Disusun oleh :
FRANSISKAWATI BAWOLE
(2119033)
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Selama ini belum tersedia data tentang level tekanan darah pada kelo
mpok senam lansia yang sangat diperlukan dalam mengetahui profil tekanan
darah pada kelompok lansia yang secara teratur melakukan aktivitas fisik se
namlansia,serta untuk mengetahui manfaat senam lansia pada kelompok
lansia untuk membantu menstabilkan tekanan darah.
B. RumusanMasalah
1. TUJUAN UMUM
2. Tujuan Khusus
1. mengetahui gambaran level hipertensi kelompok senamlansia
2. mengetahui efek senam lansia terhadap hipertensi kelompok senam
lansia.
1.Manfaat Teoritis
a. Bagi Pendidikan
Penelitian ini di harapkan menjadi sumbangan ilmiah dan masukan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat digunakan
sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan bagi peneliti
selanjutnya.
b. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
kepada pendidikan ilmu keperawatan tingkat pengetahuan pasien
terhadap hiprtensi
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUANTEORI HIPERTENSI
1. DEFINISI
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
dalam arteri. Secara umum, Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggidi didalam arteri menyebabkan
peningkatannya resiko stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal
2. KLASIFIKASI
a. Hipertensi Primer
2. Hipertensi Sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena kondisi kesehatan yang
mendasarinya.Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan
menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:
Masalah ginjal.
Masalah tiroid.
4. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi hipertensi terus meningkat tak hanya pada populasi di
negara miskin dan berkembang, tetapi juga di negara maju.Dalam 20 tahun,
jumlah penderita bertambah 400 juta hingga total mencapai 1 triliun pengidap
hipertensi pada tahun 2008. 40% penduduk usia ≥ 25 tahun mengalami
hipertensi.[15].Tingginya kasus hipertensi diduga disebabkan oleh
peningkatan usia, obesitas serta pola diet tinggi garam.
Di Amerika kasus hipertensi juga tinggi. Data NHANES 2012
menunjukkan 80 juta penduduk (32,6%) usia ≥20 tahun menderita hipertensi
dengan didominasi oleh laki-laki pada populasi usia 20-45 tahun. Pada
populasi 45-64 tahun jumlah penderita laki-laki sebanding dengan
perempuan. Penderita laki-laki lebih sedikit dibanding wanita pada populasi
usia>64 tahun. Data Global Burden of Disease 2015 menunjukkan tingginya
angka prevalensi penyakit jantung hipertensi mencapai sekitar 6 juta.
Sebagian besar kasus hipertensi merupakan hipertensi primer, hanya
sekitar 5% yang termasuk hipertensi sekunder.
5. FAKTOR RESIKO
Seiring bertambahnya usia, seseorang akan memiliki kemungkinan yang lebih
tinggi untuk mengalami hipertensi. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan
risiko hipertensi yaitu:
Jarang berolahraga.
6. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar penderita hipertensi tidak dijumpai kelainan apapun
selain peningkatan tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala.
Setelah beberapa tahun penderita akan mengalami beberapa keluhan
seperti nyeri kepala di pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya
hilang setelah bangun. Jika terdapat gejala, maka gejala tersebut
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler dengan manifestasi khas sesuai
sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan
Melalui survey dan berbagai hasil penelitian di Indonesia, menunjukkan
bahwa keluhan penderita hipertensi yang tercatat berupa pusing, telinga
berdengung, cepat marah, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk,
mudah lelah, sakit kepala, mata berkunang-kunang, gangguan neurologi,
jantung, gagal ginjal kronik juga tidak jarang dijumpai. Dengan adanya
gejala tersebut merupakan pertanda bahwa hipertensi perlu segera
ditangani dengan baik dan patuh
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik utama yakni pengukuran tekanan
darah.Pemeriksaan fisik secara lengkap juga perlu dilakukan untuk menilai
ada tidaknya komorbid serta komplikasi.
teknik pengukuran darah harus tepat agar didapatkan hasil
pengukuran yang benar. Cara pengukuran tekanan darah yang tepat harus
memperhatikan berbagai aspek di antaranya alat tensimeter yang
digunakan, ukuran dan pemasangan cuff tensimeter, posisi pasien, waktu
pengukuran serta jumlah pengukuran tensi.
posisi lengan setinggi jantung, punggung bersandar serta tungkai tidak
menyilang. Posisi yang tidak sesuai terbukti memberikan hasil pengukuran
yang lebih tinggi.Pasien tidak berbicara saat dilakukan pengukuran.
Pengukuran juga dilakukan minimal setelah 5 menit pasien duduk.Setelah
posisi tepat, lakukan pengukuran tekanan darah.
Pompa manset tensimeter hingga pulsasi arteri radialis menghilang.
Lanjutkan pompa tensimeter hingga 30 mmHg di atas sistolik (di atas batas
nilai saat pulsasi menghilang).Letakan stetoskop pada area arteri brachialis
dengan penekanan ringan.Kempeskan manset tensi perlahan dengan
kecepatan 2 sampai 3 mmHg per denyut nadi.TDS ditandai dengan Korotkoff
fase I (bunyi pulsasi yang terdengar pertama kali). Bunyi pulsasi akan
perlahan menghilang. Bunyi terakhir yang terdengar atau dikenal dengan
Korotkoff fase V merupakan TDD.
Pemeriksaan fisik lain yang sebaiknya dilakukan adalah :
Pemeriksaan fisik lengkap
Pemeriksaan Antropometri : Perhitungan indeks massa tubuh
diperlukanuntuk pemantauan berat badan. Obesitas terbukti
merupakan faktor risiko hipertensi. Data berat badan diperlukan untuk
evaluasi pencapaian berat badan ideal.
Lingkar pinggang : Komponen sindroma metabolik salah satunya yakni
lingkar pinggang (pria >102 cm dan wanita >88 cm). Tak hanya
sindroma metabolik tetapi juga menilai kemungkinan DM tipe 2.
Pemeriksaan fisik terkait komplikasi hipertensi :
Pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan neurologis lengkap harus
dilakukan jika secara klinis terdapat gejala stroke
Pemeriksaan mata. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pada
fundus okuli. Selain itu cek ada tidaknya xanthoma sebagai tanda
gangguan metabolisme lipid
Tanda kongesti. Pada pasien gagal jantung dapat ditemukan tanda
kongesti seperti peningkatan tekanan vena jugularis, ronki basah
halus, hepatomegalli dan pitting edema. Pembesaran ventrikel kiri
dapat dicurigai jika apeks teraba bergeser ke lateral saat palpasi
Pulsasi. Penyakit arteri perifer dapat ditandai dengan melemah bahkan
hilangnya pulsasi perifer
8. PENATALAKSAAN MEDIS
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan melalui dua metode yaitu
farmakologi dan nonfarmakologi.Metode farmakologi merupakan sebuah
metode yang menggunakan obat-obatan medis. Dalam hal ini pemilihan obat
yang akan diberikan pada penderita hipertensi tidak bisa sama. Dirangkum
dari berbagai sumber, berikut adalah tabel tentang pemberian obat-obatan
medis bagi penderita hipertensi berdasarkan target tekanan darah.
Penatalaksanaan hipertensi pada dasarnya memiliki prinsip dasar
dimana penurunan tekanan darah berperan sangat penting dalam
menurunkan risiko mayor kejadian kardiovaskuler pada pasien hipertensi.
Dengan begitu focus utama dalam penanganan hipertensi yaitu mengontrol
tekanan darah pada penderita hipertensi. Selain penatalaksanaan dengan
obat-obat medis, modifikasi gaya hidup turut berperan penting dalam
mengurangi risiko hipertensi semakin kronik. (Kandarini, 2018)
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi konsumsi
garam menjadi 6gr / hari, menurunkan berat badan, menghindari minuman
berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olahraga secara rutin dan tidur
yang berkualitas dengan 6-8 jam tidur per hari dapat membantu mengurangi
stres
1. Pengurangan konsumsi garam
Konsumsi garam pada kondisi normal berkisar pada 2-3 sdt per hari
dimana jumlah ini masih rentan terhadap peningkatan hipertensi.Oleh karena
itu pengurangan konsumsi garam pada pasien hipertensi menjadi ¼ - ½ sdt
per hari merupakan salah satu langkah yang dianjurkan. Baik garam dapur
atau garam lainnya, mengandung kadar natrium yang cukup tinggi. Sehingga
bagi penderita hipertensi, pembatasan natrium menjadi 2-3 sdt per hari
berhasil menurunkan tekanan darah sistolik 3,7 mmHg dan tekanan darah
diastolic 2 mmHg.
2. Menurunkan berat badan
Kondisi berat badan berlebih dapat memicu hipertensi semakin
meningkat. Diet atau menurunkan berat badan menjadi berat badan yang
ideal dianjurkan untuk mengontrol tekanan darah semakin meningkat
3. Menghindari minuman berkafein
Mengkonsumsi kopi dalam jumlah banyak dan jangka waktu yang lama
diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi.Bagi para penggemar
kopi relative memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari penderita hipertensi
yang tidak suka mengonsumsi kopi. Maka untuk mengurangi risiko penyakit
hipertensi, frekuensi konsumsi kopi sebaiknya dikurangi..
4. Menghindari rokok
Kebiasaan merokok pada masyarakat laki-laki terutama penderita
hipertensi memiliki risiko diabetes, serangan jantung, dan stroke. Jika
kebiasaan ini dilanjutkan dalam jangka waktu yang lama, hal ini akan menjadi
kombinasi penyakit yang sangat berbahaya.
5. Olahraga secara rutin
Risiko penyakit hipertensi semakin meningkat jika penderitanya kurang
dalam melakukan aktivitas fisik. Jalan kaki di lingkungan sekitar dapat
membantu program gaya hidup sehat
6. Tidur berkualitas
Istirahat dengan waktu yang cukup sangat penting bagi penderita
hipertensi sebagaimana yang dianjurkan 6-8 jam sehari. Kualitas tidur yang
baik akan merilekskan anggota tubuh maupun organ tubuh sehingga mampu
bekerja secara maksimal (Aminuddin, 2019).
Bagi penderita hipertensi juga memperhatikan makanan apa saja yang
hendak dikonsumsi. Beberapa makanan yang dilarang untuk penderita
hipertensi yaitu :
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing),
kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam
natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape
(Kemenkes, 2018).
A. Lansia
Lanjut usia adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Yang secara fisik
terlihat berbeda dengan kelompok lainnya
B. Klasifikasi lansia
a) Usia pertengahan atau midlw age yaitu seorang yang berusia 45-59
tahun
b) Lanjut usia atau elderly yaitu seorang yang berusia 60-74 tahun
c) Lanjut usia atau old yaitu yang berusia 75-90 tahun
d) Lanjut usia sangat tua atau very old yaitu seorang yang berusia di atas
90 tahun
C. Perubahan funsional pada lanjut usia
Fungsi masing- masimg organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif.
Tubuh manusia yang menagalami proses degeneratif.
1. Perubahan fisik
Sel : jumlah berkurang cukup membesar dan cairan tubuh
menurun
Sistem persarafan : saraf pencindra mengecil sehingga funsinya
menurun serta lambat dalam merespon. Respom motorik dan
refleks juga menurun
Sistem pendengaran : membran timpati atrofi sehingga terjadi
gangguan pendengaran
Sistem penglihatan : respon terhadap sinar, adaptasi terhadap
gelap, akomodasi dan lapang pandang menurun
Sistem kardiovaskuler katub jantung menebal dan kaku
kemampuan memompa darah menurun serta meningkatkan
resitensi pembuluh darah parifel sehingga tekanan darah
meningkat
Sistem pernafan terjadi penurunan kekuatan otot-otot
pernapasan dan terjadi kaku, menarik nafas lebih berat,
kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyampaian bronkus
Sistem gastrointestinal asam lambung, rasa lapar dan indra
pengecapan menurun
Sistem guniturinaria terjadi penurunan kemampuan untuk
mengonsentrasi urin. Otot kandung kemih melemah sehingga
frekuensi buang air kecil meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriktif yang menggunakan rancangan
studi cross sectional.Penelitian cacross sectional adalah suatu penelitian
dimana variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel yang termasuk efek
diobservasi pada waktu yang sama.
2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah yang memenuhi
kriteria inkulsi. Adapun cara pengambilan sampel adalah nonprobability
yaitu dengan purosive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan /masalah dalam penelitian).
n= N/I+N(d)²
Keterangan:
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
E. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner
dan pengukuran variabel penelitian yang dilakukan langsung oleh
peneliti.Sebelum dilakukan pengukuran data primer, peneliti melakukan uji
coba kuesioner terlebih dahulu dan dilakukan terhadap penderita hipertensi di
wilayah lainyang bukan sampel.Uji coba ini dilakukan untuk mendapat
kejelasan dari setiap pertanyaan yang dibuat.Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh diperoleh secara langsung dari responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, riwayat
hipertensi dalam keluarga, obesitas, kebiasaan merokok.
b. Variabel Terikat
Definisi Operasional
2. Jika pernah, berapa kali dalam sebulan mengikuti kegiatan senam lansia?
a. 1x/bulan
b. 2x/bulan
c. 3x/bulan
d. 4x/bulan
B. Pengetahuan Lansia
Petunjuk: Berikan tanda contreng (V) pada kolom jawaban yang telah
disediakan yang menurut kakek/nenek paling tepat
Pertanyaan Jawaban
no
Benar Salah
Senam merupakan serangkaian gerak yang
1
tidak teratur dan terarah
2 Senam adalah kegiatan yang hanya boleh
dilakukan bagi anak muda
Senam bermanfaat untuk memperlambat
3
proses penuaan
Senam lansia dapat mempercepat pengeroposan
4
tulang
Senam lansia dapat menurunkan resiko
5
terkenademensia (kepikunan)
Senam bagi lansia sebaiknya dilakukan lebih
6 dari 30
Menit
Untuk mempertahankan kesegaran hidup,
7 sebaiknya senam dilakukan minimal
1x/minggu
8Senam lebih baik dilakukan pada siang hari
Prinsip utama dilakukan senam adalah
9 membantutubuh agar tetap bergerak dan
mencegah kekakuanotot-otot
Pemeriksaan denyut nadi perlu dilakukan
10
sebelum melakukan senam
Senam tidak harus dimulai dengan gerakan
11
pemanasan
Pemanasan dilakukan untuk mempersiapkan
12
otot dan sendi
+KUNCI JAWABAN
1. S
2. S
3. B
4. S
5. B
6. B
7. B
8. B
9. B
10. B
11. S
12. B
DAFTAR PUSTAKA
Sandhi Indra Yanas, 2014. Askep Presbiakusis dan tuli. Diakses dari
http://sandhiindrayanas.blogspot.com/2014/04/askep-presbikusis-dan-tuli-toksik.html?m=1.
Tgl 01/12/2014.
Dongoes Marlyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC