Anda di halaman 1dari 7

REFLEKSI KASUS HIDUP

Disusun oleh:
Caesar
Claudia
Fairin

Dokter Pembimbing:
dr. Yudha

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN


MEDIKOLEGAL PERIODE
27 NOVEMBER - 25 DESEMBER 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GAJAH MADA
A. Identitas :
● Nama : Tn. B
● Jenis kelamin : Laki-laki
● Umur : 36 tahun
● Agama : Islam
● Pekerjaan : Karyawan
● Alamat : Jln. Taman S Parman
● Waktu pemeriksaan : 8 Desember
● Peristiwa : Jatuh dan tidak sadarkan diri

B. Deskripsi
1. Informasi kasus :
Seorang laki-laki berusia 36 tahun terjun dari lantai 5 balkon rumahnya, kemudian tidak
sadarkan diri. Lalu seorang ditemukan oleh seorang polisi yang sedang berpatroli di daerah rumahnya
dan segera dibawa ke IGD RS. Saat pemeriksaan, di dalam kamarnya ditemukan botol yang berisi
tablet LSD.
2. Pemeriksaan fisik:
● Keadaan umum : compos mentis, GCS 8
(E4V5M2)
● Tanda Vital :
o Tekanan darah : 120/80 mmHg (normal)
o Denyut nadi : 80x/menit, regular, isi cukup (normal)
o Pernapasan :18x/menit, regular, abdominotorakal (normal)
o Suhu : 36,4 oC (normal)
● Kepala :
o Pada dahi bagian tengah, terdapat sebuah lecet geser berukuran
empat sentimeter disertai memar berwarna merah, berbentuk oval,
batas tegas, arah luka kanan ke kiri dengan keadaan luka bersih,
terletak dua sentimeter diatas glabella dan sekitar empat sentimeter
dari sisi kanan dan kiri batas rambut dan dahi.
o Pada daerah pipi kiri hingga melewati bibir sisi kiri, terdapat luka
lecet geser sepanjang lima sampai enam sentimeter dengan sedikit
pendarahan yang mulai mengering, berbentuk garis, batas tegas,
keadaan luka bersih, arah dari atas ke bawah.

3. Leher : Tidak tampak luka dan terdapat penyangga leher di leher korban
4. Dada : Tidak tampak luka, tidak terdapat kelainan
5. Perut : Tidak tampak luka, tidak terdapat kelainan
6. Punggung : Tidak tampak luka, tidak terdapat kelainan
7. Gigi : Tidak terdapat gigi patah, tidak terdapat kelainan
8. Anggota Gerak Atas :
Pada tangan kanan bagian luar, sekitar empat sentimeter dari lipat siku luar
dan sekitar lima sentimeter dari lipat siku dalam, terdapat sebuah luka memar
disertai lecet berwarna merah ukuran lima sentimeter dan lebar dua sentimeter,
bentuk bulat, batas tegas, keadaan luka bersih.
9. Anggota Gerak Bawah :
a. Pada paha kanan bagian luar, terdapat beberapa luka lecet tekan dengan
memar dan sedikit pendarahan yang mulai mongering, terletak diantara
tiga sentimeter dari batas bawah celama dalam dan delapan belas
sentimeter dari batas. Bentuk tidak beraturan, batas tegas, keadaan luka
bersih, arah luka tertekan dengan ukuran luka pertama panjang dua
sentimeter dan lebar nol koma lima sentimeter, ukuran luka ke dua panjang
dua sentimeter dan lebar satu sentimeter, ukuran luka ketiga panjang nol
koma lima sentimeter dan lebar nol koma tiga sentimeter, ukuran luka
keempat panjang nol koma tiga sentimeter dan lebar nol koma satu
sentimeter, ukuran luka kelima satu sentimeter dan lebar nol koma lima
sentimeter.
b. Pada paha kanan bagian luar enam belas sentimeter dari panggul, terdapat
dua luka lecet geser berwarna merah bentuk linear, batas tegas, keadaan
luka bersih, arah luka dari atas ke bawah, ukuran luka pertama panjang dua
sentimeter dan lebar nol koma lima sentimeter, ukuran luka kedua panjang
tiga sentimeter dan lebar nol koma tiga sentimeter
c. Pada paha kanan bagian luar dua belas sentimeter dari panggul kanan,
terdapat luka lecet disertai memar berwarna merah, bentuk bulat, batas
tegas, keadaan luka bersih ukuran panjang dua lima sentimeter dan lebar
tiga sentimeter.
d. Pada paha kanan bagian luar dua sentimeter dari panggul kanan, terdapat
luka lecet tekan berwarna merah, berbentuk linear batas tegas, keadaan
bersih, ukuran panjang satu sentimeter, dan lebar satu senti meter.
e. Pada paha kanan bagian luar tujuh sentimeter dari panggul kanan, terdapat
luka lecet tekan disertai memar berwarna merah, bentuk oval, batas tegas,
keadaan luka bersih dengan ukuran panjang satu setengah sentimeter dan
lebar satu sentimeter
f. Pada paha kanan bagian luar lima belas sentimeter dari panggul kanan,
terdapat luka robek berwarna merah, berbentuk lonjong, batas tegas,
keadaan luka bersih, arah dari kanan ke kekiri ukuran panjang tiga
sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter dan diatasnya terdapat luka
lecet sekitar empat sentimeter.
g. Pada paha kanan bagian luar delapan belas sentimeter dari panggul kanan,
terdapat luka robek dengan sedikit pendarahan, bentuk seperti huruf L,
batas tegas, keadaan luka bersih, arah luka dari bawah keatas, ukuran
panjang enam sentimeter kali satu sentimeter.
h. Pada tungkai kanan bawah tujuh sentimeter kearah lutut kanan belakang,
terdapat luka lecet geser berukuran lima sentimeter arah luka atas kebawah
, keadaan luka bersih.
i. Pada tungkai kanan bawah terdapat luka lecet geser berbentuk garis
sepanjang satu setengah sentimeter batas tegas, arah luka dari atas
kebawah keadaan luka bersih terletak di sekitar sepuluh sentimeter dari
lutut depan.
j. Pada tungkai kanan bawah tujuh sentimeter dari mata kaki terdapat luka
lecet geser berwarna merah, bentuk oval, batas tegas, keadaan luka bersih,
arah dari bawah keatas, ukuran panjang dua semtimeter dan lebar satu
sentimeter
k. Pada tungkai kanan bawah sekitar tujuh sentimeter dari mata kaki terdapat
luka lecet geser berwarna merah bentuk oval, batas tegas, kedaan luka
bersih arah dari bawah ke atas ukuran dua sentimeter dan lebar satu
sentimeter.
l. Pada lutut kiri lima sentimeter dari tempururng lutut terdapat luka lecet
geser berwarna merah, bentuk linear, batas tegas, keadaan luka bersih,
ukuran panjang dua sentimeter dan lebar nol koma satu sentimeter.
m. Pada lutut kiri tujuh sentimeter dari tempurung lutut terdapat luka lecet
geser berwarna merah, bentuk linear, batas tegas, keadaan luka bersih,
ukuran panjang dua sentimeter dan lebar nol koma lima sentimeter
n. Pada kaki kiri lima sentimeter dari mata kaki, terdapat luka lecet berwarna
merah, bentuk bulat, batas tegas, keadaan luka bersih, ukuran diameter nol
koma tiga sentimeter.

10. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjangan tidak dilakukan dalam kasus ini. Akan tetapi
diperlukan pemeriksaan penunjang seperti X-ray rontgen, memeriksa darah
rutin dan toksikologi (alcohol, obat-obatan dan narkotika) untuk
mengkonfirmasikan apakah korban murni kecelakaan atau dikarenakan di
bawah pengaruh sesuatu.

11. Diagnosis
Vulnus exsoriosum regio flexor antebrachialis sinistra, extensor antebrachialis
dextra, patella dextra, tibia dextra
…...
12. Tatalaksana
Membersihkan luka dengan antiseptic, irigasi dengan saline dan memberikan
anti nyeri dan antibiotic.

C. Perasaan terhadap kasus:


Perasaan saya saat menghadapi kasus ini mungkin cenderung kasihan dan prihatin
terhadap korban. Apalagi di era pandemic seperti ini yang orang cukup ragu dan
berfikir ulang untuk segera menolong orang lain. Bahkan korban pun mungkin ada
perasaan enggan juga berdekatan dengan orang.

D. Evaluasi Kasus:
● Sisi positif
Masyarakat turut andil menolong korban dengan cepat, dan memperlancar
kemacetan yang terjadi.
● Sisi negative
Mungkin kurangnya edukasi dan kecenderungan bergerak cepat masyarakat,
secara tidak sadar tempat kejadian perkara sudah tidak steril, tidak sesuai
dengan awal kejadian yang dimana bisa saja menghapus suatu bukti properti
penting di TKP. Mungkin saja bisa memperparah keadaan korban saat
diangkut.
E. Analisis kasus:
● Pada kasus ini belum dilakukan pemeriksaan penunjang apapun. Korban disarankan
untuk melakukan serangkaian pemeriksaan seperti Xray rontgen, darah rutin dan
toksikologi (alkohol/NAPZA) untuk dapat mendeterminasi etiologi dari kecelakaan
apakah murni kecelakaan atau dikarena efek dari zat tersebut.
● Keracunan alkohol menyebabkan penurunan daya reaksi/kecepatan, kemampuan
untuk menduga jarak, keterampilan mengemudi, sehingga cenderung menimbulkan
kecelakaan lalu lintas jalan, pabrik, dan lain sebagainya.
● Berikut adalah kadar BAC dan efeknya:
o 30-50 mg% → Timbul penciutan lapang pandangan dan penurunan ketajaman
penglihatan. Keterampilan mengemudi mulai turun, lebih jelas pada 150 mg%
o 80 mg% → Gangguan penglihatan 3 dimensi, kedalaman pandangan,
gangguan pendengaran serta menurunnya kemampuan pemusatan perhatian,
konsentrasi, asosiasi dan analisa.
o 200 mg% → Gangguan banyak bicara, refleks menurun, inkoordinasi otot-
otot kecil, nistagmus dan sering terdapat pelebaran pembuluh darah kecil
o 250-300 mg% → Penglihatan kabur, tidak dapat mengenali warna,
konjungtiva merah, dilatasi pupil, diplopia, sukar memusatkan pandangan,
nistagmus. Bila kadar tambah meningkat timbul : tremor tangan dan bibir,
bicara kacau, keterampilan menurun, inkoordinasi otot dan otot tonus muka
menghilang
o 400-500 mg% → Aktivitas tonus otot menghilang sama sekali, timbul stupor
atau koma, pernafasan perlahan dan dangkal, suhu tubuh menurun
● Teknik modifikasi mikrodifusi (Conway):
o Letakkan 2 ml reagen Antie ke dalam ruang tengah.
o Reagen Antie dibuat dengan melarutkan 3.70 gram Kalium Dikromat ke
dalam 150 ml air.
o Tambahkan 280 ml Asam Sulfat dan terus diaduk.
o Encerkan dengan 500 ml akuades.
o Sebarkan 1 ml darah atau urin yang akan diperiksan dalam ruang sebelah luar
dan masukkan 1 ml Kalium Karbonat jenuh dalam ruang sebelah luar pada sisi
berlawanan.
o Tutup sel mikrodifusi, goyangkan dengan hati-hati supaya darah atau urin
bercampur dengan larutan Kalium Karbonat.
o Biarkan terjadi difusi selama 1 jam pada temperatur ruang.
o Angkat tutup dan amati perubahan warna pada reagen Antie
o Warna kuning kenari menunjukkan hasil negatif. Perubahan warna kuning
kehijauan menunjukkan kada etanol sekitar 80 mg%, sedangkan warna hijau
kekuningan sekitar 300 mg%
● Diagnosis pasti dengan pemeriksaan kuantitatif kadar alkohol darah sedangkan kadar
alkohol dari udara ekspirasi dan urin merupakan pilihan kedua
● Narkotika adalah setiap obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menyebabkan suatu keadaan stupor
● Untuk pemeriksaan toksikologi narkoba, sample biologis dapat diambil dari tubuh
korban seperti dari urin, cairan empedu, 5-10 cm daerah tempat suntikan dan darah
korban. Jika korban menggunakan cara sniffing maka lendir dari hidung juga dapat
diambil
o Uji Nalorfin dimana jika korban diberikan 3 mg nalorfin, maka akan
memberikan efek midriasis dan gejala putus obat lainnya (menggigil, mual,
kehilangan nafsu makan, kelelahan, insomnia, hiperhidrosis, lakrimasi,
muntah, diare, dilatasi pupil)
o Analisa urin dengan TLC (Kromatografi Lapis Tipis)
o Uji Marquis dimana reagen dapat dibuat dari 3 ml asam sulfat pekat ditambah
2 tetes formaldehida 40%. Setelah itu dilihat perubahan warna. Pada umumnya
narkotika akan memberikan reaksi warna ungu.
o Uji mikrokristal dimana 1 tetes larutan narkotika ditambah reagen, kemudian
dilihat dengan mikroskop kristal apa yang terbentuk.
● Apabila setelah dilakukan pemeriksaan toksikologi terdapat zat yang berpengaruh
dalam kemampuan korban berkendara, maka korban dapat dijerat oleh hukum.

F. Kesimpulan
Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, salah satunya
adalah penurunan konsentrasi berkendara karena kelelahan, terganggu aktifitas
sesuatu (seperti bermain handphone saat berkendara), pengaruh alkohol, obat-obatan,
atau NAPZA. Oleh karena itu diperlukan skrining toksikologi untuk mengeliminasi
etiologi tersebut.

G. Referensi
Budiyanto A. Widiatmaka W, Sudiano S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian
Kedokteran Forensik: Universitas Indonesia. 1997.

Anda mungkin juga menyukai