Anda di halaman 1dari 13

DISKUSI KASUS PENYAKIT DALAM

PPOK EKSASERBASI AKUT & BRONKOPNEUMONIA

Pradinianti 1261050087
Dwidian Khresna 1261050232
Try Veronica 1351050057
Maya Anggraini 1361050210
Vine Aprilianita 1461050065
Raissa Anindya Sari 1461050216
Herdianti Selviani 1261050217
Resmian Puja Kusumawati 1261040221

KEPANITERAAN KLINIK FARMASI


PERIODE 1 OKTOBER – 3 NOVEMBER 2018
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. T M
Tanggal Lahir : 27 Mei 1937
Usia :83 tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pensiunan
Status Perkawinan : Sudah menikah
Alamat : Jl. Toba II

B. Riwayat Penyakit
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 hari SMRS. Keluhan sesak dirasakan
semakin memberat dan tidak hilang dengan beristirahat. Pasien memiliki riwayat PPOK
sejak 17 tahun yang lalu, dengan penggunaan obat teofilin, ambroxol, salbutamol tetapi
obat sudah tidak dikonsumsi selama 2 hari. Keluhan tambahan berupa nafsu makan
menurun. Pasien merokok kirang lebih selama 30 tahun. Riwayat hipertensi dan DM
disangkal.

C. Pemeriksaan Fisik
KU : TSS
Kesadaran ; CM
TD : 100/80 mmHg
HR : 105 x / menit
RR : 32x / menit
Suhu 36.6 c

KEPALA Normocephali

MATA Mata cekung -/- , konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
air mata +/+, edema palpebra -/-, RCL +/+, RCTL +/+

HIDUNG Sekret +/+, cavum nasi hiperemis -/-

1
THORAKS I : Pergerakan dinding dada simetris, jejas dada (-)
P : Vocal fremitus simetris
P : Hiper Sonor- Hiper sonor
A : BND bronkovesikuler, rh+/+,wh+/+, BJ I &II regular.
Murmur (-). Gallop (-)

ABDOMEN I : perut tampak mendatar


A : BU (+) 4x/ menit
P : Timpani, nyeri ketuk (-),
P : Defence muscular (-) , supel (+), nyeri tekan (-)

EKSTREMITAS Akral hangat, CRT <2”, edema (-)

D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium - 20/10/2018
Hematologi Darah
 HB : 12,2 g/dl
 Leu : 15,6 ribu/uL
 Ht : 38.6 %
 Trom : 417 rb

Kimia Klinik
 GDS : 159 mg/dl

AGD dan ELEKTROLIT


 PH darah : 7,261
 PCO2 : 52,3 mmHg
 Po2 : 187,2 mmHg
 Saturasi o2 : 99,4%
 Base Excess : -3.2 mmol/l
 HCO3 : 23,8 mmol/l

2
 TCO2 : 25,4 mmol/l
 Konsentrasi o2 : 19%
 Natrium : 131 mmol/l
 Kalium : 3,7 mmol/l
 Clorida : 96 mmol/l

Hasil laboratorium - 21/10/2018

Kimia Klinik
 Ureum Darah : 65 mg/dl
 Kreatinin Darah : 0,80 mg/dl

E. Diagnosa
PPOK EKSASERBASI AKUT
BRONKOPNEUMONIA

F. Tatalaksana dan Opini


Tatalaksana IGD :
a. IVFD 1 RL + 2 Amp Aminofilin /24 jam
b. 1 Frufolit/24 jam
c. 1 RL /24jam
d. Levofloksasin 1x750 mg IV
e. Salbutamol 3x1 gr
f. NaCl caps 3x1 gr

Tatalaksana di Bangsal :
a. IVFD 1 RL + 2 Amp Aminofilin /24 jam
b. 1 Futrolit/24 jam
c. 1 RL /24jam
d. Levofloksasin 1x750 mg IV
e. Salbutamol 3x1 gr

3
f. NaCl caps 3x1 gr
g. O2 15 lpm
h. Metilprednison 1x125 mg IV ekstra
i. Ranitidin 2x1 amp IV

G. Analisis Tatalaksana Farmakoterapi


1. Aminofilin
Indikasi : Asma Bronkial, PPOK, Apneu pada bayi premature
Kontra indikasi : penyakit jantung, hipertensi, hipertiroid.
ES : keracunan akut, sakit kepala hebat, agitasi dan muntah
Dosis : 6mg/kgBB (IV)
Dosis yang diberikan pada pasien :Aminofilin/24 jam
Sediaan : Tablet : 225mg, 350mg
Injeksi : 25mg/ml dalam 10ml
Interaksi obat : Kombinasi dengan anelgetik untuk mengobati sakit kepala.
Opini : pemberian Aminofilin sesuai karena pasien dating dengan keluhan eksaserbasi
akut dan salah satu indikasi pemberian aminofilin adalah untuk mengobati status
asmatikus.

2. Futrolit
Indikasi : Mengatasi kebutuhan karbohidrat, cairan, & elektrolit pada fase sebelum,
selama, & sesudah operasi, dehidrasi isotonik & kehilangan cairan ekstraseluler.
Kontra indikasi : Gagal ginjal, intoleransi fruktosa & sorbitol, defisiensi fruktosa 1,6-
difosfatase, keracunan metil alkohol. Terapi syok.
ES : trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat injeksi, ekstravasasi &
hipervolemia.
Dosis : 30 mL/kg BB/hari (setara dengan 1.5 g sorbitol/kg BB/hari).
Sediaan : 1 bag infus 500mL.
Opini : pemberian Futrolit sebagai pengganti cairan pada pasien karena dikhawatirkan
pasien akan mengalami kehilangan elektrolit.

4
3. Levofloxacin
a. Mekanisme Kerja :
Levofoxacin dapat menghambat enzim topoisomerase IV dan DNA
gyrase yaitu enzim yang diperlukan untuk rep-likasi, transkripsi, perbaikan
(repair ) dan rekombinasi DNA bakteri

Spektrum aktivitas antibakteri


Levofoxacin mempunyai spektrumaktivitas antibakteri yang luas yaitu da-
pat melawan bakteri gram positif (seperti :Streptococcus pneumonia termasuk
yangresisten terhadap penicillin, Staphylococcusaureus yang peka terhadap
methicillin) dan negatif (seperti: Haemophillus infuenzae, Moraxella catarrhalis,
Enterobacteriaceae )serta bakteri atipikal (seperti: Chlamydia
pneumoniae, Mycoplasma pneumonia dan Legionella spp )

b. Indikasi
• Pneumonia (CAP/
Community Acquired Pneumonia
dan HAP/ Hospital Acquired Pneumonia )
• sinusitis bakterial akut
• infeksi kulit dan struktur kulit
• bronkitis kronik
• infeksi saluran kemih

c. Kontraindikasi
 Pasien yang hipersensitif terhadap antibiotika golongan kuinolon
 Pasien epilepsi
 Pasien dengan riwayat gangguan tendon terkait dengan penggunaan
fuorokuinolon
 Wanita hamil dan menyusui

5
 Anak-anak < 18 tahun

d. Efek Samping :
 Saluran Cerna : mual, muntah
 Susunan Saraf Pusat : sakit kepala,halusinasi,kejang dan delirium
 Hepatotoksisitas
 Tendinitis
e. Interaksi Obat :
• Antasid dan preparat besi (Fe) :
Absorpsi flurokuinolon dapat berkurang. Oleh karena itu penggunan
antasid dan Fe harus diberikan dengan selang waktu 3 jam.
• Golongan obat kuinolon sebaiknya tidak dikombinasikan dengan obat-
obat yang dapat memperpanjang Qtc interval, antara lain:
kuinidin,amiodaron
• Obat anti inflamasi non steroid (AINS)
Penggunaan levofoxacin denganAINS dapat meningkatkan risiko
stimulasi susunan saraf pusat dan kejang
f. Opini
Berdasarkan kasus, hasil laboratorium pasien didapatkan leukosistosis
(15.6 ribu/uL). Hal tersebut menandakan pasien mengalami infeksi. Pemberian
levofloxacin pada pasien sudah tepat untuk mengatasi infeksi bakteri pada
pasien

4. Salbutamol (golongan B2-Agonis)


a. Mekanisme Kerja
Salbutamol bekerja pada reseptor beta2-adrenergik dalam menstimulasi
enzim adenil siklase intraseluler Meningkatnya kadar cAMP relaksasi otot
polos bronkial, inhibisi terhadap dilepaskannya mediator”immediate
hypersensitivity” dari sel-sel, terutama dari sel mast.Dan meningkatkan mucus
clearance

6
b. Indikasi
 Asma bronkiale
 Emfisema
 Bronkitis
 Meringankan bronkospasme

c. Kontraindikasi
 Hipersensitivitas
 Hipertiroidisme
 Penyakit kardiovaskular
 Hamil ( terumatan trimester 1 dan 2 )

d. Efek Samping
 Tremor
 Takikardi
 Hipokalemi
 Sakit kepala

e. Interaksi Obat
 Bersama pemakaian dengan B-blocker : menghilangkan efek obat ( kerja
berlawanan)
 Pemakaian bersama dengan monoamioksidase dapat menyebabkan
hipertensi
 Teofilin ditambah dengan B2 Agonis bekerja secara sinergis dan akan
meningkatkan efek bronkodilator

f. Opini
Berdasarkan kasus pasien mengeluh sesak napas akibat adanya
bronkospasme, dengan pemberian salbutamol dapat meringankan
bronkospasme, karena salbutamol bekerja untuk merelaksasikan otot polos
pada bronkus dan meningkatkan mucus clearance.
7
5. NaCl Kapsul
a. Indikasi
 Hiponatrium
 Hipokalium
 Hipomagnesium
 Perdarahan aktif
b. Kontraindikasi
 Hipersensitivitas
 Retensi natrium
 Gagal ginjal kongesif
 Gangguan ginjal parah
 Sirosis hepar
c. Efek Samping
 Mual, muntah
 Diare
 Otot berkedut
 Radang saluran pencernaan
 Konstipasi
 Iritasi mata
d. Interaksi Obat
 Indomethacin
 Oxytocin
 Terbutaline

e. Opini
Dari anamnesia dan pemeriksaan fisik tidak didadaptkan adanya
gambaeran hiponaterimi, dan Kadar Natrium pada pasien 131mmol/L,
mengalami sedikit penurunan (4mmol/L) dengan angka rujukan 136-

8
145mmol/L. Pasien juga di berikan cairan RL yang mengandung NaCl 0,9%.
Sehingga tidak terlalu diperlukan pemberian capsul NaCl.

6. Metilprednisolon
a. Mekanisme kerja
Keterangan: Methylprednisolone mengikat dan mengaktifkan reseptor
glukokortikoid intraseluler. Reseptor glukokortikoid aktif berikatan dengan
DNA (yang dapat mengaktifkan atau menekan transkripsi) dan
mengaktifkan faktor transkripsi yang mengakibatkan inaktivasi gen melalui
deasetilasi histon.
b. Farmakokinetik:
Penyerapan: Cepat diserap (oral); diserap dari sendi lebih dari satu minggu
tetapi lebih lambat diserap. Pada Inj. IM cepat diserap setelah inj IM.
Waktu kadar puncak dari konsentrasi plasma: 2 jam.
Distribusi: Cukup cepat didistribusikan (oral). Menembus plasenta. Volume
distribusi: 0,7-1,5 L / kg.
Ekskresi: Plasma paruh: ≥3,5 jam.
c. Indikasi
• cedera spinal akut

• episode akut penyakit multiple sclerosis

• neuritis optic

• Crohn’s Disease

• systemic lupus erythematosus (SLE)

• Asma eksaserbasi akut

d. Kontraindikasi
 Diabetes melitus

 Tukak peptic/duodenum

9
 Infeksi berat

 Hipertensi

e. Efek samping:
• Insufisiensi adrenal akut (demam, myalgia, artralgia, malaise)

• Gangguan cairan dan elektrolit

• Pada pasien tukak peptic mungkin dapat mengalami perdarahan atau


perforasi

• Osteoporosis

• Cushing syndrome (moon face, buffalo hump, timbunan lemak


supraklavikular, hirsutisme).

f. Dosis obat
 Bentuk oral: 4 mg
 Parenteral: 40 mg/mL
g. Interaksi Obat
• Terjadi resiko hipokalemia dengan deplesi K ((amphotericin B,
diuretik)

• Penurunan klirens dengan antibiotik makrolid.

• Peningkatan klirens dengan cholestyramine.

• Peningkatan resiko aritmia dengan digitalis

• Resiko terjadinya gangguan saluran cerna dengan aspirin maupun obat


NSAIDs.

• Meningkatkan peningkatan efek dari antikoagulan yaitu warfarin.

10
7. Ranitidine
a. Keterangan: Ranitidine secara kompetitif memblok histamin pada reseptor-
H2 dari sel parietal lambung yang menghambat sekresi asam lambung. Itu
tidak mempengaruhi sekresi pepsin.
b. Farmakokinetik:
Absorpsi: Mudah terserap dari saluran pencernaan. Bioavailabilitas: Sekitar
50%. Waktu kadar puncak konsentrasi plasma: Sekitar 2-3 jam (oral); kira-
kira 15 menit (IM).
Distribusi: Didistribusikan secara luas; memasuki ASI, melintasi barrier
plasenta. Volume distribusi: Sekitar 1,4 L / kg. Protein plasma mengikat:
Sekitar 15%.
Metabolisme: Dihetabolisme hati. Sebagian kecil dikonversi menjadi N-
oksida (metabolit utama, kira-kira 4-6% dari dosis), S-oksida dan
desmethylranitidine .
Excretion: Via urin (oral: Sekitar 30%, IV: 70%) sebagai obat tidak berubah
dan dalam feses. Waktu paruh eliminasi: Sekitar 2-3 jam.
c. Indikasi
• Tukak duodenum

• Tukak lambung

• GERD

d. Kontraindikasi
Riwayat Porphyria akut
e. Efek samping
• Nyeri kepala

• Letargi

• Konstipasi atau diare

• Mulut kering

• Abdominal discomfort

11
f. Dosis obat
• Stres ulserasi pada saluran cerna bagian atas (intravena):

Dewasa: 50 mg dengan IV inj secara lambat sebagai dosis utama diikuti


0.125-0.25 mg/kg/hr sebagai infus IV kontinu kemudian diganti
pemberian secara oral.
Anak-anak: 1 mg / kg (maks: 50 mg) sebagai inj IV lambat selama
minimal 2 menit 6-8 jam atau 0,125-0,25 mg / kg / jam sebagai infus
kontinu.
• Ulkus peptikum/ duodenum : 2 x 150 mg ( pagi dan malam) atau 1 x 300
(sebelum tidur)

• GERD : 2 x 150 mg.

g. Interaksi obat
• Pemberian secara bersamaan obat antasida seperti magnesium
hidroksida dan aluminium hidroksida dapat menurunkan bioviabilitas
ranitidin sampai 30-40%.

• Metoklopramid dapat menurunkan absorbsi ARH2

• Fenobarbital dapat menurunkan absorbsi ARH-2.

12

Anda mungkin juga menyukai