Anda di halaman 1dari 5

I.

DEFINISI

Lansia merupakan seorang dewasa sehat yang mengalami proses perubahan menjadi seorang
yang lemah dan rentan yang diakibatkan karena berkurangnya sebagian besar cadangan sistem
fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian.
Dalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang dikeluarkan oleh The Seventh of Joint
National Commitee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
( JNC VII ) 2003, World Health Organisation / International Society of Hipertension ( WHO-
ISH ) 1999, British Hypertension Society 2006, European Society of Hypertension / european
Society of Cardiology ( ESH/ESC ) 20071, defenisi hipertensi sama untuk semua golongan umur
di atas 18 tahun. Pengobatan juga bukan berdasarkan penggolongan umur, melainkan
berdasarkan tingkat tekanan darah dan adanya risiko kardiovaskular pada pasien. Hipertensi
ditemukan sebanyak 60-70% pada populasi berusia diatas 65 tahun. Lansia yang berusia diatas
80 tahun sering mengalami hipertensi persisten, dengan tekanan sistolik menetap di atas 160
mmHg. Jenis hpertensi yang khas sering ditemukan pada lansia adalah isolated systolic
hypertension (ISH), dimana tekanan sistoliknya saja yang tinggi (diatas 140 mmHg), namun
tekanan diastolik tetap normal (di bawah 90 mmHg)2.

II. EPIDEMIOLOGI

Pada tahun 1988-1991 National Health and Nutrition Examination Survey menemukan
prevalensi hipertensi pada kelompok umur 65-74 tahun didapatkan prevalensi keseluruhan 49,6
% untuk hipertensi derajat I (TD 140-159/90-99 mmHg), 18,2 % untuk hipertensi derajat II (TD
160-179/100-109 mmHg), dan 6,5 % untuk hipertensi derajat III (TD >180/>110 mmHg).
Pada tahun 2010 populasi penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 60 tahun diperkirakan
akan mengalami peningkatan sebesar 400 %, jauh lebih besar dibandingkan dengan prediksi
populasi balita (bawah usia lima tahun). Prevalensi hipertensi pada usia > 60 tahun sangat tinggi,
dan bila disertai faktor risiko penyakit kardiovaskular yang lain ( misalnya obesitas, hipertrofi
ventrikel kiri, kurang aktivitas fisik / olahraga, hiperlipidemia, penyakit ginjal kronik, dan
diabetes ) akan menyebabkan risiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi4.

III. FAKTOR RESIKO

Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor
yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik, dan faktor yang dapat
diubah seperti pola maka, kebiasaan olahraga dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu
peran faktor risiko tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor), dengan kata
lain satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi5.
IV. PATOFISIOLOGI

Baik tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) meningkat sesuai
dengan meningkatnya umur. TDS meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun,
sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau
sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengkakuan
pembuluh darah`dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini mengakibatkan
peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur12
Tekanan nadi merupakan prediktor dari adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme
pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari kekakuan normal
terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.
Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah
menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan kelenturan aorta dan pembuluh
darah besar dan mengakibatkan peningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah
dengan umur4,6.
Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural, yang
mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan
keseimbangan antara vasodilatasi dan vasokonstriksi yang akan menyebabkan kecenderungan
vasokontriksi dan mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan
darah. Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan dalam
terjadinya hipertensi4.

V. DIAGNOSIS

Hipertensi sering dihubungkan dengan pengerasan dan hilangnya elastisitas dinding arteri.
Tahanan vaskular perifer meningkat dalam pembuluh darah yang keras dan tidak elastis. Hal ini
bisa dipengaruhi oleh faktor umur pada lanjut usia terjadi perubahan struktur dan fungsi
pembuluh darah yaitu sifat elastisitas pembuluh darah menjadi berkurang dan terjadinya
kekakuan pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga pengembangan pembuluh darah menjadi
terganggu.
Diagnosa hipertensi dilakukan berdasarkan pengukuran tekanan darah yang baik dan benar dan
dilakukan sedikitnya sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran tekanan darah yang berbeda, dan
dilakukan pada lebih dari 2 (dua) kali kunjungan. Pengukuran tekanan darah dilakukan
sedikitnya 2 (dua) kali setiap kunjungannya, setelah pasien duduk dengan nyaman sedikitnya
selama 5 (lima) menit dengan sandaran punggung, kaki terletak di lantai, lengan diletakkan pada
sandaran lengan dengan posisi mendatar dan posisi manset sejajar dengan letak jantung.
Pengukuran tekanan darah pada kelimpok usia lanjut seharusnya juga dilakukan pada posisi
berdiri dari posisi duduk setelah 1 sampai dengan 3 menit. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi
adanya hipotensi maupun hipertensi postural7.
Kriteria hipertensi yang digunakan merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII, yaitu hasil
pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Kriteria
JNC VII berlaku untuk umur ≥18 tahun8.
Klasifikasi JNC VII terlampir dalam tabel

KLASIFIKASI TD SISTOLIK TD DIASTOLIK


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II >160 >100

VI. TATALAKSANA

Tujuan umum penatalaksanaan hipertensi adalah untuk mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas dengan diagnosa dini pengobatan dengan prinsip least-invasive dan metode yang
paling cost-effecive.12
Penatalaksanaan hipertensi stadium satu tanpa compelling indication dimulai dengan perubahan /
modifikasi gaya hidup yang dilakukan selama tiga bulan. Bila tekanan darah tidak terkontrol
dengan terapi ini maka dilanjutkan dengan terapi farmakologi. Pada stadium satu dimulai dengan
monoterapi obat antihipertensi tetapi pada stadium duadianjurkan langsung menggunakan dua
obat dengan alasan agar tekanan darah dapat terkendali dengan lebih cepat. Dengan
menggunakan kombinasi obat maka pengendalian tekanan darah menggunakan dua jalur
patofisiologi sehingga tekanan darah lebih terkendali. Juga terdapat efek sinergi dari dua
golongan obat yang menguntungkan dalam pengendalian tekanan darah tinggi.
Prinsip pengobatan hipertensi pada usia lanjut adalah selalu mulai dengan dosis rendah dan
dinaikkan bertahap sampai mencapa target, “start low and go slow”. Berbagai kelas obat telah
terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada usia lanjut, baik secara tunggal maupun yang
lebih sering dalam bentuk kombinasi. Diuretik, penyekat beta (β- blocker), Calcium Channel
Blocker (CCB ), Angiotensin Converting Enzyme – Inhibitor (ACE-Inhibitor), Angiotensin
Reseptor Blocker (ARB), dan yang terakhir adalah golongan Direct Renin Inhibitor (DRI) semua
telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi tingkat morbiditas dan
mortalitas pada pasien hipertensi Selain pemberian obat anti hipertensi, juga dilakukan
modifikasi gaya hidup, berhenti merokok, pengelolaan diabetes, kadar lipid darah, pemberian
obat anti agregasi trombosit, latihan aktivitas fisik, dan pada obesitas mengurangi berat badan.

a. Non-Farmakologi

Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah
pada penderita usia lanjut, antara lain1,12,13 :

1. Diet rendah garam


Anjuran asupan Na dalam makanan untuk usia dewasa < 50 tahun: 1500 mg, usia 51-70 tahun:
1300 mg dan usia > 70 tahun: 1200 mg. Rekomendasi ini lebih kecil dibandingkan anjuran JNC-
7, tahun 2004 yaitu sebesar 2400 mg natrium (Na). USDA merekomendasikan konsumsi
Natrium pada kelompok usia ≤ 50 tahun adalah sebesar 2.300 mg dan pada kelompok usia > 51
tahun dan kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular konsumsi natrium
yang dianjurkan adalah < 1.500 gram per harinya.

2. Perencanan Menu makanan yang baik


Menu diet menurut The Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) menganjurkan diet
yang mengandung biji-bijian, ikan, daging unggas, dan kacang – kacangan karena kaya akan
kalium, magnesium, kalsium, protein dan serat, serta menghindari konsumsi daging merah,
makanan yang manis dan yang mengandung gula tambahan, dan minuman yang mengandung
gula. Diet menurut The DASH telah terbukti mampu menurunkan tekanan darah.

3. Berhenti mengkonsumsi alkohol


Peminum alkohol berat (>300 mL/minggu atau 34 gr alkohol/hari) terbukti secara independen,
signifikan, dan kuat berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, dan dapat juga
dihubungkan dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular, stroke dan semua penyebab
kematian lainnya bila dibandingkan dengan kelompok yang bukan pecandu alkohol.

4. Berhenti merokok
Kelompok usia lanjut harus didorong untuk berhenti merokok, hal ini dapat dilakukan dengan
bantuan nikotin patch, nikotin gum, maupun dengan obat – obatan seperti bupropion dan
varenicline namun dengan pengawasan yang ketat terhadap efek samping yang mungkin terjadi
seperti kejang, skizofrenia, psikosis, gangguan mood, ansietas, skin rash, gangguan
kardiovaskular dan gangguan pencernaan seperti mual dan muntah.
DAFPUS :
1. Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia 2009 : Penatalaksanaan hipertensi pada
keadaan khusus: Hipertensi pada usia lanjut, Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Ina SH),
Jakarta, 2009; 1-18.
2. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al, 2003.
The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report. JAMA.
3. Setiati S, Harimurti K, Govinda A. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke–5.
Jakarta : Balai Penerbit FK UI Jakarta.
4. Kuswardhani, T. Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut. J Penyakit Dalam 2006;
7(2): 135-40.
5. Riskesdas.. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI;2013
6. Pestana M. Hypertension in elderly. International urology and Nephrology. Tersedia dari:
http://ais.up.ac.za// [11 Oktober 2014]
7. Willbert.S.A, Jerome.L.Fleg, Carl.J.P, et all: ACCF/AHA 2011 Expert Consensus
Document on Hypertension in the Elderly, Jornal of the American College of
Cardiology : Volume 57, No. 20. 2011, Tersedia dalam content.onlinejacc.org
8. Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses dan
praktek. Edisi ke–4. Jakarta :
9. Chen H, Dai J. BMI better explains hypertension in chinese seniors adults and the
relationship declines with ages. Tersedia dari: http://ncbi.nlm.nih.gov// [17 September
2014]
10. Syed,Q, Barbara,M-R, Current Diagnosis & Treatment 2nd Edition: Geriatrics:
Hypertension, Mc. Graw Hill Education, North America: Internationaledition, 2014,
Chapter 30: 202-12.
11. The American Academy of Family Physicians Practice Guideline: JNC 8 Guidelines for
The Management of Hypertension in Adults. Am. Fam Physician, 2014;90(7):503-04

Anda mungkin juga menyukai