Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

PATOFISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER

NAMA : JIHAN PRIYANI RUMATA


NIM : 1420119033
KELAS : SIANG (AMBON)
PRODI : KEPERAWATAN
SEMESTER : III (TIGA)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MALUKU HUSADA
TUGAS :
Buat patofisiologi dan penata pelaksanaan tentang:
1. Hipertensi
2. Perikarditis
3. Miokarditis
4. Endokarditis

TERDIRI DARI :
Definisi, etiologi, patofisiologi (kalau bisa di buat pakai skema/patoflow), maifestasi klinis.

PENATA LAKSANAAN :
Buatlah 3 halaman untuk tiap-tiap topik.

 HIPERTENSI

Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan
komplikasi kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan
terkadang kematian.

Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri
tubuh, yaitu pembuluh darah utama dalam tubuh. Tekanan ini tergantung pada resistensi
pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa
jantung dan semakin sempit arteri, maka semakin tinggi tekanan darah.

Hipertensi dapat diketahui dengan cara rajin memeriksakan tekanan darah. Untuk orang
dewasa minimal memeriksakan darah setiap lima tahun sekali.

Hasil tekanan darah ditulis dalam dua angka. Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan
dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Angka kedua (diastolik)
mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detak
jantung.

Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari yang
berbeda, pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 140
mmHg dan / atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah lebih besar dari
90 mmHg.

Etiologi Hipertensi
Etiologi hipertensi tersering adalah penyakit renovaskular. Jika  tidak ditemukan penyebab
sekunder maka hipertensi tersebut tergolong hipertensi essential.
Tabel 1. Etiologi Hipertensi Sekunder

Penyebab Prevalensi
Penyakit renovaskular 5%-34%
Obstructive sleep apnea 25-50%
Aldosteronism primer 8-20%
HT diinduksi obat atau alcohol 2-4%
Hipertiroid <1%
Pheochromocytoma 0,1%-0,6%
Sindrom cushing <0,1%

FAKTOR RISIKO

Faktor risiko hipertensi terdiri atas faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.

Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi faktor genetik dan penuaan.

 Genetik: Studi genomic terbaru menemukan 107 lokus gen yang berperan dalam
regulasi tekanan darah.[11] Studi genomik dengan sampel meliputi populasi Eropa,
Asia Tenggara dan Asia Timur menunjukkan polimorfisme pada 12 lokus gen secara
signifikan berkontribusi terhadap fenotip hipertensi.[12] Pada populasi Asia, studi
terhadap 1136 etnis china menyimpulkan polimorfisme nukleotida gen SORBS1
secara signifikan berasosiasi dengan timbulnya hipertensi.

 Penuaan : Pada populasi lanjut usia studi menunjukkan TD diastolik menetap atau
mulai menurun sedangkan TD sistolil meningkat. Hal ini menunjukkan kekakuan
progresif pada pembuluh darah yang mungkin mengakibatkan hipertensi. Kekakuan
diduga terkait fragmentasi serta penurunan kadar serat elastin dan peningkatan
deposisi kolagen yang lebih kaku, penurunan kadar nitrit oxide, peradangan, serta
disfungsi neurohormonal (peningkatan sensitivitas terhadap garam, peningkatan
aldosterone, peningkatan saraf simpatis).

 Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

Faktor risiko yang dapat diubah meliputi faktor sosioekonomi, serta perilaku dan pola hidup.

 HIPERTENSI MANIFESTASI KLINIS

 Sosioekonomi : Faktor sosioekonomi meliputi globalisasi, urbanisasi, tingkat stress,


pendidikan serta pendapatan.
 Perilaku dan Pola hidup  : Pola hidup meliputi diet tinggi garam, inaktivitas fisik
hingga obesitas. Perilaku terkait kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol
berlebihan.

Manifestasi Klinis
Berbagai manifestasi klinis hipertensi dapat diperoleh dari anamnesis ataupun pemeriksaan
fisik. Hal-hal penting yang berkaitan dengan hipertensi harus diketahui, yaitu faktor-faktor
risiko dan komplikasi hipertensi berupa kelainan organ target.
Faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi adalah riwayat (hipertensi, penyakit kardiovaskular,
diabetes mellitus, dan dislipidemia) pada pasien ataupun keluarganya, kebiasaan merokok,
obesitas, pola makan (tinggi lemak, garam, dan alkohol), kurang aktivitas fisik, dan
kepribadian tertentu. Komplikasi yang tidak terkontrol dari hipertensi adalah adanya
kerusakan organ target yaitu jantung, otak, mata, ginjal, dan pembuluh arteri perifer.

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi
non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola diet, aktivitas fisik, larangan
merokok dan pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologis dapat diberikan
antihipertensi tunggal maupun kombinasi. Pemilihan obat anti hipertensi dapat didasari ada
tidaknya kondisi khusus (komorbid maupun komplikasi).
Non Farmakologi
Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa anjuran modifikasi gaya hidup.
Pola hidup sehat dapat menurunkan darah tinggi. Pemberian terapi farmakologi dapat ditunda
pada pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular rendah.
Jika dalam 4-6 bulan tekanan darah belum mencapai target atau terdapat faktor risiko
penyakit kardiovaskular lainnya maka pemberian medikamentosa sebaiknya dimulai.[1]
Rekomendasi terkait gaya hidup adalah sebagai berikut :
 Penurunan berat badan. Target penurunan berat badan perlahan hingga mencapai
berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis dan peningkatan aktivitas fisik
dengan latihan jasmani.[1,3]
 Mengurangi asupan garam. Garam sering digunakan sebagai bumbu masak serta
terkandung dalam makanan kaleng maupun makanan cepat saji. Diet tinggi garam
akan meningkatkan retensi cairan tubuh. Asupan garam sebaiknya tidak melebihi 2 gr/
hari. [1,3]
 Diet. Diet DASH merupakan salah satu diet yang direkomendasikan. Diet ini pada
intinya mengandung makanan kaya sayur dan buah, serta produk rendah lemak.[3]
Pemerintah merekomendasikan diet hipertensi berupa pembatasan pemakaian garam
dapur ½ sendok teh per hari dan penggunaan bahan makanan yang mengandung
natrium seperti soda kue. Makanan yang dihindari yakni otak, ginjal, paru, jantung,
daging kambing, makanan yang diolah menggunakan garam natrium (crackers,  kue,
kerupuk, kripik dan makanan kering yang asin), makanan dan minuman dalam kaleng
(sarden, sosis, kornet, buah-buahan dalam kaleng), makanan yang diawetkan, mentega
dan keju, bumbu-bumbu tertentu (kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat, saus
sambal, tauco dan bumbu penyedap lainnya) serta makanan yang mengandung
alkohol (durian, tape).[23]
 Olah raga. Rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara teratur sebanyak 30
menit/hari, minimal 3 hari/ minggu.[1]
 Mengurangi konsumsi alkohol.Pembatasan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 gelas
per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita dapat menurunkan hipertensi.[3]
 Berhenti merokok. Merokok termasuk faktor risiko penyakit kardiovaskular. Oleh
karena itu penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok demi menurunkan
risiko komplikasi penyakit kardiovaskular.[1,3]

MEDIKAMENTOSA

PERKI merekomendasikan inisiasi medikamentosa pada hipertensi stadium 2 dan juga


hipertensi stadium 1 jika perubahan gaya hidup dalam 4-6 bulan gagal menurunkan tekanan
darah hingga mencapai target.
AHA merekomendasikan inisiasi terapi farmakologis jika:
 TD ≥140/90 mmHg pada pasien yang tidak memiliki penyakit kardiovaskular dan
memiliki risiko penyakit kardiovaskular aterosklerosis dalam 10 tahun <10%.
 TD ≥130/80 mmHg
 Terdapat penyakit kardiovaskular atau memiliki risiko penyakit
kardiovaskular aterosklerosis dalam 10 tahun >10%
 Lansia (≥65 tahun)
 Memiliki penyakit komorbid tertentu (DM, CKD, CKD paska transplantasi
ginjal, gagal jantung, angina pectoris stabil, penyakit arteri perifer,
pencegahan sekunder stroke lacunar).[3]
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
 PERIKARDITIS

Perikarditis adalah iritasi dan peradangan pada lapisan tipis berbentuk kantong yang melapisi


jantung (perikardium). Perikardium berfungsi untuk menjaga agar jantung tidak berpindah
posisi, serta melindungi jantung dari gesekan atau penyebaran infeksi dari jaringan lain.
Penyakit yang menimbulkan gejala berupa rasa nyeri dada ini dapat terjadi di segala usia.
Meski demikian, kasus perikarditis paling banyak terjadi di usia 20 sampai 50 tahun,
terutama pada pria.
Gejala Perikarditis
Ada beberapa gejala yang umum dirasakan oleh penderita perikarditis, antara lain:

 Nyeri dada, seperti tertusuk di bagian tengah atau sisi kiri.


 Sesak napas, terutama saat berbaring.
 Lemas dan cepat lelah.
 Jantung berdebar.
 Tungkai atau perut mem
 Demam.
 Batuk.

Gejala perikarditis dapat berlangsung selama kurang dari 3 minggu, atau menjadi kronis bila
bertahan lebih dari 3 bulan.
Gejala perikarditis mirip dengan penyakit paru-paru dan penyakit jantung lainnya. Oleh
karena itu, ketika mengalami gejala-gejala di atas, segera pergi ke dokter untuk mendapatkan
diagnosis agar dapat diobati dengan tepat.
Segera kunjungi dokter jika dada terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk, dan gejalanya semakin
parah ketika Anda menarik napas atau berbaring. Apalagi bila gejala tersebut muncul setelah
Anda terkena infeksi virus, seperti flu atau sakit tenggorokan.

PENYEBAB PERIKARDITIS
Sebagian besar kasus perikarditis tidak diketahui penyebabnya, namun ada beberapa hal yang
diduga dapat menjadi penyebab perikarditis, yaitu:

 Infeksi bakteri.
 Infeksi virus.
 Kanker dari organ lain yang menyebar ke perikardium.
 Serangan jantung.
 Cedera pada dada.
 Pasca operasi jantung.
 Penyakit peradangan, seperti lupus dan rheumatoid arthritis.
 Paparan radiasi dalam radioterapi, khususnya pada terapi kanker payudara dan kanker
paru.
DIAGNOSIS PERIKARDITIS
Diagnosis perikarditis ditetapkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil
pemeriksaan penunjang. Dari pemeriksaan fisik, perikarditis memiliki ciri khas berupa bunyi
jantung abnormal, yaitu suara tambahan jantung yang terdengar seperti gesekan kertas.
Selain itu, ada beberapa tes penunjang yang dilakukan untuk memastikan perikarditis dan
penyebabnya, antara lain:

 Tes darah
Tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi atau peradangan.
 Pemeriksaan foto Rontgen dada
Foto Rontgen dada dilakukan untuk melihat kondisi jantung, paru-paru, dan pembuluh
darah. Apabila terdapat efusi perikardium yang terjadi pada perikarditis, maka jantung
akan tampak membesar.
 Echo jantung
Echo jantung dilakukan menggunakan gelombang suara untuk mendapatkan
gambaran jantung dan melihat adanya cairan yang terkumpul dalam ruang
perikardium.
 EKG (elektrokardiogram)
EKG bertujuan untuk mendeteksi dan merekam aktivitas listrik jantung yang dapat
berubah saat terjadi perikarditits.
 CT scan
Pemindaian dengan sinar-X ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran jantung lebih
detail.
 MRI
Prosedur ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran jantung secara detail,
menggunakan media gelombang magnet. Dari hasil pemeriksaan, dapat terlihat
apabila ada penebalan, peradangan, maupun perubahan lain pada perikardium.

PENGOBATAN PERIKARDITIS
Penderita perikarditis ringan bisa sembuh hanya dengan beristirahat dan mengonsumsi obat-
obat pereda nyeri. Selama masa penyembuhan, penderita perlu menghindari aktivitas fisik
yang berlebihan karena dapat memicu kekambuhan.
Di samping obat pereda nyeri, dokter juga mungkin akan memberikan:

 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)


Obat antiinflamasi nonsteroid berfungsi untuk mengurangi peradangan perikardium
dan meredakan nyeri dada. Obat yang dapat diberikan adalah ibuprofen dan aspirin.
 Colchicine
Colchicine berfungsi untuk mengurangi peradangan dengan cara membunuh sel
radang tertentu. Obat ini dapat dikombinasikan dengan OAINS, atau diberikan
sebagai alternatif dari OAINS.
 Kortikosteroid
Obat kortikosteroid hanya diberikan apabila perikarditis tidak membaik dengan
OAINS dan colchicine. Salah satu contohnya adalah prednisone.
 Antibiotik
Obat antibiotik hanya diberikan jika perikarditis disebabkan oleh infeksi bakteri.
ETIOLOGI PERIKARDITIS

Etiologi perikarditis dapat dikategorikan menjadi penyebab infeksi dan noninfeksi.


Kebanyakan kasus perikarditis diduga disebabkan oleh proses infeksi, terutama infeksi virus.

Etiologi Infeksi
Diperkirakan sebesar 2/3 kasus perikarditis disebabkan oleh infeksi, terutama virus. Virus
yang berkaitan dengan perikarditis antara lain coxsackievirus, virus influenza, virus Epstein-
Barr, cytomegalovirus, adenovirus, virus varicella, virus rubella, virus hepatitis B dan
C, HIV, parvovirus B19, dan human herpesvirus 6. [7]

PENATALAKSANAAN PERIKARDITIS
Penatalaksanaan perikarditis dilakukan sesuai penyebab yang mendasari. Pada perikarditis
idiopatik atau yang disebabkan infeksi virus, tata laksana ditujukan untuk meringankan
gejala.

Pasien dengan nyeri dada, apapun etiologinya, harus ditata laksana dengan pemberian
oksigen dan monitor jantung.

PATOFISIOLOGI REKARDITIS
 MIOKARDITIS
Miokarditis adalah kondisi di mana terjadi peradangan atau inflamasi pada otot jantung
(miokardium). Otot ini bertanggung jawab pada fungsi jantung dalam memompa darah ke
seluruh organ tubuh. Ketika otot ini mengalami peradangan, maka fungsi jantung dalam
memompa darah pun akan terganggu. Akibatnya, muncul gejala-gejala berupa nyeri dada,
gangguan irama jantung, dan sesak napas.
Miokarditis ringan dapat lebih mudah sembuh, baik dengan atau tanpa perawatan. Namun,
jika miokarditis sudah tergolong berat dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat, hal itu
berpotensi menyebabkan penggumpalan darah yang memicu komplikasi, seperti stroke
dan serangan jantung.
GEJALA MIOKARDITIS

Miokarditis dapat terjadi pada segala usia, termasuk bayi. Miokarditis yang tergolong ringan
umumnya tidak menimbulkan gejala. Peradangan ringan yang terjadi pada otot jantung akan
pulih dengan sendirinya. Namun, ketika miokarditis sudah tergolong berat, gejala yang
muncul dapat beragam, tergantung penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa gejala
miokarditis:

 Sakit dada
 Sesak napas
 Pembengkakan (biasanya pada tungkai)
 Jantung berdebar
 Demam
 Kematian mendadak (umumnya pada remaja)

Miokarditis pada anak dan bayi tidak memiliki gejala yang spesifik. Perlu pemeriksaan
langsung oleh dokter untuk memastikan kondisi. Gejala miokarditis yang umumnya muncul
pada anak-anak dan bayi adalah:

 Lemas
 Kehilangan nafsu makan
 Batuk kronis
 Sakit pada perut
 Mengalami kesulitan bernapas
 Demam
 Diare
 Ruam
 Nyeri sendi

PENYEBAB MIOKARDITIS

Pada banyak kasus, penyebab miokarditis tidak diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang
dapat memicu miokarditis, meliputi:

 Virus. Virus yang paling umum menyebabkan miokarditis adalah adenovirus, yang
sering menyebabkan pilek. Selain adenovirus, ada beberapa virus lain yang juga dapat
menyebabkan miokarditis, yaitu hepatitis B dan C, herpes simplex virus,
echovirus (penyebab infeksi saluran cerna), rubella, HIV, dan Epstein-Barr
virus (penyebab mononukleosis).
 Bakteri. Jenis bakteri yang dapat memicu miokarditis
meliputi Staphylococcus (penyebab
impetigo, MRSA), Streptococcus, Corynebacterium diphtheriae (penyebab
difteri), Clostridia, Meningococci, dan Mycobacteria.
 Parasit. Jenis parasit yang umum menyebabkan miokarditis
adalah Trypanosoma dan Toxoplasma.
 Jamur. Jamur yang dapat menyebabkan miokarditis adalah Candida dan Aspergillus.
Jamur-jamur ini biasanya ditemukan pada kotoran burung.
 Obat-obatan. Penggunaan tanpa anjuran dokter dan penyalahgunaan obat-obatan
dapat menyebabkan reaksi alergi dan keracunan yang kemudian dapat memicu
miokarditis. Obat-obat yang dapat menyebabkan miokarditis meliputi obat-obatan
kemoterapi, antibiotik seperti penisilin atau sulfonamida, dan juga obat-obatan
antikejang.
 Zat kimia atau radiasi. Terpapar radiasi atau zat berbahaya, seperti karbon monoksida.
 Penyakit autoimun. Miokarditis juga dapat dipicu oleh penyakit autoimun,
seperti rheumatoid arthritis dan lupus.

ETIOLOGI MIOKARDITIS
Etiologi miokarditis adalah agen infeksius dan noninfeksius, tetapi infeksi virus dilaporkan
sebagai penyebab paling sering. Coxsackievirus dan Parvovirus B-19 adalah patogen yang
paling sering dideteksi pada pemeriksaan endomyocardial biopsy (EMB).
Selain virus, agen infeksi lain yang dapat menyebabkan miokarditis adalah bakteri, protozoa,
fungi, dan parasit. Agen noninfeksius yang dapat menyebabkan miokarditis adalah reaksi
hipersensitivitas, penyakit autoimun, dan juga toksin.
PENATALAKSANAAN MIOKARDITIS
Penatalaksanaan miokarditis ditujukan pada penanganan gagal jantung, aritmia, serta
penggunaan imunosupresan dan imunomodulator jika diperlukan
 ENDOKARDITIS

Endokarditis adalah infeksi pada endokardium, yaitu lapisan bagian dalam jantung. Kondisi
ini umumnya disebabkan oleh masuknya bakteri ke aliran darah, yang kemudian menginfeksi
bagian jantung yang rusak. Bila kondisi ini tidak segera ditangani, endokarditis dapat
merusak katup jantung, dan memicu komplikasi yang berbahaya.
Pada umumnya, endokarditis tergolong jarang, dan tidak menyerang seseorang dengan
jantung yang sehat. Akan tetapi, penyakit ini rentan terjadi pada individu dengan kondisi
tertentu. Misalnya, pada jenis penyakit jantung tertentu, seperti penderita penyakit jantung
bawaan, penderita kardiomiopati, dan seseorang dengan katup jantung prostetik.
Penyebab Endokarditis
Endokarditis terjadi ketika kuman masuk ke aliran darah lalu ke jantung. Kuman kemudian
menempel di katup jantung yang abnormal atau jaringan jantung yang rusak, dan berkembang
biak di lapisan dalam jantung (endokardium). Kondisi ini memicu peradangan pada
endokardium dan kerusakan pada katup jantung.
Di samping akibat bakteri, endokarditis juga bisa disebabkan oleh jamur dan mikroorganisme
lainnya. Kuman-kuman tersebut masuk ke aliran darah melalui beberapa cara, seperti:
 Luka di mulut. Terdapat luka pada rongga mulut ketika menggosok gigi terlalu
kencang, prosedur perawatan gigi, atau tergigit saat mengunyah makanan, bisa
menyebabkan bakteri masuk ke aliran darah, terutama bila kebersihaan gigi dan gusi
tidak terjaga.
 Organ lain yang terinfeksi. Bakteri dapat masuk ke aliran darah dan jantung, dari
bagian tubuh yang terinfeksi, misalnya akibat luka terbuka di kulit, infeksi menular
seksual, atau infeksi di saluran pencernaan.
 Kateter urine. Bakteri bisa masuk ke aliran darah melalui kateter, terutama kateter
yang dipasang dalam waktu yang lama.
 Jarum suntik. Jarum yang terkontaminasi dapat menjadi media masuknya bakteri ke
aliran darah, baik itu melalui tato, tindik, atau penggunaan NAPZA suntik.

DIAGNOSIS ENDOKARDITIS
Untuk mendiagnosis endokarditis, dokter akan terlebih dahulu menanyakan riwayat penyakit
dan gejala yang dialami pasien. Kemudian, pemeriksaan penunjang akan dilakukan untuk
memastikan diagnosis, meliputi:

Elektrokardiogram (EKG). EKG dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya kelainan


pada detak dan irama jantung pasien, dengan mengukur aktivitas listrik jantung.
Tes darah. Sampel darah akan diperiksa untuk mengidentifikasi jenis bakteri dalam aliran
darah dan mengidentifikasi kondisi medis lain, seperti anemia.
Rontgen dada. Melalui Rontgen dada, dokter dapat mengetahui bila endokarditis
menyebabkan pembesaran jantung, atau menyebabkan penyebaran infeksi ke paru-paru.
Ekokardiografi. Ekokadiografi adalah pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara
untuk menghasilkan gambaran jantung. Untuk mendiagnosis endokarditis, dokter dapat
memilih dari 2 jenis ekokardiogram, yaitu:
Ekokardiografi melalui dinding dada. Prosedur ini dilakukan dengan mengarahkan
gelombang suara ke dada pasien, melalui alat USG. Tes ini membantu dokter melihat struktur
jantung dan melihat tanda-tanda infeksi.
Ekokardiogram transesofageal. Dalam prosedur ini, dokter memasukkan alat USG ke
esofagus (kerongkongan) agar gambar yang dihasilkan lebih detail, terutama pada bagian
katup jantung.
CT scan atau MRI. Uji pencitraan ini dilakukan untuk memeriksa apakah infeksi sudah
menyebar ke organ lain, seperti otak atau dinding dada.
Pengobatan Endokarditis
Dalam banyak kasus, pasien endokarditis berhasil disembuhkan dengan pemberian antibiotik.
Sedangkan pada beberapa kasus lainnya, prosedur bedah perlu dilakukan untuk memperbaiki
kerusakan katup jantung dan membersihkan sisa infeksi.

Antibiotik

Jenis antibiotik yang diberikan untuk mengobati endokarditis tergantung kepada tipe kuman
penyebab infeksi. Oleh karena itu, sampel darah pasien akan diteliti terlebih dahulu untuk
mendapatkan kombinasi antibiotik yang tepat.

Umumnya, pasien akan diberikan antibiotik suntik selama di rumah sakit. Perawatan bisa
berlangsung 2 sampai 6 minggu, tergantung kepada tingkat keparahan pasien. Bila kondisi
sudah membaik, pasien dapat melanjutkan terapi antibiotik di rumah. Namun demikian,
pasien dianjurkan untuk rutin kontrol ke dokter untuk memastikan pengobatan berjalan
dengan baik.

Meskipun sedang menjalani pengobatan, beberapa gejala dapat muncul sebagai tanda infeksi
yang makin memburuk, atau akibat reaksi antibiotik yang digunakan. Segera ke dokter bila
timbul gejala sesak napas serta bengkak di tungkai, yang semakin parah. Gejala tersebut
dapat menjadi tanda gagal jantung.

Bedah

Bedah dilakukan pada infeksi endokarditis yang sudah berlangsung lama, atau pada
endokarditis yang disebabkan oleh infeksi jamur. Prosedur bedah dilakukan untuk membuang
jaringan yang mati, penumpukan cairan, serta jaringan parut dari area yang terinfeksi.

Dokter juga akan menjalankan bedah, bila kondisi katup jantung pasien sudah rusak.
Tergantung kepada kondisi pasien, dokter dapat melakukan perbaikan katup jantung atau
menggantinya. Penggantian katup bisa dengan katup biologis yang terbuat dari jaringan
jantung hewan, atau katup mekanis sintetik.

Bedah dilakukan pada 15-25% penderita endokarditis. Selain beberapa kondisi di atas, dokter
juga akan menyarankan bedah pada kondisi berikut:
Pasien memiliki katup jantung prostetik.
Demam tinggi masih berlanjut meskipun sedang menjalani terapi antibiotik atau antijamur.
Endokarditis disebabkan oleh jenis jamur yang agresif atau bakteri yang kebal pada
antibiotik.
Timbul gumpalan darah, walaupun sedang menjalani terapi antijamur atau antibiotik.
Terbentuk abses atau fistula (saluran tidak normal) di bagian dalam jantung, yang diketahui
dari hasil tes ekokardiografi.

ETIOLOGI ENDOKARDITIS

Etiologi endokarditis pada umumnya terkait infeksi mikroorganisme patogen, tersering oleh
bakteri gram positif Streptococcus sp (S. viridans, S. bovis) atau Staphylococcus sp.
(S.aureus atau coagulase-negative staphylococci/CoNS) yang mencakup 80% kasus. Selain
itu, endokarditis juga dapat disebabkan infeksi enterococcus.

Etiologi lain yang lebih jarang adalah organisme HACEK (Haemophilus sp, Aggregatibacter
sp, Cardiobacterium hominis, Eikenlla corrodens, Kingella sp), Pneumococcus, Candida,
serta bakteri gram negatif lainnya.

PENATALAKSANAAN ENDOKARDITIS

Penatalaksanaan endokarditis dilakukan secara komprehensif, melibatkan berbagai


multidisiplin, dari spesialis kardiologi, spesialis bedah thorax, dan spesialis penyakit infeksi.
Pedoman penatalaksanaan endokarditis internasional sendiri berdasarkan rekomendasi studi
yang sebenarnya lemah, dimana tidak ada rekomendasi level A dan hampir tidak ada yang
berdasarkan randomized controlled trial.

Penatalaksanaan endokarditis secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu


medikamentosa dan pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai