I. FARMAKODINAMIK
Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula kerja dan
lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa
Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat
kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden ansa henle, karena
itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun. Penghambatan enzim Na+-K+ ATPase,
Penghambatan atau pemindahan siklik-AMP.
II. FARMAKOKINETIK
Sucralfate hanya sedikit yang diabsorbsi dari saluran gastrointestinal setelah
pemberian oral. Namun begitu, disana mungkin terjadi pelepasan beberapa ion-ion
dari aluminium dan sulfate sucrosa; jumlah yang sedikit dari sulfate sucrosa
dimungkinkan karena absorbsi dan ekskresi, terutama dalam urin; juga terdapat
kemungkinan terjadinya absorbsi aluminium.
Absorbsi : Sucralfate diabsorbsi dalam jumlah kecil dari saluran gastrointestinal
setelah pemberian oral; obat diabsorbsi sebagai sulfate sukrosa. Absorbsi yang kecil
mungkin merupakan hasil dari polaritas yang tinggi dan kelarutan yang rendah dari
obat dalam saluran gastrointestinal. Percobaan pada hewan mengindikasikan hanya
3-5% dari dosis oral dari sulfate sukrosa yang mencapai sirkulasi sistemik sebagai
sulfate sukrosa. Berdasarkan administrasi oral dari dosis ganda obat (200mg/kg
sehari) pada hewan, sucrosa sulfate tidak terakumulasi dalam plasma.
Distribusi : distribusi dari sucralfate dalam cairan dan jaringan tubuh manusia
berikut absorbsi sistemik tidak dapat ditentukan. AVD sucrosa sulfat ditentukan
pada hewan dan dilaporkan kira-kira 20% dari berat badan. Berikut administrasi
oral sucralfate pada hewan, obat hanya sedikit yang didistribusikan ke dalam
jaringan. Kira-kira 95% dosis sisa dalam GIT, dengan jumlah yang sedikit
kemudian didistribusikan dalam hati, ginjal, otot skeletal, jaringan adiposa dan
kulit.
Eliminasi : berikut administrasi IV dari sulfate suckrosa , plasma konsentrasi
menurun secara cepat dan menunjukkan eliminasi orde pertama. Pada hewan, t1/2
eliminasi dari sucrosa sulfat berkisar dari 6-20 jam.
FUROSEMIDE
I. FARMAKODINAMIK
Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium
pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa
klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan
untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal
ginjal. Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat
ini.
Bekerja menghambat reabsorbsi ion-ion Na, Cl dan peningkatan ekskresi ion K,
Ca, Mg pada Loop Henle sehingga efeknya lebih kuat. Termasuk dalam kelompok
ini adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk
diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang
memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat masih
tergolong derivat sulfonamid.
II. FARMAKOKINETIK
Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak
berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%.
Diuretic kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi
di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organic di
tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa
sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein.
Sebagian lagi diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi
dengan cara yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira
50% bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.
III. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
a. Indikasi : dem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan pada
udem pulmonari akut dan udem otak yang diharapkan mendapat onset diuresis
yang kuat dan cepat.
b. Kontraindikasi : gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma hepatik,
defisiensi elektrolit, hipovolemia, hipersensitivitas.
c.
IV. DOSIS OBAT
a. Oral: Udem. Dewasa, dosis awal 40 mg pada pagi hari, penunjang 20-40 mg
sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem yang resistensi. Anak, 1-3
mg/kg BB sehari, maksimal 40 mg sehari. Oliguria. Dosis awal 250 mg sehari.
Jika diperlukan dosis lebih besar, tingkatkan bertahap dengan 250 mg, dapat
diberikan setiap 4-6 jam sampai maksimal dosis tunggal 2 g (jarang digunakan).
b. Injeksi intravena atau intramuskular: Udem. Dewasa >15 tahun, dosis awal
20-40 mg, dosis dapat ditingkatkan sebesar 20 mg tiap interval 2 jam hingga
efek tercapai. Dosis individual diberikan 1-2 kali sehari. Pemberian injeksi
intravena harus perlahan dengan kecepatan tidak melebihi 4 mg/menit.
Pemberian secara intramuskular hanya dilakukan bila pemberian oral dan
intravena tidak memungkinkan. Intramuskular tidak untuk kondisi akut seperti
udem pulmonari. Udem pulmonari akut. Dosis awal 40 mg secara intravena.
Jika tidak mendapatkan respons yang diharapkan selama 1 jam, dosis dapat
ditingkatkan hingga 80 mg secara intravena lambat. Udem otak. Injeksi
intravena 20-40 mg 3 kali sehari. Diuresis mendesak.Dosis 20-40 mg diberikan
bersama infus cairan elektrolit. Bayi dan anak <15 tahun, pemberian secara
parenteral hanya dilakukan bila keadaan mendesak atau mengancam jiwa (1
mg/kg BB hingga maksimum 20 mg/hari).
V. SEDIAAN OBAT
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat suntikan.
Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB,
bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada
furosemid. Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan.
Sangat umum: gangguan elektrolit, dehidrasi, hipovolemia, hipotensi,
peningkatan kreatinin darah. Umum:hemokonsentrasi, hiponatremia, hipokloremia,
hipokalemia, peningkatan kolesterol darah, peningkatan asam urat darah, gout,
enselopati hepatik pada pasien dengan penurunan fungsi hati, peningkatan volume
urin.
Tidak umum: trombositopenia, reaksi alergi pada kulit dan membran mukus,
penurunan toleransi glukosa dan hiperglikemia, gangguan pendengaran, mual,
pruritus, urtikaria, ruam, dermatitis bulosa, eritema multiformis, pemfigoid,
dermatitis eksfoliatif, purpura, fotosensitivitas.
Jarang: eosinofilia, leukositopenia, anafilaksis berat dan reaksi anafilaktoid,
parestesia, vakulitis, muntah, diare, nefritis tubulointerstisial, demam.
Sangat jarang: anemia hemolitik, anemia aplastik, agranulositosis, tinnitus,
pankreatitis akut, kolestasis intrahepatik, peningkatan transaminase.
Tidak diketahui frekuensinya: hipokalsemia, hipomagnesemia, alkalosis
metabolik, trombosis, sindroma Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik,
pustulosis eksantema generalisata akut (Acute Generalized Exanthematous
Pustulosis/AGEP), reaksi obat dengan eosinofilia dan gejala sistemik (Drug
Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptom/DRESS), peningkatan natrium
urin, peningkatan klorida urin, peningkatan urea darah, gejala gangguan fungsi
mikturisi, nefrokalsinosis dan/atau nefrolitiasis pada bayi prematur, gagal ginjal,
peningkatan risiko persistent ductus arteriosus pada bayi prematur usia seminggu,
nyeri lokal pada area injeksi.