Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN

HIPERTENSI
Nomor : PDM / UKP / / IV / 2019

Revisi Ke : -

Berlaku Tgl : 30 / 01/ 2017

Disahkan oleh:
Kepala UPTD Puskesmas Tunjungan

Dr. Retna Wuwuh Nugraheni


NIP. 19711213 200604 2 012

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS TUNJUNGAN
Jl. Raya Tunjungan No.80 Telp.0811295006
Email: tunjunganpuskesmas@yahoo.co.id
TUNJUNGAN BLORA 58252

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya, kami dapat menyelesaikan Panduan Hipertensi ini dengan baik.
Panduan  ini membahas tentang apa itu hipertensi, penyebab terjadinya hipertensi
dan faktor-faktor resiko serta pengobatannya. Panduan ini juga dapat digunakan
untuk memperkaya materi ajar pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam
meningkatkan ketrampilan dan kompetensi tenaga kesehatan yang lebih
menyeluruh dan terpadu
Akhirnya penulis megucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Tunjungan, 27 Januari 2017


Kepala Puskesmas Tunjungan

ANTON SUWOTO Skep Ners M.M


NIP.19690417 199103 1 004

BAB I
1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah
menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan  lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat
pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup
masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti
stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan
makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hipertensi.
2. Untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah.
3. Untuk mengetahui penyebab hipertensi.
4. Untuk mengetahui gejala yang di timbulkan.
5. Untuk mengetahui akibat dari hipertensi.
6. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi.
7. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi.

C. Sasaran
Sasaran penyakit hipertensi yaitu pada semua pasien yang mempunyai darah
tinggi.

BAB II
2
ISI

A. Hipertensi Esensial
Tingkat Kemampuan 4A Masalah Kesehatan Hipertensi esensial
merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyababnya. Hipertensi menjadi
masalah karena meningkatnya prevalensi, masih banyak pasien yang belum
mendapat pengobatan, maupun yang telah mendapat terapi tetapi target
tekanan darah belum tercapai serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi
yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Mulai dari tidak bergejala sampai


dengan bergejala. Keluhan hipertensi antara lain:
1. Sakit atau nyeri kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Leher kaku
6. Penglihatan kabur
7. Rasa sakit di dada
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Mulai dari tidak bergejala sampai
dengan bergejala. Keluhan hipertensi antara lain:
1. Sakit atau nyeri kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Leher kaku
6. Penglihatan kabur
7. Rasa sakit di dada
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
1. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan
2. Konsumsi alkohol berlebihan
3. Aktivitas fisik kurang
4. Kebiasaan merokok
5. Obesitas
6. Dislipidemia
7. Diabetus Melitus
8. Psikososial dan stres

3
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana(Objective) Pemeriksaan
Fisik:
1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi
komplikasi hipertensi ke organ lain.
2. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII.
3. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis dan
pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena jugular, batas jantung, dan
ronki).
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Urinalisis (proteinuria), tes gula darah, profil lipid, ureum,
kreatinin
2. X raythoraks
3. EKG
4. Funduskopi
Penegakan Diagnosis (Assessment)
1. Diagnosis Klinis
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Tabel 1.1 Klarifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee


VII (JNC VII)
Klarifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage -1 140-159 mmHg 80-99 mmHg
Hipertensi stage -2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Diagnosis Banding: White collar hypertension, Nyeri akibat tekanan


intraserebral, Ensefalitis

B. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup dan
terapi farmakologis.

Tabel 1.2 Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi


4
Modifikasi Rekomendasi Rerata Penurunan TDS
Penurunan berat Jaga berat badan ideal (BMI: 5 – 20 mmHg/ 10 kg
badan 18,5 - 24,9 kg/m2)
Dietary Diet kaya buah, sayuran, produk 8 – 14 mmHg
Approaches to rendah lemak dengan jumlah
Stop lemak total dan lemak jenuh
Hypertension yang rendah
(DASH)
Pembatasan Kurangi hingga <100 mmol per 2 – 8 mmHg
Asupan Natrium hari (2.0 g natrium atau 6.5
natrium klorida atau 1 sendok
teh garam perhari)
Aktivitas Fisik Aktivitas fisik aerobik yang 2 - 9 mmHg
teratur (mis: jalan cepat) 30
menit sehari, hampir setiap hari
dalam seminggu
Stop Alkohol 2 – 4 mmHg

1. Hipertensi tanpa compelling indication


a. Hipertensi stage1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau
pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5- 50 mg/hari), atau
nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi.
b. Hipertensi stage2
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu,
dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid
dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat
kalsium.
c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari
masing-masing antihipertensi diatas. Sebaiknya pilih obat hipertensi
yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.
Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan
obat lain sampai target tekanan darah tercapai

Tabel 1.3 obat yang direkomendasikan untuk hipertensi

5
Obat yang direkomendasikan
Diuretik Penyekat Penghambat antagonis Antagonis Antagonis
Indikasi
beta ACE reseptor kanal aldosteron
khusus
(BB) (ACEi) All kalsium
(ARB) (CCB)
Gagal √ √ √ √ √
jantung
Paska √ √ √
infark
miokard
akut
Risiko √ √ √ √
tinggi
penyakit
coroner
DM √ √ √ √ √
Penyakit √ √
ginjal
kronik
Pencegahan √ √
stroke
berulang

2. Kondisi khusus lain

a. Lanjut usia

1) Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari

2) Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta

b. Kehamilan

1) Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis kalsium,


vasodilator

2) Penghambat ACE dan antagonis reseptor All tidak boleh digunakan


selama kehamilan

Komplikasi
1. Hipertrofi ventrikel kiri
2. Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal
3. Aterosklerosis pembuluh darah
4. Retinopati
5. Stroke atau TIA
6. Gangguan jantung, misalnya infark miokard, angina pektoris, serta gagal
jantung
Konseling dan Edukasi

6
1. Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan
yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol
tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala
(misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang
digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.
2. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
3. Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan
pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan
meskipun tak ada gejala.
4. Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan
pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara
teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau
minimal 1 tahun sekali.

Kriteria Rujukan
1. Hipertensi dengan komplikasi
2. Resistensi hipertensi
3. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole >180)

Peralatan
1. Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis dan glukosa
2. EKG
3. Radiologi (X ray thoraks)

Prognosis
Prognosis umumnya bonam apabila terkontrol.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah
atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di
waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
B. Saran
Dianjurkan pada penderita hipertensi untuk mengatur gaya hidup sehat

8
Referensi
Direktorat Penyakit Tidak Menular. Buku Pedoman Pengendalian Hipertensi.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013. (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013)

Anda mungkin juga menyukai