SKRIPSI
Oleh:
M Rifki Pratama K A
155010147
FAKULTAS FARMASI
SEMARANG
FEBRUARI 2020
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK
ETANOL BIJI KEDELAI ( Glycine max ) TERHADAP SIFAT
FISIK DAN AKTIVITAS SPRAY GEL TABIR SURYA SECARA
IN VITRO
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
oleh:
M Rifki Pratama K A
155010147
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2020
2
INTISARI
Kata kunci : Kedelai, Sifat Fisik, Spray gel Tabir Surya, In Vitro
3
ABSTRACT
4
PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul
oleh:
M Rifki Pratama K A
155010147
Mengetahui :
Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim
Pembimbing Utama, Dekan,
(Dr. Hj. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt.) (Aqnes Budiarti, S.F., M.Sc., Apt)
Pembimbing Pendamping,
(…………………………….)
2.
(…………………………….)
5
3. Dr. Hj. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt
(…………………………….)
(…………………………….)
SURAT PERNYATAAN
NIM : 155010147
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah skripsi saya dan disebutkan dalam daftar pustaka.
mestinya.
6
M Rifki Pratama K A
7
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Kedua orang tua yang telah membesarkan dan mendidik saya dari kecil
sampai sekarang, sebagai wujud terimakasih dan hormat baktiku.
KATA PENGANTAR
Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Kedelai (Glycine max) Terhadap Sifat
Fisik Dan Aktivitas Spray gel Tabir Surya Secara In Vitro” Penulisan skripsi ini
dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Farmasi
Hasyim Semarang.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
1. Ibu Dr.Hj. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt selaku dosen pembimbing yang
penyusunan skripsi.
2. Ibu Ayu Shabrina M.Farm selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
8
3. Ibu Dr.Yulias Ninik Windriyati, M.Si.,Apt dan Anita Dwi Puspitasari, M.Pd
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan koreksi terhadap
skripsi ini.
4. Ibu Ririn Lispita W., M.Si., Apt selaku dosen wali, terimakasih banyak atas
yang telah memberikan pengalaman hidup dan ilmu yang berharga kepada
penulis.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu
segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
berarti bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan dunia farmasi pada khususnya.
Penulis
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
INTISARI................................................................................................................ii
ABSTRACT.............................................................................................................iii
PENGESAHAN SKRIPSI......................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN........................................................................................v
MOTTO & PERSEMBAHAN...............................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
E. Tinjauan Pustaka...........................................................................................5
1. Kulit...........................................................................................................5
2. Tanaman Kedelai.......................................................................................8
3. Tabir Surya................................................................................................9
4. Ekstraksi..................................................................................................10
5. Spray gel..................................................................................................11
6. Spektrofotometer UV Vis........................................................................12
7. Pengukuran Nilai Sun Protecting Factor (SPF) Secara In Vitro.............13
8. Monografi Bahan.....................................................................................14
F. Landasan Teori............................................................................................18
G. Hipotesis..................................................................................................19
BAB II. METODE PENELITIAN.........................................................................20
A. Alat dan Bahan Penelitian.......................................................................20
B. Jalannya Penelitian..................................................................................21
C. Analisis Data...........................................................................................26
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................27
10
A. Determinasi Tanaman..............................................................................27
B. Ekstrak Biji Kedelai................................................................................27
C. Sediaan Spray gel EEBK........................................................................28
D. Hasil Evaluasi Fisik Sediaan Spray gel...................................................30
E. Uji Aktivitas Spray gel Tabir Surya Ekstrak Etanol Biji Kedelai...............37
11
DAFTAR TABEL
12
DAFTAR GAMBAR
13
DAFTAR LAMPIRAN
14
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kerugian yaitu penuaan dini, merusak tektur kulit, dan reaksi kulit terbakar
(Rusita,2017). Saat kulit terpapar sinar matahari secara langsung dapat memicu
munculnya bintik noda di wajah dan kulit menjadi keriput. Aktivitas kulit
perlindungan bagi inti sel agar tidak terjadi mutasi DNA yang memicu kanker
kulit (Ismail,2014). Kulit merupakan suatu organ terluar yang berfungsi sebagai
proteksi tubuh terhadap pengaruh luar (Tortora dan Derrickson, 2009). Untuk
sediaan tabir surya (Isfardiyana dan Safitri, 2014). Sediaan tabir surya yang ada di
pasaran banyak mengandung bahan kimia yang memiliki efek samping bagi
tubuh, sehingga perlu pengembangan sediaan tabir surya yang berasal dari
mafaat sebagai antioksidan dan juga diketahui mempunyai khasiat sebagai tabir
dimanfaatkan sebagi tabir surya salah satunya adalah biji kedelai (Aak, 1989).
memiliki aktivitas SPF. Menurut (Niam dkk, 1974) tanaman kedelai mengandung
15
isoflavon berbentuk glikosida yang terdiri dari genestin, diaidzin dan glisten.
keerusakan kulit akibat radikal bebas dengan cara dua mekanisme antara lain
mendonorkan ion hydrogen dan bertindak sebagai scavenger radikal bebas secara
Yashinta (2010) bahwa sediaan emulgel dengan ekstrak tempe dapat digunakan
sebagai sunscreen . Berdasarkan data tersebut bahwa ektrak biji kedelai dapat
mengurangi efek yang berbahaya dari terpaparnya kulit pada sinar ultraviolet
(Bonda, 2009). Potensi tabir surya mampu menyerap sedikitnya 85% sinar
perlu dilakukan supaya bisa menemukan kelebihan dari bentuk sediaan lain yang
digunakan sebagai tabir surya salah satunya adalah bentuk spray gel.
Sediaan spray gel mempunyai kelebihan dari sediaan topikal lainnya yaitu
lebih aman, lebih praktis penggunaannya, dan lebih mudah dicuci serta dapat
meningkatkan daya sebar tabir surya sehingga lebih baik untuk melindungi
16
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian tentang
pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai terhadap sifat fisik dan
17
B. Perumusan Masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
1. Kulit
mahluk hidup dan berperan penting untuk melindungi tubuh dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan dari luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui
18
sejumlah mekanisme biologis, seperti keratinasi, respirasi dan pengaturan suhu
tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa,
serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono, 2007).
warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit
Melanin adalah pigmen alamiah kulit yang memberikan warna cokelat. Melanin
dibuat dari tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi tirosin diubah menjadi
butiran-butiran melanin yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya
enzim tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih
lancar pada suhu yang lebih tinggi atau dibawah sinar ultraviolet. Jumlah, tipe,
ukuran dan distribusi pigmen melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom
yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal
keratinosit di dalam lapisan-lapisan benih (Kusantati, 2008). Kulit terdiri dari tiga
a. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri dari lima lapisan yaitu dari lapisan yang paling
atas sampai bagian terdalam. Lapisan epidermis tebalnya 75-150 μm, kecuali pada
19
telapak tangan dan kaki yang berukuran lebih tebal ( Dahl, 1996 ). Pada bagian
telapak tangan dan telapak kaki memiliki bagian kulit yang lebih tebal di banding
bagian permukaan kulit tubuh yang lain karena kulit pada bagian tubuh ini lebih
Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, tidak memiliki
inti, tidak mengalami proses metabolisme, tdak berwarna, dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, enis protein yang
tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini
berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar
lapisan tipis jernih, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki
antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang
Stratum spinosum memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.
Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas
serabut protein.
20
Stratum germinativum merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalam
stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak
a. Dermis
b. Subkutan
yang membentuk agregat dengan jaringan kolagen dan membentuk ikatan lentur
2. Tanaman Kedelai
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max Linn. Merr
Vern name : Kedelai/Soybean
21
Gambar 2. Biji Kedelai (Dokumen pribadi)
musim kemarau, karena tidak memerlukan air dalam jumlah yang besar.
laut. Kedelai termasuk tanaman bebiji ganda berakar tunggang. Pada akhir
dapat mengikat nitrogen dari udara. Polong kedelai beerisi 1-5 biji kedelai, di
Tanaman ini tumbuh baik pada tanah dengan pH 4,5 masih dapt memberi
hasil yang masimal. Daerah pertumbuhannya tidak lebih 500 meter di atas
permukaan laut dengan iklim panas dan cuaca hujan rata-rata 200mm/bulan.
dalam kedelai terdapat dalam bentuk aglikon, termasuk genistein, daidzein, dan
22
glistein, serta glikosidanya. Kedelai mengandung 1-3 mg isoflavon/g kedelai
3. Tabir Surya
Tabir surya merupakan senyawa yang secara fisik atau kimia dapat
dimanfaatkan untuk menyerap sinar matahari secara efektif terutama pada daerah
menembus lapisan dermis hingga subcutan atau hypodermis dan efektif pada
spectrum radiasi UV-A, UV-B dan sinar tampak, sedangkan tabir surya kimia,
23
menjadi bentuk energy panas, dapat mengabsorbsi hampir 95% radiasi sinar UV-
4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
organik yang paling sering digunakan dalam mengekstraksi zat aktif dari sel
tanaman adalah metanol, etanol, kloroform, hexan, aseton, benzen, dan etil asetat
(Dirjen POM, 1995). Selama proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke
material penyarinya senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau bahan
alam dari tumbuhan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang sesuai
temperatur ruangan (Dirjen POM, 2000). Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan),
serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan
dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering
sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk
senyawa yang termolabil (Tiwari dkk., 2011). Keuntungan penyarian dengan cara
maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana dan mudah dilakukan.
sempurna.
24
5. Spray gel
bentuk topikal, terutama untuk penggunaan pada kulit. Selain itu kelebihan dari
sediaan spray gel yaitu tingkat kontaminasi mikroba yang rendah, lebih praktis
dalam penggunaannya dan waktu kontak obat yang relatif lebih lama dibanding
bentuk awal akibat keadaan yang terbebas dari keadaan stress (Porzio dkk., 1998).
semprot. Menurut Kamishita, Takuzo., et al (1992) viskositas dari basis spray gel
berkisar antara 800-3000 cPs. Ketika sediaan memiliki viskositas yang tinggi
maka ketika dipaksa untuk disemprotkan , ukuran partikel dari spray gel menjadi
sangat besar sehingga akan sulit untuk disemprotkan. Kunci dari formulasi spray
(Widyaningrum dkk., 2015) sehingga ketika digunakan akan mudah kering dan
tidak lengket di kulit. Sediaan spray gel mempunyai kelebihan dari sediaan
topikal lainnya yaitu lebih aman, lebih praktis penggunaannya, dan lebih mudah
6. Spektrofotometer UV Vis
25
dengan molekul sampel. Ketika cahaya mengenai sampel, sebagian akan diserap,
sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan (khopkar, 2007)
spektrum yang dikeluarkan oleh spektrofotometer UV-Vis berupa pita yang lebar
daerah ultraviolet (190 nm-380 nm), daerah cahaya tampak (380 nm- 780 nm),
daerah inframerah dekat (780 nm – 3000 nm) dan daerah inframerah (2,5 nm – 40
pengukuran nilai SPF yaitu jumlah energy UV yang dibutuhkan untuk mencapai
minimal erythema dose (MED) pada kulit yang terlindungi produk atau zat aktif
menimbulkan MED tanpa perlindungan produk atau zat aktif tabir surya (Susanti
dkk. 2012). MED didefinisikan sebagai jangka waktu terendah atau dosis radiasi
Semakin tinggi nilai SPF maka semakin besar perlindungan yang diberikan oleh
produk tabir surya tersebut ( Wilkinson dan Moore, 1982). Secara umum
26
pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro
secara spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari tabir surya yang diuji.
Nilai SPF sediaan spray gel dianalisis menggunakan metode Mansur (1986) :
8. Monografi Bahan
a. Karbopol
27
sebagai material bioadhesive, controlled-release agent, agen pengemulsi, dan
0,5-1,0 % ( Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009). Struktur kimia karbopol
HPMC berbentuk serbuk granul atau serat berwarna putih atau krem.
HPMC larut dalam air dingin, membentuk larutan koloid kental, praktis tidak
zat pengemulsi, penstabil emulsi, dan zat pengental ( Rowe, R.C., Paul, J.S.,
dan Marian, 2009). Struktur kimia HPMC ditunjukan pada gambar 4, berikut :
c. Propilen Glikol
tidak berbau, manism dan memiliki rasa yang tidak sedikit tajam menyerupai
gliserin. Prolien glikol larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin, dan
28
air, tidak larut dengan minyak mineral ringan atau fixed oil, tetapi akan
sebagai pelarut, dan pengawet dalam berbagai formulasi farmasi parenteral dan
Paul, J.S., dan Marian, 2009). Struktur kimia Propilenglikol ditunjukan pada
gambar 5, berikut :
d. Trietanolamin
sebagai agen pembasa dan agen pengemulsi.TEA dapat berubah menjadi coklat
ketika terpapar udara dan cahaya.TEA harus disimpan dalam wadah bebas
udara yang terlindung dari cahaya, dalam tempat dingin dan kering. TEA dapat
bercampur dengan air, methanol, karbon tetraklorida, aseton, dapat larut dalam
benzene dan etil eter dengan perbandingan 1:20 dan 1:63 ( Rowe, R.C., Paul,
J.S., dan Marian, 2009). Struktur kimia TEA ditunjukan pada gambar 6, berikut
29
e. Metil Paraben
Metil paraben atau nipagin berbentuk Kristal tak berwarna atau bubuk
Kristal putih, zat ini tidak berbau atau hamper tidak berbau.Metil paraben
makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Aktivitas metil paraben juga dapat
feniletil alcohol, dan asam edetat.( Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).
f. Propil Paraben
Propil paraben atau nipasol berbentuk bubuk putih, Kristal, tidak berbau,
Paraben lebih aktif terhadap ragi dan jamur dari pada terhadap bakteri, serta
negatif.( Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009). Struktur kimia propil
30
Gambar 7. Propil Paraben.( Rowe et al, 2009).
g. Etanol
menguap, dengan karakteristik bau yang khas dan rasa terbakar. Kelarutan
terlarut campur dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan kenaikan suhu
digunakan dalam formulasi farmasi dan kosmetik ( Rowe, R.C., Paul, J.S., dan
F. Landasan Teori
aman dan efektif dalam meningkatkan berbagai parameter perawatan kulit seperti
terhadap radiasi UV dan undesired hair removal (Wagas et al., 2015). Bedasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Saiji dkk., 1995) salah satu senyawa aktif yang
paling penting dalam kedelai adalah isoflavon yang berfungsi sebagai antioksidan.
31
Chiang dkk (2007) isoflavon yang terkandung dalam ekstrak keelai dapat
itu ekstrak kedelai juga dapat menghambat sianr UVB yang berimbas pada
pelepasan hydrogen peroksida dari dalam sel. Danil (2014) telah membuktikan
bahwa sediaan krim dengan variasi konsentrasi ektrak kacang kedelai 1%, 3%,
5%, diperoleh nilai spf sebesar (1,75; 3,15; 6,93) dan nilai spf ekstrak kacang
kedelai pada konsentrasi 0,1% 0,3%, 0,5% sebesar (2,36; 5,69; 16,61). Menurut
(Rosmala, 2014) sediaan krim dengan konsentrasi ekstrak kacang kedelai 2%, 4%,
penyimpanan.
penggunaan pada kulit, dimana bentuk sediaan spray gel ini memiliki kelebihan
lebih praktis dalam penggunannya dan waktu kontak obat yang relatif lebih lama
dibanding sediaan lainnya (Shafira dkk., 2015). dan juga dapat meminimalisir
limbah, serta mengurangi trauma pasien. Hal ini yang menyebabkan sediaan
topical dengan tehnik penyemprotan lebih disukai dibandingkan salep atau gel
G. Hipotesis
32
2. Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai pada sediaan spray gel
berpotensi sebagai tabir surya berdasarkan penentuan nilai spf secara in vitro.
a) Variabel bebas
b) Variabel tergantung
Variabel tergantung yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sifat fisik
Alat yang digunakan untuk membuat sediaan spray gel dalam penelitian
33
HPMC, Karbopol yang didapatkan dari CV. Multi Kimia Raya grade
Teknis.
B. Jalannya Penelitian
1. Determinasi Tanaman
disortasi basar untuk memisahkan bagian atau tanaman lain yang tidak digunakan
dalam penelitian. Proses pengeringan dengan oven pada suhu 50-70ºC sampai
kering. Simplisia kering yang sudah didapatkan kemudian disortasi kering untuk
memastikan bahwa tidak ada pengotor yang tidak diinginkan atau memisahkan
bagian yang sudah rusak atau gosong akibat pemanasan. Simplisa kering
ditimbang dan dibuat serbuk dengan cara diblender kemudian diukur kadar airnya
dengan moisture balance. Persyaratan kadar air pada simplisia yaitu kurang dari
10%. Serbuk simplisia disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari agar
34
kaca atau toples yang bersih dan steril, kemudian ditambahkan etanol 96%
sebanyak 7000 mL sebagai cairan penyari. Wadah kaca atau toples ditutup rapat
dan diletakkan pada tempat yang terlindungi dari cahaya. Campuran tersebut
campuran etanol 96% dan serbuk biji kedelai (Glycine max) disaring. Hasil dari
dengan etanol 96% sebanyak 3000 mL dan diletakkan pada tempat yang
terlindung dari sinar matahari, kemudian campuran etanol 96% dan serbuk biji
kebelai (Glycine max) disaring. Hasil dari penyaringan kedua disebut maserat II.
gel transparan yang memiliki konsistensi cukup kental. Metil paraben dan propyl
di tambahkan ekstrak etanol biji kedelai dan aquadest lalu di aduk menggunakan
35
batang pengaduk hingga homogen. Lalu dimasukan sediaan ke dalam wadah
spray. Pembuatan sediaan spray gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max)
F3=6 %.
Formula acuan spray gel dapat dilihat pada tabel III, sebagai berikut :
Keterangan :
FI : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 2%
FII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 4%
FIII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 6%
4. Uji Sifat Fisik Spray gel Ekstrak Etanol Biji Kedelai (Glycine max)
a. Uji Organoleptis
36
Pengujian organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan
dengan cara melakukan pengamatan terhdap warna, abu, dan tekstur dari
b. Uji Homogenitas
kaca yang lain dan diamati. Pengamatan dilakukan dengan melihat ada atau
c. Uji Viskositas
Sediaan diuji dengan menuangkan sediaan pada gelas viscometer dan diukur
sedang. Skala kekentalan sediaan yang diuji akan muncul pada jarum di alat
d. Uji pH
Sediaan spray gel diambil 0,1 g dalam 100 mL aquadest. Sediaan dicelupkan
memenuhi rentang pH dengan kisaran sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 8,0
(Liony, 2014).
37
Sediaan disemprotkan sebanyak satu kali ke kulit bagian lengan atas dari
Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali dan diamati apakah sediaan menempel
sediaan dari botol dengan jarak 3, 5, 10, 15, dan 20 cm pada selembar plastic
mika. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali dan diamati pola pembentukan
semprotan, diameter dari pola semprot yang terbentuk dan banyaknya sediaan
5. Uji Aktivitas Spray gel Ekstrak Etanol Biji Kedelai (Glycine max )
SPF secara in vitro dengan spektrofotometri UV-vis. Spray gel ekstrak etanol biji
dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 5 mL di dalam labu takar dan dicampur
serapan uji dalam kuvet dengan panjang gelombang antara 290-320 nm,
digunakan etanol 96% sebagai blangko. Kemudian dicatat serapan rata-rata (Ar)
38
Nilai SPF dihitung dengan persamaan Mansur yang diaplikasikan ke dalam
Ms.Excel. Dimana CF adalah factor koreksi bernilai 10, EE (λ) adalah efek
eritmogenik radiasi pada panjang gelombang λ dan Abs (λ) adalah nilai
konstan. Nilai absorbansi yang di dapatkan Abs (λ) dikalikan dengan masing-
C. Analisis Data
Hasil uji organoleptis, homogenitas dan uji daya sebar lekat sediaan spray
gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max) diuji secara deskriptif. Data hasil uji
pola penyemprotan, uji pH, uji viskositas, dan uji aktivitas tabir surya (nilai SPF)
spray gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max) dilakukan uji statistik
A. Determinasi Tanaman
39
B. Ekstrak Biji Kedelai
Serbuk simplisia biji kedelai didapatkan kadar air 5% diman secara umum
kadar air tumbuhan adalah sebesar >10%. Pengecekan kadar air pada serbuk
mutu simplisa (Gunawan dan Mulyani, 2004). Serbuk simplisia biji kedelai
seberat 2,7 kg didapatkan dari biji kering 3 kg, sehingga diperoleh susut
dalam biji kedelai tidak tahan terhadap pemanasan (DepKes, 1986). Penyari yang
digunakan adalah etanol 96% teknis. Pemilihan etanol dikarenakan tidak beracun,
jamur dan kuman sulit tumbuh dalam etanol dengan konsentrasi >20%, mampu
menarik zat aktif flavanoid, antrakinon, glikosida, alkaloid basa, kumarin, tanin,
dan saponin (DepKes, 1986). Selain itu penggunaan etanol sebagai penyari
memiliki pengaruh yang signifikan, karena isoflavon yang terdapat pada biji
kedelai sebagian besar terikat denagn glukosa (glikon), sehingga mudah larut
dalam pelarut polar, dan penggunaan etanol yang bersifat polar akan mengikat
Serbuk kering biji kedelai yang digunakan untuk ekstraksi sebesar 1 kg,
kemudian didapatkan ekstrak kental sebanyak 120 gram dengan rendemen 12%
dari serbuk kering biji kedelai yang digunakan. Ekstrak kental biji kedelai yang
40
diperoleh berwarna coklat tua, kental, dan bau khas kedelai ( ekstrak kental biji
Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan sediaan spray gel dengan adanya
komponen variasi konsentrasi EEBK sebagai zat aktif sediaan. Adapun komponen
spray gel yang digunakan adalah karbopol dan HPMC sebagai pembentuk gel,
propil paraben sebagai pengawet, etanol sebagai pelarut, serta aquadest sebagai
pelarut.
Sediaan spray gel dibuat konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai di variasikan
menjadi tiga seri konsentrasi yaitu 2%, 4%, dan 6%. Dasar pemilihan konsentrasi
ini adalah hasil uji pendahuluan yang dilakukan sebelumnya pada sediaan jadi
krim ekstrak biji kedelai dengan rentang konsentrasi 1%, 3%, dan 5%, dimana
ditambahkan trietanolamin sehingga karbopol menjadi gel bening yang kaku, hal
ini dikarenakan karbopol merupakan polimer anionik yang bersifat asam bebas
dalam media air, karbopol mula-mula terdispersi secara seragam di dalam air
terurai lalu mengembang menjadi bentuk sediaan semi padat (Mulyono dan
Suseno, 2010).
41
Adanya penambahan media air, baik aquadest maupun zat tambahan berupa
larutan lainnya ke dalam karbopol, maka volume menjadi lebih banyak namun gel
jaringan rantai cross-linked ketika kontak dengan air dan terbongkar dalam pH
netral, Sehingga karbopol dapat lebih dapat mengembang hingga 1000 kali dari
42
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), pemeriksaan organleptik bertujuan
panca indera dengan mendeskripsikan warna, bau, bentuk dan tekstur obyek yang
berwarna kuning kecoklatan, memiliki bau khas serta memiliki tekstur agak
kental. Ketiga formula sediaan spray gel menghasilkan spray gel yang stabil
secara organoleptik.
Syarat suatu sediaan homogen yaitu tidak boleh mengandung bahan kasar
pemeriksaan homogenitas sediaan Spray gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine
merata. Hal ini karena pada semua formula tidak terdapat butiran kasar dan tidak
43
2. Hasil pengukuran pH
menunjukkan spray gel yang dibuat memenuhi persyaratan pH kulit yaitu 4,5-8,00
(Liony, 2014). Data yang didapat dianalisis menggunakan uji regresi linier pada
taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji regresi linier didapatkan nilai Slop
yang diperoleh adalah -0,055X, dan nilai Intersep adalah 7,7567 sehingga
konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max) terhadap nilai pH spray gel
44
Grafik pH
7.7
7.6 f(x) = − 0.06 x + 7.76
R² = 0.88
7.5
pH 7.4
7.3
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Konsentrasi EEBK
semakin tinggi konsentrasi EEBK maka pH spray gel mengalami penurunan. Hal
berbanding terbalik dengan nilai pH, maka nilai pH spray gel mengalami
spray gel dan pengaruh adanya perbedaan konsentrasi EEBK terhadap viskositas
spray gel. Uji viskositas dilakukan pada ketiga formula dengan tiga kali replikasi.
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer rion VT-06, rotor akan
akan bergerak ke kanan secara otomtis. Viskositas dari sediaan spray gel akan
terbaca pada skala yang terdapat pada viscometer tersebut (Sudjono dkk., 2012).
45
Tabel VII. Hasil Pengujian Viskositas Spray gel EEBK
Keterangan :
FI : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 2%
FII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 4%
FIII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 6%
Data yang didapat dianalisis menggunakan uji regresi linier pada taraf
kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji regresi linier didapatkan nilai Slop yang
diperoleh adalah -7,250, dan nilai Intersep adalah 74,333 sehingga persamaan
Grafik Viskositas
80
60
Viskoitas
Gambar 13. Grafik Hubungan Variasi Konsentrasi EEBK Terhadap Viskositas Spray gel
Berdasarkan Gambar 13, menunjukkan hasil nilai Slop yang negatif bahwa
semakin besar konsentrasi EEBK maka semakin rendah viskositas spray gel. Hal
46
4. Hasil Pemeriksaan Pola Penyemprotan
kualitas sediaan dari alat semprot yang digunakan. Adanya variasi pola
viskositas dari sediaan (Suyudi, 2014). Uji pola penyemprotan dilakukan pada
ketiga formula dengan tiga kali replikasi. Pada hasil uji pola penyemprotan yang
maka semakin besar pula pola penyemprotan yang terbentuk. Hasil uji pola
hanya berada pada satu titik lurus dari semprotan berbentuk kecil dengan rata-rata
diameter 1-3 cm, sedangkan pada formula II dan III cenderung menghasilkan
pola penyemprotan yang memanjang dan menyebar. Hal ini dikarenakan pada
formula I dengan konsentrasi ekstrak (2%) memiliki nilai viskositas yang lebih
besar dibandingan dengan formula II (4%) dan III (6%). Berikut data hasil uji pola
Tabel VIII. Tabel Hasil Pengujian Bobot Per Semprot Spray gel EEBK
pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji regresi linier didapatkan nilai
47
Slop yang diperoleh adalah -0,003X, dan nilai Intersep adalah 0,151 sehingga
EEBK terhadap pola penyemprotan spray gel dapat dilihat pada gambar 14.
0.15
0.15 f(x) = − 0 x + 0.15
R² = 0.98
0.14
0.14
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Konsentrasi EEBK
Berdasarkan gambar 14, menunjukkan hasil nilai Slop yang negatif bahwa
semakin besar konsentrasi EEBK maka semakin rendah bobot per semprot spray
gel. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh variasi konsentrasi EEBK terhadap
bobot per semprot spray gel dengan nilai R² 0,980 atau memiliki pengaruh
98,00%. Hal ini menunjukkan efektivitas dari aplikator yang digunakan dalam
menghantarkan jumlah yang reprodusibel dari formula sediaan spray gel setiap
Hasil pemeriksaan daya sebar lekat yang dilakukan pada ketiga formula
dengan tiga kali replikasi menunjukkan sediaan spray gel dapat melekat setelah
disemprotkan dikulit lengan bagian atas selama 10 detik dan mampu membentuk
lapisan yang kuat menempel pada kulit dan tidak mengalir. Pada formula I
menunjukkan daya sebar yang tidak merata dan membentuk satu titik semprotan
saja, Sedangkan pada formula II dan III menunjukkan daya sebar yang merata dan
48
tidak mengalir dari daerah semprot. Hal ini dikarenakan viskositas pada formula I
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan viskositas pada formula II
dan III sehingga tekanan yang dibutuhkan untuk menyemprotkan spray gel dari
E. Uji Aktivitas Spray gel Tabir Surya Ekstrak Etanol Biji Kedelai
nm. Dilakukan dengan melarutkan spray gel sebanyak 0,1 gram didalam etanol
96% sebanyak 5mL dengan replikasi 3 kali setiap formula. Diperoleh rata-rata
nilai SPF dengan konsentrasi EEBK 2%= 13,82 , 4%= 13,96, 6%= 14,54. Berikut
dengan taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji regresi linier didapatkan
nilai Slop yang diperoleh adalah 0,180X , dan nilai Intersep adalah 13,387
49
Grafik Nilai SPF
14.6
14.4 f(x) = 0.18 x + 13.39
Nilai SPF
14.2 R² = 0.89
14
13.8
13.6
13.4
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Konsentrasi EEBK
Berdasarkan gambar 15, menunjukkan hasil nilai Slop yang positif bahwa
semakin besar konsentrasi EEBK maka semakin besar pula total SPF spray gel.
Hal ini menunjukkan semakint tinggi konsentrasi EEBK semakin tinggi aktivitas
tabir surya spray gel dengan nilai R² 0,889 atau memiliki pengaruh 88,90%.
Dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 6% yang diketahui total SPFnya berturut –
turut 13,82; 13,89; dan 14,54 menunjukkan spray gel ekstrak etanol biji kedelai
Aktivitas tabir surya dari ekstrak biji kedelai dimungkinkan dari senyawa
isoflavone salah satu kandungan senyawa aktif flavonoid yang berpotensi sebagai
penangkal radikal bebas (Saija et al.,1995). Menurut Niam et al. (1974) senyawa
isoflavone pada biji kedelai dalam bentuk glikosida, terdiri dari 64% genistin,
23% daidzin dan 13% glisten. Senyawa aktif isoflavone dapat mencegah
mendonorkan ion hydrogen dan bertindak sebagai scavenger radikal bebas secara
langsung sehingga berpotensi sebagai tabir surya (Saija et al., 1995; Arora et al.,
50
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji sifat fisik dan aktivitas tabir surya spray gel ekstrak
etanol biji kedelai (Glycine max) dengan perbedaan konsentrasi EEBK, maka
terhadap sifat fisik spray gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max).
homogenitas.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan premaserasi untuk menghilangkan senyawa non polar
2. Perlu dilakukan uji stabilitas fisik dalam sediaan spray gel ekstrak etanol
3. Perlu dilakukan uji iratasi dalam sediaan spray gel ekstrak etanol biji
51
4. Perlu dilakukan optimasi formula spray gel untuk medapatkan sifat fisik
52
DAFTAR PUSTAKA
Appono, J,V., Yamlean, P,V,Y dan Supriati, H,S., 2014, Uji efektifitas sediaan
gel ekstrak etanol daun jambu biji (Psidum guajava Linn) terhadap
pemyembuhan luka yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus pada
kelinci (Orytolagus mangostana L.) Jurnal Ilmiah Farmasi,3, 297-286.
Arsanti, A, W., 2019, Formulasi dan uji aktifitas spray gel tabir surya ekstrak
etanol daun bayam merah (Amarnthus cruentus L) secara in vitro, Sripsi,
Universitas Wahid Hasyim Semarang, 24-25.
Asih, I.A.R. Astiti, 2009, Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Isoflavon Dari Kacang
Kedelai (Glycine max), Jurnal Kimia Vol.3(1):33-40.
Astuti, S., 2008, Isoflavon Kedelai dan Potensinya Sebagai Penangkap Radikal
Bebas,Ulasan Ilmiah, Fakultas Pertanian, 13(2), 126-131.
Damogalad, V., Edy,H. J., Supriadi, H.S., 2013, Formulasi krim tabir surya
ekstrak kulit nanas (Ananas comosus L Merr) dan uji in vitro nilai sun
protecting factor (SPF), Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT,2,
39-42.
53
Dirjen, P, O, M, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta,Departemen
Kesehatan RI.
Djajadisastra, J., Mun’im, A, dan Dessy, N,P., 2009, Formulasi gel topical dari
ekstrak Nerri folium dalam sediaan anti jerawat, Jurnal Farmasi
Indonesia, 4, 210-216.
Gunawan, D., dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Hart, H., Craine, L, E., & Hart, D. J. (2003). Organic Chemistry, A Short
Course/Eleven Edition, Houghton Mifflin Company.
Heinnermen, J., 2003, Khasiat Kedelai Bagi Kesehatan Anda, Prestasi Pustakarya,
Jakarta.
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Williamson, E., M. 2010. Farmakognosi
dan Fitoterapi. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
Ismail, I., 2014, Bahan Alam sebagai bahan Aktif Kosmetik Tabir Surya, JF
UINAM, Vol 1 (1).
Jauregui K, M., Gregorio., Juan Carlos Cano Cabrera, Elda Patricia Segura
Ceniceros, Jose Luis Martinez Hermandez, dan Anna IILINA, (2009) A
New Formulated Stable Papin-Pectin Aerosol Spray For Skin
Woundhealing. Biotechnology and Bioprocess Engineering,14,450-456.
Kamishitta, T., Takashi M., Yoshihide O., 1992. Spray Gel Base and Spray Gel
Preparation Using Thereof. United State Patent Application Publication.
America.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas
Indonesia. Depok.
Kusantati, H., Prihatin, P. T., & Wiana, W. (2008), Tata Kecantikan Kulit,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.
54
Liony, B, (2014), Pengaruh penambahan ekstrak Gambir terhadap sifat fisik dan
nilai sun protection factor (SPF) pada hasil jadi krim tabir surya, Jurnal
Tata Rias, 3, 209-216.
Mumtihanah, A.M, 2015, Evaluasi Stabilitas Fisik dan Profil Difusi Sediaan Gel
Minyak Zaitun. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol.4 No.1, Jakarta:
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
Ni’mah, R. J., 2009, Kadar Ganestein dan Daidzein pada Kedelai, Ampas Tahu,
dan Oncom Merah, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pratama, W.A., Zulkarnain, A.K., (2015), Uji SPF In Vitro dan sifat Fisik
beberapa Produk Tabir Surya Yang Beredar di Pasaran, Jurnal
Farmaseutik,11, 276-277.
Rosmala, D., Anwar, E., Yunita, K.S., 2014, Uji Stabilitas Fisik Formula Krim
yang Mengandung Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max). Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia, Depok
Rusita, Y.D. dan Indarto, A.S., 2017, Aktivitas Tabir Surya Dengan Nilai Sun
Protection Factors (SPF) Sediaan Losion Kombinasi Ekstrak Kayu
Manis Dan Ekstrak Kulit Delima Pada Papapran Sinar Matahari Dan
Ruang Tertutup, Poltekes, Vol 2 (1) : 1-59.
55
Saija, A., Scalese M, Lanza M, Marzullo D, Bonina F, Castelli F.., 1995,
Flavonoids as Antioxidant Agents: Importance of their Interaction with
Biomembranes Free Radic, BioMed. 19(4), 481-486
Soeratri, W. 1993. Penentuan Stabilitas Sediaan Krim Tabir Surya Dari Bahan
Ekstrak Rimpang Kencur (Kaemferia galangal L).Skripsi,Jakarta,
Fakultas farmasi Universitas Airlangga.
Soeratri, Widji., Tutik, P., Penentuan Stabilitas Sediaan Krim Tabir Surya Dari
Bahan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galangaL.). Jakarta:
Fakultas farmasi, Universitas Ailangga. Berkala penelitian Hayati 10.
2005.
Sudjono, T,A., Mimin,H., dan Yunita, R,P., 2012, Pengaruh konsentrasi gelling
agent carbomer 934 dan HPMC pada formulasi gel lender bekicot
(Achatina fulica) terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar pada
punggung kelinci, PHARMACON, Jurnal Farmasi Indonesia, 13 (1), 6-
11.
56
Tortora, G. J., & Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
12th ed. New York: John Wiley & Sons Inc.
Ulfa, N.R., 2016, Formulasi Ekstrak Biji Kedelai (Glycine Max L. Dalam Sediaan
Gel Menggunakan Basis Hpmc: Uji Stabilitas Fisik Dan Efek Pada Kulit
Manusia, Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wilkinson, J.B. & Moore, R.J., 1982, Harry's Cosmeticology, 7th ed,314-333,
Chemical Publishing Company, New York.
57
LAMPIRAN
Data Hasil Uji Sifat Fisik Dan Aktivitas Spray gel Tabir Surya
58
k semprot (g) Bobot rata per SD
(cm) jarak
1 0,145
2 3 0,155 0,448 0,149
3 0,148
4 0,156
5 5 0,128 0,417 0,139
6 0,133
7 0,142
8 III 10 0,153 0,431 0,143
9 0,136 0,139 ± 0,0064
10 0,135
11 15 0,140 0,407 0,135
12 0,132
13 0,128
14 20 0,132 0,398 0,132
15 0,138
16 0,147
17 3 0,135 0,434 0,144
18 0,152
19 0,138
20 5 0,145 0,426 0,142
21 0,143
22 0,140 0,142 ± 0,0058
23 II 10 0,138 0,423 0,141
24 0,145
25 0,140
26 15 0,146 0,418 0,139
27 0,132
28 0,152
29 20 0,144 0,433 0,144
30 0,137
31 0,150
32 3 0,144 0,446 0,148
33 0,152
34 0,145
35 5 0,152 0,437 0,145 0,147 ± 0,0078
36 0,140
37 0,149
38 I 10 0,158 0,457 0,152
39 0,150
40 0,138
41 15 0,152 0,433 0,144
42 0,143
59
43 0,158
44 20 0,138 0,448 0,149
45 0,152
Uji Statistik
1. Spf
Model Summaryb
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
60
spf
14.6
14.4 f(x) = 0.18 x + 13.39
14.2 R² = 0.89
14
13.8
13.6
13.4
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
2. Viskositas
Model Summaryb
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Viskositas
70
60
f(x) = − 7.25 x + 74.33
50 R² = 0.99
40
30
20
10
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
61
3. Pola penyemprotan
Model Summaryb
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Pola Penyemprotan
0.15
0.15 f(x) = − 0 x + 0.15
0.14 R² = 0.98
0.14
0.14
0.14
0.14
0.13
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
4. pH
62
Model Summaryb
b. Dependent Variable: ph
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
a. Dependent Variable: ph
pH
7.7
7.65
f(x) = − 0.06 x + 7.76
7.6 R² = 0.88
7.55
7.5
7.45
7.4
7.35
7.3
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
63