Anda di halaman 1dari 63

Ekstraksi Daun Kelor

dan Potensi
Pengembangannya
Kelompok 6 - Perkolasi
Annisa Qonita Haq (2006532802)
Matthew Tee (2006524095)
Rahilza (2006578066)
Afrah Alatas (2206013400)
Airell Rahmadi M. (2306184445)
Table of contents

01 02 03 04
Pendahuluan Soal 1 Soal 2 Soal 3

05 06 07 08
Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7
01
Pendahuluan
Latar Belakang
Moringa oleifera L.
● Tanaman kelor (Moringa oleifera) diketahui
berasal dari negara India, khususnya di wilayah
pegunungan Himalaya, dan juga di Pakistan.
● Tanaman ini juga sudah banyak dikultivasi di
wilayah-wilayah lain di seluruh Dunia, termasuk
Kamboja, Filipina, benua Amerika, dan Afrika.
● Pada daun kelor, telah ditemukan beberapa
senyawa-senyawa penting yang dapat
dimanfaatkan, seperti alkaloid, saponin, tannin,
steroid, flavonoid, maupun senyawa fenolik.
Senyawa flavonoid dan fenolik bersifat
anti-oksidan dan diketahui dapat melawan
radikal bebas (Gharsallah, et al., 2023).
Tujuan
Pembahasan
Pembahasan dari topik ini
bertujuan untuk mengetahui
manfaat dari daun kelor dan
senyawa metabolit sekunder yang
terkandung di dalamnya, serta
metode ekstraksi apa saja yang
sesuai untuk mendapatkan
senyawa metabolit sekunder yang
diinginkan.
02
Soal 1: Potensi
Pemanfaatan Daun
Kelor
Metabolit Sekunder pada Daun Kelor

Alkaloid Fenolik Flavonoid

Tanin Saponin Steroid

Sumber: Gharsallah, et al., (2023)


Senyawa Flavonoid pada Daun Kelor
● Memiliki struktur dengan 15 rantai karbon, terdiri dari 2 gugus fenil,
dihubungkan dengan 1 gugus heterocyclic pyran atau pyrone.
● Klasifikasi flavonoid: Anthocyanins, flavonol, flavanones, flavones,
isoflavone, dan chalcones (Lin, et al., 2018 dan Panche, et al., 2016).
Klasifikasi Senyawa Flavonoid dan Contohnya
● Anthocyanin: Cyanidin, Malvidin, Delphinidin dan Peonidin
● Chalcone: Phloretin, Arbutin, Philoridzin, Chalconaringenin
● Flavanone: Hesperitin, Naringin, Naringenin, Eriodicytol, Hesperidin
● Flavone: Apigenin, Tangeretin, Baicalein, Rpoifolin
● Flavonol: Querectin, Myricetin, Rutin, Morin, Kaemperfol
● Isoflavonoid: Genistin, Genistein, Daidzein, Glycitein, Daidzin

Contoh beberapa Senyawa Flavonoid pada Daun Kelor (Wang, et al., 2022)
Pemanfaatan Senyawa Flavonoid pada Daun
Kelor

Mengatasi Mengobati Mengobati


Obesitas Kanker Diabetes

Penelitian terkait: Joung, Penelitian terkait: Penelitian terkait: Khan, et al.,


et al., (2017), Tiloke, et al. (2016) (2017) menunjukkan bahwa daun
membuktikan bahwa meneliti ekstrak daun kelor dapat mengatasi diabetes
Ekstrak daun kelor dapat kelor pada sel kanker dengan cara mereduksi pyruvate
mereduksi adanya fatty yang terdapat pada carboxylase, kadar gula darah,
liver pada tikus. saluran esofagus. dan hepatic lipid peroxidation.
Senyawa Fenolik pada Daun Kelor
● Senyawa fenolik terdiri dari beberapa cincin benzene, dengan
setidaknya terdapat 1 atau lebih hidroksil substituen
● Senyawa fenolik memiliki berbagai macam struktur, mulai
dari yang sederhana hingga yang kompleks (Lin, et al., 2016).
Senyawa Fenolik yang ditemukan pada Daun
Kelor (Hassan, et al., 2021)
Pemanfaatan Senyawa Fenolik pada
Daun Kelor

Melindungi Melindungi Melindungi Anti- Anti-


Sel-sel Saraf Liver Ginjal obesitas diabetes

Sumber: (Hassan, et al., 2021)


03
Soal 2: Pemilihan
Metode Ekstraksi Daun
Kelor
Perbandingan Metode Ekstraksi Daun Kelor
Sumber: Vongsak, et al.,
(2013)
Perbandingan Metode Ekstraksi Daun Kelor
Sumber: Vongsak, et al.,
(2013)
Perbandingan Metode Ekstraksi Daun Kelor
Sumber: Vongsak, et al., (2013)

● Dari beberapa perbandingan metode ekstraksi daun kelor


untuk mendapatkan komponen fenolik dan flavonoid, hasil
terbaik yang dapat dicapai adalah ekstraksi dengan
metode maserasi menggunakan 70% etanol.
● Hasil tersebut memberikan yield yang tinggi, dengan
kandungan total fenolik dan flavonoid tertinggi, serta
menghasilkan komponen aktif terbanyak. Selain itu,
dicapai juga aktivitas antioksidan tertinggi dengan metode
ini.
04
Soal 3: Metode
Ekstraksi
Perkolasi dan Maserasi
Perkolasi
● Perkolasi berasal dari bahasa latin “per” yang
artinya melalui dan “colare” yang artinya
merembes (Fatmawati, 2019).
● Perkolasi merupakan suatu metode ekstraksi
yang dilakukan pada suhu ruangan dengan
pelarut yang selalu baru (Tutik, 2022).
● Prinsip kerja dari metode ekstraksi dengan
perkolasi adalah simplisia dimasukkan ke dalam
percolator dan pelarut dialirkan dari atas
melewati simplisia sehingga zat terlarut mengalir
ke bawah dan ditampung (Astuti, 2018).

Perkolasi (Mukherjee, 2019)


Mekanisme Proses Perkolasi
● Mekanisme proses perkolasi dimulai dari serbuk simplisia
yang ditempatkan dalam suatu bejana silinder dimana
bagian bawahnya diberi sekat berpori.
● Lalu, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif
sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh
(Andi, 2020).
● Penyebab cairan penyari bergerak ke bawah adalah
adanya kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di
atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung
untuk menahan.
● Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain
adalah gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosis, adesi, daya kapiler, dan daya
gesekan atau friksi (Andi, 2020). Perkolasi (The Pharmapedia, n.d.)
Diagram Alir Perkolasi
1 3 5
Menimbang Perkolator diberi Kran dibuka, biarkan
simplisia kapas pada lubang menetes 1 ml/menit
kran dan simplisia sampai tetesan
2 dimasukkan
dengan sesekali
4 bening

Simplisia dibasahi dipadatkan Diberikan pelarut


dengan pelarut selapis (2 cm) di
dan didiamkan atas simplisia dan
sekurang-kurang didiamkan selama
nya 3 jam 24 jam
Keuntungan Perkolasi
● Metode ekstraksi dengan perkolasi lebih efisien
dibandingkan dengan maserasi karena metode ini
merupakan proses kontinyu yang di dalamnya terdapat
pelarut jenuh yang terus-menerus digantikan oleh pelarut
baru (Zhang et. al, 2018).
● Ruangan di antara serbuk-serbuk simplisia membentuk
saluran tempat mengalir cairan penyari. Oleh karena
kecilnya saluran kapiler, maka kecepatan pelarut cukup
untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi (Aprilyani, 2020).
● Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian
larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya
lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi (Aprilyani, 2020).
Perkolasi (Pharmacy Scope, n.d.)
Jenis-Jenis Perkolasi

1 2

Reperkolasi Tekanan
● Perkolasi biasa dengan beberapa ● Perkolasi dengan tekanan digunakan
perkolator. jika simplisia mempunyai derajat
● Tidak dilakukan pemekatan. halus yang sangat kecil.
● Untuk menghindari kehilangan minyak ● Menggunakan alat penghisap
atsiri pada pembuatan sari. (diacolator) agar perkolat bisa turun
ke bawah.
Maserasi
● Maserasi merupakan metode ekstraksi
dengan proses perendaman bahan dengan
pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif
yang akan diambil dengan pemanasan
rendah atau tanpa adanya proses
pemanasan (Chairunnisa et. al, 2019).
● Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi
dengan metode maserasi diantara lainnya
adalah waktu, suhu, jenis pelarut,
perbandingan bahan dan pelarut, dan
ukuran partikel.
Maserasi (Mich Amy, n.d.)
Mekanisme Proses Maserasi
Pada saat proses perendaman bahan
akan terjadi pemecahan dinding sel dan
membran sel yang diakibatkan oleh
perbedaan tekanan antara luar sel
dengan bagian dalam sel sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam
sitoplasma akan pecah dan terlarut pada
pelarut organik yang digunakan
(Novitasari dan Putri, 2016).
Maserasi (MIPA, n.d.)
Keuntungan Maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi
yang menguntungkan untuk isolasi
bahan alam yang tidak tahan panas
karena prosesnya menggunakan suhu
ruang. Selain itu, ekstraksi dengan
metode ini memiliki kelebihan yaitu
terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak
akan rusak (Pratiwi, 2010).
Maserasi (Ilmu Kimia, n.d.)
Perkolasi dan Maserasi

Metode Ekstraksi Perkolasi dan Maserasi (Zhang et. al, 2018)


05
Soal 4: Optimasi
Proses Ekstraksi
Optimasi Ekstraksi Maserasi
Studi Literatur (Mahdi et al., 2016)
● Pengujian Pertama (Mahdi et al., 2016)
1. 100 gram serbuk daun dimasukkan ke dalam labu kaca, ditambahkan 1000 ml
pelarut ekstraksi (95% etanol, 50% etanol atau air), labu ditutup dengan
alumunium foil dipindahkan ke dalam penangas air bersuhu 45 oC ± 2 dengan
sesekali digoyang.
2. Setelah 48 jam , ekstrak disaring menggunakan kertas saring Whatman No.1,
dipekatkan dengan rotary evaporator hingga sekitar 10% dari volume asli.
3. Marc diekstraksi ulang dengan proses dan pelarut yang sama sebanyak tiga
kali dan ekstrak yang pekat digabungkan bersama.
4. Ekstrak pekat dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 45 oC ± 2 sampai
kita mendapatkan berat massa kering yang konstan
5. Ekstrak kering yang terkumpul digunakan untuk menentukan pelarut ekstraksi
terbaik.
Optimasi Ekstraksi Maserasi
Studi Literatur

Profil TLC dari ketiga ekstrak (etanol 95% E, etanol


50% H dan air A) dengan jelas menggambarkan bahwa
etanol 95% mengekstrak lebih banyak fitokonstituen
daripada pelarut ekstraksi lainnya.
Mempertimbangkan hasil dari TPC, TFC, DPPH dan TLC,
etanol 95% dipilih sebagai pelarut ekstraksi pada
tahap selanjutnya untuk menguji efek dari kondisi
ekstraksi yang berbeda pada kuantitas dan kualitas
ekstrak.
Optimasi Ekstraksi Maserasi
Studi Literatur
● Pengujian Kedua

Bubuk daun diekstraksi dengan maserasi dalam pelarut ekstraksi yang dipilih pada
kondisi ekstraksi yang berbeda dimana hanya satu parameter yang diubah setiap langkah
untuk mengevaluasi efek dari setiap parameter pada kuantitas dan kualitas ekstrak yang
dikumpulkan:

○ Ekstraksi yang berbeda suhu yaitu 35, 45, 55, 65 C,


○ Rasio daun bubuk kering dengan rasio pelarut ekstraksi yang berbeda yaitu 1:
10, 1: 5 dan 1: 2.5
○ Waktu maserasi yang berbeda yaitu 24, 48 dan 72 jam diuji.

Setelah akhir waktu maserasi dari setiap langkah, ekstrak tersebut disaring, dipekatkan,
dikeringkan, ditimbang dan disimpan dalam keadaan beku sampai digunakan untuk
penentuan kandungan fenolik total TPC, kandungan flavonoid total TFC dan total aktivitas
scavenging.
Optimasi Ekstraksi Maserasi
Studi Literatur
Optimasi Ekstraksi Maserasi
Studi Literatur
● Waktu maserasi memiliki pengaruh yang lumayan signifikan %yield (p value 0,031 - 0,040),
dimana pada suhu ekstraksi yang sama dengan waktu maserasi meningkat, %yield juga sedikit
meningkat.
● Temperatur maserasi memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap %yield (p value 0,001 -
0,021), dimana %yield meningkat ketika temperatur meningkat. Hal ini mungkin terjadi karena
M.oleifera mengandung kandungan polisakarida, karbohidrat, dan vitamin mineral larut air
dalam jumlah besar yang dapat sedikit larutdalam etanol, sehingga membutuhkan temperatur
lebih tinggi untuk meningkatkan kelarutannya.
● Peningkatan TPC dan aktivitas scavenging total terlihat ketika periode inkubasi meningkat pada
suhu ekstraksi 35 C dan 45 C, dan mulai menurun seiring dengan periode inkubasi meningkat
pada suhu 55 C dan 65 C.
● Peningkatan TFC seiring dengan peningkatan suhu inkubasi 55 dan 65 C inkubasi meningkat
pada suhu ekstraksi 35, 45 dan 55 C dan mulai menurun seiring dengan meningkatnya waktu
inkubasi pada 65 C.
● Hal ini mungkin disebabkan karena flavonoid lebih stabil terhadap panas dibandingkan dengan
senyawa fenolat.
Optimasi Ekstraksi Perkolasi
Studi Literatur 1 (Vongsak et al., 2013)
● Perbandingan menggunakan etanol 50% dan 70%
1. Serbuk daun kering dicampur secara terpisah dengan 50% dan 70% etanol (1:5, b/v),
2. Campuran didiamkan selama 1 jam.
3. Campuran tersebut dipindahkan ke perkolator, dan etanol 50% dan 70% ditambahkan
untuk mencapai proporsi akhir 1:10 (w/v).
4. Proses ekstraksi dilakukan pada suhu kamar dengan laju alir 1 mL/menit hingga
perkolasi habis.

Meningkatnya kekuatan pelarut etanol menunjukkan peningkatan pada senyawa fitokonstituen yang
terekstrak. Namun, aktivitas scavenging menurun pada etanol 70%.
Optimasi Ekstraksi Perkolasi
Studi Literatur 2 (Arifan et al., 2021)
● Perbandingan efek durasi, temperatur, dan pengadukan

Artikel ini membahas aktivitas antibakteri M.oleifera ketika diformulasi menjadi hand sanitizer.
Kandungan senyawa flavonoid dan fenol dalam M.oleifera dapat menghambat aktivitas bakteri.
Dengan demikian, semakin baik kinerja hand sanitizer, besar kemungkinannya semakin besar
pula senyawa flavonoid dan fenolnya.

Artikel ini mengekstrak implisia M.oleifera (100 gram) dengan aquades (1750 ml).

Variabel yang divariasikan:

○ Durasi perkolasi: 12, 24, 48 menit


○ Suhu: 40, 50, 60 derajat Celsius
○ Waktu pengadukan: 15, 30, 45 menit
Optimasi Ekstraksi Perkolasi
Studi Literatur 2 (Arifan et al., 2021)

Secara sekilas dapat dilihat bahwa meningkatnya durasi, suhu, dan


pengadukan akan meningkatkan aktivitas inhibisi bakteri. Namun,
akan menurun setelah melewati titik optimum yaitu sampel dengan
durasi 24 menit, suhu 50 C, dan waktu pengadukan 45 menit. Hal ini
dapat terjadi karena ekstraksi dengan suhu yang terlalu tinggi atau
durasi yang terlalu lama akan merusak senyawanya dari reaksi
oksidasi. Sedangkan, waktu pengadukan yang lama akan
meningkatkan kontak antara implisia dengan solven, yang akhirnya
meningkatkan disolusi senyawa target.
Efek Metode Pengeringan
Studi Literatur (Naeem, Ali and Mahmood, 2012)

● Penelitian menunjukkan total senyawa yang dihasilkan dari ekstrak M.oleifera yang
sebelumnya dikeringkan menggunakan udara, sinar matahari, dan oven.
● Hasilnya menunjukkan ekstrak M.oleifera yang dikeringkan dengan udara memiliki TPC
terbesar, yaitu maksimum 13,14 mg GAE/g DW. Sedangkan TPC dengan pengeringan sinar
matahari dan oven secara berurutan sebesar maksimum 12,65 dan 12,28 mg GAE/g DW.
● Hal ini karena pengeringan dengan sinar matahari dapat menyebabkan hilangnya antioksidan
yang tak merata. Pengeringan sinar matahari bergantung pada faktor iklim yang tak konstan.
Sedangkan, pengeringan dengan oven menghasilkan panas intensif yang dapat
menginaktivasi antioksidan. Antioksidan terdekomposisi secara cepat jika terkena sinar
matahari lagsung atau temperatur tinggi.
● Selain itu, waktu pengeringan yang terlalu panjang juga dapat merusak antioksidan.
06
Soal 5: Jenis Pelarut dan
Pengaruhnya terhadap ekstraksi
Maserasi vs Perkolasi

( Zhang, Lin and Ye, 2018 )


SOLVENT
Ekstraksi bahan tanaman bergantung pada berbagai faktor seperti pelarut,
metode, dan waktu ekstraksi untuk memisahkan kualitas dan kuantitas
komponen bioaktif yang berbeda dalam ekstrak kasar (Hayat et al., 2009)

Memilih Solvent yang baik

1.Selektivitas dan kelarutan 2. Keamanan


kemampuan pelarut untuk secara selektif Idealnya, pelarutnya harus tidak beracun dan
mengekstraksi senyawa yang diinginkan dan tidak mudah terbakar, namun sayangnya, hal
meninggalkan senyawa yang tidak ini sulit didapat.
diperlukan

3. Titik didih 4. Biaya Terjangkau


itik didih pelarut yang digunakan untuk Pilih pelarut yang paling efektif dan
ekstraksi harus serendah mungkin. juga semurah mungkin
SOLVENT MASERASI &
PERKOLASI
Metode pemisahan pada ekstraksi pelarut menggunakan prinsip
kelarutan. Prinsip kelarutan adalah like dissolve like, yaitu pelarut polar
akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan
senyawa non polar (Simanjuntak, 1988)
Beberapa pelarut organik yang sering digunakan sebagai ekstraktan
seperti benzena, toluena, petroleum eter, metilen klorida, klorofrom,
karbon tetraklorida, etil asetat dan dietil eter.
Properties beberapa pelarut

Sumber : Oladipo and Betiku, 2019


Moringa oleifera L
Moringa oleifera L. (Moringaceae)
telah digunakan sebagai obat
tradisional di banyak negara tropis
dan sub tropis.

Memiliki fenolik dan flavonoid sebagai


unsur utama, ekstrak daun ini
dilaporkan menunjukkan aktivitas
antioksidan baik in vitro dan in vivo.
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar dan
tersusun oleh 15 atom karbon pada inti dasar nya, bersifat agak asam dan dapat
larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil)
maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti
metanol,etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida.

Gambar : struktur dasarnya Flavonoid


Sumber : ( Panche, Diwan and Chandra, 2016 )

Berdasarkan indeks polaritas, metanol, etanol dan air memiliki indeks


polaritas yang tinggi, dimana nilai indeks polaritas metanol 5,1, etanol
5,2 dan air 9 sehingga metanol, etanol dan air lebih banyak dipilih untuk
ekstraksi
Perbandingan pengaruh solvent yang berbeda
terhadap ekstraksi Moringa oleifera

( Ghazali and Nur, 2016 )

● Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vongsak et al.,


mereka juga menggunakan etanol 70 %
sebagai pelarut untuk mengekstraksi daun M.
oleifera dan menemukan kandungan asam kripto-
klorogenat dan isoquercetin yang tinggi.
● Aerasi dengan etanol 70 % lebih
menguntungkan dibandingkan metode lain dalam hal
kesederhanaan, kemudahan, ekonomi dan penyediaan
ekstrak mengandung kandungan total fenolik dan
flavonoid maksimum dengan aktivitas antioksidan
tertinggi.
( Sharma and Paliwal, 2013 )
07
Soal 6: Mengukur Keberhasilan
Metode-metode Ekstraksi Daun
Kelor
Measuring the Yields of Extraction
Methods of Moringa Leaves
● According to a study conducted by Vongsak, et al., 2013, various extraction methods
were done and examined to obtain the highest possible yields of the two major
constituents of the leaves, namely phenolics and flavonoids.

● For the focus of this task, we focused solely on the yields produced by the
maceration and percolation methods only.

● On top of that, a couple of characteristics of the extract were examined as well,


namely the DPPH-scavenging assays/abilities (EC50) and their Ferric Reducing Power
(FRP) values.
Structural Formula of the Main Phenolic
Content (Crypto-chlorogenic Acid)
Structural Formula of the Main Flavonoid
Content (Isoquercetin)
Ferric Reducing Power (FRP)
Structural Formula of the Main Flavonoid
Content (Isoquercetin)
Results Paramaters’ Analysis Tables –
Phenolics & Flavonoids (Vongsak, et al.,
2013)
Results Paramaters’ Analysis Tables –
DPPH-scavenging activity (EC50) & FRP
Value (Vongsak, et al., 2013)
Measuring the Yields of Extraction
Methods of Moringa Leaves
- In both methods, the highest yield and most desirable characteristics were done
using 70% ethanol as solvent.

- Maceration with 70% ethanol promoted the extract with a yield of 40.50% dry wt of
crude extract

Total phenolics content of: 13.23g chlorogenic acid equivalents/100g extract

Total flavonoids content of: 6.20g isoquercetin equivalents/100g extract

- In addition, the extract also exhibited:


1. DPPH-scavenging activity (EC50) of 62.94 µg/mL
2. FRP value of 51.50 mmol FeSO4 equivalents/100g extract

Source: Vongsak, et al., 2013


Measuring the Yields of Extraction
Methods of Moringa Leaves
- Percolation with 70% ethanol promoted the extract with a yield of 32.75% dry wt of
crude extract

- Total phenolics content of: 10.91g chlorogenic acid equivalents/100g extract


- Total flavonoids content of: 6.20g isoquercetin equivalents/100g extract

- In addition, the extract also exhibited:


1. DPPH-scavenging activity (EC50) of 95.94 µg/mL
2. FRP value of 47.25 mmol FeSO4 equivalents/100g extract

Source: Vongsak, et al., 2013


08
Soal 7: Keunggulan
Metode-metode Ekstraksi Daun
Kelor
Task 2 – Benefits and Challenges of
Maceration & Percolation Methods
Task 2 – Benefits and Challenges of
Maceration & Percolation Methods

Simpler, as
complex
equipment
are not
needed

Source: Saravanabavan, et al., 2020


Task 2 – Benefits and Challenges of
Maceration & Percolation Methods

Long
process

Produces
waste that
needs
purification

Source: Saravanabavan, et al., 2020


Task 2 – Benefits and Challenges of
Maceration & Percolation Methods
No
purification
required, as it
produces
desired
substances in
it.

Less time
needed to
complete the
extraction.
Source: Saravanabavan, et al., 2020
Task 2 – Benefits and Challenges of
Maceration & Percolation Methods

Need
elaborate
equipment
and regular
maintenance
of filter

Source: Saravanabavan, et al., 2020


Referensi
● Arifan, F., Broto, R.W., Sapatra, E.F. and Pujiastuti, A. (2021). Utilization of moringa oleifera leaves for making hand sanitizers to prevent the spread of COVID-19 virus. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 623, p.012015. doi:https://doi.org/10.1088/1755-1315/623/1/012015.
● Ansel, H.C., Allen, L.V., dan M. Vlachou., 1999, Pharmaceutical Dossage Forms and Drug Delivery System, Leipincott Williams and Wilkins, Philadelphia, 175- 176.
● Ayat (2012). Hidup Sehat Wal Afiat: Metode Penyarian. [online] Hidup Sehat Wal Afiat. Available at: https://sehatwalafiatselalu.blogspot.com/2012/12/metode-penyarian.html [Accessed 19 Sep. 2023].
● Jhones, M. (2022). A Review on Extraction of Bioactive Compounds from Moringa oleifera Leaves: Their Principle, Advantages, and Disadvantages. Medicinal & Aromatic Plants, [online] 11(1), pp.1–5.
doi:https://doi.org/10.35248/2167-1044.22.11.430.
● Carolyn (2021). How to Choose a Solvent for Extraction | ExtractionGradeSolvents. [online] Available at: https://extractiongradesolvents.com/how-to-choose- a-solvent-for-extraction/.
● Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
● Ghazali, Q. and Nur (2016). The effect of organic solvent, temperature and mixing time on the production of oil fromMoringa oleiferaseeds. 36, pp.012053– 012053.
doi:https://doi.org/10.1088/1755-1315/36/1/012053.
● Hargono, J. 1986. Efek samping obat dari bahan alam lebih kecil daripada efek samping obat kimia murni. Cermin Dunia Farmasi
● Hayat K, S Hussain, S Abbas, U Farooq, B Ding, S Xia, C Jia, X Zhang and W Xia. 2009. Optimized Microwave-Assisted Extraction of Phenolic Acids Citrus Mandarin Peels and Evaluation of Antioxidant
Activity in vitro. Sep. Sci. Technol 70: 63-70.
● Mahdi, H., Yousif, E., Khan, N., Mahmud, R., Murugaiyah, V. and Asmawi, M. (2016). OPTIMIZING EXTRACTION CONDITIONS OF MORINGA OLEIFERA LAM LEAF FOR PERCENT YIELD, TOTAL PHENOLICS
CONTENT, TOTAL FLAVONOIDS CONTENT AND TOTAL RADICAL SCAVENGING ACTIVITY. International Journal of Advanced Research, 4(11), pp.682–695. doi:https://doi.org/10.21474/ijar01/2133.
● Naeem, S., Ali, M. and Mahmood, A. (2012). Optimization of extraction conditions for the extraction of phenolic compounds from Moringa oleifera leaves. Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences,
[online] 25(3), pp.535–541. Available at: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22713938/ [Accessed 19 Sep. 2023].
● Oladipo, B. and Betiku, E. (2019). Process optimization of solvent extraction of seed oil from Moringa oleifera: An appraisal of quantitative and qualitative process variables on oil quality using
D-optimal design. Biocatalysis and Agricultural Biotechnology, 20, p.101187. doi:https://doi.org/10.1016/j.bcab.2019.101187.
● Panche, A.N., Diwan, A.D. and Chandra, S.R. (2016). Flavonoids: an overview. Journal of Nutritional Science, [online] 5(e47). doi:https://doi.org/10.1017/jns.2016.41.
● Sharma, V. and Paliwal, R. (2013). Preliminary phytochemical investigation and thin layer chromatography profiling of sequential extracts of Moringa oleifera pods. International Journal of Green
Pharmacy, 7(1), p.41. doi:https://doi.org/10.4103/0973-8258.111607.
● Vongsak, B., Sithisarn, P., Mangmool, S., Thongpraditchote, S., Wongkrajang, Y. and Gritsanapan, W. (2013). Maximizing total phenolics, total flavonoids contents and antioxidant activity of Moringa
oleifera leaf extract by the appropriate extraction method. Industrial Crops and Products, 44, pp.566–571. doi:https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2012.09.021.
● Wang, W.-Y., Qu, H.-B. and Gong, X.-C. (2020). [Research progress on percolation extraction process of traditional Chinese medicines]. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi = Zhongguo Zhongyao Zazhi = China
Journal of Chinese Materia Medica, [online] 45(5), pp.1039–1046. doi:https://doi.org/10.19540/j.cnki.cjcmm.20191221.305.
● Zhang, Q.-W., Lin, L.-G. and Ye, W.-C. (2018). Techniques for extraction and isolation of natural products: a comprehensive review. Chinese Medicine, 13(1). doi:https://doi.org/10.1186/s13020-018-0177-x.
Referensi
● Ahmed, H. H. et al., 2014. Moringa oleifera offers a Multi-Mechanistic Approach for Management of Obesity in Rats. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, pp. 98-106.
● Bais, S., Singh, G. S. & Sharma, R., 2014. Antiobesity and Hypolipidemic Activity of Moringa oleifera Leaves against High Fat Diet-Induced Obesity in Rats. Advances in Biology, pp. 1-10.
● Dias, M. C., Pinto, D. C. G. A. & Silva, A. M. S., 2021. Plant Flavonoids: Chemical Characteristics and Biological Activity. Molecules, pp. 1-16.
● Gharsallah, K. et al., 2023. Moringa oleifera: Processing, phytochemical composition,and industrial applications. South African Journal of Botany, pp. 180-193.
● Hassan, M. A. et al., 2021. Health benefits and phenolic compounds of Moringa oleifera leaves: A comprehensive review. Phytomedicine, pp. 1-16.
● Joung, H. et al., 2017. Fermented Moringa oleifera Decreases Hepatic Adiposity and Ameliorates Glucose Intolerance in High-Fat Diet-Induced Obese Mice. Journal of Medical Food, 20(5), pp. 439-447.
● Khan, W. et al., 2017. Hypoglycemic Potential of Aqueous Extract of Moringa oleifera Leaf and In Vivo GC-MS Metabolomics. Frontiers in Pharmacology, Volume 8, pp. 1-16.
● Lin, D. et al., 2016. An Overview of Plant Phenolic Compounds and Their Importance in Human Nutrition and Management of Type 2 Diabetes. Molecules, pp. 1-19.
● Lin, L. et. al. 2018. Techniques for extraction and isolation of natural products: a comprehensive review. Chinese Medicine, 13(20). pp. 1-26. Available at: https://doi.org/10.1186/s13020-018-0177-x
● Lin, M., Zhang, J. & Chen, X., 2018. Bioactive flavonoids in Moringa oleifera and their health-promoting properties. Journal of Functional Foods, pp. 469-479.
● Panche, A. N., Diwan, A. D. & Chandra, S. R., 2016. Flavonoids: an overview. Journal of Nutritional Science, Volume 5, pp. 1-15.
● Saravanabavan, N. et al., 2020. Herbal extraction procedures: need of the hour. International Journal of Basic & Clinical Pharmacology. pp. xxx-xxx.
● Tiloke, C., Phulukdaree, A. & Chuturgoon, A. A., 2016. The Antiproliferative Effect of Moringa oleifera Crude Aqueous Leaf Extract on Human Esophageal Cancer Cells. JOURNAL OF MEDICINAL FOOD, pp.
398-403.
● Vongsak, B. et al., 2013. Maximizing total phenolics, total flavonoids contents and antioxidant activity of Moringa oleifera leaf extract by the appropriate extraction method. Industrial Crops and
Products, pp. 566-571.
● Wang, Y.-Y.et al., 2022. Optimization, identification and bioactivity of flavonoids extracted from Moringa oleifera leaves by deep eutectic solvent. Food Bioscience, pp. 1-11.
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai