Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Gayamsari


Kondisi Geografis
Secara geografis Kecamatan Gayamsari berada di wilayah Administrasi Kota
Semarang Provinsi Jawa Tengah. Disebelah utara Laut Jawa, di sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Tembalang, di sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Pedurungan, dan di sebelah barat dengan Kecamatan Semarang
Timur dan Semarang Utara.
Kecamatan Gayamsari permukaan daratnya dapat dikatakan 100 persen datar.
Kecamatan Gayamsari dengan ketinggian sekitar 3,5 meter diatas permukaan laut
dengan jarak ke Ibu Kota Semarang sekitar 5 km dan jarak ke Ibu Kota Provinsi
Jawa Tengah sekitar 5 km.
Iklim di Kecamatan Gayamsari secara umum tidak berbeda jauh dengan
daerah lain di Kota Semarang. Selama tahun 2016, Kecamatan Gayamsari
memiliki 52 hari hujan dengan curah hujan sekitar 982 mm. Adapun suhu udara
sepanjang tahun 2016 sekitar 27,9 0C dengan tingkat kelembapan udara 90
persen.
Kecamatan Gayamsari di bagi menjadi 7 Kelurahan, 62 Rukun Warga
(RW), dan 144 Rukun Tetangga (RT). Dari 7 Kelurahan yang paling banyak
Rukun Tetangga (RT) yaitu Kelurahan Pandean Lamper dengan jumlah RT 105
dari 12 RW.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari

48
B. Gambaran Khusus Puskesmas Gayamsari
1. Visi dan Misi Puskesmas
a. Visi:
“ Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang berkualitas
menuju Kecamatan Gayamsari yang mandiri untuk hidup sehat.”
b. Misi:
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
2) Memberdayakan Masyarakat untuk memiliki, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat.
c. Tata Nilai:
G : Giat Dalam bekerja
A : Amanah dalam menjalankan tugas
Y : Yakin akan Keberhasilan
A : Aktif dalam kegiatan
M : Melayani sepenuh hati
S : Semangat tiada henti
A : Andalan Masyarakat
R : Ramah dan Sopan
I : Inofativ dan Kreatif
2. Sumber Daya Manusia
Informasi ketenagaan atau sumber daya manusia diperlukan bagi
perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan serta pengelolaan
kepegawaian. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Gayamsari
Tahun 2017 sebanyak 43 orang. Jumlah sumber daya manusia
menurut kualifikasinya adalah sebagai berikut (bagan struktur
organisasi terlampir):

49
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Gayamsari
No Jenis Tenaga Jumlah PNS BLUD APBD II
1 Kepala Puskesmas 1 1 -
2 Ka. Sub. Bag Tata Usaha 1 1 -
3 Dokter Umum/Fungsional 2  2 1
4 Dokter gigi 1 1 -
5 Bidan 6 4 2
6 Perawat 6 4 2
7 Perawat Gigi 2 1 1
8 Sanitarian 1 1 -
9 Ass Apoteker 2 2 -
10 Apoteker 1 - 1
11 Analis Kesehatan/ laborat 2 1 1
12 Nutrisionis 1 1 -
13 Epidemiolog 1 1 -
14 Promkes 1 - - 1
15 Pengolah simpus/data 1 1 -
16 Bendahara/Pengurus barang 1 1 Rangkap Jabatan
17 Bendahara APBD 1 1 Rangkap Jabatan
18 Bendahara BOK 1 1 Rangkap Jabatan
19 Pengadministrasi 4 1 2 1
20 Petugas Loket 4 1 3
21 Penjaga Kantor 2 1 - 1
22 Pengemudi 1 - - 1
23 Petugas kebersihan 3 - - 3
  TOTAL 43  23 14 6

3. Pendapatan Puskesmas Gayamsari


Dari tahun ke tahun pendapatan di Puskesmas Gayamsari sebagai
Pusat kesehatan masyarakat cenderung meningkat.

Tabel 4.2 Pendapatan Puskesmas Gayamsari

No Penjamin Jumlah Pendapatan (Rp)


2015 2016 2017

50
1 Jamkesmas 1.799.811.000
3 Jamkesda 2.735.000
4 Retribusi Umum 36.025.500 117.428.000 117.428.000
5 BOK 110.000.000 315.000.000 486.700.000
6 BPJS 56.082.000 1.387.669.980 1.471.891.350
  JUMLAH 2.004.653.500 1.820.097.980 2.076.019.350

4. Sarana dan Prasarana


Puskesmas Gayamsari memiliki tiga (3) Puskesmas Pembantu
yaitu: Puskesmas Pembantu Kaligawe, Pandean Lamper dan Siwalan yang
buka setiap hari Selasa dan Kamis.
Di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari terdapat 3 Pustu yang
terletak di Kelurahan Pandean Lamper, Siwalan, Kaligawe. Sehingga
seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari dapat
mengakses tempat-tempat pelayanan kesehatan dengan mudah.
Puskesmas Gayamsari memiliki 91 posyandu dengan perincian
sebagai berikut:

- Posyandu : 64
- Posyandu Lansia : 27
Yang dilaksanakan sesuai tanggal yang telah ditentukan dari pos
masing-masing.
5. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi
maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan
kejadian penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu.
Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan
masyarakat di suatu wilayah.
Tabel 4.3 Peringkat 10 Besar Penyakit di Puskesmas Gayamsari
Tahun 2017
No Penyakit Jumlah
1 J02 Faringitis Akut 6054
2 J98 Gangguan pernafasan Lain 2825
3 J06 Infeksi saluran nafas atas akut 2092

51
4 I10 Hipertenasi esensial (primer) 1131
5 G44 Sindrom nyeri kepala lainnya 855
6 M13 Arthritis lainnya 729
7 E11 Diabetes melitus tidak tergantung insulin 531
8 K29 Gastritis dan duodenitis 493
9 J11 Influensa, virus tidak dapat diidentifikasi 379
10 J00 Nasofaringitis akut 355

Gambar 4.2 Grafik 15 Besar Penyakit Tahun 2017

C. Gambaran Mutu Pelayanan Klinis Puskesmas Gayamsari


1. Input
a. Man (Sumber Daya Manusia)
Jumlah tenaga di ruang pelayanan klinis adalah 2 orang dokter dan 6
orang perawat. Pelayanan dilakukan setiap hari Senin s/d Sabtu. Pada

52
saat penelitian, yang kami pilih sebagai responden tentang kepatuhan
petugas pelayanan klinis terhadap SOP pelayanan klinis adalah 2
dokter dan 1 perawat.
Dokter A dan Dokter B memiliki tugas pokok untuk memberikan
pelayanan medis umum rawat jalan tingkat pertama. Selain itu, Dokter
A memiliki tugas tambahan sebagai penanggung jawab manajemen
mutu dan pembina wilayah Kelurahan Kaligawe. Dokter B memliki
tugas tambahan sebagai penanggungjawab Peningkatan Mutu Klinis
dan Keselamatan Pasien (PMKP). Dokter A dan Dokter B memiliki
tugas terintergrasi sebagai: 1) Tim VCT & IMS, 2) Tim pemeriksa
haji.
Perawat pelayanan klinis yang berjumlah 6 orang memiliki tugas
pokok sebagai perawat pelayanan klinis. Perawat A memiliki tugas
terintergrasi sebagai pemegang program: 1) TB, 2) Kusta, 3)
Perkesmas, 4) HIV-AIDS dan IMS. Selain itu, Perawat A juga
memiliki tugas tambahan sebagai pembina wilayah Kelurahan
Tambakrejo. Perawat B memiliki tugas terintergrasi sebagai
pemegang program kusta. Selain itu, Perawat B juga memiliki tugas
tambahan sebagai: 1) Koordinator sertifikat imunisasi, dan 2) Pembina
wilayah Kelurahan Sambirejo. Perawat C memiliki tugas terintergrasi
sebagai: 1) Pemegang program rujukan, 2) Penanggungjawab
prolanis, 3) Penanggungjawab P3K, dan 4) Tim pemeriksa haji.
Sedangan tugas tambahan Perawat C adalah sebagai pembina wilayah
Keluarahan Pandean Lamper. Perawat D, Perawat E, dan Perawat F
memiliki tugas terintegrasi sebagai petugas pelaksana program:
posyandu, bias, keluarga sehat, dll.
Perawat belum dapat melaksanakan pelayanan klinis di Ruang
Pelayanan Klinis Puskesmas Gayamsari sesuai SOP revisi karena
perawat sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga memerlukan waktu
untuk adaptasi dengan SOP revisi. Perawat juga menganggap apabila

53
menggunakan pemeriksaan tanda-tanda vital memerlukan waktu yang
lama sehingga jarang dilakukan.
b. Money (Pendanaan)
Untuk biaya operasional pelayanan rawat jalan di ruang Pelayanan
Klinis wilayah kerja Puskesmas Gayamsari menggunakan dana yang
berasal dari JKN dan BLUD. BLUD berasal dari retribusi,
pemeriksaan laboratorium dan tindakan-tindakan umum yang tidak
masuk BPJS.
c. Method (Cara Kerja)
Metode pelayanan di ruang Pelayanan Klinis menggunakan SOP
Pelayanan Klinis Puskesmas Gayamsari. Untuk penelitian ini
menggunakan SOP Pelayanan Klinis yang telah di revisi dan sudah
disesuaikan dengan referensi untuk digunakan sebagai penelitian
tentang kepatuhan dokter dan perawat.
Pada SOP pelayanan klinis yang lama tidak menyebutkan adanya
langkah pemeriksaan tanda-tanda vital. Dan untuk langkah-langkah
pemeriksaan tanda vital yang dilakukan di ruang pelayanan klinis
belum dilakukan secara sistematis.
d. Material (Fasilitas)
Puskesmas Gayamsari memiliki sarana/fasilitas ruang pelayanan klinis
terdiri dari meja tulis ½ biro, kursi kerja, lemari arsip, buku register
pelayanan, formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan
pelayanan yang diberikan, formulir rujukan, kertas resep, kertas surat
keterangan sehat, surat keterangan sakit, bantal, baskom cuci tangan,
kasur, lampu spirtus, lemari alat, meja instrumen, meteran tinggi
badan, perlak, pispot, sarung bantal, sprei, sikat untuk membersihkan
peralatan, stopwatch, tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan
injakan pembuka penutup, wastafel, air mengalir, alkohol, povidone
iodine, podofilin tinctura 25%, kapas, kasa non steril, kasa steril,
masker wajah, sabun cuci tangan, sarung tangan steril, sarung tangan
non steril, anuskup, baki logam tempa alat steril tertutup, buku

54
ishihara tes, corong telinga kecil, besar, sedang, emesis basin, handle
kaca laring, handle kaca nasopharing, kaca laring ukuran 2,4,5,6, kaca
nasopharing ukuran 2,4,5,6, kaca pembesar untuk diagnostik, lampu
kepala+adaptor AC/DC, pen light, metline, otoscope, palu reflex,
pelilit kapas, skinfold calliper, snellen chart 2 jenis (E chart+Alphabet
chart), spekulum vagina, spekulum hidung dewasa,
sphygmomanometer untuk dewasa, stetoskop untuk dewasa, sudip
lidah logam/spatula lidah logam panjang 12 cm dan 16,5 cm, tempat
tidur periksa dan perlengkapannya, termometer untuk dewasa,
timbangan dewasa.
Berdasarkan Permenkes No. 75 tahun 2014, ada beberapa peralatan di
ruang pelayanan klinis yang belum tersedia yaitu bingkai uji coba
untuk pemeriksaan refraksi, garputala 512 Hz, 1024 Hz, 2084 Hz,
lensa uji coba untuk pemeriksaan refraksi, lup binokuler (lensa
pembesar) 3-5 dioptri, opthalmoscope, dan tonometer schiotz.
e. Market (Sasaran Penduduk)
Market yaitu masyarakat, kelompok masyarakat, keluarga dan
individu, serta pasien.
f. Marketing
SOP Pelayanan Klinis revisi yang sudah disesuaikan dengan referensi
telah diadvokasikan kepada Kepala Puskesmas dan disetujui, serta
disosialisasikan kepada pemegang program pelayanan klinis dan
pelaksana pelayanan klinis baik dokter maupun perawat.
2. Process
a. P1 (Perencanaan) Pelayanan Klinis
Terdapat SOP pelayanan klinis wilayah kerja Puskesmas Gayamsari
yang digunakan mahasiswa untuk penelitian dalam proses
pembelajaran. SOP baru merupakan revisi SOP lama yang sudah
disiapkan oleh mahasiswa dan telah disesuaikan dengan referensi.
b. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)

55
1) Petugas pelaksana memberikan pelayanan klinis di ruang
Pelayanan Klinis sesuai dengan SOP yang disepakati.
2) Kegiatan pelayanan rawat jalan di ruang Pelayanan Klinis
dilaksanakan setiap Senin s/d Sabtu: 07.00-14.00
c. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian)
Pelaporan yang dilaksanakan di Puskesmas Gayamsari terdiri atas
pelaporan harian dan dimasukkan ke buku register harian dan
SIMPUS.
3. Output

Gambar 4.3 Grafik Kunjungan Pasien tahun 2017


4. Outcome
a. Diharapkan terjadinya peningkatan mutu pelayanan yang sesuai
dengan kepatuhan petugas.
b. Diharapkan terjadinya peningkatan kepuasan pasien terhadap
pelayanan klinis.
5. Impact
Peningkatan derajat kesehatan dapat dilihat dari indikator berupa
penurunan angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan).11

56
D. Simple Problem
1. Identifikasi Masalah Mutu Pelayanan Klinis Wilayah Kerja
Puskesmas Gayamsari
Pengamatan mengenai kepatuhan petugas pelaksana terhadap SOP
pelayanan klinis di Ruang Pelayanan Klinis. Observasi kepatuhan ini
dilakukan 50 kali kunjungan. Observasi dilakukan pada tanggal 5 Februari
s/d 10 Februari 2018 dengan mengamati kegiatan dokter dan perawat
pelaksana menggunakan daftar tilik kepatuhan petugas. Data yang diamati
ditabulasi selanjutnya dinilai tingkat kepatuhan/ compliance rate (CR). CR
dinilai baik, bila lebih dari 80% dan dinilai kurang baik jika kurang dari
80%. Hasil perhitungan CR petugas pelaksana dan pemegang program
pelayanan pemeriksaan umum di Ruang Pelayanan Klinis adalah sebagai
berikut:

CR kepatuhan perawat A terhadap SOP Pelayanan Klinis


∑ Ya x 100 %=
991
x 100 %=78,4 %
∑ Ya+ ∑ Tidak 991+273

CR total kepatuhan dokter A & dokter B terhadap SOP Pelayanan Klinis


∑ Ya x 100 %=
1096
x 100 %=87,6 %
∑ Ya+∑ Tidak 1096+154

CR Total Pelayanan Klinis oleh dokter dan perawat

∑ Ya x 100 %=
2081
x 100 %=82,9 %
∑ Ya+ ∑ Tidak 2081+427

57
Dari data diatas menunjukkan angka kepatuhan dokter terhadap
pelayanan klinis adalah baik. Karena nilai CR total lebih dari 80%.
Sedangkan angka kepatuhan perawat terhadap pelayanan klinis adalah
kurang baik. Karena nilai CR kurang dari 80%. CR masing-masing item
yang kurang dari 80% juga ditemukan pada beberapa item SOP pelayanan
klinis:
a. Perawat melakukan anamnesa 76,7% (Masalah A)
b. Perawat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital 53,6% (Masalah
B)
2. Prioritas Masalah
Dari dua masalah tersebut peneliti menentukan prioritas masalah.
Peneliti menentukan prioritas masalah dengan menggunakan matrix
problem priority.
Matriks prioritas masalah atau problem priority matriks merupakan
salah satu alat dalam menyusun urutan prioritas dari sejumlah masalah.
Setiap masalah ditentukan rangking manfaat dan rangking usahanya untuk
menyelesaikan masalah. Rangking dimulai dari yang terbaik dengan
urutan 1-5. Rangking manfaat kemudian dikalikan dengan nilai rangking
usaha sebagai extended value. Nilai extended value terkecil dapat dipilih
sebagai prioritas masalah.
Penilaian dengan skala 1-5 :
a. Angka 5 melambangkan kemampuan besar
b. Angka 4 melambangkan kemampuan cukup
c. Angka 3 melambangkan kemampuan sedang
d. Angka 2 melambangkan kemampuan kurang
e. Angka 1 melambangkan kemampuan kecil
Kemudian rangking manfaat dikali nilai rangking usaha sebagai
extended value. Berdasarkan nilai extended value yang terkecil dapat
dipilih prioritas masalah. Berikut adalah matriks prioritas masalah dari
beberapa masalah dalam penelitian ini:

58
Tabel 4.4 Matriks Prioritas Pelayanan Klinis
Masalah Rangking Rangking usaha Extended value Urutan prioritas
manfaat
Masalah A 5 2 10 II
Masalah B 4 2 8 I

Matriks problem priority disusun oleh peneliti kemudian


dikonfirmasikan dan curah pendapat dengan pemegang program dan
penanggungjawab UKP untuk mendapatkan persetujuan. Sesudah
penentuan prioritas masalah diatas, maka dicari penyebab masalahnya
dengan pendekatan sistem.
3. Identifikasi Penyebab Masalah
Identifikasi penyebab masalah rendahnya kepatuhan perawat
terhadap pemeriksaan tanda-tanda vital.
Tabel 4.5 Identifikasi Penyebab Masalah pada Pelayanan di Ruang
Pelayanan Klinis dengan Pendekatan Sistem
Input Penyebab Masalah
Man 1. Perawat sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga perawat belum
dapat adaptasi dengan SOP revisi
2. Perawat menganggap menggunakan pemeriksaan tanda-tanda vital
membutuhkan waktu yang lama
Money -
Material -
Methode 3. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah pemeriksaan tanda-tanda
vital
4. Metode pemeriksaan tanda vital belum sistematis
Marketing -
Lingkunga -
n

59
SOP yang lama tidak
menyebutkan langkah
MAN MONEY METHODE pemeriksaan tanda-tanda vital
Perawat sudah terbiasa dengan SOP Metode pemeriksaan tanda-
lama sehingga perawat belum dapat tanda vital belum sistematis
adaptasi dengan SOP revisi
Perawat menganggap menggunakan
pemeriksaan tanda-tanda vital
membutuhkan waktu yang lama Kurang patuhnya perawat dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
CR: 53,6%

LINGKUNGAN

MATERIAL MARKETING

Gambar 4.4 Pendekatan Analisis Fish Bone untuk Pelayanan Klinis

4. Menentukan Penyebab Masalah Paling Mungkin


Setelah dilakukan identifikasi penyebab masalah melalui
analisis fish bone, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan prioritas penyebab masalah. Untuk
menentukan prioritas penyebab masalah dapat
menggunakan diagram pareto, untuk membuat diagram
pareto berikut langkah – langkahnya. 9

a. Paired Comparison
Pada perbandingan berpasangan (paired comparison)
membandingkan penyebab masalah dibandingkan
dengan penyebab masalah lainnya, pada penulisan ini
terdapat lima penyebab masalah.
Berdasarkan analisa penyebab masalah dengan Metode Paired
Comparison didapatkan urutan prioritas penyebab masalah sebagai
berikut:

60
Tabel 4.6 Perbandingan Berpasangan (Paired Comparison)
N Penyebab masalah I II III
o
1 Perawat sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga 1 1 1
perawat belum dapat adaptasi dengan SOP revisi 2 3 4
2 Perawat menganggap menggunakan pemeriksaan tanda- 2 2
tanda vital membutuhkan waktu yang lama 3 4

3 SOP yang lama tidak menyebutkan langkah pemeriksaan 3


tanda-tanda vital 4
4 Metode pemeriksaan tanda-tanda vital belum sistematis

Keterangan jumlah:
1. Perawat sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga perawat belum
dapat adaptasi dengan SOP revisi (1)
2. Perawat menganggap menggunakan pemeriksaan tanda-tanda vital
membutuhkan waktu yang lama (2)

3. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah pemeriksaan tanda-


tanda vital (0)
4. Metode pemeriksaan tanda-tanda vital belum sistematis (3)
b. Distribusi Frekuensi Penyebab Masalah
Dengan menjumlah penyebab masalah pada tabel Paired
Comparison yang di lingkari merah maka dapat dihitung jumlah
distribusi frekuensi penyebab masalah dengan cara membuat turus/ tally.
Hasil Tally yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penyebab Masalah Rendahnya Kepatuhan


Perawat dalam Melakukan Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
N Penyebab masalah Tally Jumlah
o
1 Metode pemeriksaan tanda-tanda vital belum sistematis III 3
2 Perawat menganggap menggunakan pemeriksaan tanda- II 2
tanda vital membutuhkan waktu yang lama

61
3 Perawat sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga I 1
perawat belum dapat adaptasi dengan SOP revisi
4 SOP yang lama tidak menyebutkan langkah pemeriksaan - 0
tanda-tanda vital
Berdasarkan analisis penyebab masalah dengan menggunakan
metode Paired Comparison dan melakukan turus/tally didapatkan urutan
prioritas penyebab masalah sebagai berikut:
1. Metode pemeriksaan tanda-tanda vital belum sistematis (3)
2. Perawat menganggap menggunakan pemeriksaan tanda-tanda vital
membutuhkan waktu yang lama (2)

3. Perawat sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga perawat belum


dapat adaptasi dengan SOP revisi (1)
4. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah pemeriksaan tanda-
tanda vital (0)
c. Membuat Tabel Pareto
Tujuan pembuatan tabel pareto adalah sebagai dasar pembuatan
diagram analisis pareto dengan cara mengurutkan penyebab masalah
dimulai dari frekuensi terbesar ke frekuensi terkecil.
Tabel 4.8 Tabel Pareto untuk Masalah Rendahnya Kepatuhan Perawat
dalam Melakukan Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

No Penyebab masalah Frekuensi Jumlah Presentase


Kumulatif Kumulatif
1 Metode pemeriksaan tanda-tanda vital belum
3 3 50%
sistematis
2 Perawat menganggap menggunakan
pemeriksaan tanda-tanda vital membutuhkan 2 5 83%
waktu yang lama
3 Perawat sudah terbiasa dengan SOP lama
sehingga perawat belum dapat adaptasi dengan 1 6 100%
SOP revisi
4 SOP yang lama tidak menyebutkan langkah
0 6 100%
pemeriksaan tanda-tanda vital
Total 10

62
d. Diagram Analisis Pareto
Presentase
ANALISIS PARETO
10 100%
9 90%
8 80%
7 70%
6 A
60%
Frekuensi

5
B 50%
4
3 C 40%
2 30%
D
1 20%
0 10%
PENYEBAB MASALAH

Gambar 4.5 Diagram Analisis Pareto Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


Keterangan:
A. Metode pemeriksaan tanda-tanda vital belum sistematis
B. Perawat menganggap menggunakan pemeriksaan tanda-tanda
vital membutuhkan waktu yang lama

C. Perawat sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga perawat belum


dapat adaptasi dengan SOP revisi
D. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah pemeriksaan tanda-
tanda vital
Diagram pareto adalah alat statistik yang digunakan untuk memilih
faktor masalah berdasarkan fakta dan data. Azas pareto mengungkapkan
bahwa dengan mengendalikan yang sedikit 20%, maka dengan cepat

63
menguasai yang lebih besar (80%). Hal ini berarti dengan menyelesaikan
masalah A pada tabel pareto maka bisa menyelesaikan sebagian besar
masalah terkait rendahnya kepatuhan petugas dalam melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital. Berdasarkan perhitungan dengan analisis
pareto dalam menyelesaikan suatu masalah maka dipilih satu masalah
dengan persentase kumulatif kurang dari 80% dan berupa persentase
kumulatif terendah 50% yaitu metode pemeriksaan tanda-tanda vital
belum sistematis.
5. Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini didapatkan penyebab masalah yang paling
mungkin yaitu metode pemeriksaan tanda-tanda vital belum sistematis.
Beberapa alternatif pemecahan masalah diusulkan lewat curah pendapat
dan persetujuan dengan Kepala Puskesmas, pemegang program dan
perawat pelayanan klinis.
Adapun beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
a. Perawat pelayanan klinis mendapatakan sosialisasi ulang
mengenai SOP revisi. (Alternatif I)
b. Perawat pelayanan klinis mendapatkan rolplay cara pemeriksaan
tanda-tanda vital secara cepat dan tepat. (Alternatif II)
c. Perawat pelayanan klinis dilakukan pendampingan atau bed side
teaching oleh tim penjamin mutu tentang pemeriksaan vital sign.
(Alternatif III)
6. Keputusan Pemecahan Masalah
Dari 3 alternatif pemecahan masalah yang diusulkan maka selanjutnya
akan diambil pengambilan keputusan pemecahan masalah dengan matrix
cost benefit (manfaat dibanding biaya) sebagai berikut:
Penilaian dapat dibuat dengan skala 1-5
a. Angka 5 melambangkan manfaat dan biaya besar
b. Angka 4 melambangkan manfaat dan biaya cukup
c. Angka 3 melambangkan manfaat dan biaya sedang
d. Angka 2 melambangkan manfaat dan biaya kurang

64
e. Angka 1 melambangkan manfaat dan biaya kecil
Tabel 4.9 Matriks Cost Benefit

Alternatif Manfaat Biaya Ratio Ranking


Alternatif I 4 1 4 II
Alternatif II 5 1 5 I
Alternatif III 6 4 1,5 III

Keterangan:
a. Ranking I: Perawat pelayanan klinis mendapatkan rolplay cara
pemeriksaan tanda-tanda vital secara cepat dan tepat.
b. Ranking II: Petugas pelayanan klinis mendapatakan sosialisasi
ulang mengenai SOP revisi.
c. Ranking III: Perawat pelayanan klinis dilakukan pendampingan
atau bed side teaching oleh tim penjamin mutu tentang
pemeriksaan vital sign.
7. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Plan Of Action)
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang telah diambil, maka
disusun Plan Of Action dengan mengadakan rolpay cara pemeriksaan
tanda-tanda vital secara cepat dan tepat kepada perawat pelayanan klinis.
Persiapan dilakukan pada tanggal 17 Februari 2018 meliputi,
koordinasi serta persetujuan konsep rolplay dengan Kepala Puskesmas dan
pemegang program pelayanan klinis meliputi, tempat, waktu, sasaran, alat,
dan bahan rolplay. Alat dan bahan untuk rolplay pelaksanaan cara
pemeriksaan tanda-tanda vital secara cepat dan tepat berupa: 1) stopwatch,
2) stetoskop, 3) sphygmomanometer, 4) termometer, dan 5) langkah-
langkah pemeriksaan tanda-tanda vital secara cepat dan tepat. Persiapan
berhasil dilaksanakan dengan indikator, perlengkapan tersedia, koordinasi
dan persetujuan mengenai waktu, tempat, dan sasaran simulasi tercapai
dan langkah-langkah yang akan dirolplaykan sudah tersedia.
Penerapan telah dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2018, di ruang
pelayanan klinis, jam 07.00-08.00, dengan kegiatan rolplay cara

65
pemeriksaan tanda-tanda vital secara cepat dan tepat dengan cara dokter
muda kepanitraan klinik memberikan contoh pelaksanaan simulasi, 1
dokter muda sebagai pelaksana dan 1 dokter muda sebagai pasien, petugas
memperhatikan, apabila ada yang kurang jelas dapat ditanyakan.
Kemudian petugas melakukan simulasi, yaitu 1 petugas sebagai pelaksana
dan 1 petugas sebagai pasien. Kegiatan telah berhasil dilaksanakan dengan
indikator, petugas mampu melaksanakan dan menerapkan cara
pemeriksaan tanda-tanda vital secara cepat dan tepat.
E. Complex Problem
Penelusuran complex problem dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
wawancara dengan responden pasien yang menerima pelayanan klinis di
Puskesmas Gayamsari sebanyak 50 responden. Wawancara dilakukan dengan
menanyakan 9 buah pertanyaan sesuai dengan unsur minimal penilaian indeks
kepuasan masyarakat. Setelah semua pertanyaan dari 50 responden selesai
diwawancarai, maka data diolah dengan cara:

1. Menghitung Jumlah Nilai Per Unsur


Menjumlahkan skor dari 9 pertanyaan pada setiap unsur
2. Menghitung Nilai Rata-Rata (NRR) Per Unsur
Jumlah Nilai Per Unsur Dibagi dengan Jumlah Responden
3. Menghitung Nilai Rata-Rata Tertimbang Per Unsur
Nilai Rata-Rata Per Unsur di kalikan 0.11 (Standart Baku)
4. Menghitung Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Nilai Rata-Rata Tertimbang Per Unsur di jumlahkan
5. Mencari Nilai IKM setelah di Konversi
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dikali 25 (Standar Baku).
6. Melihat Mutu Pelayanan (Pada setiap Unsur)
Nilai Rata-Rata Tertimbang Per Unsur dikali dengan 25
7. Kinerja Unit Pelayanan
Hasil penilaian terhadap kepuasan pasien terhadap pelayanan klinis di
Puskesmas Gayamsari, menggunakan nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat dapat dilihat pada lampiran.

66
Tabel 4.10 Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat dengan Nilai Standar
Nilai Nilai Interval Nilai Interval Mutu Kinerja Unit
Perseps IKM Konversi IKM pelayanan Pelayanan
i
1 1,00 – 2,5996 25 – 64,99 D Tidak Baik
2 2,60 – 3,064 65,00 – 76,600 C Kurang Baik
3 3,0644 - 3,532 76,61 – 88,30 B Baik
4 3,5324 - 4,00 88,31 – 100,00 A Sangat Baik
Identifikasi complex problem didapatkan kepuasan pasien mendapat nilai
IKM total yaitu 3,4122 dikonversikan dengan nilai interval indeks kepuasan
masyarakat yaitu 85,305 yang berarti baik.
Nilai total pertanyaan kuesioner kepuasan pelanggan tidak ada yang
dibawah 2,60 dengan nilai minimal 2,94. Terdapat beberapa pertanyaan
kuesioner yang mendapat nilai dibawah 3 yaitu:
a) Pertanyaan ke-1 dengan nilai rata-rata perunsur 2,94 dengan nilai 2 ada
8 pasien (16%) yaitu pertanyaan tentang persyaratan pelayanan klinis.
Hal ini menunjukkan bahwa petugas tidak meminta persetujuan
sebelum melakukan anamnesa/wawancara, pemeriksaan fisik dan
rujukan bilamana diperlukan.
b) Pertanyaan ke-5 dengan nilai rata-rata perunsur 3,24 dengan nilai 2 ada
5 pasien (10%) yaitu pertanyaan tentang produk spesifikasi jenis
pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa petugas tidak menyampaikan
info diagnosis penyakit pasien dan pasien harus kembali ke puskesmas
beberapa kali untuk pengobatan.
c) Pertanyaan ke-6 dengan nilai rata-rata perunsur 3,26 dengan nilai 2 ada
1 pasien (2%) yaitu pertanyaan tentang kompetensi pelaksana. Hal ini

67
menunjukkan bahwa petugas tidak mampu memberi informasi yang
jelas mengenai pelayanan yang dilakukan.

Tabel 4.11 Hasil Survei Kepuasan Pelanggan terhadap Pelayanan Klinis


P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
Jumlah nilai 147 181 164 200 162 163 169 200 165
Nilai rata-rata tertimbang per unsur 0,32 0,39 0,36 0,44 0,35 0,35 0,37 0,44 0,36
Nilai indeks pelayanan (IKM) 3,4122
Konversi nilai IKM 85,305
Mutu Pelayanan B
(Kinerja Unit pelayanan Baik)

F. Pemilihan Media Edukasi (Berdasarkan Skala Intensitas)


Identifikasi pemilihan media komunikasi yang sesuai dengan masalah
prosedur pemeriksaan frekuensi nadi adalah menggunakan still picture
tentang pemeriksaan tanda-tanda vital di Puskesmas Gayamsari.
Adapun latar belakang pemilihan media komunikasi tersebut diatas adalah
berdasarkan nilai skala intensitas media komunikasi. Dasar-dasar komunikasi
ini diharapkan dapat merubah kebiasaan petugas dan pesan yang disampaikan
dapat terus di ingat sehingga petugas Puskesmas Gayamsari dapat ikut
berpartisipasi dalam mensukseskan ketercapaian pesan tersebut.
Ciri-ciri skala intensitas metoda dan media komunikasi yang terpilih
dengan memperhatikan, hal-hal sebagai berikut:13

1. Faktor situasi (waktu yang dibutuhkan, keterlibatan staff dan ruang


yang dibutuhkan) (intensitas 1 )
2. Faktor efisiensi dilihat dari segi biaya (intensitas 1 )
3. Faktor efisiensi dilihat dari ongkos petugas awal (intensitas 2)
4. Faktor efisiensi dilihat dari pemeliharaan (intensitas 1)

68
5. Faktor efisiensi dilihat dari luas ruang yang dibutuhkan (intensitas 1)
6. Faktor efisiensi dilihat dari perbaikan alat penggantian (intensitas 1)
7. Faktor efektifitas dilihat dari interaksi,identitas dan repetisi
(intensitas1)
8. Faktor efektifitas dilihat dari retensi (intensitas 2)
9. Faktor efektifitas dilihat dari repetisi (intensitas 2)
10. Faktor efektifitas dilihat dari warna (intensitas 3)
11. Faktor tujuan pendidikan mengenai fakta, prosedur, prinsip, dan
konsep (intensitas 2)
12. Faktor sikap dan pendapat (intensitas 1)
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dengan membuat media
still picture tentang peringatan pemeriksaan tanda-tanda vital secara lengkap
di Puskesmas Gayamsari sebagai salah satu penyelesaian masalah kepatuhan
petugas adalah cukup baik, karena memiliki rata-rata skala intensitas 2.
Langkah – langkah pembuatan media still picture sebagai media edukasi,
yaitu:
a. Menentukan masalah yang akan diinformasikan kepada sasaran
b. Membuat konsep yang akan diinformasikan
c. Melakukan konsultasi dengan petugas pelayanan klinis
d. Menyiapkan alat dan bahan pembuatan poster
e. Membuat still picture (pemilihan tulisan, gambar, pewarnaan,
desain dan masalah yang diinformasikan)
f. Melakukan konsultasi kembali dengan petugas pelayanan klinis
g. Melakukan proses pembuatan still picture untuk unit pelayanan
klinis
h. Mencetak file still picture
i. Memasang still picture pada unit pelayanan klinis

69

Anda mungkin juga menyukai