 Sri Mulyanti (2021) dengan judul Penerapan
Terapi Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Di Rt 001 Rw 004 Desa Jayaratu Wilayah Kerja Pkm Sariwangi. Metode: Subjek studi
kasus ini adalah Ny. N. Sumber data yang digunakan adalah standar operasional prosedur
(SOP) pengelolaan rebusan daun salam untuk hipertensi di desa RT 001/RW 004 Jayarats
wilayah kerja Puskesmas Sariwangi. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan rebusan daun salam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Pembahasan: berdasarkan hasil penelitian dengan mengkonsumsi rebusan daun salam
secara rutin mampu memberikan manfaat terhadap penderita hipertensi, tetapi penderita
hipertensi juga harus memperhatikan pola makan diimbangi dengan olahraga yang cukup.

2.3.5 Pengolahan Daun Salam


2.3.5.1 Teknik Terapi Rebusan Daun Salam
Cara pembuatan terapi air rebusan daun salam sebagai berikut Endang, (2014) :
Bahan dan alat yang dibutuhkan meliputi :
1) Daun salam 10 lembar
2) Air 300 ml (3 gelas)
3) Kompor
4) Panci
5) Saringan
6) Gelas ukur
7) Adukan (iros)
2.3.5.2 Pelaksanaan membuat air rebusan daun salam
1) Cuci daun salam sampai bersih
2) Rebus air dalam panci sampai mendidih
3) Kalau air sudah mendidih masukkan daun salam yang sudah dicuci tadi
4) Tunggu beberapa saat sampai air menjadi 150 ml (1 gelas)
17

5) Kemudian rebusan daun salam kalau sudah dingin disaring.


2.3.5.3 Teknik minum
1) Hasil rebusan tersebut diminum pagi dan sore
2) Air rebusan daun salam diminum sebelum makan.
3) Masing-masing diminum ½ gelas selama 3 minggu
Perhatian : selama mengkonsumsi air rebusan daun salam jangan minum alkohol.
2.5

Anda mungkin juga menyukai