Anda di halaman 1dari 39

Hipertensi dan

Krisis Hipertensi
Hipertensi
Hipertensi
DEFINISI
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila pengukuran tekanan darah didapatkan tekanan
darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥90 mmHg

Hipertensi dapat bersifat primer (idiopatik) atau sekunder.


● Hampir 95% kasus hipertensi adalah idiopatik atau "esensial".
● Sebagian besar kasus yang tersisa (hipertensi sekunder) disebabkan oleh
penyakit ginjal primer, penyempitan arteri ginjal (hipertensi renovaskular), atau
gangguan adrenal.

KONSENSUS PENATALAKSANAAN HIPERTENSI 2021: Update Konsensus PERHI 2019


Robbins Basic Pathology 2017
DEFINISI
Hipertensi yang dianggap memerlukan terapi menurut JNC 8 adalah lebih dari 150/90
untuk umur di atas 60 tahun, atau 140/90 untuk umur yang lebih muda atau memiliki
diabetes.

Sedangkan definisi hipertensi pada guideline internasional terbaru menunjukkan


120/80 cukup untuk dikatakan sebagai hipertensi, walaupun dengan ketentuan baru
tersebut, 47% individu akan dapat dikatakan sebagai hipertensi.

Oleh karena itu, penegakan diagnosis hipertensi tidak serta merta menunjukkan bahwa
individu tersebut harus diterapi, melainkan perlu dilakukan asisten faktor risiko
terlebih dahulu.

JNC 8 Guidelines for the Management of Hypertension in Adults


PATOFISIOLOGI
Terdapat empat faktor yang mendasari yaitu :
1. Penurunan ekskresi sodium oleh ginjal
Merupakan faktor umum di sebagian besar bentuk dari hipertensi. Penurunan ekskresi natrium menyebabkan peningkatan
volume cairan dan peningkatan curah jantung, yang meningkatkan tekanan darah. Pada tekanan darah baru yang lebih tinggi,
ginjal mengeluarkan natrium tambahan. Dengan demikian, kondisi ekskresi natrium optimal kembali tercapai, dengan
mengorbankan tekanan darah yang meningkat.
2. Peningkatan resistensi vaskular
Yang disebabkan karena vasokonstriksi atau perubahan struktur pada dinding pembuluh darah
3. Faktor genetik
4. Faktor lingkungan
Seperti stress, obesitas, merokok, inaktivitas fisik, konsumsi garam yang tinggi, dan lain-
lain.

Robbins Basic Pathology 2017


Robbins Basic Pathology 2017
KLASIFIKASI
KONSENSUS PENATALAKSANAAN HIPERTENSI 2021: Update Konsensus PERHI 2019 Konsensus PERHI 2019
Penegakan Diagnosis
Pasien dengan hipertensi sering bersifat asimptomatik, namun gejala spesifik dapat menunjukkan hipertensi sekunder
atau komplikasi hipertensi yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Anamnesis riwayat medis dan keluarga lengkap
dianjurkan dalam asesmen dan harus mencakup:
1. Tekanan darah
Hipertensi onset baru, durasi, kadar BP sebelumnya, obat antihipertensi saat ini dan sebelumnya, obat lain /
obat bebas yang dapat mempengaruhi BP, riwayat intoleransi (efek samping) obat antihipertensi, kepatuhan
terhadap pengobatan antihipertensi, hipertensi sebelumnya dengan oral kontrasepsi atau kehamilan.
2. Faktor Risiko
Riwayat pribadi CVD, stroke, serangan iskemik transien, diabetes, dislipidemia, penyakit ginjal kronis, status
merokok, diet, asupan alkohol, aktivitas fisik, aspek psikososial. Riwayat keluarga dengan hipertensi, CVD
prematur, hiperkolesterolemia familial, diabetes.
3. Asesmen Risiko Kardiovaskular
4. Gejala dan tanda hipertensi / penyakit penyerta
Nyeri dada, sesak napas, jantung berdebar, klaudikasio, edema perifer, sakit kepala, penglihatan kabur, nokturia,
hematuria, pusing.
5. Gejala yang berkaitan dengan hipertensi sekunder
● Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, TIA, defisit sensoris atau motoris
● Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur dengan batal tinggi (lebih dari 2 bantal)
● Ginjal: haus, polyuria, nocturia, hematuria, hipertensi yang disertai kulit pucat
● Arteri perifer: ekstrimitas dingin, klaudiakasio intermiten

https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026#d3e1581
Penegakan Diagnosis
Asesmen Risiko Kardiovaskular

Setidaknya lebih dari 50% pasien


hipertensi memiliki faktor risiko
kardiovaskular, yaitu diabetes
(15-20%), dislipidemia atau
peningkatan kadar LDL-C dan
trigliserida (30%), overweight
atau obesitas (40%),
hiperurisemia (25%) dan
sindrom metabolik (40%) serta
gaya hidup yang tidak sehat
(merokok, konsumsi alkohol,
gaya hidup sedentari)

Konsensus PERHI 2019


Penegakan Diagnosis
Asesmen Risiko Kardiovaskular

Setidaknya lebih dari 50% pasien


hipertensi memiliki faktor risiko
kardiovaskular, yaitu diabetes
(15-20%), dislipidemia atau
peningkatan kadar LDL-C dan
trigliserida (30%), overweight
atau obesitas (40%),
hiperurisemia (25%) dan
sindrom metabolik (40%) serta
gaya hidup yang tidak sehat
(merokok, konsumsi alkohol,
gaya hidup sedentari)
HMOD=hypertension-mediated organ damage

Konsensus PERHI 2019


Penegakan Diagnosis
Asesmen Risiko Kardiovaskular

Setidaknya lebih dari 50% pasien


hipertensi memiliki faktor risiko
kardiovaskular, yaitu diabetes
(15-20%), dislipidemia atau
peningkatan kadar LDL-C dan
trigliserida (30%), overweight
atau obesitas (40%),
hiperurisemia (25%) dan
sindrom metabolik (40%) serta
gaya hidup yang tidak sehat
(merokok, konsumsi alkohol,
gaya hidup sedentari)
Gejala yang berkaitan dengan hipertensi sekunder

Etiologi yang mendasari hipertensi sekunder

Robbins Basic Pathology 2017


Karakteristik Klinis
Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis hipertensi ditegakkan
bila TDS ≥140 mmHg dan/atau
TDD ≥90 mmHg,
Pengukuran tekanan darah dapat
dilakukan di klinik (atau fasilitas
kesehatan) atau di luar klinik
(HBPM atau ABPM)
menggunakan alat ukur yang
tervalidasi

KONSENSUS PENATALAKSANAAN HIPERTENSI 2021: Update Konsensus PERHI 2019


Penegakan Diagnosis

Pemeriksaan fisik menyeluruh dapat membantu memastikan diagnosis hipertensi dan


identifikasi HMOD dan/atau hipertensi sekunder dan harus mencakup:
1. Sirkulasi dan jantung: Denyut nadi/ritme/karakter, nadi/tekanan vena jugularis, denyut
apeks, bunyi jantung ekstra, ronki basal, edema perifer, bruit (karotid, abdomen,
femoralis)
2. Organ/sistem lain: Pembesaran ginjal, lingkar leher >40 cm (obstructive sleep apnea),
pembesaran tiroid, peningkatan indeks massa tubuh (BMI)/lingkar pinggang, timbunan
lemak dan striae berwarna (penyakit/sindrom Cushing).

https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026#d3e1581
Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan untuk penilaian HMOD
TATALAKSANA
INTERVENSI POLA HIDUP
1. Pembatasan Konsumsi Garam
Rekomendasi penggunaan natrium (Na) sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari (setara 1 sendok teh
garam dapur).
2. Perubahan Pola Makan
Disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang mengandung sayuran, kacang-kacangan, buah-
buahan segar, susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun),
membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
3. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
Mencegah obesitas (IMT >25 kg/m2), dan menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/ m2)
dengan lingkar pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada perempuan.
4. Olahraga teratur
Berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan,
joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu.
5. Berhentik Merokok

KONSENSUS PENATALAKSANAAN HIPERTENSI 2021: Update Konsensus PERHI 2019


TATALAKSANA

JNC 8 Guidelines for the Management of Hypertension in Adults


TATALAKSANA
PENENTUAN BATAS TEKANAN DARAH UNTUK INISIASI OBAT

Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita


hipertensi merupakan upaya untuk menurunkan
tekanan darah secara efektif dan efisien.
Meskipun demikian pemberian obat
antihipertensi bukan selalu merupakan langkah
pertama dalam penatalaksanaan hipertensi.
TATALAKSANA
PANDUAN INISIASI TERAPI OBAT

Strategi pengobatan yang dianjurkan


pada panduan penatalaksanaan
hipertensi saat ini adalah dengan
menggunakan terapi obat kombinasi
pada sebagian besar pasien. Bila
tersedia luas dan memungkinkan,
maka dapat diberikan dalam bentuk pil
tunggal berkombinasi (single pill
combination), dengan tujuan untuk
meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan
TATALAKSANA
PANDUAN INISIASI TERAPI OBAT

Lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin direkomendasikan yaitu: ACEi,
ARB, beta bloker, CCB dan diuretik. Algoritma farmakoterapi telah dikembangkan
untuk memberikan rekomendasi praktis pengobatan hipertensi. Beberapa rekomendasi
utama, yaitu:

1. Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua obat. Bila
memungkinkan dalam bentuk SPC, untuk meningkatkan kepatuhan pasien
2. Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-
angiotensin system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan CCB atau diuretik.
3. Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain dianjurkan
bila ada indikasi spesifik, misalnya angina, pasca IMA, gagal jantung dan untuk
kontrol denyut jantung
TATALAKSANA
PANDUAN INISIASI TERAPI OBAT
4. Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko
rendah (TDS <150mmHg), pasien dengan tekanan darah normal-tinggi dan
berisiko sangat tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun) atau ringkih.
5. Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau
ARB), CCB, dan diuretik jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi duaobat.
6. Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali ada
kontraindikasi.
7. Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum terkendali
dengan kombinasi obat golongan di atas.
8. Kombinasi dua penghambat RAS tidak direkomendasikan.
Jenis-jenis Obat Antihipertensi Oral

KONSENSUS PENATALAKSANAAN HIPERTENSI 2021: Update Konsensus PERHI 2019


Efek Samping yang Perlu Diperhatikan

KONSENSUS PENATALAKSANAAN HIPERTENSI 2021: Update Konsensus PERHI 2019


KONTRAINDIKASI

KONSENSUS PENATALAKSANAAN HIPERTENSI 2021: Update Konsensus PERHI 2019


Krisis
Hipertensi
Hipertensi emergensi adalah hipertensi derajat 3 dengan HMOD akut. Hal ini sering kali
mengancam jiwa dan memerlukan penanganan segera dan seksama. Untuk menurunkan
tekanan darah biasanya memerlukan obat intravena

D 1. Hipertensi Maligna
E Hipertensi berat (umumnya derajat 3) dengan perubahan gambaran funduskopi (perdarahan
retina dan atau papiledema), mikroangiopati dan koagulasi intravaskular diseminasi serta
F ensefalopati (terjadi pada sekitar 15% kasus), gagal jantung akut, penurunan fungsi ginjal
I akut
N 2. Hipertensi berat dengan kondisi klinis lain
Dan memerlukan penurunan tekanan darah segera, seperti diseksi aorta akut, iskemi
I miokard akut atau gagal jantung akut.
S 3. Hipertensi berat mendadak akibat feokromositoma, berakibat kerusakan organ
I 4. Ibu hamil dengan hipertensi berat atau preeklampsia.

Hipertensi urgensi merupakan hipertensi berat tanpa bukti klinis keterlibatan organ target.
Umumnya tidak memerlukan rawat inap dan dapat diberikan obat oral
PENEGAKAN DIAGNOSIS
● Pemeriksaan Fisik

● Gejala emergensi tergantung kepada organ terdampak,


seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri dada,
sesak napas, pusing kepala atau gejala defisit neurologis.
● Gejala klinis ensefalopati hipertensi berupa somnolen,
letargi, kejang tonik klonik dan kebutaan kortikal hingga
gangguan kesadaran.
● Lesi neurologis fokal jarang terjadi dan bila terjadi,
hendaknya dicurigai sebagai stroke.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

● Pemeriksaan Penunjang
TATALAKSANA

Strategi Pentalaksanaan :
1. Konfirmasi organ target terdampak, tentukan penatalaksanaan spesifik selain
penurunan tekanan darah. Temukan faktor pemicu lain kenaikan tekanan darah
akut, misalnya kehamilan, yang dapat mempengaruhi strategi penatalaksanaan.
2. Tentukan kecepatan dan besaran penurunan tekanan darah yang aman.
3. Tentukan obat antihipertensi yang diperlukan. Obat intravena dengan waktu
paruh pendek merupakan pilihan ideal untuk titrasi tekanan darah secara hati-
hati, dilakukan di fasilitas kesehatan yang mampu melakukan pemantauan
hemodinamik kontinyu
TATALAKSANA
● Obat-obat Hipertensi
Emergensi yang tersedia
di Indonesia
TATALAKSANA
● Rekomendasi Tatalaksana
TATALAKSANA LANJUTAN
Setelah tekanan darah mencapai tingkat aman dan stabil
dengan terapi oral, pasien dapat rawat jalan. Kontrol rawat
jalan dianjurkan minimal satu kali sebulan hingga target
tekanan darah optimal tercapai dan dilanjutkan kontrol
teratur jangka panjang.
SOAL UKMPPD
1. Seorang perempuan 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sering merasa pusing.. Ia memiliki riwayat HT
sejak 5 tahun yang lalu riwayat minum obat tidak teratur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran composmentis tekanan darah 170/110 mmHg nadi 90 kali/menit, laju respirasi 16 kali/menit, suhu
36,7°C
Apakah diagnosis pasien diatas ?
A. Pre hipertensi
B. Hipertensi grade 1
C. Hipertensi grade 2
D. Hipertensi grade 3
E. Hipertensisistolik dandiastolik
SOAL UKMPPD
2. Laki-laki, 54 tahun datang untuk kontrol tekanan darah. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak 10 tahun
lalu namun tidak rutin minum obat. Selama ini pasien mengaku tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan didapatkan keadaan
umum baik, kesadaran kompos mentis, TD 200/150 mmHg, N 100 kali/menit, Tax 37C, RR 20 kali/menit. Lain-lain
dalam batas normal. Apa diagnosis Dada pasien ini?
A. Pre-hipertensi
B. Hipertensi derajat 1
C. Hipertensi derajat 2
D. Hipertensi urgensi
E. Hipertensi emergensi
SOAL UKMPPD
3. Seorang perempuan, 50 tahun, datang ke poli umum untuk medical check-up rutin. Pasien memiliki riwayat DM sejak
8 tahun yang lalu namun tidak rutin minum obat. Pada pemeriksaan didapatkan TD 160/100 mmH, nadi 88x/menit, laju
napas 20x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan GDP 240 mg/dL, GDS 290 mg/dL, ureum 90
mg/dL, kreatinin 5,7 mg/dL dan protein dipstick +3. Obat hipertensi yang paling tepat diberikan pasien adalah….
A. Amlodipine 1x10 mg PO
B. Bisoprolol 1x2,5 mgPO
C. Captopril 3x6,25 mg PO
D. Candesartan 1x16 mg PO
E. Hidroklorotiazid 1x50 mg PO
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai