Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA AGREGAT LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Disusun Oleh:
MELA ANGGRAENI
071202045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita”. Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah
kejadian yang berkesinambungan dari lahir sampai meninggal.
Dengan makin lanjutnya usia maka kemungkinan akan terjadinya
penurunan anatomik (dan fungsional) atas organ-organnya amakin besar.
Peneliti Andres dan Tobin ( seperti dikutip oleh Kane et all) meng-intrroduksi
“hukum 1%” yang menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap
tahunnya satu persen setelah usia 30 tahun.
Tanda-tandadari penuaan adalah dengan adanya perubahan anatomis,
fisiologis, dan biomekanik di dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi
sel jaringan dan organ tubuh.Proses menua ini tentunya berakibat terhadap
penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara sistem tubuh yang
terpengaruh atau terganggu adalah sistem transportasi (kardiovaskuler).
Berbagai macam penyakit kardiovaskuler akan bermunculan seiring dengan
penuaan sistem kardiovaskuler, salah satunya adalah “hipertensi”.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Menuruti Stanley (2007), Hipertensi merupakan faktor risiko utama
untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler.Untuk itu hipertensi harus

2
diwaspadai secara dini, agar tidak muncul berbagai macam penyakit
kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi manusia itu sendiri.
Semakin dini diketahui dan diatasi semakin rendah risiko untuk terserang
berbagai penyakit sistem kardiovaskuler.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Hipertensi?
2. Apa Saja Etiologi Hipertensi pada lansia?
3. Bagaimana Patofisiologi Hipertensi pada lansia?
4. Apa Saja Tanda Dan Gejala Hipertensi pada lansia?
5. Apa Faktor Resiko Hipertensi pada lansia?
6. Bagaimana Penatalakasanaan Hipertensi pada lansia?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada lansia dengan hipertensi ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Lansia dengan
Hipertensi.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui pengkajian lansia dengan hipertensi
b. Untuk mengetahui diagnosa lansia dengan hipertensi
c. Untuk mengetahui perencanaan yang tepat pada lansia dengan
hipertensi
d. Untuk mengetahui implementasi yang tepat pada lansia dengan
hipertensi
e. Untuk mengetahui implementasi dari masalah lansia dengan hipertensi

3
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan
sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial
150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun
memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat sering bertambahnya
usia (Stockslager, 2008). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit
kelainan jantung pada pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan batasan
tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau
diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan anatara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Rohaendi, 2008)
B. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 29 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigen
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

4
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut sebagai berikut :
1. Faktor keturunan dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah :
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis Kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
d. Kebiasaan hidup kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah:
- Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
- Kegemukan atau makan berlebihan
- Stress
- Merokok
- Minum alcohol
- Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangakan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakitt penyakit
seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor,
Vascular, Ateroksklerosis, Hiperplasia, Trombosit, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena obat-obatan kontrasepsi oral kortikosteroid.
C. Patafisiologi Hipertensi
Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh
darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah, kekakuan
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran

5
plague yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan
kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
akhirnya dekompensasi dengan peningkatan upaya pemompaaan jantung yang
memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
Tekanan darah tinggi bisa ditemui pada pasien yang sudah berusia
lanjut (lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada
seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh
darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat
dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh darah.
Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian
sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah.
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi
sistolik terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer.
Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolic
merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.

D. Tanda dan gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat
dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus).
Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian
belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar,
lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal
hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung,
sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat,
berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi

6
hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf,
jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan
kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga,
kadang kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan peningkatan
tekanan darah intrakranial (Corwin, 2005).
E. Faktor Resiko Hipertensi
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yang antara lain usia, jenis kelamin
dan genetik.
a. Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar
40%, dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun (Depkes, 2006b).
b. Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan
rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria
diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan
tekanan darah dibandingkan dengan wanita (Depkes, 2006)
Namun, setelah memasuki manopause, prevalensi hipertensi pada
wanita meningkat. Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada
wanita lebih meningkat dibandingkan dengan pria yang diakibatkan
faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi
terdapat pada wanita (Depkes, 2006).

7
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi
primer (essensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipenggaruhi
faktor-faktor lingkungan, yang kemudian menyebabkan seorang
menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar
45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya
yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-
anaknya (Depkes, 2006).
2. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak
sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat,
kurang aktifitas gerak, berat badan berlebihan/kegemukan, komsumsi
alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi
garam berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi (Depkes,
2006).
a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan
antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Kaitan
erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah
dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT berkorelasi
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%
memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes, 2006b). IMT
merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur
tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa

8
(Zufry, 2010). Menurut Supariasa, penggunaan IMT hanya berlaku
untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun (Supriasa, 2001).
b. Psikososial dan stress
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi
antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang
untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan
sumber daya (biologis, psikologis dan sosial) yang ada pada diri
seseorang (Depkes, 2006).
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan
patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit
maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang
kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang
kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam
pada nasib mereka (Depkes, 2006).
c. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan
proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai
ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi

9
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri
(Depkes, 2006).
d. Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan
sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot
membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa, 2001).
e. Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol
dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanan darah baru terlihat
apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap
harinya (Depkes, 2006).
f. Komsumsi garam berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan
tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan
garam sekitar 7-8 gram tekanan rata-rata lebih tinggi (Depkes, 2006).
g. Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia

10
Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL atau
penurunan kadar kolestrol HDL dalam darah. Kolestrol merupakan
faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan
peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah
meningkat.
F. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa obat terapi tanpa oba digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai emapt
prinsip yaitu : Macam olahraga yaitu istonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
c. Edukasi
Psikologis pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :

11
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti nyeri
kepala dan migraine, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.

12
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
1. Pengkajian
a. Data Umum :
- Kepala keluarga
- Komposisi keluarga
- Genogram
- Tipe keluarga
- Suku bangsa
- Status sosial-ekonomi
- Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat Perkembangan Keluarga :
- Tahap perkembangan keluarga saat ini
- Tugas perkembangan keluarga
- Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
- Riwayat keluarga inti
- Riwayat keluarga sebelumnya
c. Data Lingkungan :
- Karakteristik rumah
- Karateristik tetangga dan komunitas
- Mobilitas geografis keluarga
- Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
- Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga :
- Struktur peran
- Nilai dan norma keluarga
- Pola komunikasi keluarga
- Struktur kekuatan keluarga

13
e. Fungsi Keluarga :
- Fungsi afektif
- Fungsi sosial
- Fungsi ekonomi
- Fungsi perawatan kesehatan keluarga :
- Kemampuan mengenal masalah
- Kemampuan keluarga mengambil keputusan
- Kemampuan keluarga merawat keluarga yang sakit
- Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
- Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
f. Stress dan Koping Keluarga :
- Stress jangka pendek
- Stress jangka panjang
- Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
- Strategi koping yang digunakan
- Strategi adaptasi fungsional
g. Harapan Keluarga
- Terhadap masalah kesehatan
- Terhadap petugas ksehatan
h. Pemeriksaan Fisik
- Head to Toe
Kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, thorak, abdomen,
genetalia, ekstremitas, integumen, status neurologi.
2. Kebutuhan Dasar Manusia
- Nutrisi
- Eleminasi
- Tidur dan istirahat

14
- Gerak dan aktivitas
- Rasa aman dan nyaman
- Personal hygiene
3. Data – Data yang Dapat Ditemukan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
b. Sirkulasi
• Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD
- Nadi : denyutan jelas
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : murmur
- Distensi vena jugularis
c. Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ),
pengisian kapiler mungkin lambat.
d. Integritas Ego

15
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
•Tanda :
- Letupan suasana hati
- Gelisah
- Penyempitan kontinue perhatian
- Tangisan yang meledak
- otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
- Peningkatan pola bicara
e. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )
f. Makanan / Cairan
Gejala :
- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
- Mual
- Muntah
- Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
- BB normal atau obesitas
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
- Glikosuria
g. Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala

16
- Episode kebas
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
- Episode epistaksis
Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori ( ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optik
h. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
- nyeri hilang timbul pada tungkai
- sakit kepala oksipital berat
- nyeri abdomen
i. Pernapasan
• Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
j. Keamanan

17
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
k. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
- Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
- Penggunaan obat / alkohol

PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF

A. Short Portable Mental Status Questionnaire ( SPMSQ )


1) Untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual
2) Terdiridari 10 pertanyaantentang: orientasi, riwayat pribadi, memori
dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jatuh dan
kemampuan matematis.
3) Rusak/salah nilai 1
4) Tidak rusak/benar nilai 1

PERTANYAAN : SPMSQ

1. Jam berapa sekarang ?


2. Tahun berapa sekarang ?
3. Kapan Bapak/Ibu lahir?
4. Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ?
5. Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ?
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu?
7. Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu ?
8. Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ?
9. Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ?

18
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ?

JUMLAH =

Analisis Hasil :

Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh

Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan

Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang

Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual BERAT

B. Mini-Mental State Exam ( MMSE )


1) Menguji aspek kognitif dari fungsi mental : orientasi, registrasi, perhatian,
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa
2) Pemeriksaan bertujuan untuk melengkapi dan nilai, tetapi tidak dapat
digunakan untuk tujuan diagnostik.
3) Berguna untuk mengkaji kemajuan klien

Format pengkajian mmse

No item penilaian benar( 1 ), salah ( 0 )

1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang?
2. Musim apa sekarang ?
3. Tanggal berapa sekarang ?
4. Hari apa sekarang ?
5. Bulan apa sekarang ?
6. Dinegara mana anda tinggal ?
7. Di provinsi mana anda tinggal ?
8. Di kabupaten mana anda tinggal ?

19
9. Di kecamatan mana anda tinggal ?
10. Di desa mana anda tinggal ?
2. Registrasi
Minta klien menyebutkan tiga obyek

3 Perhatian Dan Kalkulasi

Minta klien mengeja 5 kata dari

Belakang, misal” bapak “

4 Mengingat

Minta klien untuk mengulang 3 obyek

5. Bahasa

A. Penamaan

Tunjukkan 2 benda minta klien

Menyebutkan :Jam tangan, Pensil

B. Pengulangan

Minta klien mengulangi tiga kalimat berikut

“tak ada jika, dan, atau tetapi “

C. Perintah tiga langkah

Ambil kertas ! ,lipat dua !,taruh dilantai !

D. Turuti hal berikut

Tutup mata,tulis satu kalimat, salin gambar

20
JUMLAH

Analisis hasil :

Nilai < 21 : Kerusakan kognitif

C. Inventaris Depresi Beck ( IDB )


1) Alat pengukur status efektif digunakan untuk membedakan jenis depresi
yg mempengaruhi suasana hati
2) Berisikan 21 karakteristik : alam perasaan, pesimisme, rasa kegagalan,
kepuasan, rasa bersalah, rasa terhukum, kekecewaan terhdp seseorang,
kekerasan trhdp diri sendiri, keinginan utk menghukum diri sendiri,
keinginan utk menangis, mudah tersinggung, menarik diri,
ketidakmampuan membuat keputusan, gambaran tubuh, gangguan tidur,
kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan berat badan.
3) Berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yg berhubungan dg depresi.
D. Skala Depresi Geritrik Yesavage (GDS)
1) Instrumenygdisusunsecarakhusus untukmemeriksa depresi
2) Terdiriatas30 pertanyaan dengan jawaban YA atau TIDAK
3) Beberapa nomor jawaban YA dicetak tebal, dan beberapa nomor yang lain
jawaban TIDAK dicetak tebal
4) Yang dicetak tebal nilai 1  bila dipilih
5) Skor0-10 : not depressed Skor11-20 : Mild depression Skor21-30 : Severe
depression

21
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN


Data Subyektif : Ketidakmampuan mencari sumber (D.0111) Defisit pengetahuan
Ny. N mengatakan bingung bagaimana informasi tentang manajemen hipertensi
mendapatkan informasi tentang hipertensi berhubungan dengan
sehingga tidak terlalu memahami penyakit Kurang pengetahuan ketidaktahuan menemukan
hipertensi, Ny. N mengatakan bahwa kurang sumber informasi
memiliki kemampuan untuk menggunakan
1
gadget. Ny. N juga mengatakan bahwa jarang
memeriksakan tekanan darahnya
Data objectif :
Ny. N tampak bingung saat ditanya mengenai
hipertensi
Tekanan darah klien 155/95 mmHg
2 Data subjektif : Muncul keluhan (D.0077) Nyeri akut
Ny. N mengatakan tidak mengetahui penanganan berhubungan dengan proses
saat muncul gejala hipertensi seperti pusing dan Kurang petunjuk bertindak penyakit
nyeri tengkuk, Ny. N mengatakan merasa sedikit

22
khawatir jika keluhan tidak kunjung sembuh. Keluhan tidak teratasi

Data objektif :
Ny. N tampak bingung saat ditanya mengenai
penanganan yang biasa dilakukan saat keluhan
muncul
Tekanan darah Ny. N 155/95 mmHg
Data subjektif : Kurang pengetahuan (D.0112) Kesiapan peningkatan
Ny. N mengatakan bahwa untuk menurunkan manajemen kesehatan
tekanan darah dengan pola makan saja tidak Keinginan untuk memelihara berhubungan dengan keinginan
efektif, tapi Ny. N mengatakan tidak mengetahui kesehatan memelihara kesehatan
3 terapi yang tepat dan ingin mengetahui untuk
terapi sebagai upaya penurunan tekanan darah
Data objektif :
Ny. N tampak bingung saat ditanyai terapi
komplementer yang dapat dilakukan

23
PERENCANAAN KEPERAWATAN

RENCANA
DX KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA HASIL TTD
INTERVENSI

(D.0111) Defisit pengetahuan (L.12111) Tingkat pengetahuan (I.12383) Edukasi Kesehatan Hasanudin
tentang manajemen hipertensi Setelah dilakukan tindakan Definisi : Mengajarkan pengelolaan faktor
berhubungan dengan diharapkan klien memenuhi kriteria : risiko penyakit dan perilaku hidup bersih
ketidaktahuan menemukan 1. Perilaku sesuai anjuran dari skala serta sehat. Aktivitas :
sumber informasi 2 (sukup menurun) ditingkatkan Observasi
ke skala 4 (cukup meningkat) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
2. Kemampuan menjelaskan menerima informasi
pengetahuan tentang suatu topik 2. Identifikasi tempat dan waktu kondusif
dari skala 2 (sukup menurun) Terapeutik
ditingkatkan ke skala 4 (cukup 1. Sediakan materi dan media pendidikan
meningkat) kesehatan
3. Persepsi yang keliru terhadap 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
masalah dari skala 2 (sukup kesepakatan
meningkat) ditingkatkan ke skala 3. Memberikan kesempatan untuk
4 (cukup menurun) bertanya
Pendidikan kesehatan

24
1. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
2. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan klien untuk
bertanya
(D.0077) Nyeri akut berhubungan (L.08066) Tingkat nyeri (I.12444) Edukasi proses penyakit Hasanudin
dengan proses penyakit Setelah dilakukan kunjungan Definisi : Memberikan informasi tentang
sebanyak 3 kali diharapkan klien mekanisme munculnya penyakit dan
dapat memenuhi kriteria : menimbulkan tanda dan gejala yang
1. Keluhan nyeri dari skala 2 (cukup menggangu kesehatan, Aktivitas :
meningkat) diturunkan ke skala 4 Observasi
(cukup menurun) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
2. Meringis dari skala 2 (cukup menerima informasi
meningkat) diturunkan ke skala 4 Terapeutik
(cukup menurun) 1. Sediakan materi dan media pendidikan
3. Ketegangan otot dari skala 2 kesehatan
(cukup meningkat) diturunkan ke 2. Berikan kesempatan bertanya sebelum
skala 4 (cukup menurun) pendidikan kesehatan
Edukasi

25
1. Jelaskan penyebab dan faktor risiko
penyakit
2. Jelaskan patofisiologi penyakit
3. Jelaskan tanda gejala
4. Ajarkan cara meredakan gejala

(I.05187) Terapi relaksasi otot progresif


Definisi : Menggunakan teknik
penegangan dan peregangan otot untuk
meredakan ketegangan otot, ansietas,
nyeri, serta menignkatkan kenyamanan,
konsentrasi dan kebugaran. Aktivitas :
Observasi
1. Identifikasi kesiapan klien sebelum
diberikan latihan
2. Identifikasi tempat yang nyaman
3. Monitor kondisi klien untuk
memastikan otot rileks
Terapeutik
1. Atur lingkungan agar tidak ada

26
gangguan saat terapi
2. Berikan posisi bersandar pada kursi
atau posisi lain yang nyaman
3. Hentikan relaksaso secara bertahap
Pendidikan kesehatan
1. Anjurkan memakai pakaian yang
nyaman dan tidak sempit
2. Anjurkan melakukan relaksasi otot
rahang
3. Anjurkan menegangkan otot selama 5-
10 detik, kemudian anjurkan untuk
merilekskan otot
4. Anjurkan fokus pada sensasi otot yang
menegang dan rileks
5. Anjurkan bernafas dalam dan perlahan

(D.0112) Kesiapan peningkatan (L.12111) Tingkat pengetahuan (I.12442) Edukasi prosedur tindakan Hasanudin
manajemen kesehatan Setelah dilakukan tindakan Definisi : Memberikan informasi tentang
berhubungan dengan keinginan diharapkan klien memenuhi kriteria : tindakan yang akan dilakukan kepada
memelihara kesehatan 4. Perilaku sesuai anjuran dari skala pasien. Aktivitas :

27
2 (sukup menurun) ditingkatkan Observasi
ke skala 4 (cukup meningkat) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
5. Kemampuan menjelaskan menerima informasi
pengetahuan tentang suatu topik Terapeutik
dari skala 2 (sukup menurun) 1. Sediakan
ditingkatkan ke skala 4 (cukup materi dan media pendidikan kesehatan
meningkat) Edukasi
6. Persepsi yang keliru terhadap 1. Jelaskan tujuan dan manfaat tindakan
masalah dari skala 2 (sukup 2. Jelaskan persiapan yang diperlukan
meningkat) ditingkatkan ke skala 3. Jelaskan langkah-langkah tindakan
4 (cukup menurun) 4. Jelaskan durasi yang diperlukan
5. Beri kesempatan klien untuk bertanya

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung pada
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.Faktor resiko hipertensi, yaitu: usia, jenis
kelamin, genetik. Penatalaksanaan hipertensi, yaitu: diet, latihan fisik,
edukasi. Pihak yang terlibat dalam pemenuhan proses keperawatan pada
lansia dengan hipertensi adalah keluarga: keluarga merupakan salah satu
kekuatan terpenting bagi lansia, oleh sebab itu selain harus memenuhi
kebutuhan material kepada lansia, keluarga juga harus memahami dan
memenuhi kebutuhan dasar psikologis lansia seperti perhatian, kasih sayang,
reward, Pskiater: membantu lansia dan keluarga untuk memecahkan masalah
psikologis maupun kognitif yang dialami lansia, dan kosultasi. Dokter:
menangani penyakit fisik yang dialami lansia. Perawat: dapat memenuhi
kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual lansia dan keluarga. Pembimbing
spiritual: memotivasi lansia untuk meningkatkan keimanan & keyakinan
terhadap Tuhan YME.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, et.al. 2016. Nursing Interventions Classification Edisi 6.

Terjemahan Intisari Nurjannah & Roxsana Devi. Singapore : Elsevier.

Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka.

Moorhead, Sue, et.al. 2016. Nursing Outcomes Classification Edisi 5.Terjemahan

Intisari Nurjannah & Roxsana Devi. Singapore : Elsevier.

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi 10.

Jakarta : EGC.

Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.

Stocklager, Jaime L. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatric Edisi 2. Jakarta : EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai