Anda di halaman 1dari 7

Farda Nurulaini

P20630120047
D3 Farmasi 1B
TOPIK 5. ANTIBIOTIK GOLONGAN BETA LAKTAM

TUJUAN :
Mahasiswa mampu mampu memahami dan mengkorelasikan Antibiotik golongan beta laktam
pada berbagai penyakit infeksi.

METODE :
Studi kasus dan diskusi

STUDI KASUS :

Kasus 1.
Pasien anak usia 10 bulan (BB 7,7 kg) dirawat di rumah sakit dengan keluhan demam sejak 4
hari yang lalu, batuk berdahak, pilek, sulit untuk makan dan minum. Dari hasil pemeriksaan
pasien didiagnosa mengalami pneumonia. Obat yang diterima pasien yaitu Amoksisilin 3 x 240
mg, Combiven nebu per 6 jam, Sanble plek 4x0,6 mL, KAEN 3B infus.

Pertanyaan :
1. Tentukanlah Subjektif dari kasus diatas !
Jawaban : Pasien anak usia 10 bulan (BB 7,7 kg) dirawat di rumah sakit dengan keluhan
demam sejak 4 hari yang lalu, batuk berdahak, pilek, sulit untuk makan dan minum.
2. Tentukanlah Objektif dari kasus di atas !
Jawaban : Dari hasil pemeriksaan pasien didiagnosa mengalami pneumonia.
3. Apakah tujuan terapi pada kasus di atas?
Jawaban : bertujuan untuk mengatasi infeksi, meredakan gejala, dan mencegah
komplikasi. Pengobatan akan diberikan sesuai penyebab dan tingkat keparahan kondisi.
4. Bagaimakah mekanisme kerja masing2 obat di atas ?
Jawaban :
 Amoksisilin bekerja dengan menghambat sintesis dari dinding sel bakteri.
Amoksisilin menghambat cross-linkage di antara rantai polimer peptidoglikan linear
yang membentuk komponen utama dari dinding sel dari bakteri Gram-positif dan
komponen minor dari Gram-negatif.
 Obat ini memiliki kandungan albuterol atau salbutamol sulfat dan ipratropium
bromida. Combivent memiliki cara kerja dengan membuka saluran udara ke paru-
paru serta melakukan relaksasi atau mengendurkan otot-otot pada saluran napas.
 San-B-Plex merupakan obat sirup tetes yang diproduksi oleh Sanbe Farma. San-B-
Plex mengandung Vitamin A, vitamin D, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6,
nicotinamide, dexpanthenol, vitamin C yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi untuk bayi dan anak, meningkatkan daya tahan tubuh anak, dan meningkatkan
nafsu makan anak.
 KA-EN merupakan sediaan infus yang di produksi oleh Otsuka Indonesia. Sediaan
infus ini tersedia dalam bentuk KA-EN 3B dan KA-EN 4B yang digunakan sebagai
larutan intravena untuk mensuplai cairan dan elektrolit. KA-EN 3B mengandung Na
50 mEq, K 20 mEq, Cl 50 mEq, lactate 20 mEq, glucose 27 g per liter. KA-EN 4B
mengandung NaCl 0.585 g, KCl 0.3 g, Na lactate 0.56 g, dextrose 20 g per liter.
5. Berapakah dosis lazim masing-masing obat ?
Jawaban :
 Amoksisilin :
oral: 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat; ANAK hingga 10
tahun: 125 - 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat. Otitis media, 1 g
setiap 8 jam. Anak 40 mg/kg bb sehari dalam 3 dosis terbagi (maksimum 3 g sehari).
Pneumonia, 0,5 – 1 g setiap 8 jam.
 Combiven nebu :
dosis awal: 1 unit dose vial (UDV). Dosis bisa ditingkatkan menjadi 2 UDV
tergantung keparahan gejala. Dosis lanjutan: 1 UDV, 3-4 kali sehari.
 San B Plex :
Anak: 0.6 mL setiap hari
Bayi 0.3 mL setiap hari, diminum sesudah makan.
 KA-EN 3B infus :
Dosis KA-EN Mg3 bersifat individual. Dosis Lazim adalah 500-1000 mL.
Penggunaan KA-EN Mg3 injeksi harus dibantu oleh tenaga ahli medis.
6. Jelaskan terapi non-farmakologi
Jawaban : Terapi secara non farmakologi diantaranya melakukan suction, melakukan
fisioterapi dada, pemberian posisi postural drainase, mengajarkan batuk efektif.
7. Jelaskan informasi obat yang harus diterima pasien
Jawaban :
1. Efek Samping Amoksisilin
 Amoxicillin dapat menyebabkan efek samping yang bersifat ringan. Beberapa efek
samping yang dapat muncul adalah:
Mual, Muntah, Sakit kepala, Muncul ruam pada kulit, Diare.
2. Peringatan Khusus
Peringatan Sebelum Mengonsumsi Amoxicillin:
 Harap berhati-hati jika Anda menderita asma, penyakit ginjal, penyakit hati,
mononukleosis, dan rinitis alergi.
 Beri tahu dokter jika memiliki riwayat diare yang disebabkan oleh obat antibiotik.
1. Efek Samping Combiven nebu : Sakit kepala, Pusing, Batuk, Mual, Muntah,
Mulut kering, Gemetar (tremor), Sembelit.
2. Peringatan Khusus
Peringatan Sebelum Menggunakan Combivent:
 Jangan menggunakan Combivent jika Anda memiliki alergi terhadap ipratropium
bromide dan salbutamol.
 Beri tahu dokter jika Anda menderita penyakit hipertensi, glaukoma, pembesaran
prostat, diabetes, dan hipertiroidisme.
1. Efek Samping san plex : Belum ada efek samping selama ini.
2. Perhatian khusus : Mengandung pemanis buatan saccharin sodium.
1. Efek Saming : Intoksikasi cairan, Tromboflebitis (peradangan pada pembuluh
darah balik), Edema paru, otak, dan perifer.
2. Kontaindikasi : Tidak boleh diberikan pada penderita gangguan irama jantung,
muatan natrium yang berlebihan, penderita hiperkalemia (kadar
kalium lebih dari normal), oliguria (pengeluaran urin kurang
dari 400 ml/kg/hari pada orang dewasa

TOPIK 6. ANTIBIOTIK TETRASIKLIN, MAKROLIDA, KLORAMFENIKOL , AMINOGLIKOSIDA DAN


STREPTOMISIN

TUJUAN :
Mahasiswa mampu mampu memahami dan mengorelasikan Antibiotik tetrasiklin, makrolida,
klindamisin, kloramfenikol , aminoglikosida dan streptomisin pada berbagai penyakit infeksi.

METODE :
Studi kasus dan diskusi

STUDI KASUS :

Kasus 1 :
Seorang Mahasiswi (19 tahun) datang ke IGD dengan keluhan utama demam sejak 4 hari yang
lalu. Suhu tubuh meningkat pada malam hari. Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu sakit
kepala, mual, akan tetapi tidak muntah, perut terasa sakit dan nafsu makan menurun. Buang air
kecil lancar, belum buang air besar selama 2 hari. Pasien sudah berobat kepuskesmas 3 hari yang
lalu, tetapi keluhannya belum membaik sehingga keluarganya memutuskan untuk dibawa ke RS.
Hasil pemeriksaan : Kondisi tubuh lemah, Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi: 88 x/menit.
Nadi : 20 x/menit, Salmonella typhi : +, Suhu: 39,5 °C, BB : 46 kg. Lidah kotor (+). Dari hasil
pemeriksaan dokter, pasien didiagnosa mengalami demam tifoid. Terapi yang didapatkn pasien
yaitu Kloramfenikol, Parasetamol, Vitamin B complek.

Pertanyaan :
1. Tentukanlah Subjektif dari kasus diatas !
Jawaban :
Seorang Mahasiswi (19 tahun) datang ke IGD dengan keluhan utama demam sejak 4 hari
yang lalu. Suhu tubuh meningkat pada malam hari. Keluhan lain yang dirasakan pasien
yaitu sakit kepala, mual, akan tetapi tidak muntah, perut terasa sakit dan nafsu makan
menurun. Buang air kecil lancar, belum buang air besar selama 2 hari.
2. Tentukanlah Objektif dari kasus di atas !
Jawaban : pasien didiagnosa mengalami demam tifoid.
3. Apakah tujuan terapi pada kasus di atas?
Jawaban : untuk mempercepat penyembuhan, meminimalkan komplikasi sekaligus untuk
mencegah penyebaran penyakit.
4. Bagaimakah mekanisme kerja masing2 obat di atas ?
Jawaban :
 Mekanisme kerja kloramfenikol yaitu dengan daya kerja menghambat sintesis
protein, melekat pada subunit 50S dari ribosom. Obat ini menganggu pengikatan
asam amino baru pada rantai peptida yang sedang dibentuk, sebagian besar karena
kloramfenikol menghambat peptidil transferase.
 Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi zat penyebab peradangan,
yaitu prostaglandin. Dengan penurunan kadar prostaglandin di dalam tubuh, tanda
peradangan seperti demam dan nyeri akan berkurang.
 Vitamin B kompleks berperan dalam remetilasi homosistein menjadi metionin yang
kemudian akan mengalami adenosilasi menjadi S-adenosylmethionine. S-
adenosylmethionine adalah donor methyl utama pada berbagai reaksi biokimia,
termasuk pada sintesis neurotransmitter monoaminergik.
5. Berapakah dosis lazim masing-masing obat ?
Jawaban :
 Kloramfenikol
Dewasa: 50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis. Pada infeksi berat, dosis dapat
dinaikkan hingga 100 mg/kgBB per hari. Anak-anak: 25-50 mg/kgBB per hari, dibagi
dalam 4 dosis. Pada infeksi berat, dosis dapat dinaikkan hingga 100 mg/kg per hari.
 Paracetamol
Oral atau rektal: 325-650 mg tiap 4-6 jam atau 1000 mg 3-4 kali sehari. Dosis
maksimal harian: 4000 mg/hari.
 Vitamin B complex
Dosis dewasa: 25-2.000 mcg obat minum per hari. Dosis anak-anak: 0,5-3 mcg per
hari.
6. Jelaskan terapi non-farmakologi
Jawaban : Terapi non farmakologis untuk demam tifoid yaitu tirah baring, diet lunak
rendah serat serta menjaga kebersihan.
7. Jelaskan informasi obat yang harus diterima pasien
Jawaban :
1. Efek Samping Kloramfenikol : diskrasia darah (anemia aplastik, anemia
hipoplastik, trombositopenia dan granulositopenia), gangguan saluran pencernaan
(mual, muntah, glositis, stomatitis dan diare), reaksi hipersensitif (demam, ruam
angioedema, dan urtikaria), sakit kepala, depresi mental, neuritis optik dan
sindrom grey.
2. Peringatan Sebelum Menggunakan Chloramphenicol
 Jangan menggunakan chloramphenicol jika Anda memiliki alergi, terutama terhadap
obat ini.
 Harap berhati-hati jika Anda atau keluarga memiliki riwayat kelainan darah, seperti
anemia aplastik, gangguan sumsum tulang, penyakit ginjal, dan penyakit liver.
1. Efek Samping Paracetamol : Demam, Muncul ruam kulit yang terasa gatal, Sakit
tenggorokan, Muncul sariawan, Nyeri punggung, Tubuh terasa lemah, Kulit atau
mata berwarna kekuningan, Timbul memar pada kulit.
2. Peringatan Sebelum Mengonsumsi Paracetamol (Acetaminophen)
 Jangan mengonsumsi dan menggunakan paracetamol jika memiliki riwayat alergi
dengan obat ini.
 Jangan memberikan paracetamol kepada anak berusia di bawah 2 tahun tanpa
petunjuk dari dokter.
1. Efek Samping Vitamin B Comlex : Pusing, Sering buang air kecil, Perubahan
warna urin, Tinja berwarna hitam, Sembelit, Diare, sakit perut,
Mual.
2. Kontraindikasi : Vitamin B kompleks dianggap cukup aman dikonsumsi.
Kontraindikasi penggunaan vitamin B kompleks adalah apabila
pasien memiliki riwayat alergi dengan obat ini atau komponennya.

Anda mungkin juga menyukai