PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
REGINA ALLAYA
NIM : 1701078
PENDAHULUAN
intensif dan salah satunya adalah sinar ultra violet yang tinggi. Tingginya jumlah
tinggi. Hal ini menyebabkan banyaknya masyarakat Indonesia yang terpapar radikal
bebas yang di dukung oleh perubahan gaya hidup. Radikal bebas adalah suatu
molekul yang relative tidak stabil dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan (Robins, 2007). Senyawa radikal
bebas merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan DNA di samping penyebab
lain seperti virus. Bila kerusakan tidak terlalu parah, masih dapat diperbaiki oleh
pembelahan sel terganggu. Dalam hal ini, jika terjadi perubahan abnormal pada gen
tertentu didalam tubuh maka dapat menimbulkan penyakit kanker (Suryo, 2008).
Oleh karena itu tubuh memerlukan substansi penting, yakni antioksidan yang dapat
membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak
dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Radikal bebas
merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, senyawa ini terbentuk di
1
dalam tubuh dan dipicu oleh bermacam–macam faktor (Winarsi, 2007). Serangan
berantai, dimana reaksi ini akan menghasilkan senyawa radikal bebas yang baru
(Sadikin, 2001). Tubuh memerlukan asupan antioksidan dari luar karena antioksidan
yang dihasilkan oleh tubuh manusia sendiri tidak mencukupi untuk melawan radikal
Jenis antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alami dan antioksidan
sintetik (Cahyadi, 2006). Yang termasuk kedalam kategori antioksidan sintetik yaitu
antioksidan alami banyak digunakan dalam bahan pangan yang banyak manfaatnya
2001; Sunarni, 2005). Pada saat ini, sudah banyak antioksidan sintetik yang tersedia
(Rico et al 2013).
2
sebesar 87 µg/ml dan terdeteksi banyak mengandung fenolik, baik fenolik sederhana,
flavonoid dan tannin (Sari et al 2013). Pengujian dengan metode DPPH (1,1-difenil-
2-pikrilhidrazil) secara in vitro didapatkan bahwa terdapat tiga fraksi yang memiliki
aktivitas antioksidan yang kuat. Tiga fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan yang
kuat adalah fraksi etil asetat non hidrolisis dengan IC50 = 43,67 µg/ml, fraksi n-
heksana dengan IC50 = 44,55 µg/ml dan fraksi etil hidrolisis dengan IC 50 = 53,34
fenol (Faujan et al 2015) terutama senyawa flavonoid (Gruyal dan Rosario 2013).
Semakin tinggi kadar fenol dan flavonoid yang terkandung di dalam suatu tanaman
dapat menstabilkan radikal bebas dengan cara melengkapi kekurangan elektron yang
dimiliki elektron bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan
isolasi dan uji aktifitas kandungan metabolit sekunder dari tanaman kulit batang
sungkai untuk mengetahui eluen terbaik dari ekstrak dan juga mengetahui metabolit
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Peronema
cabang mencapai 15 m, diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk
dangkal, tidak berbanir dengan ranting penuh bulu halus. Kulit luar berwarna kelabu
atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil – kecil dan tipis. Kayu teras
berwarna krem atau kuning muda. Tekstur kayu kasar dan tidak merata. Arah serat
4
lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan kayu agak kesat (Dephut,
2006).
Tumbuhan sungkai (Peronema canescens Jack) merupakan salah satu tumbuhan obat
(Peronema canescens Jack) sebagai anti plasmodium atau obat demam. Di Kepulauan
Riau, daun sungkai digunakan untuk mengobati luka ringan. Daun yang direbus
digunakan sebagai obat kurap dan sebagai obat kumur untuk mengatasi infeksi gigi
(Thomas, 1989).
Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar metodenya merupakan reaksi
pengujian warna dengan satu pereaksi warna. Metode yang digunakan atau dipilih
untuk melakukan skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain
5
Ekstraksi merupakan proses yang dilakukan oleh cairan penyari untuk
menarik keluar zat aktif yang beberapa terdapatpada tanaman obat. Cairan penyari
atau pelarut digunakan untuk menarik atau mengeluarkan zat aktif yang terdapat di
dalam sel. Cairan penyari yang biasa digunakan adalah methanol, etanol, kloroform,
heksan, eter, aseton, benzene dan etil asetat. Proses ekstraksi terjadi ketika masuknya
cairan penyari ke dalam sel, masuknya cairan penyari ke dalam sel (osmosis) akan
semakin mudah apabila dinding sel sudah tidak menjadi utuh lagi akibat adanya
proses penyerbukan. Cairan penyari yang masuk akan melarutkan zat aktif sehingga
terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan cairan penyari
yang berada diluar sel, maka pada tahap ini terjadi proses difusi. (Najib. 2018).
perkembangannya teknik ini dapat digunakan sebagai metode analisa baik kuantitatif
dalam suatu sampel berdasarkan perbedaan interaksi sampel dengan fasa diam dan
fasa gerak. Jenis interaksi yang terjadi tergantung dari kombinasi fasa diam dan fasa
gerak yang digunakan. Prinsipnya ialah bagaimana memiliu fasa diam dan fasa gerak
yang tepat dan nantinya akan berfungsi sebagai media untuk memdapatkan senyawa
Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana. Pemisahan ini
6
didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Kromatografi lapis tipis terbuat dari gelas atau
logam yang tahan karat atau lempengan besi yang cocok sebagai penyangga. Pada
dasarnya kromatografi lapis tipis melibatkan dua peubah yaitu sifat fase diam dan
sifat fase bergerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa
serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan pemyerap pada kromatografi lapis
tipis. Fase diam yang umum digunakan adalah silica gel baik yang normal fase
maupunreversed fase. Fase ferak atau pelarut merambat perlahan-lahan melalui fase
diam yang membungkus lempeng atau yang membentuk kompleks dengan lempeng
sementara itu fasa gerak akan terus melewati fasa diam. Kemampuan fasa gerak
terhadap kedua fasa tersebut. Bila interaksi komponen lebih besar terhadap fasa
gerak, maka komponen akan bergerak lebih jauh dari komponen lainnya yang
terpisah setelah visualisasi dengan atau tanpa perekasi deteksi (penyemprot) pada
sinar tampak atau ultraviolet pada panjang gelombang 254nm dan 366nm. Jarak
rambat senyawa tersebut dinyatakan dengan nilai Rf (retardation factor) atau hRf
senyawa dari titik awal hingga pusat bercak dibagi dengan rambat fase gerak hingga
garis depan (Hanani, 2015). Beberapa keuntungan KLT menurut Heinrich et al.,
7
(2005), biaya lebih murah dibandingkan metode instrumental dan hanya butuh sedikit
pelatihan atau pengetahuan tentang kromatografi, fleksibilitas pilihan fase gerak dan
fase diam, dan sejumlah besar sampel dapat dianalisa atau dipisahkan secara
stimulan.
yang dilakukan berdasarkan adsorbsi senyawa - senyawa dari suatu campuran yang
dimiliki afinitas berbeda-beda pada permukaan fase diam atau penyerap (Hanani,
2015). Zat cair sebagai fase gerak akan membawa cuplikan senyawa mengalir melalui
fase diam sehingga terjadi adsorbsi senyawa tersebut oleh padatan dalam kolom.
Kecepatan bergerak suatu komponen dalam cuplikan tergantung pada seberapa besar
atau lama komponen tersebut tertahan oleh padatan penyerap dalam kolom. Hasil
yang diperoleh berupa fraksi-fraksi senyawa (eluat) yang ditampung pada bagian
Tahap yang paling sulit dalam kromatografi kolom adalah pengisian kolom
dengan adsorben. Pengisian tersebut harus sehomogen mungkin dan harua benar -
benar bebas dari gelembung udara. Permukaan adsorben juga harus benar-benar
horisontal untuk menghindari terjadinya cacat yang dapat terjadi selama proses elusi
berjalan. Untuk itu yang pertama harus diperhatikan adalah menempatkan kolom
(VCL) adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi
8
kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Vakum adalah alternatif untuk mempercepat
aliran fase gerak dari atas kebawah. Metode ini digunakan untuk fraksinasi awal suatu
ekstrak non polar atau ekstrak semi polar (Raymond, 2006). Kromatografi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan tekanan atmosfer atau pada tekanan lebih besar dari
atmosfer dengan menggunakan bantuan tekanan luar misalnya gas nitrogen (Haris,
1982).
metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai absorben dan
1983).
Kromatografi cair vakum apparatus terdiri dari kolom pendek atau corong
Buchner yang dilengkapi dengan penyaring gas (10 - 20µm). Penggunaan kolom
yang lebih panjang dapat meningkatkan daya pisah. Fase diam yang digunakan
adalah silika gel yang dimasukkan kedalam kolom dengan cara memadatkannya
dengan menggunakan bantuan vakum. Umumnya tinggi fase diam adalah tidal lebih
dari 5 cm. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut organik (Hostettmann, et al.,
1995).
Reaksi oksidasi yang terjadi setiap saat termasuk ketika bernafas dan proses
metabolism dalam tubuh kita dapat memicu terbentuknya radikal bebas. Dalam
9
peradangan, membunuh bakteri dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah.
Tetapi dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan stres oksidatif. Dimana keadaan
tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan
hingga organ tubuh manusia yang dapat mempercepat terjadinya proses penuaan dan
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus, molekul atau senyawa yang dapat
berdiri sendiri yang mengandung satu atau lebih electron yang tidak berpasangan
pada orbit paling luar. Kehadirann satu atau lebih electron yang tidak berpasangan ini
menyebabkan molekul tersebut mudah tertarik pada suatu medan magnetic dan
menyebabkan molekul sangat reaktif. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil
terdekat dan mengambil electron dari molekul yang menyebabkan molekul tersebut
menjadi radikal bebas baru. Peristiwa ini akan terjadi secara terus menerus yang
10
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
(STIFAR RIAU).
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan seperangkat gelas kimia, botol berwarna gelap, rotary
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang tanaman
4. Skrining fitokimia
9. Pengujian antioksidan
11
3.3 Prosedur Kerja
canescens Jack) yang terlebih dahulu dibuat simplisia dimulai dengan sortasi sampel,
kering selama seminggu. Untuk memperluas luas permukaan sampel. Sampel kering
lalu dihaluskan engan alat penggiling atau blender hingga menjadi serbuk.
pada kulit batang sungkai (Peronema canescens Jack) yang dapat berpotensi sebagai
100ml, kemudian maserasi dengan 25 ml etanol dan dipanaskan diatas penangas air
selama 15menit. Kemudian, dengan keadaan panas saring kedalam Erlenmeyer 50ml
dan letakkan kembali diatas penangas air sampai seluru etanol menguap hingga
kering. Tambahakan air: kloroform (1:1) sebanyak 5ml, kocok kuat dan biarkan
12
sampai terbentuk dua lapisan antara air dan kloroform. Lapisan air pada bagian atas
digunakan untuk uji senyawa flavonoid, fenolik, dan saponin. Lapisan kloroform
pada bagian bawah digunakan untuk uji senyawa terpenoid dan steroid. Untuk
1. Uji flavonoid
Beberapa tetes lapisan air diambil dan kemudian dipindahkan pada tabung
reaksi. Tambahkan 1-2 butir logam Mg dan beberapa tetes HCl pekat, jika terbentuk
2. Uji fenolik
Beberapa tetes lapisan air diambil dan kemudian dimasukkan kedalam plat
tetes. Kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi FeCl3, terbentuknya warna biru gelap
3. Uji saponin
Beberapa tetes lapisan air diambil dan kemudian dipindahkan kedalam tabung
reaks, lalu dikocok kuat selama beberapa saat. Apabila terbentuk busa, maka
Lapisan kloroform disaring melalui pipet yang diberi kapas dan norit,
kemudian hasil saringan dipipet sebanyak 2-3 tetes ke dalam 3 lubang plat tetes lalu
anhidrat, lubang 2 ditambahkan asam sulfat pekat dan lubang 3 ditambahkan pereaksi
Lieberman-Bouchard (2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat). Jika
terbentuk warna merah pada lubang 2 dan 4 enandakan adanya senyawa terpenoid
13
dan jika terbentuk warna hijau atau biru pada lubang 1 dan 3 menanndakan adanya
senyaa steroid.
5. Uji alkaloid
kloroform-amoniak 005 N, iaduk dan digerus perlahan. Saring larutan dengan corong
kecil yang didalamnya diletakkan kapas sebagai saringan. Filtrate kemudian iletakkan
kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1ml asam asetat 2, dikocok selama 2
menit, biarkan hingga terbentuk dua lapisan dan terjadi pemisahan. Ambil lapisan
asam pada bagian atas dan tambahkan 1-2 tetes pereaksi Mayer, jika terbentuknya
metanol didalam botol gelap selama 1 minggu. Sampel harus disimpan pada tempat
yang terlindung dari cahaya. Setelah 1 minggu, sampel dsaring dengan menggunakan
kertas saring dan kapas untuk memisahkan maserat dan ampas sampel. Proses
kental.
14
kulit batang sungkay (Peronema canescens Jack) yang nantinya akan dimonitor
sebanyak 100 gram lalu masukkan kedalam VLC dengan meggunakan bantuan
corong. Setelah silika gel 60 padat dan rata, kemudian elusi engan n-heksan baru
kemudian masukkan serbuk ekstrak methanol ke dalam VLC. Elusi dilakukan dengan
metode Stop Gradient Polarity (SGP) yaitu mulai dari n-heksan, etil asetat sampai
metanol.
Selain dengan bantuan gaya gravitasi, pemisahan oleh VLC dilakukan juga
dengan bantuan vakum. Pada saat eluen sudah dimasukkan ke dalam kolom VLC,
ditampung didalam erlenmeyer yang sudah diberi nomor sesuai dengan perbandingan
eluen. Proses pengeluian sesuai dengan perbandingan eluen, setiap pergantian eluen
vakum dihidupkan lebih lama agar senyawa pada eluen dengan kepolaran tertentu
mengidentifikasi pemisahan yang telah dilakukan. Siapkan plat KLT yang telah diberi
pada plat KLT sesua dengan nomornya. Naikkan dengan eluen yang sesuai, sampai
15
Untuk melihat noda yang dilakukan dapat dilakukan engan penyinaran lampu
UV. Selanjutnya hitung Rf dari masing-masing noda yang tercipta. Erlenmeyer yang
Kolom dialiri dengan eluen sampai kurang lebih 2cm diatas permukaan silika
gel. Ekstrak yang sudah dikeringkan dengan silika gel dengan cara digerus
dimasukkan kedalam kolom. Kemudian ditambah dengan eluen lagi, dan begitu
tamping didalam vial dan kemudia diuapkan dengan cara dibiarkan pada udara
dengan pelarut yang sesuai, dielusi an dilihat pada sinar UV 254nm. Apabila
mempunyai nilai Rf yang sama maka fraksi dapat igabungkan menjadi satu fraksi.
16