Anda di halaman 1dari 26

Typhoid Fever

Syuharul Qomar,dr,MSc,SpPD-FINASIM
SMF I PENYAKIT DALAM
RS INDRIATI
Solo Baru
Definisi

▪ Merupakan penyakit infeksi akut saluran


pencernaan (usus halus).
▪ Penyebabnya adalah bakteri Salmonella
▪ Nama lain dari penyakit ini adalah typhoid dan
paratyphoid fever, enterik fever, tifus, dan paratifus
abdominalis.
▪ Demam paratyphoid hampir sama dengan demam
typhoid tetapi gejalanya lebih ringan.
GEJALA

▪ Demam
▪ Nyeri kepala
▪ Pusing
▪ Nyeri otot
▪ Malas makan
▪ Tidak enak di perut
▪ Mual – muntah
lanjutan

▪ – Diare
▪ – Kadang susah BAB
▪ – Lidah tifoid (kotor ditengah, ujung dan tepi merah, lidah
bergetar)
▪ Bila tidak segera diobati gejala akan lebih berat, seperti :
▪ – Kehilangan kesadaran
▪ – Pembesaran hati
▪ – Pembesaran limpa
▪ Penyakit typhoid fever banyak menyerang pada
anak usia 12-13 tahun (70% – 80%), pada usia 30-40
tahun (10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13
tahun sebanyak (5%-10%).
▪ Angka kesakitan typhoid fever yang tertinggi
terdapat pada golongan umur 3-19 tahun, suatu
golongan masyarakat yang terdiri dari anak-anak
usia sekolah.
Sebab seseorang terkena demam typhoid ?

Makanan dan minuman terkontaminasi kuman salmonela


Etiologi Typhoid Fever

▪ Demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi, basil


gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan
tidak menghasilkan spora.
▪ Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan
dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam
pemulihan.
▪ Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun
pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70°C
maupun oleh antiseptic
(Soedarto, 1996).
SALMONELLA TYPHOSA
Patofisiologi Typhoid Fever

▪ Salmonella typhi  tubuh manusia ( melalui makanan dan air yang


tecemar)
▪ Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung  sebagian lagi
masuk kedalam usus halus dan mencapai jaringan limfoid  plak
peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi.
▪ Bila terjadi komplikasi pendarahan dan perforasi intestinal, kuman
menembus lamina propia  masuk aliran limfe mencapai kelanjar
limfe mesentrial  masuk aliran darah melalui duktus torasikus
(Mansjoer et, al 2008).
lanjutan

▪ Salmonella typhi dapat mencapai hati  sirkulasi portal dari usus.


▪ Salmonella typhi bersarang di plak peyeri, limfa, hati dan bagian-
bagian lain sistem retikuloendotelial.
▪ Endotoksin salmonella typhi  inflamasi lokal pada jaringan tempat
kuman tersebut berkembang biak.
▪ Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan
pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang,
sehingga terjadi demam
(Mansjoer et, al 2008).
▪ Diagnosis pasti demam tifoid
berdasarkanpemeriksaan laboratorium
didasarkan pada 3prinsip, yaitu
▪ 1. Isolasi bakteri
▪ 2. Deteksi antigen mikroba
▪ 3. Titrasi antibodi terhadap organisme
penyebab
▪ Kultur darah merupakan gold standard
▪ Metode diagnostik dan hasilnya positif
pada 60-80% dari pasien, bila darah yang
tersediacukup (darah yang diperlukan 15
mL untukpasien dewasa)
▪ Peran pemeriksaan Widal (untuk mendeteksi antibodi terhadap
antigen Salmonella typhi) masih kontroversial.
▪ Biasanya antibodi antigenO dijumpai pada hari 6-8 dan antibodi
▪ terhadap antigen H dijumpai pada hari 10-12 setelah sakit.
▪ Pada orang yang telah sembuh,antibodi O masih tetap dapat
dijumpai setelah 4-6 bulan dan antibodi H setelah 10-12 bulan.
▪ Karena itu, Widal bukanlah pemeriksaan untuk menentukan
kesembuhan penyakit.
▪ Pemeriksaan Tubex dapat mendeteksi antibody IgM.
▪ Hasil pemeriksaan yang positif menunjukkan adanya infeksi
terhadap Salmonella.
▪ Pemeriksaan lain adalah dengan Typhidot yang dapat mendeteksi
IgM dan IgG.
▪ Terdeteksinya IgM menunjukkan fase akut demam tifoid, sedangkan
terdeteksinya IgG dan IgM menunjukkan demam tifoid akut pada
fase pertengahan
Antibiotik yang diberikan pada typhoid
tanpa komolikasi
Antibiotik yang diberikan pada demam
typhoid berat
▪ Antibiotik golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, dan
pefloxacin) merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid yang
disebabkan isolat tidak resisten terhadap fluoroquinolone dengan
angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan demam 4
hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang dari 2%.
▪ Berbagai studi telah dilakukan untuk menilai efektivitas
fluoroquinolone dan salah satu fluoroquinolone yang saat ini telah
diteliti dan memiliki efektivitas yang baik adalah levofloxacin.
▪ Studi komparatif, acak, dan tersamar tunggal telah dilakukan untuk
levofloxacin terhadap obat standar ciprofloxacin untuk terapi demam
tifoid tanpa komplikasi. Levofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg,
1 kali sehari dan ciprofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg, 2 kali
sehari masing-masing selama 7 hari.
▪ Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa pada saat ini levofloxacin
lebih bermanfaat dibandingkan ciprofloxacin dalam hal waktu
penurunan demam, hasil mikrobiologi dan secara bermakna memiliki
efek samping yang lebih sedikit dibandingkan ciprofloxacin.( Nelwan
RHH, Lie KC, Hadisaputro S, Suwandoyo E, Suharto, Nasronudin, et al.2006 )
▪ Selain pemberian antibiotik, tirah baring juga diperlukan untuk
memaksimalkan terapi yang ada.
▪ Nutrisi perlu dirumat dengan pemberian makan yang sering, dan jika
diperlukan, nutrisi dapat diberikan secara parenteral.
▪ Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan suhu badan akibat
demam.
▪ Pada demam tifoid enterik dewasa, fluorokuinolon lebih baik
dibandingkan kloramfenikol untuk mencegah kekambuhan.(Thaver D, Zaidi AKM,
Critchley J, Azmatullah A, Madni SA, Bhutta ZA. A comparison of fluoroquinolones versus other antibiotics for
treating enteric fever: meta-analysis. BMJ 2009; 338)

▪ Hanya saja pemberian obat ini tidak dianjurkan untuk anak. Hal ini
disebabkan adanya pengaruh buruk terhadap pertumbuhan kartilago.( Lesser
CF, Miller S. Harrison’s principles of internal medicine, Edisi ke-15. New York: MC Graw Hill Companies;2001.)

▪ Kloramfenikol sudah sejak lama digunakan dan menjadi terapi standar


pada demam tifoid namun kekurangan dari kloramfenikol adalah angka
kekambuhan yang tinggi (5-7%), angka terjadinya carrier juga tinggi, dan
toksis pada sumsum tulang.( Background document: the diagnosis, treatment, and prevention
of typhoid fever [Internet]. 2003 [cited 2015 Maret 10]. Available from: www.who-int/vaccines-documents
)
▪ Penatalaksanaan Demam Tifoid 2010, merekomendasikan peng­­
gunaan levofloxacin, baik untuk kasus ringan maupun berat. Untuk
kasus ringan diberikan levofloxacin 500 mg/hari selama 7 hari.
Sedangkan untuk kasus berat diberikan levofloxacin 500 mg secara
intravena selama 3-5 hari dan secara oral selama 7 hari.( Hidayati.
Perkembangan terkini terapi demam tifoid. Medika Jurnal Kedokteran Indonesia [serial online] 2011
[cited 2015 Maret 10]. Available from: URL: http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-09-
vol-xxxvii-2011/363-kegiatan/727-perkembangan-terkini-terapi-demam-tifoid .)
Komplikasi yang timbul dari typhoid :

▪  Perdarahan saluran cerna


▪ Robekan saluran cerna
▪ Gangguan jantung dan pembuluh darah
▪ Gangguan pada darah, paru, hati, kandung empedu, ginjal,
tulang
▪ Gangguan pada kejiwaan (kesadaran)
TERIMA KASIH SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai