Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

KROMATOGRAFI KOLOM FRAKSI ETIL EKSTRAK KAYU


SECANG

Dosen Pengampu :
Rani Rubiyanti, M.Farm.,Apt
Nur Aji, M.Farm.,Apt

Disusun Oleh :
Anitia Marwah Nurahadiat
P20630120042
Deani Sucia Fakhirah
P20630120046
Fayza Nur Arofah Prameswari
P20630120049
Gan Gan Kurniawan P20630120053
Rela Husnul Khotimah P20630120069
Rena Rahmayanti P20630120070
Ervy Dewi Yuniarti P20630120077
Titi Rosmiati P20630120078

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
2021/22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum ini yang berjudul “Fraksinasi dan Penotolan Ekstrak Daun
Jati Belanda”.

Laporan Praktikum ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fitokimia Jurusan D-III Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Tasikmalaya. Selesainya Laporan Praktikum ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang
tak ternilai harganya. Untuk itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terima
kasih kepada:

1. Hj. Ani Radiati R, S.Pd., M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Tasikmalaya;
2. Rani Rubiyanti, M.Farm., Apt dan Nur Aji, M.Farm., Apt. selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Fitokimia yang telah memberikan bimbingan,
motivasi, petunjuk, dan arahan kepada kami; dan
3. Teman-teman seperjuangan di Jurusan D-III Farmasi Tingkat 2 Kelas B
yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat.
Yang terpenting untuk kedua orang tua kami, yang telah memberikan
kekuatan secara moril maupun materil, karena tanpa bantuan mereka mustahil
kami bisa menyelesaikan makalah ini. Terima kasih telah membimbing dan
menyayangi kami sampai saat ini. Semoga segala bantuan yang telah diberikan
kepada kami, senantiasa mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Aamiin.

Akhirnya, kami berharap semoga Laporan Praktikum ini dapat


memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi semua pembaca,
serta dapat berguna bagi kemajuan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Tasikmalaya, 26 April 2022


Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farkasinasi adalah suatu metode pemisahan suatu senyawa organic


berdasarkan kelarutan senyawa – senyawa tersebut dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur,biasanya antara pelarut air dan pelarut organic ( Soebagio,
Rusdiana, & Kairudin, 2007 ). Teknik pemisahan cairan ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan corong pisah. Kedua pelarut yang tidak saling bercampur
tersebut dimasukan kedalam corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan.
Solute atau senyawa organic akan terdistribusi kedalam fasenya masing – masing
tergantung kelarutannya terhadap fase tersebut dan kemudian akan membentuk
dua lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang dapat dipisahkan dengan
membuka kunci pipa corong pisah ( Odugbemi, 2019 ).

Fraksinasi merupakan proses pemisahan jenis senyawa yang terdapat


pada tumbuhan. Fraksinasi dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan
kandungan senyawa utama dari golongan senyawa yang lain. Pemisahan terhadap
fraksi dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat senyawa yang dikehendaki.
Fraksinasi umumnya dilakukan menggunakan pelarut dengan polaritas yang
berbeda sehingga senyawa yang bersifat polar akan masuk kedalam pelarut polar
sedangkan seyawa non polar akan masuk kedalam pelarut non polar (Alam dan
Tayeb, 2003).

Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar


dan dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat
ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut. Emapat tahapan fraksinasi
bertingkat dengan menggunakan empat macam pelarut yaitu: ekstraksi
aseton,fraksinasi n-heksan,fraksinasi etil eter,fraksinasi etil asetat (Lestari dan
Pari 1990).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah mengenai
cara pemisahan dengan metode kromatografi kolom sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pemisahan dengan metode fraksinasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode fraksinasi
D. Manfaat
1. Mendapat wawasan mengenai metode fraksinasi
2. Sebagai proses pembelajaran dan mempraktekkan metode yang dipelajari di
bangku perkuliahan untuk mengetahui dan menganalisis metabolit-metabolit yang
terdapat pada tanaman obat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman
Kelengkeng merupakan tanaman yang hidup lebih dari 50 tahun,
memiliki batang tanaman berkayu keras dan tinggi pohon mencapai lebih
dari 15 meter. Tanaman kelengkeng memiliki banyak percabangan dan
membentuk tajuk yang rimbun (Kuntarsih dkk., 2005).
Kingdom: Plantae
InfraKingdom: Streptophyta
Sub Kingdom : Viridiplantae
Divisi : Tracheophyta
Super Divisi : Embryophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Super Ordo : Rosanae
Famili : Sapindaceae
Genus : Dimocarpus Lour
Spesies : Dimocarpus Longan Lour
B. Nama Daerah dan Nama Asing Tanaman
 Lengkeng (Euphoria longan) atau yang kini dikenal dengan

Dimocarpus longan Lour mempunyai banyak nama sinonim

contohnya di Kalimantan Timur dengan nama buku, ihaw,

medaru, kakus, atau mata kucing (Euphoria malesianus)


C. Habitat dan Daerah Distribusi
Kelengkeng (Dimocarpus longan Lour.) merupakan tanaman subtropis
yang sudah dikenal 2000 tahun yang lalu, berasal dari daerah Cina Selatan.
Manfaatannya lebih kepada khasiatnya sebagai obat baik kandungan dalam
buah maupun dari biji yang sudah dilakukan ekstraksi, bukan sebagai buah
untuk dikonsumsi saja (Triwinata, 2006). Tanaman ini telah menyebar ke
Indochina (Thailand, Taiwan, Laos, Vietnam, Cambodia), Malaysia, India dan
khususnya di Indonesia (Usman, 2006). Tanaman kelengkeng berasal dari
daerah subtropis, tanaman ini mampu tumbuh dan berpoduksi dengan baik
di daerah tropis Indonesia. Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan daerah
sentra kelengkeng di Indonesia selain Kalimantan Barat. Daerah
pengembangannya berada di wilayah segitiga Jawa Tengah yaitu, Semarang
(Salatiga, Ambarawa, Bandungan, Jambu, Kopeng), Temanggung (Pringsurat,
Kranggan, Parakan) dan Magelang (Untung, 2006).
D. Khasiat Tanaman
Buah kelengkeng memiliki banyak khasiat mulai dari kulit buah, daging buah,
bahkan bijinya. Sejak zaman dahulu hingga saat ini, daging buah kelengkeng
kering digunakan di dalam teknik pengobatan China (Yunchalad et al., 2008).
Ekstrak air kulit buah kelengkeng mengandung senyawa anti-oksidan dan
anti-inflamasi (Huang et al., 2012) sedangkan ekstrak biji buah kelengkeng
mengandung senyawa anti-mikrobia yang berasal dari senyawa fenolik
(Tseng et al., 2014).
E. Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran
(padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah
kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau
pemisahan ini didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat
akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas.
Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter,
aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut.
Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang
penting dan dapat diekstraksi dengan pelarut organik (Adijuwana dan Nur
1989).
Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar
dan dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut
dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut. Emapat tahapan
fraksinasi bertingkat dengan menggunakan empat macam pelarut yaitu:
ekstraksi aseton,fraksinasi n-heksan,fraksinasi etil eter,fraksinasi etil asetat
(Lestari dan Pari 1990).
F. Penotolan
G. Prinsip Kerja Fraksinasi
Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan campuran menjadi beberapa
fraksi yang berbeda susunannya. Adapun prinsip dari fraksinasi yaitu adanya
penarikan senyawa pada suatu ekstrak dengan menggunakan pelarut yang
saling tidak tercampur. Metode dari fraksinasi yang biasa digunakan adalah
metode ekstraksi cair-cair dan kromatografi (Harborne, 1987:7-8).
Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada
perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda
fase dan tidak saling bercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara
dua larutan yang saling bercampur, berlaku hukum mengenai konsen zat
terlarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Peristiwa ekstraksi cair-cair
atau disebut ekstraksi saja adalah pemisahan komponen suatu campuran cair
dengan mengontakan pada cairan lain. Sehingga disebut juga ekstraksi cair
atau ekstraksi pelarut. Prinsip kerjanya adalah pemisahan berdasarkan
perbedaan kelarutan ( Sitti hal 102 )

BAB III
ALAT, BAHAN, PROSEDUR
A. Alat
B. Bahan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai