Anda di halaman 1dari 7

Formulasi Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L)

Agus Siswanto, Wiranti Sri Rahayu, Pri Iswati Utami


Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Abstrak
Rimpang kencur mengandung etil-p-metoksisinamat (EPMS) yang potesial untuk tabir
surya. Krim m/a sangat disukai untuk pemakaian topical karena mudah digunakan dan mudah
dibersihkan. Tween 80 dan Span 80 dapat digunakan sebagai emulgator untuk membentuk krim
tipe m/a. Telah dilakukan penelitian penggunaan Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator
dalam sediaan krim tabir surya ekstrak kencur.
Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan ekstrak kencur (Kristal EPMS).
Ekstraksi dilakukan dengan metode perkolasi dengan pelarut etanol 96%. Ekstrak diuji secara
organoleptis, KLT dan titik lebur. Formulasi ekstrak kencur menjadi sediaan krim dilakukan
dalam 3 formula dengan variasi penambahan Tween 80 dan Span 80. Perbandingan Tween 80
dan Span 80 dalam formula 1 (75%:25%), formula 2 (%0%:50%) dan formula 3 (65%:35%).
Krim dievaluasi secara fisik meliputi pemeriksaam organoleptis, pH dan viskositas selama 30
hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi Tween 80 dan Span 80 dapat digunakan
sebagai pengemulsi sehingga terbentuk krim tabir surya ekstrak kencur. Kombinasi Tween 80
dan Span 80 dengan perbandingan 65%:35% menghasilkan krim tabir surya ekstrak kencur yang
palin baik.
Kata kunci: kencur, krim m/a, Tween 80, Span 80
Pendahuluan
Kencur (Kaempferia galanga L) sebagai salah satu tanaman obat memiliki prospek yang
baik untuk dikembangkan. Salah satu alasan pengembangannya adalah kandungan bahan
aktifnya yang beragam dan cukup tinggi sehingga mampu mencegah dan mengobati berbagai
penyakit. Berdasarkan penelitian Inayatullah (1997) tanaman kencur mempunyai kandungan
kimia minyak atsiri 2,4-3,9% yang terdiri atas etil-p-metoksisinamat 30% (EPMS). EPMS
merupakan turunan sinamat yang dapat berfungsi sebagai tabir surya.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, formulasi gel tabir surya ekstrak etanol kencur
dengan basis HPMC (1%), NaCMC (2%) dan Carbopol (3%) menghasilkan sediaan gel dengan
sifat fisik (pH & viskositas) yang memuaskan. Namun demikian sediaan gel yang dihasilkan
memiliki bau ekstrak kencur yang dominan yang dapat mengurangi kenyamanan pemakainya
(Siswanto, 2010). Oleh karena itu perlu dikembangkan formulasi tabir surya ekstrak etanol
kencur dalam sediaan krim tipe m/a. Bentuk sediaan krim lebih mudah digunakan dan
penyebarannya di kulit juga lebih baik, sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih
menggunakan produk kosmetik dalam bentuk krim dibandingkan sediaan lainnya. Selain itu
formulasi ekstrak kencur ke dalam bentuk krim dapat mengurangi bau khas kencur sehingga
lebih menyenangkan bagi konsumen.
Untuk membentuk suatu krim m/a dapat digunakan kombinasi emulgator seperti Tween 80 dan
Span 80 yang mempunyai nilai HLB tinggi. Span 80 merupakan surfaktan nonionic dan
digunakan dalam konsentrasi 1-10%. Sebagai zat pengemulsi Span 80 digunakan dalam
kombinasi dengan zat pengemulsi hidrofilik. Tween 80 merupakan surfaktanm nonionic yang
bersifat hidrofil dan digunakan sebagai zat pengemulsi tipe m/a dalam konsentrasi 1-15% (Rowe
et al, 2003).

Metode Penelitian
Alat
Ultrasonic bath (Branson 1510); Rotary Evaporator, Timbangan analitik; seperangkat alat
perkolasi, pH meter, viskosimeter, kapas, serta alat-alat gelas yang lazim digunakan di
laboratorium analisis.
5.2. Bahan
Rimpang kencur (K. galanga), etanol 96%, parafin cair, setil alkohol, tween 80, span
80, Akuades
Cara kerja
1. Determinasi Tanaman Kencur
Determinasi dilakukan dengan mencocokkan ciri morfologi yang ada pada tanaman kencur
terhadap pustaka Flora of Java Volume III dan dibuktikan di laboratorium Biologi FKIP
UMP
2.Penyiapan simplisia rimpang kencur
Rimpang kencur (umur 10-12 bulan) diperoleh dari daerah Kebumen Jawa Tengah.
Rimpang kencur dicuci, dikeringanginkan sampai kulit tidak basah. Kemudian diiris dengan
irisan melintang ketebalan 2-5 mm dan dikeringkan di lemari pengering selama 1 minggu
dan diserbuk serta diayak dengan menggunakan ayakan no 40 (Anonim, 1979).
3. Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi dengan pelarut etanol 96%. Ekstrak cair yang
telah dikumpulkan diuapkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh kristal. Kemudian
dilakukan rekristalisasi dengan pelarut etanol 96%.
4. Evaluasi ekstrak
Evaluasi meliputi pemeriksaan organoleptik, uji KLT, dan uji titik leleh. Pemeriksaan
organoleptik ekstrak kencur meliputi bentuk, warna, dan bau. Uji titik leleh dilakukan dengan
cara mengambil sedikit ekstrak (kristal EPMS) menggunakan pipa kapiler dan dimasukkan
dalam heater. Kemudian diamati sampai kristal melebur dan dicatat suhu peleburan. Uji KLT
dilakukan terhadap ekstrak (kristal EPMS) dan dibandingkan dengan EPMS standar. Uji
KLT menggunakan fase diam silika gel F 254 dan fase gerak toluene-etilasetat (93:7).
5. Pembuatan krim
Tabel 1. Formula krim Ekstrak kencur
Jumlah (%)
Bahan
FI

FII

FIII

Ekstrak kencur

Parafin cair

40

40

40

Setil alkohol

Tween 80

3,75

2,50

3,25

Span 80

1,25

2,50

1,75

Metil paraben

0,1

0,1

0,1

Akuades ad

100

100

100

Ket: perbandingan Tween 80 dan Span 80 pada formula 1 (75%:25%), formula 2 (50%:50%) dan
formula 3 (65%:35%).
Ekstrak kencur ditambah span 80 di atas penangas air (diatur suhunya 75 oC), dicampur dengan
paraffin cair dan setil alkohol kemudiaan diaduk hingga homogen (fase minyak). Tween 80
dicampur dengan akuades secukupnya, diaduk hingga homogen (fase air). Fase air dituangkan ke
dalam fase minyak aduk hingga homogen.
6. Pemeriksaan Sifat Fisis Krim
a. Pengamatan Organeleptis
Pengamatan organoleptis meliputi pengamatan perubahan- perubahan bentuk, warna dan
bau yang terjadi pada tiap rentang waktu tertentu selama 30 hari. Pengamatan
organoleptis dilakukan pada hari ke-1, 6, 12, 18, 24, 28 dan 30. Pengamatan dilakukan
dengan replikasi 3 kali.
b. Penentuan tipe krim
Penentuan tipe krim dilakukan dengan teknik pewarnaan. Tiga tetes metilen blue
diteteskan dalam 3 tetes krim, kemudian diamati dengan mikroskop. Jika emulsi
berwarna seragam maka krim yang diuji berjenis m/a. (Ansel, 1989)
c. Pengukuran pH
Pengukuran pH menggunakan alat pH stick. pH stick dicelupkan ke dalam sediaan krim,
kemudian didiamkam sesaat dan dilihat warna yang terjadi yang menunjukkan nilai pH.
Pengukuran pH dilakukan pada hari ke-1, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27 dan 30.
Pengukuran dilakukan replikasi 3 kali.
d. Pengukuran Viskositas Krim
Viskositas sediaan krim diukur menggunakan Viskosimeter Brook Field LV. Sediaan
sebanyak 25 gram dimasukkan kedalam cup, kemudian dipasang spindel ukuran 4 dan
rotor dijalankan dengan kecepatan 60 rpm. Hasil viskositas dicatat setelah viskotester
menunjukan angka yang stabil (dikalikan faktor 100). Pengukuran viskositas dilakukan
pada hari ke-1 dan 30. Pengukuran dilakukan replikasi 3 kali.
Hasil & Pembahasan
1. Determinasi tanaman kencur
Determinasi dilakukan dengan tujuan untuk memastikan kebenaran bahan tanaman yang
digunakan dalam penelitian. Hasil determinasi menggunakan acuan buku Flora of Java III
(Becker dan Bachuizen Van Den Brink, 1963) menunjukkan hasil sebagai berikut:
207. Zingiberaceae

1a-2b-6b-7b-8b-10a (10. Kaemferia)


10.Kaemferia
1a-2a Kaemferia galangal L
Berdasarkan determinasi ini maka tanaman yang digunakan adalah Kaemferia galanga L.
2. Penyiapan simplisia & ekstrak
Penyiapan simplisia ini meliputi pencucian, sortasi basah, perajangan, pengeringan,
sortasi kering dan penyerbukan. Pencucian dan sortasi basah dilakukan untuk menghilangkan
kotoran yang terbawa saat pemanenan rimpang kencur. Perajangan untuk menipiskan
rimpang sehingga memudahkan pengeringan. Pengeringan ditujukan untuk menurunkan
kadar air dalam simplisia sehingga mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri yang dapat
merusak simplisia. Sedangkan proses penyerbukan terhadap rimpang dilakukan agar
memudahkan dan memaksimalkan proses ekstraksi.
Ekstraksi dilakukan dengan metode perkolasi menggunakan etanol 96% sebagai pelarut.
Dalam hal ini digunakan etanol 96% sebagai pelarut yang bersifat semipolar agar EPMS
sebagai senyawa aktif dalam kencur yang bersifat nonpolar dapat tersari. Dengan metode
perkolasi diharapkan agar EPMS dapat terekstraksi dengan maksimal karena tidak terjadi
kejenuhan larutan penyari.
3. Evaluasi ekstrak (Kristal EPMS)
Evaluasi ekstrak (kristal EPMS) meliputi pemeriksaan organoleptik, uji KLT, dan uji titik
leleh. Uji organoleptik bertujuan untuk melakukan pengenalan awal secara sederhana
seobjektif mungkin menggunakan pancaindera. Hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa
ekstrak yang diperoleh berwarna putih, berbau khas kencur, dan berbentuk kristal jarum.
Tabel 2. Titik leleh ekstrak kencur (Kristal EPMS)
Replikasi
Titik leleh (C)
1
47,0
2
47,0
3
47,0
Rerata
47,0
Uji titik leleh menunjukkan bahwa titik leleh ekstrak (Kristal EPMS) adalah 47C. Suatu
senyawa dikatakan identik bila interval titik leleh keduanya (sampel dan standar) sama atau
berbeda 0,5-1,0C. Menurut Taufiqurohmah (2005) titik leleh EPMS berkisar antara 46,547,5C.
Hasil uji KLT menunjukkan bercak ekstrak kencur (Kristal EPMS) pada sinar UV 254
berwarna violet sama dengan bercak yang dihasilkan EPMS standar. Nilai Rf ekstrak kencur
(bercak B=0,60) mirip Rf EPMS standar (bercak A=0,62). Uji KLT menegaskan bahwa
kristal yang diperoleh adalah EPMS.
4. Formulasi krim
Ekstrak kencur (EPMS) diformulasikan dalam bentuk krim m/a dengan tujuan untuk
menghilangkan bau kencur sehingga lebih bisa diterima oleh konsumen untuk penggunaan
topikal sebagai tabir surya. Selain itu bentuk krim m/a juga lebih disukai karena mudah
menyebar merata dan lebih mudah dibersihkan karena dapat dicuci dengan air (Lachman et
al, 1994).
Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator bekerja membentuk film (lapisan) disekeliling
butir-butir tetesan terdispersi sehingga mencegah koalesen dan terpisahnya cairan-cairan
dispers (Lachman et al, 1994). Kombinasi Tween 80 dan Span 80 dimaksudkan untuk

mendapatkan emulsi yang stabil pada nilai HLB butuhnya. Dalam formulasi ditambahkan
paraffin cair 40% sebagai pelembut pada kulit, setil alcohol 5% sebagai basis krim yang
dapat menyerap air, metil paraben 0,1% sebagai bahan pengawet (Rowe et al, 2003).
5. Evaluasi sifat fisik krim
a. Tipe krim
Hasil pemeriksaan menggunakan metode pewarnaan dengan metilen biru
menunjukkan bahwa formula 1, 2,dan 3 mempunyai tipe minyak dalam air. Pewarna
metilen biru larut dalam senyawa polar. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa fase luar
(air) berwarna biru sedangkan tetes-tetes fase dalam (minyak) tidak berwarna sehingga
dapat disimpulkan tipe krim m/a. EPMS yang bersifat nonpolar terperangkap ke dalam
fase minyak di bagian dalam sehingga bau kencur dalam sediaan tertutupi.
b. Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik sediaan
dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin terjadi selama
penyimpanan.
Tabel 3. Hasil pemeriksaan organoleptis krim tabir surya ekstrak kencur
Formula
Pengamatan organoleptis
Bau
Bentuk
Warna
1
Khas kencur lemah
Semipadat
Putih susu
2
Khas kencur
Semipadat
Putih susu
3
Khas kencur lemah
Semipadat
Putih susu
Keterangan: pengamatan dilakukan selama 30 hari dan tidak terjadi perubahan bau,
warna dan bentuk.
Berdasarkan pengamatan organoleptis diketahui bahwa selama 30 hari penyimpanan,
krim tidak mengalami perubahan warna, bau dan bentuk. Hal ini menunjukkan bahwa
sediaan krim stabil secara fisika. Formula 2 masih menunjukkan bau kencur yang sedikit
kuat. Hal ini bisa disebabkan oleh pembentukan tetesan fase dalam (mengandung EPMS)
terlalu besar sehingga bau kencur (EPMS) masih terasa.
c. pH
Pemeriksaan pH sediaan krim bertujuan untuk memastikan bahwa pH krim sesuai
dengan pH kulit sehingga tidak menimbulkan iritasi pada saat digunakan. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa pH krim berkisar antara 6-7. Rentang nilai pH ini
masih dalam batas aman untuk sediaan topical. Nilai pH yang aman untuk kulit atau
sediaan topikal sekitar 4,5-6,5 (Soeratri et al, 2005).
Hasil pengamatan pH selama masa penyimpanan 30 hari menunjukkan bahwa sediaan
krim mengalami penurunan pH. Meski demikian perubahan pH yang terjadi masih dalam
toleransi batas aman pH kulit.
Tabel 4. Pemeriksaan pH sediaan krim tabir surya ekstrak kencur
Formula
pH
Hari ke-1
Hari ke-30
1
7
6
2
6
5
3
7
7

d.Viskositas
Pemeriksaan viskositas untuk memastikan tingkat kekentalan sediaan krim yang
sesuai untuk penggunaan topikal. Secara fisik krim yang dihasilkan mempunyai
kekentalan yang cukup untuk pemakaian topikal sehingga memudahkan penyebaran di
permukaan kulit.
Tabel 5. Pemeriksaan viskositas sediaan krim tabir surya ekstrak kencur
Formula
Viskositas (poise)
Hari ke-1
Hari ke-30
1
45,5
31,8
2
38,3
28,5
3
49,0
39,0
Tabel 6. Hasil uji anava viskositas sediaan krim tabir surya ekstrak kencur
Faktor
Formula
Penyimpanan

Nilai F
F hitung
257,383
895,596

F tabel (0,05)
3,89
4,75

Hasil pengamatan selama 30 hari menunjukkan bahwa viskositas krim mengalami


penurunan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penggunaan setil alcohol dalam
sediaan. Setil alcohol bersifat menyerap air (Rowe et al, 2003), selama penyimpanan
krim dapat menyerap uap air sehingga kekentalannya turun. Kondisi lingkungan
penyimpanan (cahaya dan kelembaban udara) diduga dapat berpengaruh terhadap
viskositas sediaan krim. Hal ini dipertegas dengan hasil uji anava yang menunjukkan
perbedaan signifikan viskositas sediaan hari ke-1 dan ke-30.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kombinasi Tween 80 dan Span 80 dapat digunakan sebagai pengemulsi sehingga terbentuk
krim tabir surya ekstrak kencur.
2. Kombinasi Tween 80 dan Span 80 dengan perbandingan 65%:35% menghasilkan krim tabir
surya ekstrak kencur yang paling baik.
Daftar pustaka
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan Farida Ibrahim), Edisi IV,
Jakarta UI Press
Lachman, L., Lieberman Herbert A, Kanigh, Joseph L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi III, Jakarta : Universitas Indonesia Press
Rowe, RC, Paul, JS, Paul, JW, 2003, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 4th edition,
London, Chicago Pharmaceutical Press
Siswanto, Rahayu WR, Utami, PI, 2010, Formulasi Gel Herbal Tabir Surya Ekstrak Etanol
Rimpang Kencur (Kaemferia galanga L), Lap Penelitian, UMP, Purwokerto

Soeratri, W., Tutik, P., 2004, Penambahan Asam Glikolat Terhadap Efektifitas Sediaan Tabir
Surya Kombinasi Anti UV-A dan Anti UV-B Dalam Basis Gel, Majalah Farmasi
Airlangga 04 (03), Surabaya

Anda mungkin juga menyukai