KLORAMFENIKOL
Bentuk yang kedua bentuknya lebih buruk karena anemia yang terjadi
bersifat menetap seperti anemia aplastik dengan pansitopenia.
Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan.
Efek samping ini diduga disebabkan oleh adanya kelainan genetik.
Reaksi alergi
Kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan kulit,
angioudem, urtikaria dan anafilaksis. Kelainan yang
menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada
pengobatan demam Tifoid walaupun yang terakhir ini
jarang dijumpai.
Reaksi saluran cerna
Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan
enterokolitis.
Sindrom Grey
Pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur yang mendapat
dosis tinggi (200 mg/kg BB) dapat timbul sindrom Grey, biasanya
antara hari ke 2 sampai hari ke 9 masa terapi, rata-rata hari ke 4.
Mula-mula bayi muntah, tidak mau menyusui, pernafasan cepat
dan tidak teratur, perut kembung, sianosis dan diare dengan tinja
berwarna hijau dan bayi tampak sakit berat.
Pada hari berikutnya tubuh bayi menjadi lemas dan berwarna
keabu-abuan; terjadi pula hipotermia (kedinginan).
Reaksi neurologik
Dapat terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium dan sakit
kepala.
Penggunaan klinik
Tiamfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan : kapsul 250 dan 500 mg dan botol 60 ml
Kloramfenikol
I : terapi pada demam tiphoid. Dapat juga digunakan
sebagai terapi pada meningitis yang disebabkan oleh H.
Influenzae
Terhadap kuman gram +, maupun gram – obat ini umumnya kurang aktif
dibandingkan Kloramfenikol tetapi terhadap S. pyogenes, Penumococcus,
Haemophillus dan Meningococcus aktivitasnya sama dengan Kloramfenikol.
Terhadap beberapa kuman, daya antibakterinya lebih lemah dari Kloramfenikol.