Anda di halaman 1dari 41

REFERAT

GAMBARAN RADIOLOGI AKUT ABDOMEN PADA ANAK

Disusun oleh:
Fegita Finna Manopo
1765050393

Pembimbing:
dr. Gregorius Septayudha S, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


PERIODE 20 JANUARI – 22 FEBRUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
dengan judul “Gambaran Radiologi Akut Abdomen Pada Anak” sebagai rangkaian
kegiatan Kepaniteraan Klinik di Bagian kepanitraan klinik Radiologi Periode 20
Januari – 22 Februari 2020 di RSU UKI.
Dalam penulisan referat ini, penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan
penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan penulisan referat berikutnya.

Jakarta, 14 Februari 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa
inflamasi dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik dan perdarahan. Sebagian
kelainan disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan
perforasi saluran cerna atau perdarahan1. Akut abdomen merupakan sebuah
teminologi yang menunjukan adanya keadaan kedarurat dalam abdomen yang dapat
berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Istilah akut
abdomen merupakan tanda dan gejala yang disebabkan penyakit intra abdominal
dan biasanya memerlukan tindakan pembedahan. Banyak penyakit yang
menimbulkan gejala di perut, namun beberapa diantaranya tidak memerlukan
tindakan pembedahan, sehingga evaluasi pasien dengan nyeri abdomen
memerlukan keputusan yang tepat terkait dengan waktu tentang perlunya
melakukan operasi pembedahan. Keputusan ini tidak hanya membutuhkan evaluasi
dan riwayat pasien beserta pemeriksaan fisik, melainkan peranan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan tes pencitraan sangatlah
bermakna2.
Nyeri perut pada anak sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Kadang- kadang timbulya mendadak, tetapi sering pula perlahan-lahan. Rasa
nyerinya dapat bervariasi dari yang paling ringan sampai yang paling berat,
dapat terlokalisir di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke
tempat lain. Rasa nyeri dapat pula nyeri tumpul (seperti di tusuk-tusuk) dan dapat
pula seperti dililit-lilit yang tidak jarang menyebabkan penderita berguling-
guling. Penyebab nyeri perut dapat bermacam-macam mulai dari yang berasal
dalam perut sendiri maupun di luar perut 2.

3
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari referat ini adalah penulis mampu memahami penyakit akut
abdomen pada anak secara menyeluruh.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari referat ini yaitu :
a) Penulis mampu memahami definisi akut abdomen
b) Penulis mampu memahami epidemiologi akut abdomen
c) Penulis mampu memahami etiologi akut abdomen
d) Penulis mampu memahami manifestasi klinis akut abdomen
e) Penulis mampu memahami patogenesis akut abdomen
f) Penulis mampu memahami diagnosis menggunakan penunjang radiologis
akut abdomen
g) Penulis mampu memahami penatalaksanaan akut abdomen

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI AKUT ABDOMEN

Akut abdomen merupakan sebuah teminologi yang menunjukan adanya


keadaan kegawatdaruratan dalam abdomen yang dapat berakhir dengan
kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Istilah akut abdomen
merupakan tanda dan gejala yang disebabkan penyakit intra abdominal dan
biasanya memerlukan tindakan pembedahan. Banyak penyakit yang
menimbulkan gejala di perut, namun beberapa diantaranya tidak memerlukan
tindakan pembedahan, sehingga evaluasi pasien dengan nyeri abdomen
memerlukan keputusan yang tepat terkait dengan waktu tentang perlunya
melakukan operasi pembedahan. Keputusan ini tidak hanya membutuhkan
evaluasi dan riwayat pasien beserta pemeriksaan fisik, melainkan peranan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lanoratorium dan tes pencitraan
sangatlah bermakna2,4.

2.2 EPIDEMIOLOGI AKUT ABDOMEN

Sakit perut biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara
frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun. Apley menemukan bahwa nyeri perut
terjadi pada 10-12% anak laki-laki usia 5-10 tahun dan menurun setelah usia itu.
Anak perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak
laki-laki, perbandingannya perempuan bading laki-laki adalah 5:3. Sakit perut
ini jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun3.
Dalam kasus nontraumatic dari akut abdomen di bawah usia 1 tahun,
bedah yang paling umum etiologi dilaporkan mengalami hernia inguinalis
(45,1%), diikuti oleh intususepsi (41,9%). Etiologi ini jarang terjadi pada anak
usia sekolah dan remaja. Pada anak-anak di atas 1 tahun, penyebab paling umum
dari diagnosis bedah akut telah dilaporkan adalah appendicitis akut (64,0%),
hernia yang dikurung (7,5%), trauma (16,3%), intususepsi (6,3%), obstruksi

5
usus ( 1,3%), dan torsi ovarium (1,3%)5.

2.3 ETIOLOGI AKUT ABDOMEN

Tabel 1. Penyebab Nyeri Akut Abdomen Pada Anak6


Gastrointestinal Genitourinary Liver, spleen, Metabolic
causes causes and biliary disorders
tract disorders
 Gastroenteritis  Urinary tract  Hepatitis  Diabetic
 Appendicitis infection  Cholecystitis ketoacidosis
 Mesenteric  Urinary calculi  Cholelithiasis  Hypoglycemia
lymphadenitis  Dysmenorrhea  Splenic  Porphyria
 Constipation  Mittelschmerz infarction  Acute adrenal
 Abdominal trauma  Pelvic  Rupture of the insufficiency
 Intestinal inflammatory spleen
obstruction disease  Pancreatitis
 Peritonitis  Threatened
 Food poisoning abortion
 Peptic ulcer  Ectopic pregnancy
 Meckel’s  Ovarian/testicular
diverticulum torsion
 Inflammatory  Endometriosis
bowel disease  Hematocolpos
 Lactose intolerance
Drugs and toxins Pulmonary causes Hematologic Miscellaneous
disorders
 Erythromycin  Pneumonia  Sickle cell  Infantile colic
 Salicylates  Diaphragmatic anemia  Functional pain
 Lead poisoning pleurisy  Henoch-  Pharyngitis
 Venoms Schönlein  Angioneurotic
purpura edema
 Hemolytic  Familial
uremic Mediterranean
syndrome fever

6
1. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang bisa disebabkan oleh
bakteri atau reaksi kimiawi.
a. Peritonitis bakterial
Peritonitis bakterial bisa bersifat primer, sekunder, tersier, atau spontan.
Peritonitis bacterial terjadi alibat infeksi primer pada orang sehat tanpa adanya
riwayat trauma atau tindakan pembedahan. Biasanya disebabakan oleh kuman
Streptokokus.
 Peritonitis bakterial primer lebih banyak terjadi pada anak-anak dan wanita
dewasa.
 Peritonitis bakterial sekunder merupakan proses infeksi dan peradangan
peritoneum akibat translokasi bakteri ke rongga peritoneum dari suatu perforasi
isi saluran cerna atau kontaminasi dari luar misalnya pada trauma tembus
abdomen.
 Peritonitis bacterial tersier timbul jika infeksi masih ada setelah pasien
mendapat terapi infeksi untuk peritonitis bacterial sekunder 1.

b. Peritonitis Kimiawi
Peritonitis kimiawi adalah peritonitis yang disebabkan langsung oleh zat
kimia. Contohnya stadium awal ulkus duodenum, ekstravasasi urin yang tidak
terinfeksi ( trauma buli), ekstravasasi cairan bilier ( setelah operasi bilier). Bili
tatalaksana kondisi ini terlambat, dapat terjadi infeksi sekunder 1.

2. Obstruksi Usus
Ileus atau gangguan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen
usus ( ileus obstruksi/ obstruksi usus mekanik) atau oleh gangguan peristaltik (ileus
paralitik). Hernia inkaserata merupakan penyebab ileus obstruksi paling sering,
sedangkan peritonitis merupakan penyebab ileus paralitik paling sering. Ileus
obstruksi yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi akibat adanya pita (band),
dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh
7
akskariasis dan tumor terutama pada kolon kiri dan rectosigmoid adalah obstruksi
sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.
Pada anak, invaginasi merupakan penyebab obstruksi tersering, sedangkan
pada bayi dan bayi baru lahir, kelainan kongenital, feses yang keras, volvulus
merupakan penyebab tersering.
Pada obstruksi usus, awalnya terjadi dehidrasi akibat gangguan absorbsi isi
lumen usus yang bisa berkembang menjadi syok. Keadaan pasien akan makin berat
akibat terserapnya toksin bakteri ke sirkulasi sistemik yang menyebabkan
terjadinya bakteremia dan sepsis.
Obstruksi usus halus sering menimbulkan nyeri kolik dengan muntah hebat, distensi
perut, dan peningkatan bising usus. Pada penderita demikian harus diperhatikan
kemungkinan adanya hernia strangulata. Muntah lebih menonjol pada obstruksi
tinggi. Volvulus usus halus jarang ditemukan; biasanya pada anamnesis didapatkan
nyeri yang bermula akut, tidak berlangsung lama, menetap, disertai muntah hebat,
dan pada palpasi teraba massa yang nyeri dan bertambah besar. Biasanya penderita
jatuh ke dalam syok. Invaginasi lazim di temukan pada bayi dengan serangan nyeri
kolik dan defekasi berlendir-darah. Massa yang mudah digerakkan mulanya
ditemukan di kanan lalu berpindah ke kiri melalui epigastrium
Ileus obstruksi usus besar besar biasanya menyebabkan serangan kolik yang
tidak terlalu hebat. Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas. Penderita
tidak dapat defekasi atau flatus, dan bila penyebabnya volvulus sigmoid, perut dapat
besar sekali. Bila pada colok dubur teraba massa di rektum atau terdapat darah dan
lendir, hal itu membantu diagnosis kemungkinan karsinoma rektum1.

3. Perforasi
Perforasi tukak peptic khas ditandai dengan perangsangan peritoneum yang
mulai di epigastrium dan meluas ke seluruh peritoneum akibat peritonitis
generalisata. Perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam
selama kurang lebih dua minggu disertai nyeri kepala, batuk, dan malaise yang
disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum
merosot1.

8
4. Trauma
Trauma dapat mengakibatkan pecahnya organ perut dengan perdarahan dan
perforasi usus. Oleh sebab itu, pemeriksaan korban trauma perut harus dilakukan
dengan cermat disertai anamnesis tentang arah trauma. Trauma abdomen dapat
menyebabkan kerusakan pada organ padat, seperti hati dan limpa. Adanya darah
dalam rongga perut menyebabkan rangsangan peritoneum dan nyeri, yang dapat
berlanjut menjadi anemia hemoragik dan syok hemoragik 1.

2.4 PATOGENESIS

Nyeri perut dapat diklasifikasikan sebagai visceral, somatoparietal, dan


nyeri rujukan menurut sifat reseptor nyeri yang terlibat. Menariknya, sebagian besar
nyeri perut dikaitkan dengan reseptor nyeri visceral.
Reseptor nyeri visceral terletak di permukaan serosa, di mesenterium, di dalam otot
usus, dan mukosa organ berongga. Reseptor rasa sakit ini menanggapi rangsangan
mekanik dan kimia, seperti peregangan, ketegangan, dan iskemia. Karena serat
nyeri visceral adalah serat C yang tidak ada mielin, dan masuk ke medula spinalis
secara bilateral pada beberapa level, nyeri viseral biasanya tumpul, tidak
terlokalisasi, dan dirasakan di garis tengah. Selain itu, ada tiga area nyeri yang luas
dengan asosiasi anatomi. Rasa sakit berasal dari struktur foregut (mis.esofagus
bagian bawah, lambung) dirasakan di daerah epigastrium, rasa sakit dari struktur
midgut (mis., usus halus) terasa di daerah periumbilikal, dan rasa sakit dari struktur
hindgut (mis., usus besar) terasa di perut bagian bawah. Reseptor nyeri
somatoparietal terletak di peritoneum parietal, otot, dan kulit. Rasa sakit akibat
peradangan, peregangan, atau robeknya peritoneum parietal ditularkan melalui
serat A-δ myelinated ke ganglia akar dorsal spesifik. Nyeri somatoparietal ditandai
dengan rasa tajam, lebih banyak, lebih intens, dan lebih lokal. Gerakan dapat
memperburuk rasa sakit; dengan demikian, anak akan biasanya diam. Nyeri alih
terlokalisasi dengan baik tetapi terasa di area jauh dari dermatom kulit yang sama
dengan organ yang terkena. Nyeri alih adalah hasil dari tingkat medula spinalis

9
untuk neuron aferen dari situs yang berbeda. Misalnya, kondisi peradangan yang
memengaruhi diafragma dapat dirasakan sebagai nyeri pada bahu atau area leher
bawah7.

2.5 PENYAKIT-PENYAKIT AKUT ABDOMEN PADA ANAK

1. ILEUS OBSTRUKSI
a. Ileus Obstruksi Letak Tinggi
1) Atresia Gaster8
Atresia gaster merupakan malformasi akibat kelainan lain, seperti
heterotaxia syndrome(abnormal left-right asymmetry) dengan asplenia.
 Etiologi : diduga terkait dengan oklusi vascular intrauterine dan beberapa
ahli juga menyatakan adanya kegagalan proses kanalisasi usus.
 Tanda dan gejala : muntah (non-bilier) dan distensi abdomen beberapa jam
setelah lahir.
Karakteristik dari gambaran Radiologi dari Mikrogastria :
Distensi esophagus dan midline abdomen yang kecil.
Tampak dilatasi abdomen akibat gas yang mengisi rongga abdomen tanpa adanya
udara pada bagian distal usus.
“Single bubble sign”

Gambar 1. Single bubble sign


10
2) Atresia Duodenum8
Obstruksi duodenum komplit biasanya disebabkan oleh atresia duodenum
yang diakibatkan oleh kelainan kongenital dari rekanalisasi yang terjadi pada
minggu ke 9-11 dari usia kehamilan. Atresia duodenum biasanya dikaitkan dengan
VACTERL (vertebral, anorectal, cardiac, tracheoesophageal, renal and limb
anomalies)
 Lokasi paling sering : pada bagian postampullary, jadi bisa ditemukan
muntah bilier.
 Tanda dan gejala : muntah pada 7 jam pertama kehidupan.
 Gambaran Radiologi : Dilatasi abdomen yang terisi gas, ”double bubble
sign”.
Gambaran radiologi

Gambar 2 - Atresia duodenum pada bayi perempuan baru lahir dengan gejala
muntah dan perut kembung.
A, foto polos perut menunjukkan perut buncit (S) dan duodenal bulb (D) yang diisi
oleh gas, menghasilkan “doube bubble sign.”
B, Prenatal transverse ultrasound image menunjukkan perut buncit berisi cairan
(S) dan duodenal bulb (D), yang menghasilkan tanda double bubble sign pada USG
prenatal.

11
3) Stenosis duodenum8
Obstruksi parsial duodenum biasanya disebabkan oleh stenosis duodenum
dengan atau tanpa annular pancreas.
 Tanda dan gejala : distensi gastroduodenal, adanya udara pada bagian distal
sampai ke proksimal duodenum.

Gambar 3 - Stenosis duodenum pada bayi perempuan berusia 4 hari dengan


gejala muntah dan perut kembung.
A, Rontgen perut menunjukkan distensi lambung yang parah (S) dan duodenal bulb
(D).
B, , Delayed abdominal radiograph dari upper gastrointestinal study menunjukkan
perut terisi barium (S) dan duodenum yang terdistensi (D). Trickles of barium
(panah) perlahan-lahan berkembang menjadi bagian usus yang lebih jauh.

Gambar. 4 - Stenosis duodenum pada bayi perempuan berusia 3 bulan dengan


muntah yang semakin memburuk dan distensi abdomen.
Gambar dari upper gastrointestinal study menunjukkan duodenal bulb (D) terisi
penuh barium. Barium melewati segmen stenotik (panah) duodenum ke bagian
usus yang lebih jauh.

12
4) Atresia dan stenosis jejunum8
Obstruksi dari jejenum biasanya disebabkan oleh atresia atau stenosis pada
neonates. Hal ini disebabkan akibat iskemik intrauterine selama kehamilan.
 Tanda dan gejala : Muntah bilier dan distensi abdomen.
 Gambaran Radiologi : dilatasi beberapa lengkung usus, “triple bubble sign”

Gambar 5 - Jejunal atresia pada bayi perempuan dengan diagnosis prenatal


obstruksi usus dan muntah.
A, Rontgen perut menunjukkan pelebaran lambung (S), duodenum (D), dan
jejunum (J) yang parah, menghasilkan "triple bubble sign." Perhatikan kurangnya
udara usus bagian distal.
B, Gambar dari kontras enema menunjukkan mikrokolon (panah lurus) dan ileum
(panah melengkung), serta jejunum yang sangat melebar (J).

b. Ileus Obstruksi Letak Rendah


 Usus Halus
1) Atresia ileal8
Obstruksi ileus yang paling sering terjadi pada neonates yang disebabkan oleh
iskemik intrauterine.
 Gejala : biasanya muntah bilier dan distensi abdomen.
 Gambaran radiologi : dilatasi beberapa lengkung usus.

13
Gambar. 6 — Ileal atresia pada bayi laki-laki berusia 2 hari dengan muntah
yang semakin memburuk dan distensi abdomen.
A, Foto perut menunjukkan beberapa loop usus yang terdistensi (panah).
Perhatikan kurangnya udara usus pada bagian distal.
B, Gambar dari studi enema kontras menunjukkan usus penuh kontras berakhir di
dekat ileum distal (panah lurus). Ada beberapa loop usus kecil berdistensi berisi
udara (panah melengkung).

2) Meconium ileus8
Disebabkan oleh obstruksi intralumen dari kolon dan distal usus halus.
Kondisi ini dapat diperburuk dengan volvulus, perforasi maupun peritonitis.
 Gambaran radiologi : obstruksi usus letak rendah yang ditandai dengan
dilatasi lengkung usus.

14
Gambar 7 — Meconium ileus pada bayi perempuan berusia 3 hari yang gagal
mengeluarkan mekonium.
A, Foto abdomen menunjukkan beberapa dilatasi usus.
B, Gambar dari kontras enema menunjukkan sejumlah besar concretions meconium
di ileum terminal yang sangat terdistensi (panah lurus) dan usus besar (panah
melengkung).

 Usus Besar
1) Functional immaturity of the colon (meconium plug or small left colon
syndrome) -> obstruksi ringan pada neonates8.
Hal ini disebabkan karena immaturitas dari sel ganglion colonic (myentric nerve
plexus). Kelainan ini paling sering ditemukan pada neonates yang tidak berhasil
mengeluarkan meconium dalam 48 jam.
 Gambaran radiologi : dilatasi multipel lengkung usus.
Pada pemeriksaan barium enema : multiple filling fect

Gambar 8 — Ketidakmatangan fungsional usus pada bayi baru lahir yang


gagal mengeluarkan mekonium dan mengalami distensi abdomen.
A, Foto perut menunjukkan beberapa dilatasi usus.
B, Kontras enema menunjukkan bahwa kolon kiri kecil (panah), sedangkan sisa
kolon (C) dan rektum (R) berukuran normal.

15
2) Hirschsprung Disease8
Disebabkan oleh kegagalan migrasi ganglion ke distal usus sebelum 12
minggu kehamilan.
 Gambaran radiologi : dilatasi multiple lengkung usus.
Contrast enema : transition zone of rectal narrowing, irregular rectal contractions,
retained contrast material on delayed radiographs.

Gambar 9 — Penyakit Hirschsprung pada bayi laki-laki 2 hari yang gagal


mengeluarkan mekonium dan mengalami distensi abdomen.

16
A, Foto polos abdomen menunjukkan beberapa loop usus melebar dan kurangnya
udara di daerah rektum.
B, Gambar dari kontras enema menunjukkan area penyempitan dubur (panah).
Perhatikan bahwa ukuran kolon sigmoid (SC) lebih besar dari ukuran dubur (R).
C, Gambar dari studi enema kontras menunjukkan kontraksi dubur tidak teratur
(panah lurus). Catat beberapa putaran usus kecil terdistensi (panah melengkung).
SC = sigmoid colon.
D, rontgen abdomen tertunda yang diperoleh 24 jam setelah studi enema kontras
menunjukkan bahan kontras yang tertahan dalam beberapa loop usus yang melebar
(panah).

3) Atresia colon8
Salah satu kejadian yang jarang ditemukan pada obstruksi usus. Hal ini
disebabkan oleh iskemik intravascular. Neonatus dengan atresia colon biasanya
datang dengan dilatasi multiple lengkung usus, multiple air fluid level, dan tidak
ditemukannya udara pada rectum.
Contrast enema : unused colon (microcolon)

Gambar. 10 — Atresia kolon pada bayi baru lahir dengan distensi abdomen
hebat.

17
A, Rontgen abdomen menunjukkan beberapa loop usus yang terdistensi dengan
yang terdistensi tidak proporsional (C).
B, Gambar dari studi enema kontras menunjukkan usus distal kecil (panah) dan loop
usus distensi (C) yang tidak proporsional, yang mewakili aspek paling distal dari
atresia kolon.

4) Anal Atresia dan Malformasi Anorectal8


Biasa disebut sebagai imperforate anus, merupakan keadaan dimana tidak
ditemukannya lubang dari anus tanpa diketahui penyebabnya. Kejadian ini juga
diasosiasikan dengan VACTERL.
Digolongkan menjadi lesi high dan low, tergantung dimana akhir dari rectum.
 Tanda dan Gejala : obstruksi ditandai dengan kegagalan untuk
mengeluarkan meconium dan distensi abdomen.
 Gambaran radiologi : untuk menentukan letak akhir dari rectum dan untuk
menentukan tindakan bedah yang harus dilakukan.

Gambar. 11 - Atresia dubur pada bayi baru lahir dengan distensi abdomen
dan atresia dubur terdeteksi pada pemeriksaan fisik.
A, Radiografi abdomen frontal menunjukkan beberapa loop usus terdistensi.
B, gambar ultrasonografi longitudinal melalui perineum menunjukkan kantung
rektum penutup buta yang diisi cairan (panah). BL = kandung kemih

18
c. Penyebab Ileus Obstruksi Lainnya

1. Intususepsi11,12

Intususepsi adalah proses dimana suatu segmen usus bagian proksimal


masuk ke dalam lumen usus bagian distalnya sehingga menyebabkan obstruksi
usus dan dapat berakhir dengan strangulasi. Umumnya bagian yang proksimal
(intususeptum) masuk ke bagian distal (intussussipien).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Meskipun hasil laboratorium tidak spesifik untuk menegakkan diagnosis
intususepsi, sebagai proses dari progresivitas, akan didapatkan abnormalitas
elektrolit yang berhubungan dengan dehidrasi, anemia dan atau peningkatan
jumlah leukosit (leukositosis >10.000/mm3).
Pemeriksaan Radiologi
 Foto polos abdomen

Didapatkan distribusi udara di dalam usus tidak merata, usus terdesak ke


kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda-tanda obstruksi usus dengan gambaran “air
fluid level”. Dapat terlihat “free air” bila terjadi perforasi.
Literatur lain menyebutkan bahwa foto polos hanya memiliki akurasi diagnostik
45% untuk menegakkan diagnosis intususepsi sehingga penggunaannya tidak
diindikasikan jika ada fasilitas USG.

19
Gambar 12. Radiografi bayi berusia 11 bulan dengan Intususepsi.

A, pada supine menunjukkan kekurangan gas di bagian kanan perut dan feses di
usus tranversus proksimal.

B, pada LLD menunjukan sigmoid colon di bagian kanan perut meluas ke tepi
hati. Namun, colon transversal tampak ada gas dan penyebaran gas terganggu
sebelum mencapai colon asenden.

 Barium enema
Dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis
dikerjakan bila gejala-gejala klinik meragukan. Pada barium enema akan
tampak gambaran cupping, coiled spring appearance.

Gambar 13. Gambaran intususepsi dengan menggunakan kontras barium enema

20
 Ultrasonografi Abdomen

Intususepsi biasanya ditemukan di sisi kanan abdomen.

Gambar 14. Pada tampilan transversal USG, tampak konfigurasi


usus berbentuk ‘target’ atau ‘donat’ yang terdiri dari dua cincin
echogenisitas rendah yang dipisahkan oleh cincin hiperekoik, tidak ada
gerakan pada donat tersebut dan ketebalan tepi lebih dari 0,6 cm. Ketebalan
tepi luar lebih dari 1,6 cm menunjukkan perlunya intervensi pembedahan.
Pada tampilan logitudinal tampak pseudokidney sign yang timbul sebagai
tumpukan lapisan hipoekoik dan hiperekoik.
 CT Scan

Gambar 15. Intususepsi yang digambarkan pada CT scan


merupakan gambaran klasik seperti pada USG yaitu target sign. Intususepsi
temporer dari usus halus dapat terlihat pada CT maupun USG, dimana
sebagian besar kasus ini secara klinis tidak signifikan.

21
2. Hernia
1) Hernia Inguinal13
Risiko paling tinggi yang berhubungan dengan hernia adalah
apabila usus terperangkap di dalam kantung. Kondisi ini disebut sebagai
inkarserasi. Apabila dibiarkan inkarserasi, maka usus akan menjadi edema.
Tekanan yang meningkat dapat merusak aliran vena, dan menyebabkan
edema yang lebih parah, dimana hal ini dapat merusak aliran arteri ke usus
dan bisa saja sampai ke skrotum. Apabila perfusi dari usus terpengaruh,
timbul hernia strangulata. Hernia strangulata dapat menyebabkan perfusi
usus, peritonitis, sepsis, hingga kematian. Oleh karena hal tersebut, hernia
inkarserata atau strangulata termasuk kegawatdaruratan medis. Apabila
usus yang strangulasi itu dioperasi pada tahap dini, maka viabilitas dapat
dipertahankan, dan reseksi usus dapat dihindari.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang foto roentgen biasanya tidak diperlukan
untuk mendiagnosis hernia. Rontgen hanya diperlukan untuk hernia
interna, misalnya hernia diafragmatica. Sedangkan USG bisa digunakan
untuk menyingkirkan diagnosis massa yang berada di dalam dinding
abdomen atau untuk menyingkirkan diagnosis bengkaknya testis.
Jika dicurigai adanya hernia strangulata, maka bisa dilakukan pemeriksaan
radiologik berupa:
 Foto rontgen dada untuk menyingkirkan adanya gambaran udara
bebas (sangat jarang terjadi).
 Foto abdomen PA dan posisi supine untuk mendiagnosis obstruksi
VU untuk mengidentifikasi daerah diluar rongga abdomen.
 CT Scan atau USG bisa juga digunakan untuk penegakan 22iagnosis:
 Spigelian atau hernia obturator
 Pada pasien dengan bentuk tubuh yang kurang baik.

22
Gambar 16. Bayi laki-laki usia 3 bulan
Tampak loop usus yang melebar terpusat dengan loop usus yang terlihat menonjol
dengan proyeksi di daerah inguinal kiri.
Kesimpulan: Obstruksi usus disebabkan oleh hernia inguinalis kiri yang tidak
tereduksi.

2) Hernia Diafragmatika14
Hernia diafragma kongenital ditandai dengan derajat variabel hipoplasia
paru yang terkait dengan penurunan luas penampang pembuluh darah paru dan
perubahan sistem surfaktan.
• Pemeriksaan pada bayi dengan hernia diafragma kongenital meliputi temuan
berikut:
• Perut skafoid
• Dada berbentuk barel
• Distres pernapasan (retraksi, sianosis, pernapasan mendengus)
• Pada hernia posterolateral sisi kiri: Udara masuk yang buruk di sebelah kiri,
dengan pergeseran bunyi jantung di dada kanan; pada pasien dengan defek
berat, tanda-tanda pneumotoraks (masuknya udara buruk, perfusi buruk) juga
dapat ditemukan.

23
Gambar 17. Gambaran Radiografi
bayi berusia 1 hari dengan hernia
diafragma kongenital berukuran
sedang (CDH). Perhatikan loop usus
yang berisi udara dan cairan di dada
kiri, pergeseran mediastinum yang
moderat ke dada kanan, dan posisi
tabung orogastrik.

Gambar 18 . Gambaran anatomis dan radiologis CDH - Kerusakan diafragma


menyebabkan organ visceral abdomen herniasi ke dalam rongga toraks. Hernia sisi
kiri sering terjadi (85%) yang menyebabkan herniasi usus halus dan usus besar
bersama dengan organ intra-abdominal yang padat 15.
Foto rontgen dada dan perut pra-operasi menunjukkan loop udara dan cairan
di sisi kiri toraks dengan tabung endotrakeal di atas level vertebra torakal 4
didorong ke arah kanan yang menimbulkan pergeseran mediastinum.

24
3. Malrotasi8

Malrotasi menunjukkan abnormal atau rotasi inkomplit usus selama masa


perkembangan embrio. Dalam malrotasi, menyebabkan usus halus berisiko untuk
terkena “midgut volvulus” yang menyebabkan obstruksi mekanik dan oklusi arteri
dari pembuluh mesenterik.
 Tanda dan gejala : Muntah bilier
 Gambaran Radiologi: non-specific, dapat timbul gambaran normal, atau
menunjukkan gambaran obstruksi usus bagian proksimal, atau dilatasi
multiple dari usus. “corkscrew appearance” -> duodenum yang tidak
melewati garis tengah.

Gambar 20 — Malrotasi volvulus pada bayi laki-laki berusia 11 hari dengan


gejala muntah-muntah selama 1 hari.
A, Rontgen perut menunjukkan dilatasi tidak spesifik beberapa loop usus.
B, Gambar dari studi gastrointestinal atas menunjukkan perjalanan duodenum
(panah) yang abnormal, yang gagal melewati garis tengah dan memiliki penampilan
spiral (corkscrew), konsisten dengan malrotasi volvulus. S = perut

 VOLVULUS

Volvulus berasal dari bahasa latin volvo yang artinya bergelung. Volvulus

25
usus adalah kondisi terputarnya segmen usus terhadap usus itu sendiri,
mengelilingi mesenterium dari usus tersebut dimana mesenterium itu sebagai
aksis longitudinal sehingga menyebabkan obstruksi saluran pencernaan. Apabila
volvulus mengenai midgut maka disebut midgut volvulus. Midgut volvulus
melibatkan seluruh panjang usus halus dengan pengecualian bagian pertama dan
kedua dari duodenum.

Manifestasi klinis klasik dari midgut volvulus pada bayi baru lahir adalah
muntah hijau dengan atau tanpa distensi abdomen, tetapi gejala ini tidak identik
dengan diagnosis midgut volvulus. Setiap obstruksi distal ampula vateri dapat
menyebabkan muntah empedu, terutama pada bayi baru lahir. Selain muntah,
banyak pasien malrotasi termasuk banyak dengan volvulus, memiliki riwayat
yang normal dan tanpa temuan fisik yang abnormal.

Gambar 21. Temuan utama malrotasi midgut pada pemeriksaan


serial saluran gastrointestinal atas: posisi abnormal duodenojejunal juntion,
gambaran pembuka botol / corkscrew appearance atau berbentuk Z
duodenum distal dan jejunum proksimal, dan lokasi jejunum proksimal di
perut bagian kanan. Pada malrotasi, arah duodenum adalah anomali.
Duodenum distal gagal untuk memperpanjang ke kiri dan cranial
sebagaimana mestinya. Duodenojejunal juction kurang dapat ditentukan.
Pada kebanyakan anak dengan malrotasi, duodenum distal pada posisi
anterior pada proyeksi lateral sedangkan normalnya di posterior. Meskipun

26
posisi ke kanan dari jejunum proksimal merupakan temuan yang sering
dalam kasus malrotasi, temuan ini bukan penentu diagnostik malrotasi
tanpa adanya kelainan lainnya.

Gambar 22 . Tampak gambaran volvulus pada colon sigmoid membentuk


gambaran Coffee Bean sign

4. Meckel Diverticulum

Divertikulum Meckel merupakan suatu keadaan malformasi dari


traktus gastrointestinal dengan adanya persistensi dari duktus vitello-
intestinal omphalomesenterik yang gagal mengalami penutupan dan
absorpsi. Divertikulum Meckel merupakan yang sering ditemukan dari
spektrum anomali pada duktus omphalomesenterik, yang dapat disertai
dengan adanya fistula umbilikoileal, sinus umbilikal, kista umbilikal, dan
korda fibrosis yang menghubungakan ileum ke umbilikus10,15,16.

27
Gambar 23 . tampak adanya reflux ke
dalam usus kecil saat di berikan
kontras barium enema (panah hitam)
menunjukan mackel diverticulum
yang berasal dari usus kecil dekat
ileum terminalis.

Gambar 24 . Posisi AP : menunjukkan


beberapa dilatasi loop usus kecil dengan
gambaran air fluid-levels.

2. ILEUS PARALITIK
Ileus paralitik atau adynamic ileus dan atau yang disebut dengan pseudo-
obstruction adalah keadaan dimana usus gagal/tidak mampu melakukan kontraksi
peristaltik untuk menyalurkan isinya17.

28
Gambar 25 . Anak perempuan berusia 7 hari
Distribusi Gas: Ada kantong gas tersebar di beberapa area perut. Ada gas di usus kecil,
usus besar, dan dubur. Dilatasi usus: Ada pelebaran usus yang ringan,sebagian besar di
usus besar. Segmen usus yang melebar dikuadran kiri atas menunjukkan usus yang relatif
halusdinding. Namun, sebagian besar usus tidak menunjukkan hal ini.Dengan kata lain,
haustra dan plica sebagian besarusus terjaga dengan baik. Level Air-Fluid: Tidak Ada.
Pengaturan loop: Loop tidak diaturdalam pola yang teratur.Kesan: Ileus paralitik.

Gambar 26 . Anak perempuan berusia 3 hari


Distribusi Gas: Kehadiran gas secara umum di seluruh kuadran. Dilatasi usus: Derajat
dilatasi usus proporsional. Kuadran kanan bawah mungkin menunjukkan beberapa
dinding usus halus, tetapi ini mungkin hanya usus besar yang turun. Beberapa haustra di
segmen ini masih dipertahankan. Untuk sisa usus, haustra dan plicae baik-baik saja
29
diawetkan. Level Air-Fluid: Tidak Ada. Pengaturan loop: Pengaturan tidak teratur
menyerupai sekantung popcorn. Kesan: Ileus paralitik.

3. PERITONITIS
1) Peritonitis akibat meconium

Gambar 27 — Meconium peritonitis pada bayi laki-laki berusia 2 hari dengan


perforasi mekonium intrauterin yang disertai skrotum yang membesar dan
abdomen kaku.
Radiografi abdomen menunjukkan beberapa kalsifikasi peritoneum (panah lurus).
Perhatikan juga kalsifikasi (panah melengkung/ curved arrow) dalam skrotum8.

4. PERFORASI18,19,20,21
1) Pneumoperitoneum
Pneumoperitoneum adalah adanya udara atau gas di dalam rongga
peritoneum. Penyebab pneumoperitoneum pada anak-anak adalah perforasi
(necrotizing enterocolitis, meconium ileus dan efek iatrogenik seperti post
intubasi atau ventilasi mekanik. Pada neonatus, penyebab yang paling
mungkin perforasi lambung sekunder enterocolitis necrotizing atau
obstruksi usus. Pneumoperitoneum pada neonatus, umumnya merupakan
keadaan darurat bedah akut yang memiliki implikasi serius, dan intervensi
bedah segera diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup, tetapi
mungkin tidak selalu menjadi indikasi mutlak untuk operasi pada neonatus.

30
 Tanda dan gejala umum : sakit perut, muntah, perut kembung, demam,
diare, takipnea, hipotensi, takikardi dan demam.
 Gambaran radiologi : thorax (udara bebas subdiafragma), abdomen (udara
sekitar hepar, rigler sign, ball sign).

Gambar 28 . Gambaran radiografi yang memperlihatkan pneumoperitoneum (kiri),


gambaran radiografi yang memperlihatkan resolusi pneumoperitoneum spontan
setelah manajemen konservatif (kanan).

Gambar 29 . Gambaran football Sign,


yang menggambarkan pengumpulan
udara di kavum abdomen sehingga udara
tampak membungkus seluruh kavum
abdomen, mengelilingi ligament
falsiformis.

31
Gambar 30 . Gambaran pneumoperitoneum
yang menunjukan tiangle sign pada bayi
prematur dengan meconium ileus
complicated dengan perforasi. Udara dibawa
diafragma (continuous diaphragm sign),
Rigler Sign dan terlihat pneumoscrotum.

5. INFLAMASI
1) Chron disease22

Penyakit Crohn adalah proses inflamasi kronis idiopatik yang dapat


memengaruhi bagian mana pun dari saluran pencernaan. Individu dengan kondisi
ini sering mengalami periode kambuh dan remisi gejala.
Ini menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan anda, yang dapat
menyebabkan sakit perut, diare parah, kelelahan, penurunan berat badan dan
kekurangan gizi. Peradangan yang disebabkan oleh penyakit Crohn dapat
melibatkan area yang berbeda dari saluran pencernaan pada orang yang berbeda.
Peradangan yang disebabkan oleh penyakit Crohn seringkali menyebar jauh
ke dalam lapisan-lapisan jaringan usus yang terkena. Penyakit Crohn bisa sangat
menyakitkan dan melemahkan, dan kadang-kadang dapat menyebabkan komplikasi
yang mengancam jiwa.

32
Gambar 31. Pemeriksaan barium enema kontras ganda (A dan B)
menunjukkan ulserasi longitudinal (panah) dan tegak lurus (panah) di ileum
terminal. Pada usus kecil (C) menunjukkan rongga abses (panah putih) dengan
fistula yang menghubungkan rongga ke usus kecil yang berdekatan (panah hitam).

2) Appendisitis
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, dan bedah abdomen
darurat.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pada darah lengkap didapatkan leukosit ringan umumnya pada
apendisitis sederhana. Lebih dari 13.000/mm3 umumnya pada apendisitis
perforata. Tidak adanya leukositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung
jenis leukosit terdapat pergeseran kekiri. Pada pemeriksaan urin, sedimen dapat
normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang
meradang menempel pada ureter atau vesika.
Pemeriksaan Radiologi

33
Pemeriksaan pencitraan yang mungkin membantu dalam mengevaluasi
anak dengan kecurigaan apendisitis adalah foto polos perut atau dada,
ultrasonogram, enema barium, dan kadang-kadang CT scan. Temuan apendisitis
pada foto perut meliputi apendikolit yang mengalami kalsifikasi, usus halus yang
distensi atau obstruksi, dan efek massa jaringan lunak.

Gambar 32. Kalsifikasi pada apendiks


Foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil anamnesa atau
pemeriksaan fisik meragukan. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan
bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat ”ileal atau caecal ileus”
(gambaran garis permukaan air-udara disekum atau ileum).
Foto polos pada apendisitis perforata:
1. gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas di
kuadran kanan bawah
2. penebalan dinding usus disekitar letak apendiks, sperti sekum dan
ileum.
3. Garis lemak pra peritoneal menghilang
4. Skoliosis ke kanan
5. Tanda-tanda obstruksi usus seperti garis-garis permukaan cairan-
cairan akibat paralisis usus-usus lokal di daerah proses infeksi.

CT scan telah menjadi modalitas pilihan untuk mendiagnosis usus buntu

34
pada anak-anak. CT scan telah terbukti memiliki akurasi 97% dalam
mendiagnosis apendisitis. Keuntungan lainnya adalah kemampuan untuk
mengevaluasi seluruh perut dan menemukan abses dan phlegmon,
kurangnya ketergantungan pada keterampilan operator, dan keakraban
dokter dengan membaca CT scan. Kerugian meliputi paparan radiasi
tersebut, kebutuhan akan kontras oral dan intravena dan kerugian yang
terkait, dan kebutuhan pasien untuk diam, yang sering sulit untuk anak-
anak kecil. Karena keuntungan CT scan, 62% dari dokter bedah anak yang
disurvei di Amerika Utara lebih suka untuk evaluasi usus buntu. CT scan
paling disukai, dengan 51-58% pasien dengan apendisitis diduga menjalani
CT scan. Namun, walaupun sekarang penggunaan luas CT scan untuk
evaluasi apendisitis dengan sensitivitas dan spesifisitas unggul, tingkat
usus buntu negatif pada anak-anak belum menunjukkan penurunan
signifikan secara statistik (Katz, 2009). Temuan pada barium enema
adalah temuan pengaruh massa pada sekum karena proses radang dan
lumen apendiks tidak terisi atau terisi sebagian.

Gambar 33 . Ct-scan abdomen memperlihatkan


appendisitis

35
2.6 PENATALAKSANAAN AKUT ABDOMEN
Pertimbangan tindak bedah1
Keputusan untuk melakukan tindak bedah pada gawat perut sangat bergantung pada
diagnosis. Jika sulit ditentukan apakah diperlukan operasi atau tidak, sebaiknya si
sakit dipantau dengan saksama dan berulang-ulang diperiksa kembali.
Sementara itu, saluran cerna diistirahatkan dengan memuaskan pasien,
dekompresi lambung dengan pemasangan pipa lambung, dan pemberian infus.
Hamper semua kelainan akut abdomen memerlukan pembedahan untuk mengatasi
penyebabnya. Beberapa keadaan seperti kolesistitis akut, pankreatitis akut, atau
radang panggul pada tahap tertentu dapat ditanggulangi tanpa pembedahan.
Tanda dan hasil pemeriksaan yang sangat menyokong untuk mengusulkan
pembedahan.
Terdapatnya defans muskular, terutama jika defans meluas, disertai tanda
rangsangan peritoneum lain, nyeri tekan perut meluas atau kembung, perut tegang
yang bertambah besar, merupakan tanda gawat darurat perut progresif.
Perdarahan yang menyebabkan syok dan tidak dapat ditanggulangi secara
konservatif, jelas harus dioperasi. Penderita sindrom sepsis atau tanda strangulasi
juga memerlukan laparatomi segera.
Jika ditemukan pneumoperitoneum atau ada ekstravasasi bahan kontras
pada pemeriksaan roentgen, biasanya ada perforasi saluran cerna yang harus
dibedah untuk menutup perforasi itu. Demikian pula distensi usus yang progresif
dan adanya tumor disertai panas tinggi sering harus dioperasi.
Jika ditemukan tanda perforasi saluran cerna pada pemeriksaan endoskopi, perlu
dikerjakan laparatomi. Hal yang sama berlaku jika didapatkan darah segar, empedu,
nanah, isi usus atau urin pada pemeriksaan parasentesis atau laparoskopi.

36
Algoritma manajemen nyeri akut abdomen pada anak23

37
BAB 3
KESIMPULAN

Akut abdomen pada anak adalah suatu kondisi yang menunjukan adanya
keadaan kedaruratan pediatrik sehingga membutuhkan perhatian dan perawatan
segera. Nyeri perut pada anak sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Kadang- kadang timbulya mendadak, tetapi sering pula perlahan-lahan.
Pemeriksaan penunjang radiologi sering menjadi golden standart untuk
mendiagnosis penyebab akut abdomen pada anak. Namun tidak semua penyakit
penyebab akut abdomen dapat disimpulkan hanya dari pemeriksaan penunjang
radiologi saja, sehingga dibutuhkan pemeriksaan lain untuk menegakkan diagnosis
seperti pemeriksaan anamnesis, fisik, dan laboratorim yang didapatkan.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah


Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem Organ dan Tindak Bedahnya (1). 4th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2017.

2. Boediarso A.D. Sakit Perut Pada Anak. Dalam: Gastroenterologi Anak


Praktis. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1988. 219-30
3. Syarif BH. Nyeri Perut Pada Anak. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Anak
FKUI- RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2008.
4. Buquicchio, G. L., Trinci, M., Ferrari, R., Ianniello, S., Galluzzo, M., &
Miele, V. Imaging of the Acute Abdomen in the Pediatric Patients. MDCT
and MR Imaging of Acute Abdomen. (2018). 229–247. doi:10.1007/978-3-
319-70778-5_13
5. Hijaz N, Friesen C. Managing acute abdominal pain in pediatric patients:
current perspectives. Pediatric Health, Medicine and Therapeutics.
2017;Volume 8:83-91.
6. Leung, A. and Sigalet, D. (2003). Acute Abdominal Pain in Children.
[online] Aafp.org. Available at:
https://www.aafp.org/afp/2003/0601/p2321.pdf.
7. Kim j. Acute Abdominal Pain in Children [Internet]. US National Library
of Medicine National Institutes of Health. 2013. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3915729/
8. Vincour D. Neonatal Intestinal Obstruction : American Journal of
Roentgenology: Vol. 198, No. 1 (AJR) [Internet]. Ajronline.org. 2012.
Available from: https://www.ajronline.org/doi/10.2214/AJR.11.6931
9. Rahman Mitul A. Congenital Neonatal Intestinal Obstruction. Journal of
Neonatal Surgery. 2016;5(4):41.
10. Atweh L, Naffaa L, Barakat A, Baassiri A. Imaging Acute Non-Traumatic
Abdominal Pathologies in Pediatric Patients: A Pictorial Review. Journal of
Radiology Case Reports. 2019;13(7).
11. Bines J, Ivanoff B. Acute Intussusception in Infants and Children:
Incidence, Clinical Presentation and Management: A Global Perspective.

39
Geneva, Switzerland: World Health Organization, 2002
12. Kartono D. Invaginasi in Kumpulan kuliah ilmu bedah. Reksoprodjo S,
Pusponegoro AD, et al. Binarupa Aksara: Tangerang. 2005.
13. Radiopaedia.org. (n.d.). Pediatric small bowel obstruction from
incarcerated inguinal hernia | Radiology Case | Radiopaedia.org. [online]
Available at: https://radiopaedia.org/cases/paediatric-small-bowel-
obstruction-from-incarcerated-inguinal-hernia.
14. Agrawal R. Congenital diaphragmatic hernia | Radiology Reference Article
| Radiopaedia.org [Internet]. Radiopaedia.org. 2020. Available from:
https://radiopaedia.org/articles/congenital-diaphragmatic-hernia-1
15. Yılmaz G, et al . The Radiologic Evaluation of Pediatric Acute Abdomen;
Results of Tertiary Referral Center. Journal of the Belgian Society of
Radiology. 2015;99(2):34-42.
16. Pediatric Meckel Diverticulum Workup: Approach Considerations,
Laboratory Studies, Imaging Studies [Internet]. Emedicine.medscape.com.
2020. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/931229-
workup#c6
17. Pennstatehershey.adam.com. (2018). Pediatric Center - Penn State Hershey
Medical Center - Intestinal obstruction and Ileus - Penn State Hershey
Medical Center. [online] Available at:
http://pennstatehershey.adam.com/content.aspx?productid=112&pid=1&gi
d=000260.
18. Awolaran O. Radiographic signs of gastrointestinal perforation in children:
A pictorial review. African Journal of Paediatric Surgery. 2015;12(3):161.
19. Rahul Gupta D. Pneumoperitoneum in the Newborn: Is Surgical
Intervention Always Indicated? [Internet]. PubMed Central (PMC). 2020.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4420442/
20. Singh J, Steward M, Booth T, Mukhtar H, Murray D. Evolution of imaging
for abdominal perforation. The Annals of The Royal College of Surgeons
of England. 2010;92(3):182-188.

40
21. Perforation G. Gastrointestinal perforation: MedlinePlus Medical
Encyclopedia [Internet]. Medlineplus.gov. 2020. Available from:
https://medlineplus.gov/ency/article/000235.htm
22. Crohn's disease - Symptoms and causes [Internet]. Mayo Clinic. 2019.
Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/crohns-
disease/symptoms-causes/syc-20353304
23. Balachandran B, Singhi S, Lal S. Emergency Management of Acute
Abdomen in Children. The Indian Journal of Pediatrics. 2013;80(3):226-
234.

41

Anda mungkin juga menyukai