Pradinianti 1261050087
Dwidian Khresna 1261050232
Try Veronica 1351050057
Maya Anggraini 1361050210
Vine Aprilianita 1461050065
Raissa Anindya Sari 1461050216
Herdianti Selviani 1261050217
Resmian Puja Kusumawati 1261040221
B. Riwayat Penyakit
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 hari SMRS. Keluhan sesak dirasakan
semakin memberat dan tidak hilang dengan beristirahat. Pasien memiliki riwayat PPOK
sejak 17 tahun yang lalu, dengan penggunaan obat teofilin, ambroxol, salbutamol tetapi
obat sudah tidak dikonsumsi selama 2 hari. Keluhan tambahan berupa nafsu makan
menurun. Pasien merokok kirang lebih selama 30 tahun. Riwayat hipertensi dan DM
disangkal.
C. Pemeriksaan Fisik
KU : TSS
Kesadaran ; CM
TD : 100/80 mmHg
HR : 105 x / menit
RR : 32x / menit
Suhu 36.6 c
KEPALA Normocephali
MATA Mata cekung -/- , konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
air mata +/+, edema palpebra -/-, RCL +/+, RCTL +/+
1
THORAKS I : Pergerakan dinding dada simetris, jejas dada (-)
P : Vocal fremitus simetris
P : Hiper Sonor- Hiper sonor
A : BND bronkovesikuler, rh+/+,wh+/+, BJ I &II regular.
Murmur (-). Gallop (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium - 20/10/2018
Hematologi Darah
HB : 12,2 g/dl
Leu : 15,6 ribu/uL
Ht : 38.6 %
Trom : 417 rb
Kimia Klinik
GDS : 159 mg/dl
2
TCO2 : 25,4 mmol/l
Konsentrasi o2 : 19%
Natrium : 131 mmol/l
Kalium : 3,7 mmol/l
Clorida : 96 mmol/l
Kimia Klinik
Ureum Darah : 65 mg/dl
Kreatinin Darah : 0,80 mg/dl
E. Diagnosa
PPOK EKSASERBASI AKUT
BRONKOPNEUMONIA
Tatalaksana di Bangsal :
a. IVFD 1 RL + 2 Amp Aminofilin /24 jam
b. 1 Futrolit/24 jam
c. 1 RL /24jam
d. Levofloksasin 1x750 mg IV
e. Salbutamol 3x1 gr
3
f. NaCl caps 3x1 gr
g. O2 15 lpm
h. Metilprednison 1x125 mg IV ekstra
i. Ranitidin 2x1 amp IV
2. Futrolit
Indikasi : Mengatasi kebutuhan karbohidrat, cairan, & elektrolit pada fase sebelum,
selama, & sesudah operasi, dehidrasi isotonik & kehilangan cairan ekstraseluler.
Kontra indikasi : Gagal ginjal, intoleransi fruktosa & sorbitol, defisiensi fruktosa 1,6-
difosfatase, keracunan metil alkohol. Terapi syok.
ES : trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat injeksi, ekstravasasi &
hipervolemia.
Dosis : 30 mL/kg BB/hari (setara dengan 1.5 g sorbitol/kg BB/hari).
Sediaan : 1 bag infus 500mL.
Opini : pemberian Futrolit sebagai pengganti cairan pada pasien karena dikhawatirkan
pasien akan mengalami kehilangan elektrolit.
4
3. Levofloxacin
a. Mekanisme Kerja :
Levofoxacin dapat menghambat enzim topoisomerase IV dan DNA
gyrase yaitu enzim yang diperlukan untuk rep-likasi, transkripsi, perbaikan
(repair ) dan rekombinasi DNA bakteri
b. Indikasi
• Pneumonia (CAP/
Community Acquired Pneumonia
dan HAP/ Hospital Acquired Pneumonia )
• sinusitis bakterial akut
• infeksi kulit dan struktur kulit
• bronkitis kronik
• infeksi saluran kemih
c. Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap antibiotika golongan kuinolon
Pasien epilepsi
Pasien dengan riwayat gangguan tendon terkait dengan penggunaan
fuorokuinolon
Wanita hamil dan menyusui
5
Anak-anak < 18 tahun
d. Efek Samping :
Saluran Cerna : mual, muntah
Susunan Saraf Pusat : sakit kepala,halusinasi,kejang dan delirium
Hepatotoksisitas
Tendinitis
e. Interaksi Obat :
• Antasid dan preparat besi (Fe) :
Absorpsi flurokuinolon dapat berkurang. Oleh karena itu penggunan
antasid dan Fe harus diberikan dengan selang waktu 3 jam.
• Golongan obat kuinolon sebaiknya tidak dikombinasikan dengan obat-
obat yang dapat memperpanjang Qtc interval, antara lain:
kuinidin,amiodaron
• Obat anti inflamasi non steroid (AINS)
Penggunaan levofoxacin denganAINS dapat meningkatkan risiko
stimulasi susunan saraf pusat dan kejang
f. Opini
Berdasarkan kasus, hasil laboratorium pasien didapatkan leukosistosis
(15.6 ribu/uL). Hal tersebut menandakan pasien mengalami infeksi. Pemberian
levofloxacin pada pasien sudah tepat untuk mengatasi infeksi bakteri pada
pasien
6
b. Indikasi
Asma bronkiale
Emfisema
Bronkitis
Meringankan bronkospasme
c. Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Hipertiroidisme
Penyakit kardiovaskular
Hamil ( terumatan trimester 1 dan 2 )
d. Efek Samping
Tremor
Takikardi
Hipokalemi
Sakit kepala
e. Interaksi Obat
Bersama pemakaian dengan B-blocker : menghilangkan efek obat ( kerja
berlawanan)
Pemakaian bersama dengan monoamioksidase dapat menyebabkan
hipertensi
Teofilin ditambah dengan B2 Agonis bekerja secara sinergis dan akan
meningkatkan efek bronkodilator
f. Opini
Berdasarkan kasus pasien mengeluh sesak napas akibat adanya
bronkospasme, dengan pemberian salbutamol dapat meringankan
bronkospasme, karena salbutamol bekerja untuk merelaksasikan otot polos
pada bronkus dan meningkatkan mucus clearance.
7
5. NaCl Kapsul
a. Indikasi
Hiponatrium
Hipokalium
Hipomagnesium
Perdarahan aktif
b. Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Retensi natrium
Gagal ginjal kongesif
Gangguan ginjal parah
Sirosis hepar
c. Efek Samping
Mual, muntah
Diare
Otot berkedut
Radang saluran pencernaan
Konstipasi
Iritasi mata
d. Interaksi Obat
Indomethacin
Oxytocin
Terbutaline
e. Opini
Dari anamnesia dan pemeriksaan fisik tidak didadaptkan adanya
gambaeran hiponaterimi, dan Kadar Natrium pada pasien 131mmol/L,
mengalami sedikit penurunan (4mmol/L) dengan angka rujukan 136-
8
145mmol/L. Pasien juga di berikan cairan RL yang mengandung NaCl 0,9%.
Sehingga tidak terlalu diperlukan pemberian capsul NaCl.
6. Metilprednisolon
a. Mekanisme kerja
Keterangan: Methylprednisolone mengikat dan mengaktifkan reseptor
glukokortikoid intraseluler. Reseptor glukokortikoid aktif berikatan dengan
DNA (yang dapat mengaktifkan atau menekan transkripsi) dan
mengaktifkan faktor transkripsi yang mengakibatkan inaktivasi gen melalui
deasetilasi histon.
b. Farmakokinetik:
Penyerapan: Cepat diserap (oral); diserap dari sendi lebih dari satu minggu
tetapi lebih lambat diserap. Pada Inj. IM cepat diserap setelah inj IM.
Waktu kadar puncak dari konsentrasi plasma: 2 jam.
Distribusi: Cukup cepat didistribusikan (oral). Menembus plasenta. Volume
distribusi: 0,7-1,5 L / kg.
Ekskresi: Plasma paruh: ≥3,5 jam.
c. Indikasi
• cedera spinal akut
• neuritis optic
• Crohn’s Disease
d. Kontraindikasi
Diabetes melitus
Tukak peptic/duodenum
9
Infeksi berat
Hipertensi
e. Efek samping:
• Insufisiensi adrenal akut (demam, myalgia, artralgia, malaise)
• Osteoporosis
f. Dosis obat
Bentuk oral: 4 mg
Parenteral: 40 mg/mL
g. Interaksi Obat
• Terjadi resiko hipokalemia dengan deplesi K ((amphotericin B,
diuretik)
10
7. Ranitidine
a. Keterangan: Ranitidine secara kompetitif memblok histamin pada reseptor-
H2 dari sel parietal lambung yang menghambat sekresi asam lambung. Itu
tidak mempengaruhi sekresi pepsin.
b. Farmakokinetik:
Absorpsi: Mudah terserap dari saluran pencernaan. Bioavailabilitas: Sekitar
50%. Waktu kadar puncak konsentrasi plasma: Sekitar 2-3 jam (oral); kira-
kira 15 menit (IM).
Distribusi: Didistribusikan secara luas; memasuki ASI, melintasi barrier
plasenta. Volume distribusi: Sekitar 1,4 L / kg. Protein plasma mengikat:
Sekitar 15%.
Metabolisme: Dihetabolisme hati. Sebagian kecil dikonversi menjadi N-
oksida (metabolit utama, kira-kira 4-6% dari dosis), S-oksida dan
desmethylranitidine .
Excretion: Via urin (oral: Sekitar 30%, IV: 70%) sebagai obat tidak berubah
dan dalam feses. Waktu paruh eliminasi: Sekitar 2-3 jam.
c. Indikasi
• Tukak duodenum
• Tukak lambung
• GERD
d. Kontraindikasi
Riwayat Porphyria akut
e. Efek samping
• Nyeri kepala
• Letargi
• Mulut kering
• Abdominal discomfort
11
f. Dosis obat
• Stres ulserasi pada saluran cerna bagian atas (intravena):
g. Interaksi obat
• Pemberian secara bersamaan obat antasida seperti magnesium
hidroksida dan aluminium hidroksida dapat menurunkan bioviabilitas
ranitidin sampai 30-40%.
12