Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK

ETANOL BIJI KEDELAI ( Glycine Max ) TERHADAP SIFAT


FISIK DAN AKTIVITAS SPRAY GEL TABIR SURYA SECARA
IN VITRO

SKRIPSI

Oleh:

M Rifki Pratama K A

155010147

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

FEBRUARI 2020
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK
ETANOL BIJI KEDELAI ( Glycine max ) TERHADAP SIFAT
FISIK DAN AKTIVITAS SPRAY GEL TABIR SURYA SECARA
IN VITRO
HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


dalam mencapai derajat Sarjana Farmasi
Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim

oleh:
M Rifki Pratama K A
155010147

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2020

2
INTISARI

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL BIJI


KEDELAI ( Glycine Max ) TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS
SPRAY GEL TABIR SURYA SECARA IN VITRO

Kerusakan kulit yang disebabkan oleh radikal bebas mengganggu kesehatan


kulit manusia sehingga perlu perlindungan. Kandungan isoflavon pada biji kedelai
dapat menangkal radikal bebas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh perbedaan konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Kedelai (EEBK) terhadap
sifat fisik dan aktivitas spray gel sebagai tabir surya secara in vitro.
Biji kedelai diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol 96%. Ekstrak yang diperoleh dibuat sediaan spray gel dengan konsentrasi
EEBK F1=2%, F2=4%, F3=6%. Spray gel EEBK yang dihasilkan diuji sifat fisik
meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar lekat, pola
penyemprotan dan uji SPF. Data hasil uji sifat fisik meliputi organoleptik,
homogenitas, dan daya sebar lekat dianalisa secara deskriptif. Data hasil uji pH,
viskositas, pola penyemprotan dan uji SPF diuji secara statistik menggunakan
regresi linier dengan hasil semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi
hasil uji sifat fisik dan aktivitas tabir surya (spf) dan semakin rendah konsentrasi
ektrak maka semakin rendah hasil uji sifat fisik dan aktivitas tabir surya (spf).
Hasil evaluasi sifat fisik menunjukan sediaan spray gel memiliki tekstur
agak kental, berwarna kuning kecoklatan, memiliki aroma khas biji kedelai dan
homogen. Semakin tinggi konsentrasi ektrak EEBK viskositas, pH, pola
penyemprotan semakin rendah dan akan tetapi aktivitas tabir surya (spf) semakin
tinggi.

Kata kunci : Kedelai, Sifat Fisik, Spray gel Tabir Surya, In Vitro

3
ABSTRACT

THE EFFECT OF DIFFERENCES OF SOYBEAN (Glycine max) EXTRACT


CONCENTRATION ON PHYSICAL PROPERTIES AND ACTIVITIES OF
SUNSCREEN SPRAY GEL ACTIVITIES IN VITRO
Skin damage caused by free radicals disturbs the health of human skin so it needs
protection. The content of isoflavones in soybean seeds can counteract free
radicals. This research was conducted to determine the effect of different
concentrations of Soybean Seed Ethanol Extract (EEBK) on physical properties
and spray gel acts as a sunscreen in vitro.
Soybean seeds were extracted by maceration method using 96% ethanol solvent.
Extracts obtained were made into spray gel preparations with EEBK F1
concentration = 2%, F2 = 4%, F3 = 6%. EEBK spray gel produced was tested
for physical properties including organoleptic test, homogeneity, pH, viscosity,
viscosity, spray pattern and SPF test. Data on the physical properties test results
including organoleptic, homogeneity, and dispersal ability were analyzed
descriptively. Data on the results of pH, viscosity, spraying patterns and SPF tests
were statistically tested using linear regression with the result that the higher the
concentration of the extract, the higher the physical properties and sunscreen
(SPF) results and the lower the extract concentration, the lower the physical
properties test results and sunscreen activity (SPF).
The results of the evaluation of physical properties showed the spray gel
preparation had a rather thick texture, brownish yellow, had a distinctive aroma
of soybean seeds and was homogeneous. The higher the EEBK extract
concentration, the lower the viscosity, pH, spray pattern and the higher the
sunscreen activity (SPF).

Keywords: Soybeans, Physical Properties, Sunscreen Spray Gel, In Vitro

4
PENGESAHAN SKRIPSI

Berjudul

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL BIJI


KEDELAI ( Glycine Max ) TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS
SPRAY GEL TABIR SURYA SECARA IN VITRO

oleh:
M Rifki Pratama K A
155010147

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Pada tanggal:

Mengetahui :
Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim
Pembimbing Utama, Dekan,

(Dr. Hj. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt.) (Aqnes Budiarti, S.F., M.Sc., Apt)

Pembimbing Pendamping,

(Ayu Shabrina, M. Farm)


Penguji :
1.

(…………………………….)

2.

(…………………………….)

5
3. Dr. Hj. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt

(…………………………….)

4. Ayu Shabrina, M. Farm

(…………………………….)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M Rifki Pratama K A

NIM : 155010147

Judul Skripsi : Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Kedelai

(Glycine max) Terhadap Sifat Fisik Dan Aktivitas Spray gel

Tabir Surya Secara In Vitro

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah skripsi saya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Semarang, Februari 2020

6
M Rifki Pratama K A

MOTTO & PERSEMBAHAN

“il successo non può durare se viene raggiunto da una scorciatoia”

“Kesuksesan yang dibeli tidak akan bertahan lama”

7
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Kedua orang tua yang telah membesarkan dan mendidik saya dari kecil
sampai sekarang, sebagai wujud terimakasih dan hormat baktiku.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh

Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Kedelai (Glycine max) Terhadap Sifat

Fisik Dan Aktivitas Spray gel Tabir Surya Secara In Vitro” Penulisan skripsi ini

dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Farmasi

(S.Farm) dalam Program Studi Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Wahid

Hasyim Semarang.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Rasa terima kasih juga penulis haturkan kepada :

1. Ibu Dr.Hj. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bantuan, bimbingan dan perhatian selama penelitian dan

penyusunan skripsi.

2. Ibu Ayu Shabrina M.Farm selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bantuan, bimbingan dan perhatian selama penelitian dan penyusunan skripsi.

8
3. Ibu Dr.Yulias Ninik Windriyati, M.Si.,Apt dan Anita Dwi Puspitasari, M.Pd

selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan koreksi terhadap

skripsi ini.

4. Ibu Ririn Lispita W., M.Si., Apt selaku dosen wali, terimakasih banyak atas

bimbingannya selama masa perkuliahan 9 semester ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang

yang telah memberikan pengalaman hidup dan ilmu yang berharga kepada

penulis.

6. Seluruh staf Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim

Semarang yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut

membantu dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu

segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

di masa mendatang. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang

berarti bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan dunia farmasi pada khususnya.

Semarang, Februari 2020

Penulis

9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
INTISARI................................................................................................................ii
ABSTRACT.............................................................................................................iii
PENGESAHAN SKRIPSI......................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN........................................................................................v
MOTTO & PERSEMBAHAN...............................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
E. Tinjauan Pustaka...........................................................................................5
1. Kulit...........................................................................................................5
2. Tanaman Kedelai.......................................................................................8
3. Tabir Surya................................................................................................9
4. Ekstraksi..................................................................................................10
5. Spray gel..................................................................................................11
6. Spektrofotometer UV Vis........................................................................12
7. Pengukuran Nilai Sun Protecting Factor (SPF) Secara In Vitro.............13
8. Monografi Bahan.....................................................................................14
F. Landasan Teori............................................................................................18
G. Hipotesis..................................................................................................19
BAB II. METODE PENELITIAN.........................................................................20
A. Alat dan Bahan Penelitian.......................................................................20
B. Jalannya Penelitian..................................................................................21
C. Analisis Data...........................................................................................26
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................27

10
A. Determinasi Tanaman..............................................................................27
B. Ekstrak Biji Kedelai................................................................................27
C. Sediaan Spray gel EEBK........................................................................28
D. Hasil Evaluasi Fisik Sediaan Spray gel...................................................30
E. Uji Aktivitas Spray gel Tabir Surya Ekstrak Etanol Biji Kedelai...............37

11
DAFTAR TABEL

Tabel I.Penggolongan Potensi Tabir Surya............................................................10


Tabel II. Keefektifan Tabir Surya Berdasarkan Nilai SPF....................................14
Tabel III. Formula Acuan Spray gel Tabir Surya (Sihombing dal Lestari, 2015). 23
Tabel IV. Formula yang digunakan.......................................................................23
Tabel V. Hasil Pengujian Organoleptik.................................................................30
Tabel VI.Hasil Pengujian pH Spray gel EEBK.....................................................31
Tabel VII. Hasil Pengujian Viskositas Spray gel EEBK.......................................33
Tabel VIII. Tabel Hasil Pengujian Bobot Per Semprot Spray gel EEBK..............35
Tabel IX. Aktivitas Spray gel Tabir Surya EEBK.................................................37

12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kulit Manusia (Kusantanti, 2008)............................................6


Gambar 2. Karbopol (Rowe et al,2009).................................................................15
Gambar 3. HPMC ( Rowe et al,2009)..................................................................15
Gambar 4. Propilenglikol ( Rowe et al,2009)........................................................16
Gambar 5. TEA ( Rowe et al,2009).......................................................................16
Gambar 6. Metil Paraben.( Rowe et al,2009)........................................................17
Gambar 7. Propil Paraben.( Rowe et al, 2009)......................................................18
Gambar 8. Etanol (Rowe et al, 2009)....................................................................18
Gambar 9. Sediaan spray gel EEBK......................................................................29
Gambar 10. Uji homogenitas.................................................................................31

13
DAFTAR LAMPIRAN

14
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai

kerugian yaitu penuaan dini, merusak tektur kulit, dan reaksi kulit terbakar

(Rusita,2017). Saat kulit terpapar sinar matahari secara langsung dapat memicu

munculnya bintik noda di wajah dan kulit menjadi keriput. Aktivitas kulit

memproduksi warna gelap saat terpapar sinar matahari merupakan efek

perlindungan bagi inti sel agar tidak terjadi mutasi DNA yang memicu kanker

kulit (Ismail,2014). Kulit merupakan suatu organ terluar yang berfungsi sebagai

proteksi tubuh terhadap pengaruh luar (Tortora dan Derrickson, 2009). Untuk

mencegah kulit terpapar secara langsung dengan sinar UV dapat menggunakan

sediaan tabir surya (Isfardiyana dan Safitri, 2014). Sediaan tabir surya yang ada di

pasaran banyak mengandung bahan kimia yang memiliki efek samping bagi

tubuh, sehingga perlu pengembangan sediaan tabir surya yang berasal dari

tanaman (Heinnermen, 2003).

Tanaman yang mengandung banyak flavonoid dan fenolik mempunyai

mafaat sebagai antioksidan dan juga diketahui mempunyai khasiat sebagai tabir

surya (Heinrich dkk, 2010). Keanekaragaman tanaman di Indonesia dapat

dimanfaatkan sebagi tabir surya salah satunya adalah biji kedelai (Aak, 1989).

Menurut Asih (2009) biji kedelai mengandung flavonoid berupa senyawa

isoflavon dinama senyawa tersebut dapat digunakan sebagai antioksidan dan

memiliki aktivitas SPF. Menurut (Niam dkk, 1974) tanaman kedelai mengandung

15
isoflavon berbentuk glikosida yang terdiri dari genestin, diaidzin dan glisten.

Senyawa isoflavon berfungsi sebagai antioksidan dan mencegah terjadinya

keerusakan kulit akibat radikal bebas dengan cara dua mekanisme antara lain

mendonorkan ion hydrogen dan bertindak sebagai scavenger radikal bebas secara

langsung (Astuti, 2008).

Hasil penelitian (Rosmala, 2014) telah membuktikan bahwa sediaan krim

dengan konsentrasi ekstrak kacang kedelai 2%, 4%, 6% dan 8% menunjukkan

hasil stabil dimana tidak terjadi pemisahan selama penyimpanan. Menurut

Yashinta (2010) bahwa sediaan emulgel dengan ekstrak tempe dapat digunakan

sebagai sunscreen . Berdasarkan data tersebut bahwa ektrak biji kedelai dapat

dimanfaatkan sebagai tabir surya.

Tabir surya merupakan sediaan kosmetik yang dirancang untuk dapat

mengurangi efek yang berbahaya dari terpaparnya kulit pada sinar ultraviolet

(Bonda, 2009). Potensi tabir surya mampu menyerap sedikitnya 85% sinar

matahari pada panjang gelombang 290-320 nm untuk UV B tetapi dapat

meneruskan sinar pada panjang gelombang lebih dari 320 nm untuk UV A

(Suryanto, 2012). Pengembangan formulasi sediaan topikal sebagai tabir surya

perlu dilakukan supaya bisa menemukan kelebihan dari bentuk sediaan lain yang

digunakan sebagai tabir surya salah satunya adalah bentuk spray gel.

Sediaan spray gel mempunyai kelebihan dari sediaan topikal lainnya yaitu

lebih aman, lebih praktis penggunaannya, dan lebih mudah dicuci serta dapat

meningkatkan daya sebar tabir surya sehingga lebih baik untuk melindungi

lapisan kulit (Suyudi, 2014).

16
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian tentang

pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai terhadap sifat fisik dan

aktivitas spray gel tabir surya secara in vitro.

17
B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai

terhadap sifat fisik sediaan spray gel tabir surya ?

2. Bagaimanakah pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai

terhadap aktivitas tabir surya secara in vitro ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui adanya pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji

kedelai terhadap sifat fisik sediaan spray gel tabir surya.

2. Mengetahui adanya pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji

kedelai terhadap aktivitas tabir surya secara in vitro.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi masyarakat sebagai

salah satu alternatif untuk meningkatkan pemanfaatan tanaman kedelai dengan

metode in vitro dalam bentuk sediaan spray gel tabir surya.

E. Tinjauan Pustaka

1. Kulit

Kulit adalah bagian terluar yang menutupi seluruh permukaan tubuh

mahluk hidup dan berperan penting untuk melindungi tubuh dari berbagai macam

gangguan dan rangsangan dari luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui

18
sejumlah mekanisme biologis, seperti keratinasi, respirasi dan pengaturan suhu

tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk

melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa,

serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono, 2007).

Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan

warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit

ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan (Kusantati, 2008).

Melanin adalah pigmen alamiah kulit yang memberikan warna cokelat. Melanin

dibuat dari tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi tirosin diubah menjadi

butiran-butiran melanin yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya

enzim tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih

lancar pada suhu yang lebih tinggi atau dibawah sinar ultraviolet. Jumlah, tipe,

ukuran dan distribusi pigmen melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom

yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal

keratinosit di dalam lapisan-lapisan benih (Kusantati, 2008). Kulit terdiri dari tiga

lapisan utama yaitu epidermis , dermis, dan subkutan ( Dahl, 1996 ).

Gambar 1. Struktur Kulit Manusia (Kusantanti, 2008)

a. Epidermis

Lapisan epidermis terdiri dari lima lapisan yaitu dari lapisan yang paling

atas sampai bagian terdalam. Lapisan epidermis tebalnya 75-150 μm, kecuali pada

19
telapak tangan dan kaki yang berukuran lebih tebal ( Dahl, 1996 ). Pada bagian

telapak tangan dan telapak kaki memiliki bagian kulit yang lebih tebal di banding

bagian permukaan kulit tubuh yang lain karena kulit pada bagian tubuh ini lebih

sering mengalami gesekan dibanding tubuh bagian yang lain.

a). Lapisan tanduk ( stratum korneum )

Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, tidak memiliki

inti, tidak mengalami proses metabolisme, tdak berwarna, dan sangat sedikit

mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, enis protein yang

tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini

berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar

b). Lapisan jernih ( stratum lucidum )

Tratum lucidum terletak tepat dibawah stratum korneum, merupakan

lapisan tipis jernih, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki

antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang

disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus.

c). Lapisan berbutir-butir ( stratum granulosum )

Stratum granulosum tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk

poligonal, berbutir kasar, berinti mengerut.

d). Lapisan malphigi ( stratum spinosum )

Stratum spinosum memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.

Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas

serabut protein.

e). Lapisan basal ( stratum germinativum )

20
Stratum germinativum merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalam

stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak

mengalami keratinasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan

memberikannya pada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya.

a. Dermis

Dermis adalah jaringan metabolik aktif , mengandung kolagen, elastin, sel

syaraf, pembuluh darah dan jaringan limfatik. Dermis memiliki ketebalan

bermacam-macam biasanya 1-4 mm.

b. Subkutan

Subkutan merupakan lembaran lemak yang mengandung jaringan adiposa

yang membentuk agregat dengan jaringan kolagen dan membentuk ikatan lentur

antara struktur kulit dengan permukaan tubuh.

2. Tanaman Kedelai

a. Klasifikasi Tanaman Kedelai

Klasifikasi Tanaman kedelai (Glycine Max) (Hasil determinasi pribadi) :

Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max Linn. Merr
Vern name : Kedelai/Soybean

21
Gambar 2. Biji Kedelai (Dokumen pribadi)

b. Morfologi Tanaman Kedelai

Kedelai (Glycine max) adalah tanaman semusim yang diusahakan pada

musim kemarau, karena tidak memerlukan air dalam jumlah yang besar.

Umumnya kedelai tumbuh di daerah ketinggian 0-500 meter dari permukaan

laut. Kedelai termasuk tanaman bebiji ganda berakar tunggang. Pada akhir

pertumbuhan tumbuh bintil-bintil akar yang berisi Rhizobium japonicum yang

dapat mengikat nitrogen dari udara. Polong kedelai beerisi 1-5 biji kedelai, di

Indonesia umumnya berbiji 2 per polong. Tanaman ini merupakan tanaman

pendek, dengan umur 90 hari (Pitojo, 2003)

Tanaman ini tumbuh baik pada tanah dengan pH 4,5 masih dapt memberi

hasil yang masimal. Daerah pertumbuhannya tidak lebih 500 meter di atas

permukaan laut dengan iklim panas dan cuaca hujan rata-rata 200mm/bulan.

Umur tanaman kedelai berbeda-beda tergantung varietasnya, tetapi umumnya

berkisar antara 75-100 hari (Koswara, 1992)

c. Kandungan Kimia Tanaman Kedelai (Glycine max)

Kedelai memiliki kandungan isoflavon dalam jumlah tinggi. Isoflavon

dalam kedelai terdapat dalam bentuk aglikon, termasuk genistein, daidzein, dan

22
glistein, serta glikosidanya. Kedelai mengandung 1-3 mg isoflavon/g kedelai

sedangkan produk hasil olahan mengandung 0.025-3 mg isoflavon/g produk

olahan kedelai (Ulfa, 2016).

3. Tabir Surya

Tabir surya merupakan senyawa yang secara fisik atau kimia dapat

dimanfaatkan untuk menyerap sinar matahari secara efektif terutama pada daerah

emisi gelombang UV sehingga mampu mencegah gangguan pada kulit yang

diakibatkan paparan sinar UV secara langsung ( Soeratri dkk.,1993).

Penggolongan tabir surya didasarkan pada persen transmisi sinar UV , bisa

dilihat pada table di bawah ini ( Balsam dan Edward, 1972 ) :

Tabel I.Penggolongan Potensi Tabir Surya

Klasifikasi produk Persen transmisi sinar ultraviolet


Erythemal range Tanning range
Total block <1 3-40
Extra protection 1-6 42-86
Regular suntan 6-12 45-86
Fast tanning 10-18 45-86

Berdasarkan mekanisme kerjanya , bahan aktif tabir surya dibagi menjadi

dua macam mekanisme , yaitu mekanisme pemblock fisik (memantulkan radiasi

matahari) serta mekanisme penyerap kimia (menyerap radiasi matahari). Tabir

surya fisik mekanisme kerjanya dapat memantulkan radiasi sinar ultraviolet,

kemampuannya berdasarkan ukuran partikel dan ketebalan lapisan, bisa

menembus lapisan dermis hingga subcutan atau hypodermis dan efektif pada

spectrum radiasi UV-A, UV-B dan sinar tampak, sedangkan tabir surya kimia,

mekanisme kerjanya mengabsorbsi radiasi sinar ultraviolet dan mengubahnya

23
menjadi bentuk energy panas, dapat mengabsorbsi hampir 95% radiasi sinar UV-

B yang dapat mengakibatkan sunburn (Lavi, 2012).

4. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan

bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang

diinginkan tanpa melarutkan material lainnya ( Dirjen POM, 1995). Pelarut

organik yang paling sering digunakan dalam mengekstraksi zat aktif dari sel

tanaman adalah metanol, etanol, kloroform, hexan, aseton, benzen, dan etil asetat

(Dirjen POM, 1995). Selama proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke

material penyarinya senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau bahan

alam dari tumbuhan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang sesuai

dengan pelarutnya (Tiwari dkk., 2011).

Metode yang digunakan dalam mengekstraksi tanaman biji kedelai adalah

maserasi. Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (Dirjen POM, 2000). Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan),

serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan

dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering

sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk

senyawa yang termolabil (Tiwari dkk., 2011). Keuntungan penyarian dengan cara

maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana dan mudah dilakukan.

Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama, dan penyariannya kurang

sempurna.

24
5. Spray gel

Spray gel merupakan salah satu upaya pengembangan sediaan farmasi

bentuk topikal, terutama untuk penggunaan pada kulit. Selain itu kelebihan dari

sediaan spray gel yaitu tingkat kontaminasi mikroba yang rendah, lebih praktis

dalam penggunaannya dan waktu kontak obat yang relatif lebih lama dibanding

sediaan lainnya (Shafira dkk., 2015). Mekanisme penyemprotan mekanik akan

mengakibatkan penurunan viskositas sediaan yang menyebabkan keadaan stress

atau dibawah tekanan, kemudian setelah penyemprotan sediaan akan kembali ke

bentuk awal akibat keadaan yang terbebas dari keadaan stress (Porzio dkk., 1998).

Salah satu komponen yang mempenaruhi gel semprot adalah viskositas.

Viskositas harus cukup rendah sehingga dapat disemprotkan menggunakan alat

semprot. Menurut Kamishita, Takuzo., et al (1992) viskositas dari basis spray gel

berkisar antara 800-3000 cPs. Ketika sediaan memiliki viskositas yang tinggi

maka ketika dipaksa untuk disemprotkan , ukuran partikel dari spray gel menjadi

sangat besar sehingga akan sulit untuk disemprotkan. Kunci dari formulasi spray

gel adalah adanya ketepatan dalam pemilihan polimer dan plasticizer

(Widyaningrum dkk., 2015) sehingga ketika digunakan akan mudah kering dan

tidak lengket di kulit. Sediaan spray gel mempunyai kelebihan dari sediaan

topikal lainnya yaitu lebih aman, lebih praktis penggunaannya, dan lebih mudah

dicuci. Menurut Kamishita, Takuzo., et al., (1992).

6. Spektrofotometer UV Vis

Spektrum UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometer UV dan

visible. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis ialah interaksi sinar ultraviolet

25
dengan molekul sampel. Ketika cahaya mengenai sampel, sebagian akan diserap,

sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan (khopkar, 2007)

spektrum yang dikeluarkan oleh spektrofotometer UV-Vis berupa pita yang lebar

dan biasanya hanya memperlihatkan beberapa puncak saja. Puncak dilaporkan

sebagai panjang gelombang saat terjadi maksimum (Harold, 2003).

Spektrum ultraviolet dan cahaya tampak suatru zat umumnya tidak

mempunyai derajat spesifikasi tinggi, walaupun demikian spektrum tersebut

sesuai untuk pemeriksaan kuantitatif dan berbagai zat spektrum tersebut

bermanfaat sebagai tambahan untuk identifikasi. Daerah spektrum terbagi dalam

daerah ultraviolet (190 nm-380 nm), daerah cahaya tampak (380 nm- 780 nm),

daerah inframerah dekat (780 nm – 3000 nm) dan daerah inframerah (2,5 nm – 40

nm) (Harmita, 2006).

7. Pengukuran Nilai Sun Protecting Factor (SPF) Secara In Vitro

Untuk menilai keefektivitasan suatu tabir surya dapat dilakukan dengan

pengukuran nilai SPF yaitu jumlah energy UV yang dibutuhkan untuk mencapai

minimal erythema dose (MED) pada kulit yang terlindungi produk atau zat aktif

tabir surya dibandingkan dengan jumlah energi yang dibutuhkan untuk

menimbulkan MED tanpa perlindungan produk atau zat aktif tabir surya (Susanti

dkk. 2012). MED didefinisikan sebagai jangka waktu terendah atau dosis radiasi

sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya eritema (Wolf, 2001).

Semakin tinggi nilai SPF maka semakin besar perlindungan yang diberikan oleh

produk tabir surya tersebut ( Wilkinson dan Moore, 1982). Secara umum

26
pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro

terbagi dalam dua tipe yaitu :

a. Dengan mengukur serapan atau transmisi radiasi UV melalui produk tabir

surya pada plat kuarsa atau biomembran.

b. Dengan menentukan karakteristik serapan tabir surya menggunakan analisis

secara spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari tabir surya yang diuji.

Tabel II. Keefektifan Tabir Surya Berdasarkan Nilai SPF

Nilai SPF Kategori Proteksi Tabir Surya


2-4 Proteksi minimal
4-6 Proteksi sedang
6-8 Proteksi kstra
8-15 Proteksi maksimal
≥ 15
Proteksi ultra

Nilai SPF sediaan spray gel dianalisis menggunakan metode Mansur (1986) :

Keterangan : EE : Erythemal effect spectrum

I : Solar intensity spectrum

Abs : Absorbance of sunscreen product

CF : Correction factor (= 10)

8. Monografi Bahan

a. Karbopol

Karbopol adalah serbuk berwarna putih, fluffy, asam, dan higroskopis

dengan karakteristik sedikit bau. Kegunaan karbopol diantaranya adalah

27
sebagai material bioadhesive, controlled-release agent, agen pengemulsi, dan

zat pengikat tablet. Persentasi penggunaan karbopol sebagai zat pengemulsi

adalah 0,1-0,5 %, sebagai gelling agent 0,5-2,0 % , sebagai zat pensuspensi

0,5-1,0 % ( Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009). Struktur kimia karbopol

ditunjukan pada gambar 3 , berikut ;

Gambar 2. Karbopol (Rowe et al,2009)


b. Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)

HPMC berbentuk serbuk granul atau serat berwarna putih atau krem.

HPMC larut dalam air dingin, membentuk larutan koloid kental, praktis tidak

larut dalam campuran etanol, diklorometana, campuran air dan alcohol.

Kegunaan HPMC diantaranya sebagai zat peningkat viskositas, zat pendispersi,

zat pengemulsi, penstabil emulsi, dan zat pengental ( Rowe, R.C., Paul, J.S.,

dan Marian, 2009). Struktur kimia HPMC ditunjukan pada gambar 4, berikut :

Gambar 3. HPMC ( Rowe et al,2009).

c. Propilen Glikol

Propilen glikol merupakan cairan bening, tidak berwarna, kental, praktis

tidak berbau, manism dan memiliki rasa yang tidak sedikit tajam menyerupai

gliserin. Prolien glikol larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin, dan

28
air, tidak larut dengan minyak mineral ringan atau fixed oil, tetapi akan

melarutkan beberapa minyak esensial. Propilen glikol telah banyak digunakan

sebagai pelarut, dan pengawet dalam berbagai formulasi farmasi parenteral dan

non parenteral. Propilenglikol biasa digunakan sebagai pengawet antimikroba,

desinfektan, humektan, pelarut, dan zat penstabil. Sebagai humektan,

konsentrasi proilenglikol yang biasa digunakan adalah 15 % ( Rowe, R.C.,

Paul, J.S., dan Marian, 2009). Struktur kimia Propilenglikol ditunjukan pada

gambar 5, berikut :

Gambar 4. Propilenglikol ( Rowe et al,2009)

d. Trietanolamin

TEA berbentuk larutan viskos yang bening, tidak berwarna hingga

sedikit kuning yang memiliki bau sedikit amoniak.Trietanolamin digunakan

sebagai agen pembasa dan agen pengemulsi.TEA dapat berubah menjadi coklat

ketika terpapar udara dan cahaya.TEA harus disimpan dalam wadah bebas

udara yang terlindung dari cahaya, dalam tempat dingin dan kering. TEA dapat

bercampur dengan air, methanol, karbon tetraklorida, aseton, dapat larut dalam

benzene dan etil eter dengan perbandingan 1:20 dan 1:63 ( Rowe, R.C., Paul,

J.S., dan Marian, 2009). Struktur kimia TEA ditunjukan pada gambar 6, berikut

Gambar 5. TEA ( Rowe et al,2009)

29
e. Metil Paraben

Metil paraben atau nipagin berbentuk Kristal tak berwarna atau bubuk

Kristal putih, zat ini tidak berbau atau hamper tidak berbau.Metil paraben

banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk

makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Aktivitas metil paraben juga dapat

ditingkatkan dengan penambahan eksipien lain seperti propilen glikol (2-5%),

feniletil alcohol, dan asam edetat.( Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).

Struktur kimia metil paraben ditunjukan pada gambar 7, berikut :

Gambar 6. Metil Paraben.( Rowe et al,2009)

f. Propil Paraben

Propil paraben atau nipasol berbentuk bubuk putih, Kristal, tidak berbau,

dan tidak berasa.Propil paraben banyak digunakan sebagai pengawet

antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi.

Paraben lebih aktif terhadap ragi dan jamur dari pada terhadap bakteri, serta

lebih aktif terhadap bakteri gram-positif dibandingkan terhada bakteri gram-

negatif.( Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009). Struktur kimia propil

paraben ditunjukan pada gambar 8, berikut:

30
Gambar 7. Propil Paraben.( Rowe et al, 2009).

g. Etanol

Etanol adalah cairan bening, tidak berwarna, dan mudah sedikit

menguap, dengan karakteristik bau yang khas dan rasa terbakar. Kelarutan

terlarut campur dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan kenaikan suhu

dan kontraksi volume). Larutan etanol dengan berbagai konsentrasi biasa

digunakan dalam formulasi farmasi dan kosmetik ( Rowe, R.C., Paul, J.S., dan

Marian, 2009). Struktur kimia etanol ditunjukan pada gambar 9 , berikut :

Gambar 8. Etanol (Rowe et al, 2009).

F. Landasan Teori

Biji kedelai memiliki beberapa efek dermatologis dan kosmetika yang

aman dan efektif dalam meningkatkan berbagai parameter perawatan kulit seperti

antiinflamasi, antioksidan, stimulan kolagen, pencerah kulit, perlindungan

terhadap radiasi UV dan undesired hair removal (Wagas et al., 2015). Bedasarkan

penelitian yang dilakukan oleh (Saiji dkk., 1995) salah satu senyawa aktif yang

paling penting dalam kedelai adalah isoflavon yang berfungsi sebagai antioksidan.

31
Chiang dkk (2007) isoflavon yang terkandung dalam ekstrak keelai dapat

menghambat sinar UVB yang dapat menyebabkan kematian keratinocyte, selain

itu ekstrak kedelai juga dapat menghambat sianr UVB yang berimbas pada

pelepasan hydrogen peroksida dari dalam sel. Danil (2014) telah membuktikan

bahwa sediaan krim dengan variasi konsentrasi ektrak kacang kedelai 1%, 3%,

5%, diperoleh nilai spf sebesar (1,75; 3,15; 6,93) dan nilai spf ekstrak kacang

kedelai pada konsentrasi 0,1% 0,3%, 0,5% sebesar (2,36; 5,69; 16,61). Menurut

(Rosmala, 2014) sediaan krim dengan konsentrasi ekstrak kacang kedelai 2%, 4%,

6% dan 8% menunjukan hasil stabil dimana tidak terjadi pemisahan selama

penyimpanan.

Bentuk sediaan spray gel dapat menjadi pilihan sebagai bentuk

pengembangan sediaan farmasi terutama bentuk sediaan topical untuk

penggunaan pada kulit, dimana bentuk sediaan spray gel ini memiliki kelebihan

diantaranya lebih aman karena tingkat kontaminasi mikroorganisme yang rendah,

lebih praktis dalam penggunannya dan waktu kontak obat yang relatif lebih lama

dibanding sediaan lainnya (Shafira dkk., 2015). dan juga dapat meminimalisir

limbah, serta mengurangi trauma pasien. Hal ini yang menyebabkan sediaan

topical dengan tehnik penyemprotan lebih disukai dibandingkan salep atau gel

dengan cara pengolesan ( Jauregui, 2009).

G. Hipotesis

1. Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai dapat memberikan pengaruh

terhadap sifat fisik sediaan spray gel tabir surya.

32
2. Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai pada sediaan spray gel

berpotensi sebagai tabir surya berdasarkan penentuan nilai spf secara in vitro.

BAB II. METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Eksperimen.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

a) Variabel bebas

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi

ekstrak etanol biji kedelai yaitu 2 %, 4 %, 6 %.

b) Variabel tergantung

Variabel tergantung yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sifat fisik

dan nilai SPF spray gel ekstrak etanol biji kedelai.

A. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan untuk membuat sediaan spray gel dalam penelitian

ini adalah rotary evaporator, penyaring, blender, oven (Mommert),

moisture balance (Ohaus), alumuniun foil, batang pengaduk, micropipette

(Socorex), yellow/blue tip, kuvet gelas, kertas saring, spektrofotometer UV

(Shimadzu), alat-alat gelas (Pyrex), timbangan analitik (Ohaus), lumpang,

stamper, viscometer rion (Rion VT-06), pH meter (Handylab pH 11/SET).

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan yaitu biji kedelai (glycine max), Aquades,

Trietanolamin, Propil Paraben, Metil Paraben, Etanol 96%, Propilenglikol,

33
HPMC, Karbopol yang didapatkan dari CV. Multi Kimia Raya grade

Teknis.

B. Jalannya Penelitian

1. Determinasi Tanaman

Tujuan determinasi tanaman adalah untuk mengetahui kebenaran identitas

tanaman kedelai yang akan digunakan untuk penelitian. Determinasi tanaman

dilakukan di Laboratorium Taksonomi Jurusan Biologi Fakultas MIPA

Universitas Negeri Semarang (UNNES).

2. Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Kedelai

Biji kedelai (Glycine max) dicuci dengan air mengalir utnuk

menghilangkan pengotor yang menempel, kemudian diangin-anginkan serta

disortasi basar untuk memisahkan bagian atau tanaman lain yang tidak digunakan

dalam penelitian. Proses pengeringan dengan oven pada suhu 50-70ºC sampai

kering. Simplisia kering yang sudah didapatkan kemudian disortasi kering untuk

memastikan bahwa tidak ada pengotor yang tidak diinginkan atau memisahkan

bagian yang sudah rusak atau gosong akibat pemanasan. Simplisa kering

ditimbang dan dibuat serbuk dengan cara diblender kemudian diukur kadar airnya

dengan moisture balance. Persyaratan kadar air pada simplisia yaitu kurang dari

10%. Serbuk simplisia disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari agar

tidak terjadi kerusakn atau dekomposisi kandungan senyawa yang terkandung

(Depkes RI, 1986).

Serbuk simplisia biji kedelai (glycine max) sebanyak 1000 gram

diekstraksi dengan cara maserasi. Serbuk simplisia dimasukan kedalam wadah

34
kaca atau toples yang bersih dan steril, kemudian ditambahkan etanol 96%

sebanyak 7000 mL sebagai cairan penyari. Wadah kaca atau toples ditutup rapat

dan diletakkan pada tempat yang terlindungi dari cahaya. Campuran tersebut

didiamkan selama 5 hari dengan pengadukan minimal 3 kali sehari, kemudian

campuran etanol 96% dan serbuk biji kedelai (Glycine max) disaring. Hasil dari

penyaringan tersebut disebut maserat I. ampas hasil penyaringan diremaserasi

dengan etanol 96% sebanyak 3000 mL dan diletakkan pada tempat yang

terlindung dari sinar matahari, kemudian campuran etanol 96% dan serbuk biji

kebelai (Glycine max) disaring. Hasil dari penyaringan kedua disebut maserat II.

Maserat I dan II dicampur, kemudian dipekatkan menggunakan alat rotary

evaporator pada suhu <50ºC sampai diperoleh ekstrak kental.

Rendemen = Bobot ekstrak kental yang diperoleh x 100%


Bobot simplisia yang digunakan

3. Pembuatan Spray gel Ekstrak Etanol Biji Kedelai

Semua bahan ditimbang menggunakan neraca analitik kecuali trietanolamin

dalam bentuk tetesan. karbopol didispersikan dengan aquadest hingga terdispersi

seluruhnya, kemudian ditambahkan trietanolamin hingga terbentuk massa gel

yang transparan. HPMC didispersikan dengan aquadest hingga terbentuk massa

gel transparan yang memiliki konsistensi cukup kental. Metil paraben dan propyl

paraben dilarutkan dengan propylenglycol, Carbopol dan HPMC di campurkan

hingga homogen ke dalam gelas bekker, kemudian ditambahkan campuran metil

paraben dan propyl paraben yang dilarutkan dengan propylenglycol. Selanjutnya

di tambahkan ekstrak etanol biji kedelai dan aquadest lalu di aduk menggunakan

35
batang pengaduk hingga homogen. Lalu dimasukan sediaan ke dalam wadah

spray. Pembuatan sediaan spray gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max)

dilakukan dengan 3 kali replikasi dengan konsentrasi F1= 2 %, F2= 4 %, dan

F3=6 %.

Formula acuan spray gel dapat dilihat pada tabel III, sebagai berikut :

Tabel III. Formula Acuan Spray gel Tabir Surya (Arsanti,2019)

Bahan (%) Formula 1 Formula II Formula III


Karbopol 0,5 0,5 0,5
HPMC 0,5 0,5 0,5
TEA 3 tetes 3 tetes 3 tetes
Propilenglikol 10 10 10
Metil Paraben 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben 0,02 0,02 0,02
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100

Tabel IV. Formula yang digunakan

Bahan (%) Formula 1 Formula II Formula III


Biji Kedelai 2 4 6
Karbopol 0,5 0,5 0,5
HPMC 0,5 0,5 0,5
TEA 3 tetes 3 tetes 3 tetes
Propilenglikol 10 10 10
Metil Paraben 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben 0,02 0,02 0,02
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100

Keterangan :
FI : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 2%
FII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 4%
FIII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 6%

4. Uji Sifat Fisik Spray gel Ekstrak Etanol Biji Kedelai (Glycine max)

a. Uji Organoleptis

36
Pengujian organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan

dengan cara melakukan pengamatan terhdap warna, abu, dan tekstur dari

sediaan yang dibuat (Djajadisastra dkk., 2009).

b. Uji Homogenitas

Sediaan diperiksa homogenitasnya dengan cara visual yaitu mengoleskan

sediaan pada preparat kaca, kemudian diratakan dengan menempelkan preparat

kaca yang lain dan diamati. Pengamatan dilakukan dengan melihat ada atau

tidaknya partikel yang belum tercampur secara homogen.(Aponno dkk., 2014).

c. Uji Viskositas

Sediaan diuji dengan menuangkan sediaan pada gelas viscometer dan diukur

dengan alat pengaduk viscometer nomor 2, dimana alat pengaduk tersebut

merupakan seri nomor pengaduk untuk sediaan yang memiliki kekentalan

sedang. Skala kekentalan sediaan yang diuji akan muncul pada jarum di alat

vicometer. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali. Alat yang digunakan

adalah RION viscometer VT-06 (Sudjono dkk.,2012).

d. Uji pH

Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pemeriksaan pH

diawali dengan kalibrasi alat pH meter menggunakan larutan dapar pH 4.01.

Sediaan spray gel diambil 0,1 g dalam 100 mL aquadest. Sediaan dicelupkan

pada pH meter dan dicatat nilai pH nya. Masing-masing formula harus

memenuhi rentang pH dengan kisaran sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 8,0

(Liony, 2014).

e. Uji Daya Sebar Lekat

37
Sediaan disemprotkan sebanyak satu kali ke kulit bagian lengan atas dari

jarak 3 cm. Setelah disemprotkan, kemudian dihitung selama 10 detik.

Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali dan diamati apakah sediaan menempel

atau tetesan dari hasil semprotan menetes ke bawah (Suyudi, 2014).

f. Uji Pola Penyemprotan

Pola penyemprotan dan bobot semprot dilakukan dengan cara disemprotkan

sediaan dari botol dengan jarak 3, 5, 10, 15, dan 20 cm pada selembar plastic

mika. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali dan diamati pola pembentukan

semprotan, diameter dari pola semprot yang terbentuk dan banyaknya sediaan

yang keluar dari botol per semprotan (Suyudi, 2914).

5. Uji Aktivitas Spray gel Ekstrak Etanol Biji Kedelai (Glycine max )

Penentuan keefektivitasan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai

SPF secara in vitro dengan spektrofotometri UV-vis. Spray gel ekstrak etanol biji

kedelai masing-masing (F1=2%, F2=4%, F3=6% ) ditimbang sebanyak 0,1 gram,

dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 5 mL di dalam labu takar dan dicampur

hingga homogen. Spektrofotometri UV-vis dikalibrasi terlebih dahulu dengan

menggunakan etanol 96%. Dimasukkan etanol 96% secukupnya ke dalam kuvet,

dimasukkan ke dalam spektrofometri UV-vis untuk proses kalibrasi. Dibuat kurva

serapan uji dalam kuvet dengan panjang gelombang antara 290-320 nm,

digunakan etanol 96% sebagai blangko. Kemudian dicatat serapan rata-rata (Ar)

dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi masing-masing konsentrasi dicatat dan

kemudian dihitung nilai SPFnya (Damogalad dkk., 2013).

38
Nilai SPF dihitung dengan persamaan Mansur yang diaplikasikan ke dalam

Ms.Excel. Dimana CF adalah factor koreksi bernilai 10, EE (λ) adalah efek

eritmogenik radiasi pada panjang gelombang λ dan Abs (λ) adalah nilai

absorbansi spektrofotometrik pada panjang gelombang λ. Nilai EE (λ) x I (λ)

konstan. Nilai absorbansi yang di dapatkan Abs (λ) dikalikan dengan masing-

masing nilai EE (λ) x I (λ). Kemudian dihitung hasil penjumlahannya dan

dikalikan dengan factor koreksi (10) (Pratama dkk, 2015).

C. Analisis Data

Hasil uji organoleptis, homogenitas dan uji daya sebar lekat sediaan spray

gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max) diuji secara deskriptif. Data hasil uji

pola penyemprotan, uji pH, uji viskositas, dan uji aktivitas tabir surya (nilai SPF)

spray gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max) dilakukan uji statistik

menggunakan regresi linier.

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman dan

menghindari kesalahan dalam pengambilan tanaman dan untuk mengetahui

kebenaran dari simplisia yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan tanaman

yang digunakan benar-benar Glycine max.

Hasil determinasi sebagai berikut : Divisio : Magnoliophyta……. Classis :

Magnolipsida……….. SubClassis : Rosidae……… Ordo : Fabales………..

Familia : Fabaceae………... Genus : Glycine………. Spesies : Glycine max

(Linn) Mer. Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran

39
B. Ekstrak Biji Kedelai

Serbuk simplisia biji kedelai didapatkan kadar air 5% diman secara umum

kadar air tumbuhan adalah sebesar >10%. Pengecekan kadar air pada serbuk

simplisia dilakukan guna untuk mencegah adanya pertumbuhan kapang dan

menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat meghindari terjadinya penurunan

mutu simplisa (Gunawan dan Mulyani, 2004). Serbuk simplisia biji kedelai

seberat 2,7 kg didapatkan dari biji kering 3 kg, sehingga diperoleh susut

pengeringan sebesar 11,66% (Hanik,2019).

Serbuk biji kedelai diekstraksi menggunakan metode maserasi.

Penggunaan metode maserasi sendiri karena kandungan senyawa yang terdapat

dalam biji kedelai tidak tahan terhadap pemanasan (DepKes, 1986). Penyari yang

digunakan adalah etanol 96% teknis. Pemilihan etanol dikarenakan tidak beracun,

jamur dan kuman sulit tumbuh dalam etanol dengan konsentrasi >20%, mampu

menarik zat aktif flavanoid, antrakinon, glikosida, alkaloid basa, kumarin, tanin,

dan saponin (DepKes, 1986). Selain itu penggunaan etanol sebagai penyari

memiliki pengaruh yang signifikan, karena isoflavon yang terdapat pada biji

kedelai sebagian besar terikat denagn glukosa (glikon), sehingga mudah larut

dalam pelarut polar, dan penggunaan etanol yang bersifat polar akan mengikat

efisiensi ektraksi (Ni'mah, 2009).

Serbuk kering biji kedelai yang digunakan untuk ekstraksi sebesar 1 kg,

kemudian didapatkan ekstrak kental sebanyak 120 gram dengan rendemen 12%

dari serbuk kering biji kedelai yang digunakan. Ekstrak kental biji kedelai yang

40
diperoleh berwarna coklat tua, kental, dan bau khas kedelai ( ekstrak kental biji

kedelai dapat dilihat pada lampiran ….)

C. Sediaan Spray gel EEBK

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan sediaan spray gel dengan adanya

komponen variasi konsentrasi EEBK sebagai zat aktif sediaan. Adapun komponen

spray gel yang digunakan adalah karbopol dan HPMC sebagai pembentuk gel,

trietanolamin sebagai pembasa, propilen glikol sebagai plastisizer, metil dan

propil paraben sebagai pengawet, etanol sebagai pelarut, serta aquadest sebagai

pelarut.

Sediaan spray gel dibuat konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai di variasikan

menjadi tiga seri konsentrasi yaitu 2%, 4%, dan 6%. Dasar pemilihan konsentrasi

ini adalah hasil uji pendahuluan yang dilakukan sebelumnya pada sediaan jadi

krim ekstrak biji kedelai dengan rentang konsentrasi 1%, 3%, dan 5%, dimana

pada konsentrasi 3% didapatkan nilai SPF sebesar 6,93.

Basis spray gel menggunakan karbopol proses pengembangan karbopol

ditambahkan trietanolamin sehingga karbopol menjadi gel bening yang kaku, hal

ini dikarenakan karbopol merupakan polimer anionik yang bersifat asam bebas

dalam media air, karbopol mula-mula terdispersi secara seragam di dalam air

kemudian gel dinetralkan menggunakan basa sehingga terjadinya kerenggangan

muatan negatif sepanjang rantai polimer dan menyebabkan polimer menjadi

terurai lalu mengembang menjadi bentuk sediaan semi padat (Mulyono dan

Suseno, 2010).

41
Adanya penambahan media air, baik aquadest maupun zat tambahan berupa

larutan lainnya ke dalam karbopol, maka volume menjadi lebih banyak namun gel

tetap mempertahankan konsistensinya. Hal ini di karenakan karbopol terdiri dari

jaringan rantai cross-linked ketika kontak dengan air dan terbongkar dalam pH

netral, Sehingga karbopol dapat lebih dapat mengembang hingga 1000 kali dari

volumenya (Hagerston, 2003). Hasil ditunjukkan pada gambar 9

Gambar 9. Sediaan spray gel EEBK

D. Hasil Evaluasi Fisik Sediaan Spray gel

1.Hasil perikasan organoleptis

Tabel V. Hasil Pengujian Organoleptik

Formula Warna Bau Tekstur


I Kuning Kecoklatan Khas Agak Kental
II Kuning Kecoklatan Khas Agak Kental
III Kuning Kecoklatan Khas Agak Kental
Keterangan :
FI : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 2%
FII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 4%
FIII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 6%

42
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), pemeriksaan organleptik bertujuan

untuk pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin menggunakan

panca indera dengan mendeskripsikan warna, bau, bentuk dan tekstur obyek yang

diamati. Hasil pemeriksaan organoleptik pada tabel V menunjukkan bahwa

penambahan EEBK pada ketiga formula menghasilkan sediaan spray gel

berwarna kuning kecoklatan, memiliki bau khas serta memiliki tekstur agak

kental. Ketiga formula sediaan spray gel menghasilkan spray gel yang stabil

secara organoleptik.

2. Hasil periksaan homogenitas

Syarat suatu sediaan homogen yaitu tidak boleh mengandung bahan kasar

yang bisa diraba (Syamsuni, 2006). Pemeriksaan homogenitas bertujuan untuk

melitah distribusi partikel dari sediaan (Muntihanah, 2015). Pada hasil

pemeriksaan homogenitas sediaan Spray gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine

max) dengan menggunakan kaca preparat dari ketiga formula menunjukkan

masing-masing sediaan tetap homogen dan memiliki partikel yang terdistribusi

merata. Hal ini karena pada semua formula tidak terdapat butiran kasar dan tidak

menunjukkan gumpalan dari sediaan.

Gambar 10. Uji homogenitas

43
2. Hasil pengukuran pH

Pengujian pH menggunakan alat pH meter. Hasil pengujian pH Yang

diperoleh diharapkan sesuai dengan pH kulit. Hasil pengukuran pH dapat dilihat

pada tabel VI berikut :

Tabel VI.Hasil Pengujian pH Spray gel EEBK

Formula Sediaan pH±SD


Formula I 7,80 ± 0,05
Formula II 7,74 ± 0,04
Formula III 7,66 ± 0,11
Keterangan :
FI : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 2%
FII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 4%
FIII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 6%

Berdasarkan Tabel VI, dapat dilihat bahwa pH Spray gel EEBK

menunjukkan spray gel yang dibuat memenuhi persyaratan pH kulit yaitu 4,5-8,00

(Liony, 2014). Data yang didapat dianalisis menggunakan uji regresi linier pada

taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji regresi linier didapatkan nilai Slop

yang diperoleh adalah -0,055X, dan nilai Intersep adalah 7,7567 sehingga

persamaan regresi liniernya dapat ditulis Y= -0,055X+7,567, grafik hubungan

konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max) terhadap nilai pH spray gel

dapat dilihat pada gambar 12.

44
Grafik pH
7.7
7.6 f(x) = − 0.06 x + 7.76
R² = 0.88
7.5
pH 7.4
7.3
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Konsentrasi EEBK

Gambar 12. Grafik Hubungan Perbedaan Konsentrasi E Terhadap nilai pH

Berdasarkan gambar 12, menunjukkan hasil nilai slop negatif, bahwa

semakin tinggi konsentrasi EEBK maka pH spray gel mengalami penurunan. Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variasi konsentrasi EEBK terhadap

pengukuran pH dengan nilai R² 0,8811 atau memiliki pengaruh sebesar 88,11 %.

Garis linier yang di dapat menunjukkan bahwa kenaikkan konsentrasi EEBK

berbanding terbalik dengan nilai pH, maka nilai pH spray gel mengalami

penurunan, penurunan yang terjadi tidak begitu signifikan sehingga tidak

mempengaruhi sediaan spray gel.

3.Hasil Pengukuran Viskositas

Pengujian Viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan dari sediaan

spray gel dan pengaruh adanya perbedaan konsentrasi EEBK terhadap viskositas

spray gel. Uji viskositas dilakukan pada ketiga formula dengan tiga kali replikasi.

Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer rion VT-06, rotor akan

berputar melalui spindle nomor 2 kemudian jarum menunjukan jarum petunjuk

akan bergerak ke kanan secara otomtis. Viskositas dari sediaan spray gel akan

terbaca pada skala yang terdapat pada viscometer tersebut (Sudjono dkk., 2012).

Hasil pengukuran viskositas dapat dilihat pada tabel VII, berikut:

45
Tabel VII. Hasil Pengujian Viskositas Spray gel EEBK

Formula Ekstrak (%) viskositas ± SD (dPa's)


FI (2%) 59 ± 0,57
FII (4%) 47 ± 8,02
FIII (6%) 30 ± 2,51

Keterangan :
FI : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 2%
FII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 4%
FIII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 6%

Data yang didapat dianalisis menggunakan uji regresi linier pada taraf

kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji regresi linier didapatkan nilai Slop yang

diperoleh adalah -7,250, dan nilai Intersep adalah 74,333 sehingga persamaan

regresi liniernya Y=-7,250X+74,333. Grafik pengaruh konsentrasi EEBK

terhadap viskositas spray gel dapat dilihat pada gambar 13.

Grafik Viskositas
80
60
Viskoitas

f(x) = − 7.25 x + 74.33


40 R² = 0.99
20
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Konsentrasi EEBK

Gambar 13. Grafik Hubungan Variasi Konsentrasi EEBK Terhadap Viskositas Spray gel

Berdasarkan Gambar 13, menunjukkan hasil nilai Slop yang negatif bahwa

semakin besar konsentrasi EEBK maka semakin rendah viskositas spray gel. Hal

ini menunjukkan terdapat pengaruh variasi konsentrasi EEBK terhadap viskositas

spray gel dengan nilai R² 0,990 atau memiliki pengaruh 99,00%.

46
4. Hasil Pemeriksaan Pola Penyemprotan

Pola penyemprotan adalah salah satu faktor penting untuk mengevaluasi

kualitas sediaan dari alat semprot yang digunakan. Adanya variasi pola

penyemprotan yang terbentuk dipengaruhi oleh jarak penyemprotan serta

viskositas dari sediaan (Suyudi, 2014). Uji pola penyemprotan dilakukan pada

ketiga formula dengan tiga kali replikasi. Pada hasil uji pola penyemprotan yang

dilakukan terlihat jarak penyemprotan berbanding lurus terhadap besarnya

diameter pola penyemprotan dari sediaan, semakin besar jarak penyemprotan

maka semakin besar pula pola penyemprotan yang terbentuk. Hasil uji pola

penyemprotan pada formula I pola penyemprotan cenderung tidak menyebar dan

hanya berada pada satu titik lurus dari semprotan berbentuk kecil dengan rata-rata

diameter 1-3 cm, sedangkan pada formula II dan III cenderung menghasilkan

pola penyemprotan yang memanjang dan menyebar. Hal ini dikarenakan pada

formula I dengan konsentrasi ekstrak (2%) memiliki nilai viskositas yang lebih

besar dibandingan dengan formula II (4%) dan III (6%). Berikut data hasil uji pola

penyemprotan dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel VIII. Tabel Hasil Pengujian Bobot Per Semprot Spray gel EEBK

Formula Ekstrak (%) Berat rata-rata/semprot ±SD(gram)


FI (2%) 0,147 ± 0,0078
FII (4%) 0,142 ± 0,0058
FIII (6%) 0,139 ± 0,0064
Keterangan :
FI : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 2%
FII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 4%
FIII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 6%

Data yang di peroleh kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier

pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji regresi linier didapatkan nilai

47
Slop yang diperoleh adalah -0,003X, dan nilai Intersep adalah 0,151 sehingga

persamaan regresi liniernya Y=-0,002X+0,151. Grafik pengaruh konsentrasi

EEBK terhadap pola penyemprotan spray gel dapat dilihat pada gambar 14.

Grafik Pola Penyemprotan


Pola Penyemprotan

0.15
0.15 f(x) = − 0 x + 0.15
R² = 0.98
0.14
0.14
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Konsentrasi EEBK

Gambar 14.Grafik Pengaruh Variasi Konsentrasi EEBK Terhadap Pola Penyemprotan

Berdasarkan gambar 14, menunjukkan hasil nilai Slop yang negatif bahwa

semakin besar konsentrasi EEBK maka semakin rendah bobot per semprot spray

gel. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh variasi konsentrasi EEBK terhadap

bobot per semprot spray gel dengan nilai R² 0,980 atau memiliki pengaruh

98,00%. Hal ini menunjukkan efektivitas dari aplikator yang digunakan dalam

menghantarkan jumlah yang reprodusibel dari formula sediaan spray gel setiap

penyemprotan (Rajab dan Nawal, 2013).

5.Hasil Pemeriksaan Daya Sebar Lekat

Hasil pemeriksaan daya sebar lekat yang dilakukan pada ketiga formula

dengan tiga kali replikasi menunjukkan sediaan spray gel dapat melekat setelah

disemprotkan dikulit lengan bagian atas selama 10 detik dan mampu membentuk

lapisan yang kuat menempel pada kulit dan tidak mengalir. Pada formula I

menunjukkan daya sebar yang tidak merata dan membentuk satu titik semprotan

saja, Sedangkan pada formula II dan III menunjukkan daya sebar yang merata dan

48
tidak mengalir dari daerah semprot. Hal ini dikarenakan viskositas pada formula I

memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan viskositas pada formula II

dan III sehingga tekanan yang dibutuhkan untuk menyemprotkan spray gel dari

alat semprot lebih besar.

E. Uji Aktivitas Spray gel Tabir Surya Ekstrak Etanol Biji Kedelai

Pada penentuan aktivitas spray gel EEBK dilakukan dengan menggunakan

Spektrofotometri Uv-Vis pada panjang gelombang 290-320 nm dengan interval 5

nm. Dilakukan dengan melarutkan spray gel sebanyak 0,1 gram didalam etanol

96% sebanyak 5mL dengan replikasi 3 kali setiap formula. Diperoleh rata-rata

nilai SPF dengan konsentrasi EEBK 2%= 13,82 , 4%= 13,96, 6%= 14,54. Berikut

nilai SPF masing-masing formula pada tabel IX.

Tabel IX. Aktivitas Spray gel Tabir Surya EEBK

Formula Total SPF ± SD Tingkat Kemampuan Tabir Surya


I 13,82 ± 3,04 Proteksi maksimal
II 13,96 ± 2,30 Proteksi maksimal
III 14,54 ± 2,19 Proteksi maksimal
Keterangan :
FI : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 2%
FII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 4%
FIII : Spray gel EEBK dengan konsentrasi ekstrak 6%

Data yang di peroleh kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier

dengan taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji regresi linier didapatkan

nilai Slop yang diperoleh adalah 0,180X , dan nilai Intersep adalah 13,387

sehingga didapatkan persamaan regresi liniernya Y=0,180X+13,387. Grafik

pengaruh konsentrasi EEBK terhadap tingkat kemampuan aktivitas tabir surya

dapat dilihat pada gambar 15.

49
Grafik Nilai SPF
14.6
14.4 f(x) = 0.18 x + 13.39

Nilai SPF
14.2 R² = 0.89
14
13.8
13.6
13.4
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Konsentrasi EEBK

Gambar 15.Grafik Pengaruh Konsentrasi EEBK Terhadap Aktivitas Tabir Surya

Berdasarkan gambar 15, menunjukkan hasil nilai Slop yang positif bahwa

semakin besar konsentrasi EEBK maka semakin besar pula total SPF spray gel.

Hal ini menunjukkan semakint tinggi konsentrasi EEBK semakin tinggi aktivitas

tabir surya spray gel dengan nilai R² 0,889 atau memiliki pengaruh 88,90%.

Dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 6% yang diketahui total SPFnya berturut –

turut 13,82; 13,89; dan 14,54 menunjukkan spray gel ekstrak etanol biji kedelai

memiliki aktivitas sebagai tabir surya.

Aktivitas tabir surya dari ekstrak biji kedelai dimungkinkan dari senyawa

isoflavone salah satu kandungan senyawa aktif flavonoid yang berpotensi sebagai

penangkal radikal bebas (Saija et al.,1995). Menurut Niam et al. (1974) senyawa

isoflavone pada biji kedelai dalam bentuk glikosida, terdiri dari 64% genistin,

23% daidzin dan 13% glisten. Senyawa aktif isoflavone dapat mencegah

terjadinya kerusakan akibat radikal bebas melalui dua mekanisme, yaitu :

mendonorkan ion hydrogen dan bertindak sebagai scavenger radikal bebas secara

langsung sehingga berpotensi sebagai tabir surya (Saija et al., 1995; Arora et al.,

1998; Nijveldt et al., 2001)

50
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uji sifat fisik dan aktivitas tabir surya spray gel ekstrak

etanol biji kedelai (Glycine max) dengan perbedaan konsentrasi EEBK, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max) berpengaruh

terhadap sifat fisik spray gel ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max).

Semakin besar konsentrasi EEBK menyebabkan penurunan pH, viskositas,

meliputi uji organoleptik, homogenitas, dan pola penyemprotan, serta daya

sebar lekat tetapi tidak berpengaruh terhadap uji organoleptis dan

homogenitas.

2. Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max) berpengaruh

terhadap aktivitas tabir surya. Semakin besar konsentrasi EEBK

menyebabkan peningkatan aktivitas tabir surya dengan total SPF FI = 13,82,

FII= 13,96, FIII= 14,54.

B. SARAN
1. Perlu dilakukan premaserasi untuk menghilangkan senyawa non polar

yang terdapat dalam biji kedelai.

2. Perlu dilakukan uji stabilitas fisik dalam sediaan spray gel ekstrak etanol

biji kedelai (Glycine max).

3. Perlu dilakukan uji iratasi dalam sediaan spray gel ekstrak etanol biji

kedelai (Glycine max).

51
4. Perlu dilakukan optimasi formula spray gel untuk medapatkan sifat fisik

dan aktivitas tabir surya yang terbaik.

52
DAFTAR PUSTAKA

Aak, K., 1989, Kacang Tanah dan Kedelai, Kanisius, Yogyakarta

Appono, J,V., Yamlean, P,V,Y dan Supriati, H,S., 2014, Uji efektifitas sediaan
gel ekstrak etanol daun jambu biji (Psidum guajava Linn) terhadap
pemyembuhan luka yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus pada
kelinci (Orytolagus mangostana L.) Jurnal Ilmiah Farmasi,3, 297-286.

Arsanti, A, W., 2019, Formulasi dan uji aktifitas spray gel tabir surya ekstrak
etanol daun bayam merah (Amarnthus cruentus L) secara in vitro, Sripsi,
Universitas Wahid Hasyim Semarang, 24-25.

Asih, I.A.R. Astiti, 2009, Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Isoflavon Dari Kacang
Kedelai (Glycine max), Jurnal Kimia Vol.3(1):33-40.

Astuti, S., 2008, Isoflavon Kedelai dan Potensinya Sebagai Penangkap Radikal
Bebas,Ulasan Ilmiah, Fakultas Pertanian, 13(2), 126-131.

Balsam, M.S., Edward Sagarin. Cosmetics: Science and Technology. Canada:


John Wiley & Sons, Inc. 1972.

Bonda, Craig., 2009, Sunscreen Photostability, Happi, 101.

Dahl, M. V. 1996. Clinical Immunodermatology. London: Mosby.1-13.

Damogalad, V., Edy,H. J., Supriadi, H.S., 2013, Formulasi krim tabir surya
ekstrak kulit nanas (Ananas comosus L Merr) dan uji in vitro nilai sun
protecting factor (SPF), Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT,2,
39-42.

DepKes RI 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat.
Tradisional

DepKes RI 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat.
Tradisional. Jakarta.

DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Depkes RI.. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta.

53
Dirjen, P, O, M, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta,Departemen
Kesehatan RI.

Djajadisastra, J., Mun’im, A, dan Dessy, N,P., 2009, Formulasi gel topical dari
ekstrak Nerri folium dalam sediaan anti jerawat, Jurnal Farmasi
Indonesia, 4, 210-216.

Gunawan, D., dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Fitokimia, Depok : Departemen Farmasi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Hart, H., Craine, L, E., & Hart, D. J. (2003). Organic Chemistry, A Short
Course/Eleven Edition, Houghton Mifflin Company.

Heinnermen, J., 2003, Khasiat Kedelai Bagi Kesehatan Anda, Prestasi Pustakarya,
Jakarta.

Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Williamson, E., M. 2010. Farmakognosi
dan Fitoterapi. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.

Ismail, I., 2014, Bahan Alam sebagai bahan Aktif Kosmetik Tabir Surya, JF
UINAM, Vol 1 (1).
Jauregui K, M., Gregorio., Juan Carlos Cano Cabrera, Elda Patricia Segura
Ceniceros, Jose Luis Martinez Hermandez, dan Anna IILINA, (2009) A
New Formulated Stable Papin-Pectin Aerosol Spray For Skin
Woundhealing. Biotechnology and Bioprocess Engineering,14,450-456.

Kamishitta, T., Takashi M., Yoshihide O., 1992. Spray Gel Base and Spray Gel
Preparation Using Thereof. United State Patent Application Publication.
America.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas
Indonesia. Depok.

Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Kusantati, H., Prihatin, P. T., & Wiana, W. (2008), Tata Kecantikan Kulit,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.

Lavi, Novita. Sunscreen For Travellers, Skripsi, Denpasar: Departement


Pharmacy Faculty of Medicine, University of Udayana. 2012.

54
Liony, B, (2014), Pengaruh penambahan ekstrak Gambir terhadap sifat fisik dan
nilai sun protection factor (SPF) pada hasil jadi krim tabir surya, Jurnal
Tata Rias, 3, 209-216.

Mansur,JS.1986. Determination of Sun Protection Factor for Spectrophotometry.


An Bras Deramtol.

Mulyono, T, S, (2010) Pembuatan Etanol Gel sebagai Bahan bakar padat


alternatif, UNS.

Mumtihanah, A.M, 2015, Evaluasi Stabilitas Fisik dan Profil Difusi Sediaan Gel
Minyak Zaitun. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol.4 No.1, Jakarta:
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

Ni’mah, R. J., 2009, Kadar Ganestein dan Daidzein pada Kedelai, Ampas Tahu,
dan Oncom Merah, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pitojo. S. 2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.

Porzio, S., Caselli, G., Pellegrini, L.,Pallotini, V., Del Rosario,


M,A,R,I,O.,Copolla,A.,& Melillo,G,(1998), Efficacy Of A New Topical
Gel-Spray Formulation Of Ketoprofen Lysine Salt In The Rat :
Percutaneous Permeation In Vitro And In Vivo And Pharmcological
Activity, Pharmacolgical research, 37, 41- 47.

Pratama, W.A., Zulkarnain, A.K., (2015), Uji SPF In Vitro dan sifat Fisik
beberapa Produk Tabir Surya Yang Beredar di Pasaran, Jurnal
Farmaseutik,11, 276-277.

Rajab, N, A, 2013, Preparation and Evaluation of ketoprofen as Dermal Spray


Film, karbala journal of pharmaceutical sciences, 6, 1-8.

Rosmala, D., Anwar, E., Yunita, K.S., 2014, Uji Stabilitas Fisik Formula Krim
yang Mengandung Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max). Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia, Depok

Rowe, R. C, Paul J.S, dan Marian, 2006. Handbook Of Pharmaceutical Science


5th Edition New York.

Rusita, Y.D. dan Indarto, A.S., 2017, Aktivitas Tabir Surya Dengan Nilai Sun
Protection Factors (SPF) Sediaan Losion Kombinasi Ekstrak Kayu
Manis Dan Ekstrak Kulit Delima Pada Papapran Sinar Matahari Dan
Ruang Tertutup, Poltekes, Vol 2 (1) : 1-59.

55
Saija, A., Scalese M, Lanza M, Marzullo D, Bonina F, Castelli F.., 1995,
Flavonoids as Antioxidant Agents: Importance of their Interaction with
Biomembranes Free Radic, BioMed. 19(4), 481-486

Shafira, U.,Gadri,A.,Lestari,F, 2015, Formulasi Sediaan Spray Gel Serbuk Getah


Tanaman Jarak Cina (Jatropha multifidia Linn) dengan Variasi Polimer
Pembentuk Film dan Jenis Plasticizer, Skripsi, Jakarta, Unisba.562-566

Soeratri, W. 1993. Penentuan Stabilitas Sediaan Krim Tabir Surya Dari Bahan
Ekstrak Rimpang Kencur (Kaemferia galangal L).Skripsi,Jakarta,
Fakultas farmasi Universitas Airlangga.

Soeratri, Widji., Tutik, P., Penentuan Stabilitas Sediaan Krim Tabir Surya Dari
Bahan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galangaL.). Jakarta:
Fakultas farmasi, Universitas Ailangga. Berkala penelitian Hayati 10.
2005.

Sudjono, T,A., Mimin,H., dan Yunita, R,P., 2012, Pengaruh konsentrasi gelling
agent carbomer 934 dan HPMC pada formulasi gel lender bekicot
(Achatina fulica) terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar pada
punggung kelinci, PHARMACON, Jurnal Farmasi Indonesia, 13 (1), 6-
11.

Suryanto, P., dan E.T.S., Putra. 2012. Tradisional Enrichment Planting in


Agroforestry Marginal Land Gunung Kidul, Java-Indonesia. Journal of
sustainable Development.

Susanti, M., Dachriyanus, Doni Permana Putra. 2012. Aktivitas Perlindungan


Sinar UV Kulit Buah Garcinia mangostana Linn SecaraIn Vitro. Jurnal
Farmasi Indonesia. Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah.

Suyudi, S. D., 2014, Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol


940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) Sebagai Pembentuk Gel,
Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Syamsuni, H. (2006). Farmasetika dasar dan hitungan farmasi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta, 102.

Tiwari,P.,Kumar, B.,Kaur, M., Kaur , G., Kaur, H. 2011. Phytochemichal


Screening and Extraction:A Review . International Pharmaceutical
Sciencia, Vol 1 Issue 1,99-106.

56
Tortora, G. J., & Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
12th ed. New York: John Wiley & Sons Inc.

Tranggono, Retno I., Latifah, F. 2007 Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ulfa, N.R., 2016, Formulasi Ekstrak Biji Kedelai (Glycine Max L. Dalam Sediaan
Gel Menggunakan Basis Hpmc: Uji Stabilitas Fisik Dan Efek Pada Kulit
Manusia, Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wagas, M.K., Akhtar, N., et al.,2015, Dermatological and Cosmeceutical Benefits


of Glycine max (soybean) and its Active Components, Polish
Pharmaceutical Society, Acta Poloniae Pharmaceutica Drug Research,
Vol. 72 No. 1 pp. 3-11, 2015.

Widiyaningrum, N.,Fuholi, A.,Sudarsono, Setyowati, E.P.2015. Buffer And


Emulsifier Optimization In Cream With its Antibacerial Actifity And
Sensitivity.Int.J.Of Pharm.Sci and Research.

Wilkinson, J.B. & Moore, R.J., 1982, Harry's Cosmeticology, 7th ed,314-333,
Chemical Publishing Company, New York.

Wolf, R., 2001. The Spectrophotometric Analysis and Modelling of Sunscreen.


Washington: J. Chem. Educ.

57
LAMPIRAN

Data Hasil Uji Sifat Fisik Dan Aktivitas Spray gel Tabir Surya

1. Data Hasil Organoleptik

Formula Parameter organoleptis


Warna Bau Tekstur
I Kuning Kecoklatan khas Agak kental
II Kuning Kecoklatan khas Agak kental
III Kuning Kecoklatan khas Agak kental

2. Data Hasil Uji Homogenitas


Formula Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I Homogen Homogen Homogen
II Homogen Homogen Homogen
III Homogen Homogen Homogen

3. Data Hasil Uji pH


Formula Replikasi Replikasi Replikasi pH ± SD
1 2 3
I 7,73 7,70 7,58 7,67 ± 0.079
II 7,48 7,51 7,50 7,49 ± 0,152
III 7,44 7,46 7,46 7,45 ± 0,011

4. Data Hasil Uji Viskositas

Formula Replikasi Replikasi Replikasi Viskositas ± SD


1 2 3
I 60 dPa’s 59 dPa’s 60 dPa’s 59 ± 0,57
II 55 dPa’s 48 dPa’s 39 dPa’s 47 ± 8,02
III 28 dPa’s 33 dPa’s 30 dPa’s 30 ± 2,51

5. Data Hasil Uji Daya Sebar Lekat


Formula Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I Tidak Menyebar Tidak Menyebar Tidak Menyebar
II Menyebar Menyebar Menyebar
III Menyebar Menyebar Menyebar

6. Data Hasil Uji Pola Penyemprotan


No Formula Jara Bobot per Total Bobot rata- Rata - rata ±

58
k semprot (g) Bobot rata per SD
(cm) jarak
1 0,145
2 3 0,155 0,448 0,149
3 0,148
4 0,156
5 5 0,128 0,417 0,139
6 0,133
7 0,142
8 III 10 0,153 0,431 0,143
9 0,136 0,139 ± 0,0064
10 0,135
11 15 0,140 0,407 0,135
12 0,132
13 0,128
14 20 0,132 0,398 0,132
15 0,138
16 0,147
17 3 0,135 0,434 0,144
18 0,152
19 0,138
20 5 0,145 0,426 0,142
21 0,143
22 0,140 0,142 ± 0,0058
23 II 10 0,138 0,423 0,141
24 0,145
25 0,140
26 15 0,146 0,418 0,139
27 0,132
28 0,152
29 20 0,144 0,433 0,144
30 0,137
31 0,150
32 3 0,144 0,446 0,148
33 0,152
34 0,145
35 5 0,152 0,437 0,145 0,147 ± 0,0078
36 0,140
37 0,149
38 I 10 0,158 0,457 0,152
39 0,150
40 0,138
41 15 0,152 0,433 0,144
42 0,143

59
43 0,158
44 20 0,138 0,448 0,149
45 0,152

7. Data Hasil Uji SPF

Formul Replikasi Replikasi Replikasi Rata – rata ± SD


a 1 2 3
I 11,42 12,81 17,25 13.82 ± 3,04
II 12,21 13,11 16,57 13,96 ± 2,30
III 15,05 12,14 16,43 14,54 ± 2,19

Uji Statistik

1. Spf

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate

1 .943a .889 .779 .17963

a. Predictors: (Constant), konsentrasi

b. Dependent Variable: spf

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 13.387 .274 48.787 .013

konsentrasi .180 .064 .943 2.834 .216

a. Dependent Variable: spf

60
spf
14.6
14.4 f(x) = 0.18 x + 13.39
14.2 R² = 0.89
14
13.8
13.6
13.4
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5

2. Viskositas

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .995a .990 .980 2.041

a. Predictors: (Constant), konsentrasi

b. Dependent Variable: viskositas

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 74.333 3.118 23.840 .027

konsentrasi -7.250 .722 -.995 -10.046 .063

a. Dependent Variable: viskositas

Viskositas
70
60
f(x) = − 7.25 x + 74.33
50 R² = 0.99
40
30
20
10
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5

61
3. Pola penyemprotan

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .990a .980 .959 .000816

a. Predictors: (Constant), konsentrasi

b. Dependent Variable: polapenyem

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .151 .001 120.802 .005

konsentrasi -.002 .000 -.990 -6.928 .091

a. Dependent Variable: polapenyem

Pola Penyemprotan
0.15
0.15 f(x) = − 0 x + 0.15
0.14 R² = 0.98
0.14
0.14
0.14
0.14
0.13
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5

4. pH

62
Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .939a .881 .762 .05715

a. Predictors: (Constant), konsentrasi

b. Dependent Variable: ph

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 7.757 .087 88.845 .007

konsentrasi -.055 .020 -.939 -2.722 .224

a. Dependent Variable: ph

pH
7.7
7.65
f(x) = − 0.06 x + 7.76
7.6 R² = 0.88
7.55
7.5
7.45
7.4
7.35
7.3
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5

63

Anda mungkin juga menyukai