Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI 2

“EKSTRAKSI MASERASI”

Dosen pengampu :
 Dra. Ike Yulia Wiendarlina,  Novi Fajar Utami, M.Farm., Apt.
M.Farm., Apt  Marybeth Tri R.H, M.Farm., Apt
 Yulianita, M.Farm.  Fitria Dewi Sulistyono, M.Si

Asisten dosen :

 Riffa Kurnia Meidistiana  Fitria Agnes Dharmayanti


 Rani Meiliana Wulandari  Yoanita Dwi Kushandayani
 Dede Nuraliansyah  Triyola Nofriza

Disusun Oleh :
Jilan Qothrunada Fijri
066119078

4C

LABORATORIUM FARMASI
ROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Melakukan ekstraksi maserasi simplisia daun jambu biji

1.2 Dasar teori

Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarutdimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarutdan
setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan diperoleh (Adrian, 2000).
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan meliputi :
 Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung dipanas kan dengan
pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang mempunyai bentuk dandinding sel yang
tebal.
 Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk maserasi dilakukan
dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara cairan penyari dipanaskan dan
uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhan adengan cara
merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai
sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat simplisia, baik simplisia
dengan zat khasiat yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari,
sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat
dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat
yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi
secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang
direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya.
(Manitto, 2001)
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat
kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan
penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya,
diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup,
dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan
(Moelyono,1996)
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan bahan
a. Alat
 Baskom
 Saringan
 Wadah Ekstraksi
 Wadah Sampel
 Panci
 Kain
 Pengaduk
 Maserator
 Blander

b. Bahan
 daun jambu biji
 aquadest
 ethanol 70%
2.2 Cara Kerja

1. Ditimbang daun kelor sebanyak 20 gram lalu dimasukkan kedalam toples maserasi
2. Dituang pelarut metanol sebanyak 100 ml kedalam toples maserasi, kemudian diaduk.
Ditutup toples maserasi rapat dan dilapisi kain
3. dilakukan maserasi selama 5 hari
4. dilakukan pengadukan selama 10 menit setiap hari sampai dengan hari ke-5
5. Setelah 5 hari, ekstrak disaring
6. Ekstrak yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan penangas sehingga didapatkan
ekstrak kental.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Berat simplisia ( gram ) Berat ekstrak ( gram ) % rendemen


20g 10g 50%

3.2 Perhitungan
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒆𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌
%𝒓𝒆𝒏𝒅𝒆𝒎𝒆𝒏 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒊𝒎𝒑𝒍𝒊𝒔𝒊𝒂
𝟏𝟎 𝒈
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 50%
𝟐𝟎 𝒈

3.3 Pembahasan
Maserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah maseration berasal dari bahasa
laitin macere, yang artiya merendam jadi. Jadi masserasi dapat diartikan sebagai proses dimana
obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam dalam mesntrum sampai meresap dan
melunakan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut.

Hal yang pertama dilakukan adalah daun jambu biji yang akan digunakan dicuci hingga
bersih. Kemudian dijemur dibawah matahari tidak langsung dengan cara diletakkan di bawah
sinar matahari langsung dan ditutup kain hitam, tujuan dari penjemuran dibawah sinar matahari
tidak langsung adalah agar metabolit sekunder yang terdapat daun sirsak tidak rusak karena
terkena cahaya matahari langsung. Selanjutnya dihaluskan dengan cara blender menjadi serbuk
dimaksudkan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas bidang sentuh semakin banyak
supaya saat pelarutan dengan alkohol, ekstrak yang diperoleh lebih maksimal.

Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol termasuk ke dalam pelarut polar, sehingga
sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-zat aktif yang juga bersifat polar. Etanol digunakan
sebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit tumbuh dalam etanol 20%
ke atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan,
serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas
bahan obat terlarut dan tidak mengakibatkan pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya
adalah sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Umumnya
yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran.

Setelah peralatan maserasi dan bahan-bahan yang akan digunakan telah siap, selanjutnya
dilakukan proses maserasi. Pertama dilakukan penimbangan serbuk simplisia sebanyak 20 gram
kemudian dimasukan ke dalam toples kaca, lalu ditambakan 200 ml etanol 70% dan diaduk.
Digunakan pelarut etanol 70% karena pelarut etanol 70% adalah pelarut yang paling sempurna
dalam melarutkan metabolit sekunder yang ada pada sampel daun jambu karena etanol 70%
adalah etanol air sehingga senyawa metabolit sekunder dalam daun jambu yang larut air maupun
yang larut lemak dapat tertarik. maserasi dilakukan selama 5 hari. Selanjutnya menyaring hasil
rendaman sampel tersebut dengan menggunakan kain kasa agar endapan yang ada pada sampel
daun sirsak tidak ikut ke dalam ekstrak cair daun sirsak yang disaring.

Setelah didapatkan ekstrak daun jambu yang cair, selanjutnya dipanaskan di atas penangas
air yang bertujuan untuk menguapkan sehingga akan terpisah antara pelarut etanol yang
digunakan dengan ekstrak daun jambu kental yang diperoleh. Dari hasil percobaan tersebut
didapatkan ekstrak kental daun jambu sebanyak 10 g.

Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya,
pelarut akan masuk kedalam sel tanaman melewati di dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah (proses difusi).
Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan
larutan diluar sel.

Maserasi termasuk metode ekstraksi dingin, yaitu metode esktraksi tanpa pemanasan.
Sehingga metode ini hanya tergantung oleh lamanya waktu kontak antara pelarut dengan sampel,
dan kepolaran pelarutnya. Semakin lama waktu kontak antara pelarut dengan sampel, maka akan
semakin banyak pula senyawa metabolit sekunder yang terekstrak.

Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti
benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun,
contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid.

Keuntungan cara ini adalah pengerjaan yang dilakukan sederhana begitu juga alat alat yang
digunakan. Sedangkan kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang
sempurnya artinya tidak semua sari yang terekstraksi. Cairan penyari yang dipakai biasanya
berupa air, etanol, atau pelarut lain.

Dalam praktikum ini di gunakan etanol yang memiliki bau khas untuk menarik komponen
dari sampel yang telah diserbuk namun sebelumnya sampel telah ditimbang dan cairan penyari
(etanol) juga diukur, sesuai dengan yang telah dilakukan jumlah cairan penyari yang digunakan
adalah 200 ml, adapun bobot simplisia 20 gram dan bobot ekstrak 10 gram dengan rendemen 5
BAB IV
KESIMPULAN
Serbuk sebelum diekstraksi daun jambu biji adalah 20 gram dan berat ekstrak 10 gram dengan
persentase ekstrak (%) rendamen adalah 50% dan cairan penyari adalah 200

DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Peyne. (2000). Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat
Penelitian. Universitas Negeri Andalas
Manitto, P., 1981. Biosintesis Produk Alami. Terjemahan : Koensoenmardiyah. IKIP Semarang
Press. Semarang.
Moelyono, M.W., 1996. Panduan Praktikum Analisis Fitokimia. Bandung: Laboratorium
Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai