Anda di halaman 1dari 91

ALERGI

SOAL 1
Skenario: Anak yang tersengat lebah, kemudian timbul gatal-gatal di seluruh badan
dan kulit bentol-bentol. Saat datang anak dengan TD 80/60 mmHg.
Tuliskan tatalaksana
1. Diagnosis : syok anafilaktik dengan manifestasi urtikaria dan cardiovaskular
2. Tatalaksana :
- Lepaskan sengatan lebah dan panggil bantuan (tim resusitasi), evaluasi Airway
(jaga patensi jalan nafas), Breathing (berikan oksigen sesuai
kebutuhan),Circulation (cari akses intravena, dan berikan NaCl 0.9% 20 cc/kg,
hati hati overload dan pantau hemodinamik)
- Bersamaan dengn hal di atas, berikan inj epineprin 1: 1000 0.01 mg/kg IM, dapat
diulang 5-10 mnt kemudian (maksimal 3x) dan posisikan pasien dengan posisi
trendelenburg
- Bila pasien masih syok, dapat diberikan inj epineprin drips 0.1 mcg/kg/mnt.
- Jika sesak berikan nebul beta 2 agonis atau pertimbangkan inj aminofilin 4-7
(6mg/kg) + D5% dengan perbandingan 1: 1 iv lambat selama 15-20 mnt
- Terapi tambahan berupa Inj difenhidramin 1-2 mg/kgBB, maksimal 50 mg, dosis
tunggal, iv lambat diberikan 5-10 mnt  dilanjutkan po setiap 6 jam selama 24
jam
- Inj metilprednisolon 1 mg/kg/hari dibagi 3 dosis
- Pasien dirawat di ruang intensif dan dipantau minimal 24 jam
- Edukasi kemungkinan berulang reaksi anafilaktik (Bifasik) dan hindari pencetus
dan cara pemakaian epinefrin syringe kit saat emergensi

SOAL 2

Skenario: Bayi usia 7 minggu dengan bercak merah kasar pada pipi dan badan. Riwayat
Atopi pada orang tua tidak jelas. Pernah dapat susu formula 1 minggu karena ASI sedikit.

Diagnosis

Pemeriksaan penunjang

Tatalaksana

1. Diagnosis : Dermatitis atopik bentuk infantil + Alergi susu sapi derajat ringan sedang
2. Penunjang : IgE spesifik dan skin prick test
3. Tatalaksana :
Umum : hindari faktor pencetus dalam hal ini produk susu sapi dan edukasi orangtua
perihal perjalanan penyakit
Khusus :
a. Dermatitis : potong kuku untuk mencegah abrasi kulit jika digaruk, mandi rutin
dengan sabun lembut, keringkan dan pakai pelembab badan. Berikan
hidrokortison salep dan bila perlu tambahkan CTM 0.25 mg/kg /hari, 3x sehari
b. Alergi susu sapi : edukasi ibu untuk lanjutkan pemberian ASI dan konseling
menyusui. Eliminasi diet protein susu sapi pada ibu dan suplementasi kalsium
selama 4 minggu. Dilakukan uji provokasi, Jika gejala tidak muncul, berikan
kembali diet ibu seperti semula. Jika gejala bayi muncul, lanjutkan pemberian ASI
dan eliminasi diet produk susu sapi pada ibu dan suplementasi kalsium. Jika tidak
diberikan ASI, dapat berikan formula extensive hydrolize. Pada saat MPASI,
hindarkan produk susu sapi dan provokasi ulang saat usia 9-12 bulan. Namun,
jika dari eliminasi pertama gejala bayi tidak membaik, ASI dilanjutkan dan diet
ibu seperti semula lalu pikirkan diagnosis alergi lainnya (seafood, telur).
SOAL 3

Seorang anak usia 15 tahun memiliki riwayat demam akut, facial rash, malaise, dan nyeri
sendi bilateral yang berpindah-pindah. Pemeriksaan fisik menunjukkan anak hipersensitif
dengan macula eritematosus pada malar wajah, ulserasi pada mukosa bukal,
pembengkakan pada sendi MCP bilateral, dan hepatosplenomegaly. Rontgen toraks
menunjukkan adanya efusi pleura yang bila dikaitkan dengan kasus pasien ini
mengindikasikan terhadap pleuritis. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan proteinuria
dan DPL menunjukkan adanya leukopenia, anemia hemolitik, dan trombositopenia.

Sebutkan Diagnosis, Kriteria diagnosis, Tatalaksana

1. Diagnosis : Lupus eritematosus sistemik


2. Kriteria diagnosis : Berdasarkan kriteria ACR jika ditemukan 4 dari 11 gejala dibawah
ini :
- Ulkus discoid
- Ulserasi oral
- Fotosensitivitas
- Arthritis
- Malar rash
- Kelainan imunologis
- Kelainan neurologi
- Kelainan ginjal
- ANA
- Serositis
- Kelainan hematologi
Pemeriksaan
3. Tatalaksana:
Umum: Edukasi keluarga dan pasien perjalanan penyakit dan pentingnya
pengobatan dan kontrol rutin, diet rendah garam, diet rendah gula, restriksi cairan,
suplemetasi vitamin D dan kalsium, menghindari paparan sinar matahari dengan
topi, pakaian tertutup, kacamata, dan sunblock minimal SPF 24%. Pentingnya
pemantauan tumbuh kembang dan saran olahraga teratur.
Khusus :
- Berikan OAINS berupa natrium diklofenak 1-2 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
- Untuk mencegah flare, berikan hidroksiklorokuin 6-7 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
selama 8 minggu lalu diturunkan 5 mg/kgbb/hari
- Berikan Prednison 2 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis selama 3-6 minggu
- Dengan lupus nefritis, berikan injeksi siklofosfamid 500-750 mg/m2 drips per
bulan selama 6 bulan dan per 3 bulan selama 36 bulan
- Salep topical dengan salep betametason 0,05%
- Jika ada arthritis, konsul fisioterapi

SOAL 4

Anak usia 8 tahun, rujukan puskesmas dengan asma, serangan setiap bulan dalam 3 bulan
terakhir. Saat ini tidak menggunakan obat apapun. Terakhir 1 minggu yang lalu disertai
dengan pilek dan hidung buntu. Pasien saat ini tidak sesak tapi kontrol, ingin agar sesak
tidak kambuh Kembali

Diagnosis
Tatalaksana

1. Diagnosis : asma intermiten (PERSISTEN RINGAN) tidak dalam serangan + rinitis


alergi intermiten derajat ringan.
2. Tatalaksana :
Umum : mengetahui dan menghindari faktor pencetus (misalnya debu, tungau, asap
rokok, dll), jaga kebersihan, istirahat cukup, hindari stres, serta edukasi pasien dan
keluarga mengenai perjalanan penyakit dan penggunaan inhaler.

Khusus :
1. Asma : tidak perlu diberikan controller, jika serangan sesak berikan SABA inhalasi
(inhalasi beta 2 agonis kerja pendek)
2. Rinitis : berikan CTM 0.25 mg/kg/hari , 3x sehari dan pseudoefedrin 1 mg/kg/kali, 3x
sehari
SOAL 5

Anak usia 10 tahun, berat 30 kg, asma dengan serangan 2x seminggu dalam 1 bulan
terakhir. Pasien telah terdiagnosis asma sejak 8 bulan yang lalu. Saat ini tidak
menggunakan obat apapun. Saat ini pasien mengeluhkan batuk terus menerus. Ketika
batuk dan pilek pasien dibawa keluarganya dibawa ke puskesmas. Disana pasien
dinebulisasi sebanyak 2x, kemudian setelah nebulisasi wheezing/mengi hilang, sesak
menghilang, pasien kemudian diperbolehkan pulang. Pasien dirujuk ke spesialis anak
karena masih dengan batuk batuk, pilek, hidung buntu dipagi hari setiap hari dalam 6
minggu terakhir. Ada rhinorea, hidung tersumbat dan sering bersin bersin sehingga
mengganggu tidur pasien. Saat ini pasien tidak sesak sama sekali dan tidak demam.

Diagnosis

Tatalaksana

1. Diagnosis : rinitis alergi persisten derajat sedang-berat + asma persisten sedang


tidak dalam serangan
2. Tatalaksana :
Umum : Pasien rawat jalan, hindari faktor pencetus (seperti debu, tungau, asap
rokok, dll), jaga kebersihan lingkungan, istirahat yang cukup, hindari stres, dan
edukasi pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit dan penggunaan
inhaler
Khusus :
1. Rinitis : kortikosteroid intranasal (misalnya mometason fuorat / flutikason
propionat) selama 2-4 minggu dan evaluasi gejala. Dapat ditambahkan cetirizine
0.25 mg/kg/kali, 1 x sehari dan pseudoefedrin 1 mg/kg/kali, 3x sehari.
2. Asma : berikan controller berupa kortikosteroid inhalasi dosis rendah + LABA
(beta 2 agonis kerja lambat), atau alternatif lainnya seperti kortikosteroid inhalasi
dosis menengah, atau kortikosteroid inhalasi dosis rendah + LTRA, atau
kortikosteroid inhalasi dosis rendah + teofilin lepas lambat. Jika serangan sesak,
berikan reliver SABA inhalasi (beta 2 agonis kerja cepat).
SOAL 6

Pasien merupakan anak laki-laki usia 13 tahun 9 bulan mengeluh nyeri dan kekakuan
sendi di kedua pergelangan tangan, kedua lutut, dan kedua pergelangan kaki kurang lebih
3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Kemudian berobat ke dokter umum didiagnosis
sebagai infeksi virus, diberikan obat dan diminum teratur, kontrol 2 kali ke dokter
tersebut, nyeri sudah berkurang, bisa berjalan tetapi dengan aktivitas yang terbatas.
Karenanya kemudian orangtua juga membawa berobat ke dokter spesialis anak. Tidak
didapatkan demam. Anak tampak baik. Hasil pemeriksaan darah didapatkan LED I : 34
mm/jam (0-15) Angka Leukosit 8700/l (4,8-10,8) Netrofil 28,2% (43,0-65,0), Lymphosit
60,1 % (20,5-45,5), monosit 7,8% (5,5-11,7), eosinofil 3,9% (0,9-2,9) Hemoglobin 14,9 g/dL
( 14,0-18,0), Hct 42% (42-52%) MCV 83,8 (80-94) MCH 29,5 (27-31) MCHC 35,4 (32-36)
Angka Trombosit 395.000 (130-400.000), Rheumatic factor (-)

Diagnosis, Kriteria Diagnosis, dan Tatalaksana

1. Diagnosis : Arthritis idiopatik juvenil


2. Kriteria diagnosis:
- Usia onset < 16 tahun
- Gejala dialami > 6 minggu
- Terdapat tanda arthritis pada satu sendi/lebih : bengkak pada sendi atau 2 dari
gejala berikut yaitu: gerak sendi terbatas, nyeri Ketika digerakkan, nyeri tekan,
rasa panas pada sendi
- Penyebab arthritis lain dapat disingkirkan
- Setelah 6 bulan dapat dibagi klasifikasi awitan menjadi oligoarthritis, poliathritis
dan awitan sistemik
3. Tatalaksana:
Umum: edukasi mengenai perjalanan penyakit, pentingnya pengobatan dan efek
samping pengobatan, fisioterapi, dan komplikasi yang mungkin muncul
Khusus:
- OAINS seperti ibuprofen 35 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis selama 1-2 bulan
- Lakukan evaluasi gejala klinis, jika tidak membaik dapat diberikan
o Hidroksiklorokuin 6-7 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis selama 8 minggu lalu
dosis diturunkan menjadi 5 mg/kgbb/hari hingga 6 bulan ATAU
o Inj methrotrexate 5 mg/m2/hari selama 8 minggu lalu dosis menjadi 10
mg/m2/hari hingga 6 bulan
- Jika dijumpai awitan sistemik, dapat diberikan prednisone 1 mg/kgbb maks 40
mg, single dose
- Jika ada deformitas, konsul ke ortopaedi dan rehabilitasi medik
- Konsul psikiatri untuk dukungan emosional karena pengobatan jangka panjang
SOAL 7

Anak usia 6 tahun, datang tidak dalam kondisi sesak maupun demam, masih bisa berjalan
dan berkata-kata. Pasien memiliki riwayat asma dengan serangan 3x seminggu dalam 1
bulan terakhir. Pasien telah terdiagnosis asma sejak 8 bulan yang lalu. Saat ini tidak
menggunakan obat apapun. Pasien sebelumnya sudah mendapatkan nebulisasi sebanyak
2x, kemudian setelah nebulisasi wheezing/mengi menghilang, sesak menghilang, pasien
kemudian diperbolehkan pulang. Ibu pasien memiliki riwayat asma. Pasien masih
mengalami batuk, pilek, hidung tersumbat serta bersin-bersin sehingga mengganggu tidur
pasien.

Diagnosis dan Tatalaksana jangka panjang

1. Diagnosis : Rinitis alergi persisten derajat sedang-berat + asma persisten sedang


tidak dalam serangan
2. Tatalaksana
Umum : mengetahui dan menghindari faktor pencetus (seperti debu, tungau, asap
rokok, dll), jaga kebersihan lingkungan, cukup istirahat, hindari stres, serta edukasi
pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit dan mengajarkan pemakaian
inhaler.
Khusus :
1. Rinitis alergi : kortikosteroid intranasal (seperti mometason fuorat/ flutikason
propionat) selama 2-4 minggu dan evaluasi gejala. Dapat ditambahkan cetirizine
0.25 mg/kg/kali, 1xsehari dan pseudoefedrin 1 mg/kg/kali, 3 x sehari
2. Asma : berikan preparat controller , yakni kortikosteroid inhalasi dosis rendah +
LABA (beta 2 agonis kerja lambat) atau alternatif lainnya seperti kortikosteroid
inhalasi dosis menengah atau kortikosteroid inhalasi dosis rendah+ LTRA, atau
kortikosteroid inhalasi dosis rendah + teofilin lepas lambat. Jika terjadi serangan
sesak, berikan SABA inhalasi (beta 2 agonis kerja cepat).

SOAL 8

Bayi usia 5 bulan, mendapatkan ASI pada 2 bulan pertama dan 3 bulan selanjutnya
mendapatkan susu formula biasa. Terdapat bercak kemerahan di kedua pipi, leher dan
dada. Bayi sering menggunakan bedak dan minyak telon setelah mandi. Ibu memiliki
asma.

Diagnosis, penyebab, tatalaksana

1. Diagnosis : dermatitis atopik bentuk infantil dd sangkaan alergi susu sapi derajat
ringan-sedang dd dermatitis kontak alergi
2. Penyebab : konsumsi produk susu sapi, atau zat pencetus : minyak telon/bedak
3. Tatalaksana :
Umum : hindari faktor pencetus dalam hal ini produk susu sapi, minyak telon/ bedak.
Edukasi keluarga mengenai perjalanan penyakit
Khusus :
1. Dermatititis : potong kuku rutin untuk mencegah abrasi kulit jika digaruk, mandi
rutin, gunakan sabun lembut, keringkan dan pakai pelembab. Berikan
hidrokortison salep dan bila perlu CTM 0.25 mg/kg/ hari, 3x sehari
2. Alergi susu sapi : Edukasi mengganti susu formula menjadi susu ekstensive
hydrolize selama 4 minggu. Dilakukan uji provokasi dan evaluasi gejala, bila
timbul gejala pada bayi, berikan kembali susu extensive hydrolize. Jika gejala
tidak muncul, maka produk susu sapi dapat dilanjutkan. Pada MPASI 6 bulan,
hindarkan produk susu sapi dan uji provokasi usia 11 bulan. Namun pada saat
eliminasi pertama gejala tidak membaik, diet susu sapi diberikan kembali dan
pikirkan diagnosis alergi lainnya.

SOAL 9 :

Bayi baru lahir dari ibu dengan HIV

Pertanyaan: Bagaimana tatalaksana komprehensif pada bayi

1. Tatalaksana:
Umum :
- Lakukan edukasi pada ibu bahwa sebaiknya hanya diberikan susu formula bila
memenuhi kriteria AFASS (Affordable, Feasible, Acceptable, Sustainable, Safe)
selama minimal 6 bulan
- Lakukan evaluasi gejala klinis dan tumbuh kembang pada bayi setiap bulan
- Lakukan edukasi untuk melakukan pemeriksaan PCR HIV setelah usia 6 minggu
dan antibodi saat usia 18 bulan
- Lakukan edukasi untuk tetap memberikan imunisasi sesuai jadwal jika bayi
asimtomatik kecuali BCG dan polio oraL.
Khusus :
- Berikan ARV profilaksis zidovudine 4 mg/kgbb/kali dua kali sehari dalam waktu 6-
12 jam pertama, selama 6 minggu
- Setelah 6 minggu, ARV dihentikan dan diberikan kotrimoksazole dengan dosis
TMP 5 mg/kgbb satu kali sehari hingga status HIV terbukti negatif
- Jika terdapat kontak infeksi TB, berikan INH 10 mg/kgbb sekali sehari selama 6
bulan
- Jika status HIV positif, maka segera diberikan tatalaksana ARV lini 1
SOAL 10 :

Anak usia 3 hari, BB 3000 gram, ibu HIV, TB milier dalam terapi OAT(+). Datang ingin dirujuk
untuk perawatan ke PKM dekat rumah. Sudah mendapat obat puyer 2x sehari.

Pertanyaan:

Tuliskan surat rujukan ke puskesmas yang berisi:

1. Langkah pengobatan selanjutnya

2. Terapi profilaksis yang diberikan

3. Bila pasien terkena PCP bagaimana terapi selanjutnya

4. Bagaimana pemberian susunya

5. Bagaimana imunisasinya

1. Surat rujukan ke puskesmas :

Kepada TS Yth Medan, 7 Januari 2021


Dr Yulia Emma S
Di tempat

Dengan hormat, bersama dengan surat ini, kami menigirimkan pasien


Nama : Bayi X
Usia : 3 hari
Diagnosis : Presumtif HIV (bayi lahir dari Ibu positif HIV) dan TB milier yang sedang
dalam pengobatan OAT.
Bayi telah mendapatkan profilaksis Zidovudin 2x12 mg, yang direncanakan hingga usia 6
minggu. Mohon diberikan tatalaksana selanjutnya pada pasien ini berupa pemberian
Zidovudin 2x12 mg per oral selama 6 minggu, lalu diganti menjadi kotrimoksazole dosis TMP
1x15 mg per oral dan pasien dikirim ke RS untuk dilakukan pemeriksaan PCR HIV.
Bayi juga segera diberikan Isoniazid profilaksis 1x30 mg selama 6 bulan. Bila ditemukan
gejala sesak nafas akibat infeksi oportunistik (PCP),mohon diberikan obat Kotrimoksazol
dengan dosis TMP 3x24 mg per oral selama 3 minggu.
Untuk diet pasien, hanya diberikan susu formula bila memenuhi kriteria AFASS. Bila tidak
terpenuhi, diberikan ASI perah dengan edukasi risiko penularan dan pemberian tidak boleh
campur dengan formula. Imunisasi diberikan sesuai jadwal bila bayi tidak memiliki gejala,
kecuali BCG dan polio oral.
Demikian surat ini dibuat, atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

dr. Irene Sembiring

SOAL 11

Anak 2 tahun datang dengan diare, berat tidak naik, pendek. Pada mulut dijumpai
kandidiasis. Ibu pasien positif HIV

Pertanyaan: Bagaimana penegakan diagnosis, pemeriksaan penunjang, terapi dan


pemantauan pada pasien.

1. Pemeriksaan penunjang : dilakukan pemeriksaan antibody serial untuk


mendiagnosis HIV. Bila hasil positif, maka anak didiagnosis dengan HIV.
2. Terapi :
Umum : edukasi perjalanan penyakit, kepatuhan obat, dan komplikasi. Pemberian
imunisasi sesuai jadwal bila bayi tidak ada gejala, kecuali BCG dan polio oral.
Pemantauan tumbuh kembang.
Khusus :
- Pemberian cotrimoxazole dengan dosis TMP 5 mg/kg/hari, 1 kali sehari
- Penjajakan TB dengan Gene Xpert dari induksi sputum, Mantoux test dan foto
toraks. Bila hasil normal, maka mulai pemberian INH profilaksis 10 mg/kg/hari
selama 6 bulan
- Bila Status HIV positif, maka dimulai pemberian ARV lini 1 setelah pemberian
cotrimoxazole 2 minggu

TAMBAHAN NB:

- Bila ada kontak TB: jajaki TB


- Gangguan perkembangan atau mikrosefali : jajaki TORCH
- Sesak: jajaki PCP dan tatalaksana

Soal 12.
Anti, perempuan, 12 tahun, datang dengan keluhan demam berulang sejak tiga bulan yang lalu.
Keluhan di sertai dengan nyeri dan bengkak pada persendian, serta pucat.

Pada pemeriksaan fisis :

Anak sadar, tekanan darah 150/90 mmHg, suhu badan 38,8C. Pada kulit didapatkan bercak seperti
pada gambar di bawah ini dan pada sendi lutut kanan dan pergelangan kaki kanan didapatkan
edema, terasa panas, nyeri dan kerterbatasan gerak sendi.

Pemeriksaan laboratorium :

Hb7,5 g/dL, Ht 22 vol%, leukosit 3.500/uL, trombosit 90.000/uL, Hitungjenis 0/1/1/60/28/10.


Gambaran darah tepi seperti terlihat pada gambar di bawahini. LED 120mm/jam. Urinalisis : protein
(+1), eritrosit 6-8/LPB, leukosit 0-2/LPB.

Intruksi

1. Diagnosis pada pasien ini?


Systemic lupus eritematosus
Hipertensi
2. Pemeriksaan penunjang yg diperlukan?
Komplemen C3, C4, anti ds-DNA, ANA tes, uji Coomb, anti Smith, SGOT, SGPT, ureum,
kreatinin, foto thorkas, foto persendiann, echocardiografi, biopsy ginjal
3. Tatalaksana pada pasien ini?
Airway : jaga patensi jalan nafas
Breathing : berikan suplementasi oksigen
Circulation : pasang akses IV, pastikan anak tidak syok/sirkulasi baik
Khusus :
NSAID : salisilat 80mg/kgBB/hari
Hidroksiklorokuin 6-7 mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis selama 2 bulan, dilanjutkan 5
mg/kgBB/hari (mak 300 mg/hari)
Prednison 2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis selama 3-6 minggu dilanjutkan tappering off
selama 1-2 minggu
Salep betametason 0,05%
Captopril 0,3-0,5 mg/kg/kali diberikan 2-3 kali/hari
Suplementasi vitamin D dan calsium
Edukasi :
Istirahat yang cukup, nutrisi yang tepat
Diet rendah garam, gula, dan restriksi cairan
Hindari paparan sinar matahari dengan menggunakan pakaian yang tertutup dan payung
Menggunakan tabir surya dengan min SPF 24
Mengurangi aktivitas di luar rumah saat siang hari
Perjalanan penyakit dan kontrol teratur
Imunisasi khususnya vaksin antipneumokokus
Pantau tekanan darah
Respon 6
1. Diagnostik : anafilaksis
2. Tata laksana komprehensif :
A : jaga patensi jalan nafas
B : berikan oksigen yang adekuat
C : akses IV line, Inj epinefrin 1:1000 0,2 mg secara IM yang dapat diulang setiap 5 menit,
maksimal 3 kali
Nebulisasi dengan ß2 agonis kerja cepat/salbutamol, bila tidak respon dapat di lanjutkan
dengan inj aminophyline 120 mg drip dalam 20 ml NaCl 0,9% habis dalam 30 menit
Bila sudah stabil, dapat diberikan dyphenhydramine 20 mg/IV bolus perlahan, inj dexa 2
mg/IV bolus
3. Edukasi :
- Hindari faktor pencetus seperti produk makanan yanag mengandung kacang
- Risiko berulangnya kejadian yang sama
- Penyediaan epinephrin syringe kit (epinefrin dan jarum suntik 1 ml) beserta cara
penggunaannya

INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIS


SOAL 1
Anak berusia 3 tahun datang ke IGD dengan anamnesis demam 3 hari, batuk pilek,
kemudian timbul ruam bintil2 di daerah muka, tangan dan kaki yang tidak gatal.
Diberikan Foto bagian wajah anak dengan ruam papul vesikel didaerah mulut
• Pertanyaan:
a. Apa diagnosisnya?
b. Apa penyebab tersering?
c. Tatalaksana

1. Diagnosis : Hand, Mouth and Foot disease dd herpangina dd herpes oral


2. Penyebab : Coxsackie Virus A16 dan Enterovirus 71
3. Tatalaksana :
Umum :
- Edukasi mengenai perjalanan penyakit dan prognosis, karena disebabkan oleh
virus, bersifat self-limiting. pentingnya istirahat yang cukup, nutrisi dan cairan
adekuat, jaga kebersihan diri dan lingkungan, bila perlu penambahan vitamin dan
mineral. Jika ada superinfeksi dengan bakteri dapat diberikan antibiotik.
Imunisasi sesuai jadwal jika sudah sehat. Jika keluhan memberat, pasien dibawa
ke Rumah sakit. Pasien dapat berobat jalan
Khusus : suportif diberikan parasetamol 10-15 mg/kg/6 jam

SOAL 2
Anak usia 10 bulan, demam 5 hari muntah tiap kali makan, tidak ada diare, muka
merah, BAK biasa dan tidak menagis saat BAK. Di IGD pada pemeriksaan fisik
didapatkan anak sadar, rewel, hepatomegali 4 cm, efusi pleura tidak jelas, rumple leed
test (+), CRT < 2 detik.Hasil lab: Hb 15, Ht 45%, AL 2700, AT 45.000
• Pertanyaan :
a. Tuliskan diagnosis kerja secara lengkap
b. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan
c. Tatalaksana
d. Monitoring

1. Diagnosa : Demam derdarah dengue tanpa syok


2. Pemeriksaan :
- Hb, Ht, trombosit
- Elektrolit, SGOT, SGPT
- PT, APTT, INR jika ada gangguan koagulasi
- Serologi IgG dan IgM anti dengue
- Foto rontgen AP, RLD  menghitung Pleural effusion index
3. Tatalaksana
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigen sesuai kebutuhan
- Circulation : akses intravena dan hitung defisit cairan  awasi tanda overload
cairan/ klinis anak
- Pasang monitor, pantau Vital sign, status neurologis, saturasi oksigen dan balans
cairan.
- Nutrisi adekuat
- Edukasi kondisi pasien dan pasien tirah baring. Edukasi jika anak berada difase
kritis dan harus pantau ketat. Jika anak mau minum berikan cairan yang
mengandung elektrolit : jus buah/ oralit dan pertimbangkan kurangi cairan infus.
Lapor ke lingkungan setempat.
Khusus :
- IVFD RL 5 cc/kg/jam, pantau vital sign , jika stabil turunkan perlahan ke 3, 1.5
cc/jam dan jika stabil dalam 24-48 jam lepas infus
- Inj paracetamol 10-15 mg/kg/ 6 jam
4. Monitoring
- kondisi umum, nafsu makan, warning sign (muntah menetap, letargis, oligouria,
dll)
- Vital sign per 2-4 jam
- Volume urine (kalau bisa > 1 cc/kg/jam)
- Perfusi perifer
- Hb, ht, trombosit, fungsi hati, fungsi ginjal per 6 jam
SOAL 3
Anak BB 20 kg, demam hari ke 5 dengan TD 80/60 mmHg, nadi 110x/menit lemah,
akral dingin. Hasil lab: Hb 16, Ht 48%, AL 2700, AT 40.000
• Pertanyaan:
a. Diagnosis
b. Tatalaksana di UGD dalam 6 jam pertama
c. Pemeriksaan penunjang

1. Diagnosa : Demam berdarah dengue dengan syok tidak terkompensasi dd/ syok
hipovolemik
2. Tatalaksana :
Umum:
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing: berikan suplementasi oksigen
- Circulation: Pasang akses intravena dan berikan cairan RL 20 cc/kgbb habis dalam
20 menit
- Pasang monitor dan kateter urine (target vol urine > 1cc/kg/jam), Pantau vital
sign, dan tanda overload cairan, saturasi oksigen, dan balans cairan
- Tunda pemberian diet jika masih keadaan syok
- Edukasi kondisi pasien, perjalanan penyakit, komplikasi yang mungkin
Khusus:
- Posisi trendelenburg
- Jika syok tidak teratasi, segera periksakan A-B-C-S (AGDA, Ht, PT, APTT, TT, INR,
Kalsium, GDS) dan koreksi bila ada kelainan. Jika Ht meningkat, diberikan RL 20
cc/kgbb dalam 10-20 menit lalu Koloid 20 cc/kgbb dalam 10-20 menit, jika ada
tanda perdarahan atau hematokrit menurun, diberikan transfusi darah PRC 5
cc/kgbb atau WBC 10 cc/kgbb
- Jika syok teratasi, dilanjutkan dengan cairan RL 10 cc/kgbb selama 1-2 jam lalu
diturunkan secara perlajan jika kondisi baik menjadi 7 cc, 5cc, 3 cc, dan 1,5
cc/kgbb dan stop infus maksimal 48 jam setelah syok teratasi.
- Inj Paracetamol 10-15 cc/kgbb/6 jam
3. Pemeriksaan :
- Hb, Ht, trombosit serial per 6 jam
- AGDA, KDS, elektrolit, AGDA, SGOT, SGPT, fungsi koagulasi jika ada
perdarahan, IgG dan Ig M anti dengue,
- Foto thorax AP/ RLD (jika kondisi stabil)
SOAL 4
Anak laki laki 10 tahun dgn nyeri menelan, tidak demam, leher bengkak, ada beslah
putih mudah berdarah jika diangkat.
• Pertanyaan:
a. Diagnosis
b. Pemeriksaan penunjang
c. Tatalaksana komprehensif pada anak

1. Diagnosis : probable difteri dd abses retrofaring dd streptococcal tonsilitis + bull


neck
2. Pemeriksaan : DL, AGDA, Elektrolit, septic marker, swab tenggorok 2 hari berturut-
turut (pewarnaan gram, pewarnaan khusus dan kultur), foto rontgen leher dan foto
toraks, EKG serial
3. Tatalaksana :
Umum :
- Rawat isolasi hingga fase akut terlampaui atau swab tenggorok 2x negatif
- Airway : jaga patensi jalan nafas  pertimbangkan trakeotomi
- Breathing : O2 sesuai kebutuhan
- Circulation: akses intravena, cairan adekuat
- Pasang monitor, pantau VS, status neurologis, saturasi oksigen
- Nutrisi adekuat via NGT
- Edukasi kondisi
Khusus :
- ADS 100.000 IU / iv  skin test terlebih dahulu 0.1 ml ADS yang diencerkan
dengan NS 1: 1000 secara intrakutan
- Inj penicilin Procain 25.000-50.000 U/kg/im (max 1.2 juta U) selama 14 hari 
jika alergi diberikan eritromisin 40 mg/kg/ hari dibagi 4 dosis selama 14 hari
- Inj prednison 2 mg/kg/ hari selama 2 minggu  tapp off
- Vaksinasi Td setelah 1 bulan setelah infeksi teratasi
- Tatalaksana yang kontak erat dengan pasien/ tinggal serumah :
1. eritromisin 40 mg/kg/hari dibagi 4 dosis selama 7 hari
2. Biakan dari hidung dan tenggorok untuk C. difteri  jika hasil negatif 
vaksinasi difteri sesuai usia

SOAL 5
Anak usia 12 tahun, datang dengan nadi lemah, TD sempit, riwayat demam tinggi 4 hr,
BAK terakhir 7 jam yang lalu
a. Diagnosa:
b. Tatalaksana

1. Diagnosis : Demam Berdarah Dengue dengan syok terkompensasi dd syok


hipovolemik
2. Tatalaksana :
Umum
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : O2 sesuai kebutuhan
- Circulation : akses intravena dan berikan RL 20 cc/kg habis 1 jam  pantau klinis
dan tanda overload cairan
- Pasang monitor, pantau VS, status neurologis, saturasi O2, balans cairan, UOP > 1
cc/kg/jam
- Cek DL, AGDA, elektrolit, fungsi hati, fungsi ginjal, dan PT, APTT, TT jika ada
gangguan koagulasi, NS1. Foto toraks AP dan RLD bila kondisi sudah stabil
- Jika masih syok  puasakan pasien
- Edukasi kondisi
Khusus :
- Posisi trendelenburg
- Jika syok berlanjut, cek ABCS (AGDA, hematokrit, PT, TT, APTT, INR, Kalsium,
GDS) dan koreksi bila ada kelainan. Jika Ht meningkat berikan kembali RL 20
cc/kg habis 20 menit, jika berlanjut, berikan Koloid 20 ml/kg. Jika Ht menurun,
transfusi Whole blood 10 ml/kg atau PRC 5 cc/kg.
- Jika syok teratasi berikan RL 10 cc/kg habis 1-2 jam  jika stabil turunkan ke 7, 5,
3, 1.5 cc/jam dan lepas infus maksimal 48 jam setelah syok teratasi
- Inj paracetamol 10-15 mg/kg/ 6 jam/iv

SOAL 6
Kasus anak lelaki dengan mata kemerahan, batuk dan hidung sekret keputihan, timbul
bercak bercak kemerahan.
Pertanyaan:
Apa diagnosanya dan DD/nya
Tata laksananya?

1. Diagnosa : Morbili dd Roseola infantum dd Rubella dd Scarlet fever


2. Tatalaksana
Umum:
- Edukasi keluarga pada prinsip nya bersifat sembuh sendiri, minum dan nutrisi
adekuat, imunisasi sesuai jadwal sudah sehat, rawat inap bila keluhan memberat
(hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, adanya komplikasi), istirahat
cukup, jaga kebersihan, multivitamin sirup bila diperlukan, hindari kontak sama
antara pasien sama saudaranya
Khusus :
- Vitamin A sesuai umur, bila malnutrisi 1500 unit per hari
- Parasetamol 10mg/kg/kali sebanyak 4 kali sehari
- Vaksinasi MR pada keluarga kontak dalam 72 jam (usia diatas 9 bulan) bila status
imunisasi belum lengkap

SOAL 7
Anak 4 th BB 15 kg dengan demam , RR 48 x/menit. Diare 3-4 x perhari, rash
makulopapular (ada foto pasien dan foto rontgen torak).
• Pertanyaan:
a. Apakah diagnosisnya?
b. Sebutkan tatalaksananya!

1. Diagnosis : morbili dd scarlet fever dd rubella dengan komplikasi GE tanpa


dehidrasi dan bronkopneumonia
2. Tatalaksana
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : O2 sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena dan berikan cairan adekuat
- Pasang monitor, pantau vital sign, status neurologis, balans cairan dan saturasi
oksigen
- Nutrisi adekuat  jika sesak per NGT
- Cek lab DL, GDS, AGDA, elektrolit, septic marker, fungsi ginjal, foto toraks AP,
feses rutin, uji sensitivitas dan kultur sputum.
- Edukasi kondisi pasien dan perjalanan penyakit serta komplikasi,
- Jika sudah sehat, pasien diimunisasi sesuai jadwal
Khusus :
- Rawat isolasi
- Inj ampisilin 750 mg/6 jam/iv
- Ini gentamisin 120 mg/24 jam / iv
- Vit A 1 x 200.000 IU
- Inj parasetamol 150 mg/ 6 jam /iv
- Imunisasi MR untuk anak > 9 bulan yang kontak dengan penderita < 72 jam dan
belum mendapat imunisasi MR
- Tatalaksana diare : oralit 200 ml per kali mencret, zink 1x 20 mg selama 14 hari,
antibiotik selektif, edukasi menjaga makanan, nutrisi adekuat
SOAL 8
Bayi umur 8 bulan dengan riwayat demam 3 hari, demam tidak tinggi, timbul bintik
merah di muka dan dada dan teraba benjolan kecil di belakang telinga diameter 0,5
cm, tidak sakit, setelah 2 hari bintik-bintik merah menghilang, demam masih, anak
rewel, makan minum menurun
• Pertanyaan:
a. Apa kemungkinan diagnosis penyakit bayi tersebut?
b. Bagaimana penatalaksanaannya?
c. Bagaimana pencegahannya?

1. Diagnosa : rubella dd exantema subitum dd alergi obat


2. Tatalaksana :
Umum :
- Pasien dirawat isolasi, tirah baring
- Edukasi mengenai : kondisi pasien dan perjalanan penyakit serta komplikasi.
Pentingnya istirahat yang cukup, cairan adekuat dan nutrisi adekuat, bila perlu
tambahan vitamin dan mineral. Bila ada superinfeksi, berikan tambahan
antibiotik. Bila sudah sehat, imunisasi sesuai jadwal.
- Bila intake sangat kurang, nutrisi bisa diberikan per NGT, dan infus bila perlu
- Pantau vital sign dan klinis pasien
Khusus :
- Suportif : Parasetamol 10-15 mg/kg/ 6 jam
3. Pencegahan : imunisasi MR saat 9 bulan, 18 bulan dan BIAS kelas 1 SD
SOAL 9
Seorang anak laki-laki umur 6 bulan, datang berobat dengan keluhan sering demam
tidak tinggi, mata tampak putih, tidak bisa dilingling, tidak ada respon terhadap suara,
anak belum bisa tengkurap, berat badan tidak mau naik dan kalau menangis keras
kadang-kadang bibir tampak biru. Imunisasi terakhir campak pada umur 9 bulan.
Hasil penilaian:
§ Kesadaran iritabel, tampak katarak kedua mata dan didapatkan tuli perseptif
§ Ditemukan bising sistolik 2/VI pada ICS LPS, hipotonia dan gizi buruk tipe marasmik
• Pertanyaan :
a. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
b. Bagaimana penatalaksanaannya?

1. Diagnosa : Congenital rubella syndrome klinis DD Sindrome Down


2. Tatalaksana berupa penanganan organ terlibat
- edukasi kepada keluarga mengenai kondisi penyakit setelah pemeriksaan IgM,
IgG antirubella dinyatakan positif, tidak ada terapi spesifik pada infeksi tersebut.
- Konsultasi ke dokter mata mengenai katarak kongenital
- konsultasi ke THT mengenai tuli sensori neural
- Konsultasi ke konsultan jantung anak untuk penyakit jantung bawaan dan
tatalaksana bila ada tanda-tanda gagal jantung
- konsultasi ke Tumbuh kembang-pediatri sosial untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan anak
- Konsultasi ke neurologi untuk penjajakan bila ada mengarah ke mikrosefali
- Nutrisi adekuat (bila perlu via NGT)  konsultasi ke konsultan nutrisi dan
penyakit metabolik
- Imunisasi sesuai jadwal
- Konsul ke Obgyn untuk skrining pada ibu untuk kehamilan selanjutnya.
- Rencana fisioterapi bila anak sudah stabil

SOAL 10
Seorang anak laki-laki umur 7 tahun, SD kelas 2, datang berobat dengan keluhan
bengkak di kedua leher 1 hari yang lalu. Gejala disertai demam 3 hari yang lalu. Anak
mengeluhkan sakit menelan disertai batuk pilek.
• Hasil yang ditemukan:
§ Kesadaran CM, suhu 40 oC, nafas cepat, nadi cepat, dan isi cukup. Tekanan darah
110/70 mmHg
§ Teraba benjolan di kedua leher, nyeri tekan, kedua telinga terangkat
§ Status genitalia : dalam batas normal
• Pertanyaan:
a. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
b. Bagaimana penatalaksanaannya?

1. Diagnosis : parotitis epidemika dd parotitis supuratifa dd adenitis servikal dd


obstruksi duktus stensoni
2. Tatalaksana
Umum :
- Edukasi mengenai perjalanan penyakit dan komplikasi terutama radang testis
dan radang saraf. pasien bahwa penyakit ini disebabkan virus dan bersifat self-
limiting. Penting untuk istirahat yang cukup, nutrisi dan cairan adekuat, jika
sudah sehat imunisasi sesuai jadwal. Bila perlu penambahan vitamin dan mineral.
Jika ada superinfeksi dapat diberikan antibiotik.
- Kompres hangat pada daerah bengkak
- Jika kondisi memberat segera bawa ke RS
- Hindari kontak dengan sekitar
- Imunisasi MMR pada keluarga yang kontak dengan pasien bila status imunisasi
belum lengkap.
Khusus :
- Suportif dengan parasetamol 10-15 mg/kg/6 jam dan cetirizine 1x 10mg
- Prednison 1-2 mg/kg selama 2 hari untuk mencegah orkitis

SOAL 11
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun 6 bulan, datang berobat dengan keluhan demam
5 hari, demam makin hari makin tinggi disertai menggigil. Anak juga mengeluh mual
dan muntah. Pada satu hari sebelum dirawat keadaan anak makin lemah, lebih banyak
tidur, dan kejang. Ada riwayat bepergian ke daerah endemis malaria satu bulan
sebelumnya, tinggal selama 1 minggu
• Hasil penilaian yang ditemukan
§ Kesadaran somnolen, suhu 40 C, nafas cepat dan dalam, nadi cepat, isi cukup,
tekanan darah 110/70 mmHg
§ Rangsang meningeal tidak ditemukan
§ Anemis
• Pertanyaan:
a. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
b. Bagaimana penatalaksanaannya?

1. Diagnosis : malaria serebral dd ensefalopati dengue dd ensefalopati tifoid +


anemia hemolitik dd anemia perdarahan
2. Tatalaksana
Umum
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : O2 sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena dan restriksi cairan  awasi tanda syok
- Pasang monitor, pantau Vital Sign, status neurologis, saturasi oksigen, balans
cairan
- Cek lab DL, GDS, AGDA, elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati, apusan darah tebal
dan tipis, anti HIV, HbsAg, anti HCV, foto toraks, urinalisis, EKG dan analsis CSF
sesuai indikasi
- Nutrisi adekuat via NGT, kateter urine
- Edukasi kondisi pasien dan prognosis
- Pasien dirawat PICU
Khusus :

- Elevasi kepala 30 derajat


- Artesunat 2.4 mg/ kg/iv sebanyak 3 x (1,12 , 24 jam), dilanjutkan Artesunat 2.4
mg/ kg/24 jam hingga pasien mau minum. Jika pasien sudah mau minum, ganti
pengobatan dengan DHP atau ACT 3 hari + primakuin sesuai jenis plasmodium
- Parasetamol 10-15 mg/kg/6 jam
- Inj Dexamethasone 0.6 mg/kg/ hari dibagi 4 dosis
- Inj fenitoin jika kejang
- Atasi asidosis metabolik atau gangguan elektrolit
- Jika ada tanda peningkatan TIK dapat ditambahkan dengan manitol 0.5-1 gr/kg
(via CVC) atau inj furosemide 1 mg/kg/12 jam iv
- Transfusi PRC jika Hb < 7 gr/dl
- Pemeriksaan mikroskopis parasit pada hari 3, 7, 14, 21,28

SOAL 12
Pasien usia 4 tahun dengan BB 15 kg, datang dengan keluhan kaku seluruh tubuh,
tidak bisa makan. Telinga pasien keluar cairan purulent, demam (+). (Terdapat gambar
anak kaku (epistotonus)
• Pertanyaan:
a. Apa diagnosis kerja pada pasien ini?
b. Sebutkan tatalaksana pasien ini?
c. Bila hendak diberikan imunisasi DPT, jenis imunisasi apa dan kapan diberikan?
1. Diagnosa : Generalized tetanus + sangkaan OMSK
2. Tatalaksana:
Umum:
- Berantas kejang dengan diazepam 10 mg rektal atau injeksi (maks 2 kali)
- Airway : amankan jalan nafas, intubasi atau trakeostomi bila indikasi
- Breathing: berikan oksigen secukupnya
- Circulation: pasang akses intravena, cairan maintenance
- Pasang monitor, saturasi oksigen, NGT , vital sign
- Nutrisi adekuat melalui NGT
- Bersihkan sumber luka
- Edukasi kondisi pasien
Khusus:

- Rawat isolasi
- Pemberian ATS 100000 IU dibagi menjadi 50000 IU diberikan IM dan 50000 IU
diberikan IV drip
- Imunisasi TT di paha/daerah yang lain secara intramuscular
- Inj Metronidazole Loading dose 15mg/kg dilanjutkan MD 30 mg/kg/hari dibagi 6
dosis selama 7-10 hari
- Injeksi diazepam 0,1-0,2mg/kg diberikan 2-4 jam kemudian dilanjutkan Inj
maintenance Diazepam 8 mg/kg/hari dibagi 6-8 dosis selama 7 hari kemudian
dosis diturunkan perlahan
- Konsul THT dengan OMSK
- Konsul rehab medik bila kondisi sudah stabil
c. Jenis Pentabio 1 bulan setelah sembuh

SOAL 13
Seorang anak 15 bulan 6 kg datang dengan klinis gizi buruk, diare lama dan tidak
sembuh. Ibu pasien meninggal karena batuk lama.
 
• Pertanyaan:
a. Apakah penyakit mendasar yang mnyebabkan semua kelainan tersebut di atas
b. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit yang sesuai dengan item pertanyaan “a”?
c. Bagaimana terapi penyakit mendasar tersebut?
d. Bagaimana resep OAT-yang diberikan?
1. Diagnosa : Presumtiv HIV + sangkaan TB paru
2. Pemeriksaan: PCR RNA/DNA HIV dan serologi anti HIV, foto toraks, mantoux test,
cek lab DL, LED, fungsi hati,fungsi ginjal, TCM sputum
3. Terapi : Zidovudin + Lamivudin + Lopinavir/ ritonavir + OAT
4. Resep :

Dr. Irene
SIP : 124855785
Tgl : 21 feb 2021

R/ isoniazid tab 60 mg
Mf la pulv dtd no XXX
S1 dd pulv I a.c
--------------------------------paraf
R/ rifampisin tab 60 mg
Mf la pulv dtd no XXX
S1 dd pulv I a.c
------------------------------paraf
R/ Pirazinamid tab 90 mg
Mf la pulv dtd no XXX
S1 dd pulv I a.c
----------------------------paraf
R/ Vitamin B6 tab 10 mg
Mf la pulv dtd No XXX
S1 dd pulv I p.c
----------------------------paraf

Pro : X, 15 bulan, 6 kg

SOAL 14
Seorang anak, datang dengan kesadaran somnolen. Kurang lebih 3 hari yang lalu
pasien mengalami lesi di kulit, gatal saat digaruk, dan demam tinggi. Oleh karenanya
pasien dirawat selama 3 hari. Pada pemeriksaan didapatkan terdapat luka diseluruh
tubuh, demam sampai suhu 39 0C, ada hepatomegali. Pemeriksaan lab: Hb 8, platelet
100.000, CRP 3000. Telah diberikan antibiotic ampisilin sulbactam selama 3 hari. Hasil
pemeriksaan kultur: Staphylococcus Aureus
• Uji sensitivitas: Sensitif: Vancomycin, Linezolide, Kotrimoxzasole.
• Pertanyaan
a. Apa diagnosis pasien ini?
b. Apa pilihan antibiotika intravena yang tepat pada pasien in?
c. Berapa lama akan diberikan antibiotik?
d. Apakah antibiotika bisa diganti ke oral? Jika bisa, apa pilihannya?

1. Diagnosis : penurunan kesadaran ec sepsis ec staphylococcus aureus dd


ensefalitis bacterial + Staphylococcus Scalded Skin Syndrome + bisitopenia ec
sepsis
2. Terapi : Inj vancomycin 50 mg/ kg / hari dibagi 3 dosis
3. Diberikan selama 7 hari kemudian dievaluasi klinis dan kultur ulang kembali
setelah 7 hari
4. Bisa dengan obat kotrimoksazole oral , dosis :

SOAL 15
Anak usia 15 tahun 38 kg datang dengan keluhan demam 3 hari, mual, nyeri kepala,
dan mimisan. Dari pemeriksaan fisis dalam batas normal. Pemeriksaan lab Hb 12, AL
2rb, AT 98rb, Hct 36%.
• Pertanyaan
a. Diagnosis?
b. Bagaimana tatalaksana pasien?

1. Diagnosa : Demam dengue dengan perdarahan DD Infeksi saluran kemih DD


Infeksi saluran nafas atas
2. Tatalaksana:
Umum:
- Cek DL, NS-1, elektrolit, KGD
- Rawat jalan bila pasien ada yang menjaga di rumah dan jarak ke rumah sakit
dekat
- Edukasi pada prinsip nya penyakit akan sembuh sendiri, cukup cairan dengan
minum seperti oralit, ataupun jus serta istirahat yang cukup dan pantau BAK per
4-6 jam
- Kompres dingin pada hidung bila ada mimisan
- Hindari obat seperti Aspirin, ibuprofen
- Kompres hangat
- Jelasin ke orang tua pantau tanda-tanda seperti muntah persisten, nyeri perut
hebat, penurunan kesadaran, sesak nafas, demam sudah turun namun klinis
tidak membaik, nafsu makan yang tidak ada, perdarahan banyak (mimisan atau
BAB hitam), maka segera ke rumah sakit
Khusus :
- Berikan parasetamol 4 x 500 mg bila demam
- Monitor cek darah Hb Hematokrit Trombosit per hari

SOAL 16
Ana, perempuan, 5 tahun, BB 20 kg, datang ke IGD dengan demam tinggi sejak 3
hari disertai banyak koreng di seluruh tubuh. Pasien somnolen, FN 150x/menit,
regular, isi cukup, demam 39c, TD 100/79 mmHg. Pemeriksaan jantung dan paru
dalam batas normal, abdomen terdapat hepatomegaly dan pada kulit terdapat lesi
multiple di seluruh tubuh seperti krsuta dan ekskoriasi. Laboratorium Hb 9 g/dL,
leukosit 35.000/uL, trombosit 100.000/uL. Pasien dirawat dan diberikan antibiotic
ampisilin sulbactam 100 mg/iv tiap 6 jam. Pada hari ketiga perawatan masih
terdapat demam dan didapatkan hasil kultur darah adalah sebagai berikut: 
a. Tuliskan diagnosis pasien ini
b. Tuliskan interpretasi hasil kultur darah dan sensitivitasnya
c. Tuliskan terapi antibiotic pilihan pertama yang akan diberikan berserta rute,
durasi, jenis pemberian, dosis dan frekuensi

Mikroorganisme:  
Staphylococcus aureus

Ampicilin: R Vancomic
in: S

Cefazolin: R Cefotaxi
me: R

Levofloxacin: S Tygecycli
ne: S

Clindamicin: S Erithromi
cin: R

Gentamicin: S Oxacyclin
e: R

Penicilin G: R Rifampisi
n: R

Trimetroprim/  
sulfametoxazole: R
1. Diagnosis : penurunan kesadaran ec sepsis ec staphylococcus aureus dd
ensefalitis bacterial + Staphylococcus Scalded Skin Syndrome + bisitopenia ec
sepsis
2. Interpretasi hasil : MRSA, sensitif dengan levofloxacin, Clindamicin, Gentamicin,
Vancomycin, Tigecyclin
3. Inj Vancomycin selama 7 hari, intravena drips, 50 mg/kg/ hari dibagi 3 dosis

SOAL 17
Ina, perempuan, usia 1 tahun 9 bulan, datang ke poli dengan demam dan sesak napas,
disertai BAB cair 5 kali sehari, konsistensi lembek tanpa lendir dan darah. Saat ini
pasien malas minum. Pasien sering diasuh oleh nenek yang tinggal serumah. Saat ini
nenek sakit demam dan sesak, juga sedang di bawa ke poli penyakit dalam untuk
dilakukan pemeriksaan.
 Pemeriksaa fisis :
Kompos mentis, tidak sianosis, nadi 130x/menit, RR 66x/menit, suhu 38,5C, SatO 2 88%
(udara kamar)
Kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan lidah masih basah. Tampak nasal flare,
retraksi costae (+), dan terdengar crackles saat auskultasi.
Abdomen datar, lembur, turgor kembali cepat, bising usus meningkat.
 Pemeriksaan Penunjang :
Hb 9,3 g/dL, Ht 32,6%, leukosit 3.300/mm 3 , trombosit 329.000/mm3
Hitung jenis B/E/N.batang/N.segmen/L/M (%): 0/0/10/72/8/10
 
Intruksi
a. Tuliskan diagnosis kerja secara lengkap dan klasifikasi penyakit menurut IDAI!
b. Tuliskan rencana pemeriksaan untuk mengkonfirmasi etiologi!
c. Tuliskan nama sindrom pasca infeksi dan 3 manifestasi yang menyokong sindroma
tersebut!
1. Diagnosa : Probable COVID-19 + Bronkopneumonia+ GE akut tanpa dehidrasi +
Anemia ec Infeksi
2. Klasifikasi berdasarkan diagnosis : Probable ; berdasarkan klinis : gejala berat
3. MISC (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children), dengan manifestasi
demam, gejala Gastrointestinal dan kemungkinan besar kontak dengan pasien Covid-
19.
Soal 18.

Ina, perempuan, usia 1 tahun 9 bulan, dating ke poli dengan demam dan sesak napas, disertai BAB
cair 5 kali sehari, konsistensi lembek tanpa lender dan darah. Saat ini pasien malas minum. Pasien
sering diasuh oleh nenek yang tinggal serumah. Saat ini nenek sakit demam dan sesak, juga sedang
di bawa ke poli penyakit dalam untuk dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan fisis :

Kompos mentis, tidak sianosis, nadi 130x/menit, RR 66x/menit, suhu 38,5C, SatO 2 88% (udara kamar)

Kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan lidah masih basah. Tampak nasal flare, retraksi costae
(+), dan terdengar crackles saat auskultasi.

Abdomen datar, lembur, turgor kembali cepat, bising usus meningkat.


Pemeriksaan Penunjang :

Hb 9,3 g/dL, Ht 32,6%, leukosit 3.300/mm 3, trombosit 329.000/mm3

Hitung jenis basofil/eosinofil/neutrofilbatang/neutrofilsegmen/limposit/monosit (%):


0/0/10/72/8/10

Intruksi

1. Tuliskan diagnosis kerja secara lengkap dan klasifikasi penyakit menurut IDAI!
Probable COVID-19 dengan gejala berat + diare akut tanpa dehidrasi + anemia ec infeksi

2. Tuliskan rencana pemeriksaan untuk mengkonfirmasi etiologi!


RT-PCR swab SAR CoV-2
3. Tuliskan nama sindrom pascainfeksi dan 3 manifestasi yang menyokong sindroma tersebut!
Multisystem inflammatory syndrome in children
3 manifestasi : Demam >= 3 hari, disertai 2 dari gejela :
- Ruam/konjungtivitis bilateral non purulenta/tanda inflamasi mukokutaneus pada mulut,
tangan, kaki
- Hipotensi/syok
- Gambaran disfungsi miokardium, perikarditis, vaskulitis, abnormalitas koroner (kelainan
echo, troponin meningkat, NT-proBNP meningkat)
- Bukti adanya koagulopati
- Gejala GI tract akut

Dan

Marker inflamasi meningkat (LED, CRP atau procalcitonin)

Dan

Tidak ada penyebab keterlibatan infeksi bakterii yang menyebabkan inflamasi (sepsis
bakteri, sindrom syok karena stafilokokkus/streptokokkus)

Dan
Terdapat bukti Covid-19 (RT-PCR, positif tes antigen/positif serologi/kemungkinan besar
kontak dengan pasien Covid-19)

Respon 3
1. Diagnosis :
Staphylococcus scalded skin syndrome
2. Interpretasi hasil kultur darah dan sensitivitasnya
Dijumpai pertumbuhan kuman Staphyloccus aureus yang MRSA dan sensitif dengan
vancomycin, levofloxacin, tigecycline, clindamisin, gentamisin
3. Terapi antibiotik pilihan pertama
Vancomycin 300 mg/8 jam/IV yang diencerkan dalam 100 ml NaCl 0,9% habis dalam 1 jam

ENDOKRIN

SOAL 1
1. Diagnosis : ketoasidosis diabetikum berat dengan dehidrasi sedang + DM tipe 1 dd
DM tipe 2
2. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena double line dan evaluasi derajat dehidrasi
- Pasang monitor (EKG) dan pasien puasa hingga KAD teratasi

Khusus :
- Jumlah Kebutuhan cairan 48 jam :
1. Derajat dehidrasi sedang 6%
2. Defisit cairan 6% x 20 x 1000 = 1200 cc
3. HS 48 jam = 3000 cc
4. Kebutuhan cairan hidrasi 48 jam = 4200 cc
- Gunakan two bags system dengan NaCl 0.9% + 20 mEq KCL (Bag 1) dan D10% +
20 mEq KCL (Bag 2) drips sesuai GDS per jam
- Setelah 1 jam pemberian cairan, masukkan insulin drips 0.05-0.1 U/kg/jam = 1
U/jam = 1 cc/jam
- Pemberian antibiotik jika dijumpai tanda infeksi dan kultur darah
3. Monitoring :
- Pantau vital sign (termasuk tanda edema serebri), status neurologis, GDS dan
balans per jam
- Pantau elektrolit dan AGD per 4-6 jam
- Target penurunan GDS maksimal 75-100 mg/dl / jam dan keton negatif
- pemantauan BB dan pasien dirawat diruang intensif
SOAL 2
1. TPG = 165+ 150+ 13/2 + 8.5 = 155.5-172.5 cm
2. Diagnosis : sangkaan hipotiroid kongenital
3. Pemeriksaan :
- Darah lengkap, GDS, fungsi tiroid (T4 bebas dan TSH  T4 menurun dan TSH
meningkat)
- Bone age terlambat
- USG tiroid
- Skintigrafi tiroid
4. Tatalaksana :
Umum : konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyebab,
perjalanan penyakit, dan komplikasi. Menekankan pentingnya minum obat teratur
sesuai jadwal, tidak putus obat atau mengganti dosis, serta kontrol rutin untuk
pemantauan klinis, tumbuh kembang, BB dan imunisasi. Pemeriksaan IQ dan fungsi
pendengaran jika anak sudah sekolah.
Khusus : Levotiroksin 1x 100 mcg per oral (diberikan pada waktu yang sama setiap
hari)

NB: sedian Levotiroksin 50 dan 100 mcg

SOAL 3
1. Diagnosis : Hipertiroid dd Penyakit Grave
2. Kriteria :
- Anamnesis : pembesaran kelenjar di leher, jantung berdebar-debar, sulit tidur,
tangan bergetar (tremor), sering BAB, nafsu makan meningkat, BB menurun,
hiperaktivitas, tidak tahan panas
- Pemeriksaan fisik : dijumpai exoftalmus, goiter, palpitasi, tremor
3. Pemeriksaan penunjang :
- Darah lengkap, GDS, profil tiroid (T4 bebas dan TSH  peningkatan fT4 dan
penurunan TSH)
- Bone age  advanced
- Trab  spesifik untuk Penyakit Grave
- USG tiroid
- EKG
4. Tatalaksana :
Umum : edukasi dan konseling mengenai penyebab dan perjalanan penyakit, serta
komplikasi. Menekankan pentingnya minum obat teratur sesuai jadwal dan tidak
putus obat atau mengganti dosis. Kontrol rutin untuk memantau klinis, tumbuh
kembang, dan imunisasi.
Khusus :
- Methimazole 0.2-0.5 mg/kg/ hari dibagi 2 dosis
- Propiltiourasil (PTU) 5-7 mg/kg/hari dibagi 3 dosis  alternatif bila tidak tersedia
methimazole
- Jika denyut jantung > 100 kali/mnt dapat ditambahkan antagonis beta adrenergik
: propanolol 0.5-2 mg/kg/ hari, dibagi 3 dosis
- Jika tidak respon dengan pengobatan, pertimbangkan Pembedahan
(tiroidektomi)

SOAL 4
1. Diagnosis : Syok hipovolemik et causa Ketoasidosis Diabetikum Sedang + DM tipe 1
dd DM tipe 2
2. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena double line dan evaluasi derajat dehidrasi
- Pasang monitor (EKG) dan pasien puasa hingga KAD teratasi
Khusus :
- Loading cairan NS 4400 cc habis secepatnya
- Berikan rehidrasi 48 jam dengan kebutuhan :
1. Derajat dehidrasi berat 9%
2. Defisit cairan 9% x 22x 1000 = 1980 cc
3. HS 48 jam = 3080
4. Kebutuhan 48 jam = 5060 cc
- Dengan two bags system gunakan Nacl 0.9% + 20meq kcl (Bag1 ) dan D10% + 20
meq kcl (Bag2) drips sesuai GDS per jam
- Setelah 1 jam masuk cairan berikan insulin drips 0.05-0.1 IU/kg/ jam = 1.1 cc/ jam
- Berikan antibiotik jika terdapat tanda infeksi dan kultur darah
3. Monitoring :
- Vital sign (edema serebri), GDS, status neurologis balans per jam
- Cek elektrolit, AGD per 4-6 jam
- Pantau penurunan GDS maksimal 75-100 mg/dl/ jam dan keton hingga negatif
- Pantau BB dan Rawat ruang intensif

SOAL 5
1. PTG : 146.5 – 163,5 cm
2. Diagnosis : pubertas prekoks
3. Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap, LH dan FSH basal, estradiol, bone age
Jika kadar LH basal > 0.6 mIU/mL  diagnosis MRI kepala
Jika kadar LH basal < 0.6 mIU/mL  lakukan stimulus GnRH, jika LH > 4-5 atau ratio
LH/FSH > 1  pubertas prekoks sentral, lakukan MRI kepala ; jika LH < 4-5 atau ratio
LH/FSH < 1  pubertas prekoks perifer, lakukan USG abdomen dan pelvis,
kemungkinan Sindrom McCune Albright, kista ovarium, tumor sintesis hormon
steroid.

SOAL 6
1. PTG : 146.5 – 163,5 cm
2. Diagnosis : pubertas prekoks
3. Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap, LH dan FSH basal, testosteron, bone age
- Jika kadar LH basal ≥ 0,3 mIU/ml + pembesaran testis bilateral + peningkatan
testosterone  MRI kepala untuk menegakkan pubertas prekok sentral
- Jika kadar LH basal < 0,3 + pembesaran testis bilateral + peningkatan
testosterone  uji stimulasi GnRH, dan bila kadar LH basal > 5-8 atau rasio
LH/FSH >1, pubertas prekok sentral dan lakukan MRI kepala; Jika kadar LH <5-8,
pubertas prekok perifer dan diperlukan pemeriksaan USG abdomen dan pelvis.
Kemungkinan bisa mengarah ke tumor testis (pembesaran unilateral), Beta HcG
secreting tumor (Beta HcG tinggi), Tumor adrenal (17-OHP normal), Congenital
adrenal hyperplasia (peningkatan 17-OHP)

SOAL 7
1. Diagnosis : Pubertas terlambat (delayed puberty)
2. Kriteria diagnosis :
- Anamnesis : Riwayat keluarga pubertas terlambat, penyakit kronik, kriptokirmus,
riwayat pengobatan.
- Pemeriksaan fisik: laju pertumbuhan, skala tanner, volume testis
- Pemeriksaan penunjang: bone age, serum basal LH dan FSH, IGF-1, ft4, TSH,
testosterone/estrogen
- Bila LH dan FSH normal atau rendah dan laju pertumbuhan tingkat prepubertal :
curiga Defisiensi GnRH atau CDGP
- Bila laju pertumbuhan dibawah prepubertal: curiga hipogonadotropik hipogonad
(penyakit kronik dan anoreksia)
- Bila ada peningkatan FSH, hipergonadotropik hipogonad  penjajakan lebih
lanjut

HEMATOONKOLOGI
SOAL 1
Anak perempuan usia 8 tahun, datang dengan keluhan batuk-pilek oleh ibunya sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Saat datang, anak sadar penuh, terlihat pucat, tampak
kurus, tetapi abdomen terlihat distensi, tampak kuning pada mata. Menurut ibu pasien,
sejak kecil, pasien sudah terlihat seperti itu. pasien pernah mendapat tranfusi 1 tahun
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan facies cooley (+), sclera ikterik, konjuntiva
anemis, hepar teraba 3 jari di bawah arkus costae tepi tumpul. Limpa schuffner 5. BB
pasien 15 kg dan TB 119 cm. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 5 g/dL, MCV 50, MCH
20 MCHC 25. Leukosit dan trombosit normal. 
a. Sebutkan hasil anamnesis yang diperlukan untuk menunjang diagnosis!
b. Sebutkan hasil pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menunjang diagnosis!
c. Pemeriksaan penunjang apa yang direncanakan?
d. Apakah rencana tatalaksana untuk pasien ini dengan Hb 5gr/dL, sebutkan dengan
lengkap jenis transfusi yang akan diberikan, target perbaikan, dan jelaskan
prosedurnya secara rinci?
e. Selain pemantauan efek samping pengobatan, sebutkan kapan saja pasien
memerlukan pemantauan (kontrol) rutin?

1. Anamnesis :
- Pucat lama, riw perdarahan
- Kuning
- Mudah infeksi
- Perut membesar
- Pertumbuhan / pubertas terlambat
- Riw transfusi berulang
- Riw talasemia di keluarga
2. Pem fisik :
- Anemia
- Ikterik
- Facies cooley
- Hepatosplenomegali
- Hiperpigmentasi kulit
- Perawakan pendek
- Gizi kurang/buruk
- Pubertas terlambat
3. Penunjang : darah lengkap, indeks eritrosit, morfologi darah tepi, hb elektroforesa,
analisis DNA
4. Rencana : transfusi PRC rendah leukosit dan medikamentosa seperti asam folat, vit E
Prosedur :

- Informed consent : manfaat dan risiko transfusi


- Hitung jumlah kebutuhan transfusi target Hb 10 = 300 cc
- Kemampuan transfusi 75 cc/ kali transfusi (2-5 ml/kg/kali). Kecepatan 30 cc / jam
(2 ml/kg/jam)
- Cocokkan darah (gol darah, Rhesus) dengan identitas resepien : nama, tanggal
kadaluarsa, nomor bag darah
- Lama transfusi 30 mnt-4 jam
- Catatan lain : waktu mulai dan selesai transfusi, volume darah, produk darah dan
reaksi transfusi, vital sign selama transfusi
5. Pemantauan :
- Sebelum transfusi : DL, fungsi hati
- 3 bulan : pertumbuhan : BB, TB
- 6 bulan : feritin
- 1 tahun : tumbuh kembang, fungsi endokrin, fungsi jantung, serum besi dan
feritin, fungsi visual dan pendengaran, serta serologi virus.
Konseling genetik

SOAL 2
Anak perempuan berusia satu bulan dibawa bidan ke IGD. Dari anamnesis bayi ini
dilakukan tindik pada telinga kanan dan kiri, ternyata perdarahan dari kedua telinga tidak
berhenti berhenti. Anting tidak terpasang. Riwayat kelahiran: anak lahir di bidan, spontan,
langsung menangis, riwayat ketuban pecah sebelum waktunya tidak ada. Saat tiba di IGD
bayi ku nya baik, tidak pucat, aktif, vital sign dalam batas normal. Dari kedua telinga terus
mengalir darah.
Pertanyaan:
a. Apa diagnosis pasien ini?
b. Tuliskan pemeriksaan lab apa saja yang diperlukan
c. Tatalaksana pada pasien ini

1. Diagnosis : sangkaan von Willebrand disease dd acquired Prothrombin Complex


Deficiency tipe lambat
2. Pemeriksaan : DL, APTT, TT, PT, INR, faktor von Willebrand, faktor VIII, Clotting time,
Bleeding time.
3. Tatalaksana :
Umum :
- RICE :
a. Rest = istirahatkan
b. Ice = letakkan es pada sumber perdarahan
c. Compression = penekanan sumber perdarahan dengan kasa steril
d. Elevation = jaga posisi kepala tetap diatas
- edukasi keluarga mengenai kemungkinan penyebab dan perjalanan penyakit dan
prognosis
Khusus :
- pemberian faktor von Willebrand (jika ada), dan Cryopresipitat 10-15 ml/kgBB
- Desmopresin : 0.3 mg/kg (maksimal 20 mg) dalam 50 ml larutan saline per drips
SOAL 3
Anak usia 2 tahun, muncul bintik-bintik merah di wajah dan ekstremitas sejak 2 hari
yang lalu. Tidak demam. Tampak pucat, anak sehat dan tidak ada keluhan sebelumnya.
Pemeriksaan fisik: normal (ada foto ptekie di kaki). Hasil laboratorium: Hb: 9,3, AL:
11.000, AT: 19.000, MCV, MCH, MCHC menurun.
1. Pertanyaan:
a. Anamnesis apa lagi yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis?
b. Diagnosis kerja?
c. Tatalaksana.

1. anamnesis : (infeksi virus, pucat sebelumnya, imunisasi vaksin hidup, konsumsi


obat, keluarga menderita hal sama)
- riwayat batuk pilek sebelumnya
- riwayat pucat sebelumnya dan tanda perdarahan lainnya.
- riwayat keluarga menderita hal yang sama
- riwayat imunisasi hidup seperti varicella, measles, rubella beberapa
minggu sebelumnya
- riwayat konsumsi obat, riawayat demam
2. Diagnosis kerja: Immune trombositopenia purpura + Sangk anemia defesiensi
besi
3. Tatalaksana
Umum:
- Airway: amankan jalan nafas
- breathing: pemberian oksigen bila perlu
- Circulation: memasang akses intravena
- edukasi kepada keluarga bawah pada umumnya penyakit tersebut
bersifat perbaikan sendiri yang pada umumnya sekitar 4 minggu sampai 6
bulan, terapi prednison diberi pada kondisi tertentu, dan pantau tanda
tanda perdarahan, bila ada segera bawa ke rumah sakit, menghindari
obat mengganggu pembekuan darah, kemudian edukasi diet tinggi besi
seperti daging merah, minum jus, mengurangi susu sapi segar dan teh
Khusus:

- Rawat inap
- Berikan prednisone 2 mg/kg/hari dibagi 3 dosis selama 2 minggu dan
dipantau kenaikan nilai trombosit, bila respon, maka dosis diturunkan
perlahan
- untuk saat ini tidak ada indikasi pemberian transfusi trombosit.
- Jajaki penyebab pucat seperti pemeriksaan profil besi
- pemberian zat besi elemental 4-6mg/kg/hari selama 1 bulan dan dipantau
kenaikan nilai Hb 2gr/dL per bulan. bila respon, maka dosis besi
dilanjutkan sampai 2 bulan setelah nilai hemoglobin kembali normal.

SOAL 4
Anak datang dengan pucat, terdapat mimisan dan lebam-lebam di kulit, ada riwayat
demam, gizi kurang. Pemeriksaan fisis: suhu: 39 C
ͦ , hepatosplenomegali. Laboratorium:
GDT: gambaran sel blast. Terdapat anemia (Hb 7,8), trombositopenia (5000), dan
hiperleukositosis (100.000). Hitung jenis dominan limfosit dan sel blast 40%
1. Pertanyaan:
a. Sebutkan diagnosanya
b. Tindakan apa yang dilakukan di IGD
c. Komplikasi

1. Diagnosis : hiperleukositosis ec sangkaan ALL dd AML + gizi kurang


2. Tindakan :
Umum :

- Airway : jaga patensi jalan nafas


- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena guna rehidrasi cairan sambil pantau ketat
vital sign, status neurologis dan balans cairan.
- Pasang monitor dan kateter urine
- Cek lab : DL, analisa gas darah, elektrolit (Na, K, Mg, Cal, Pospat), asam urat dan
urinalisis per 6 jam. Cek PT, TT, APTT, INR, fibrinogen, D-dimer
- Jika ada tanda AKI  cek fungsi ginjal
- Nutrisi adekuat berdasarkan RDA x BBI
- Edukasi kondisi pasien
Khusus :

- Hidrasi dengan D5% NaCl 0.225% 1 ½ - 2 kali kebutuhan rumatan  hati hati
overload cairan
- Alkalinisasi dengan Natrium Bikarbonat 25 meq dalam 500 cc dalam cairan
hidrasi untuk mempertahankan pH urine 7.5
- Alupurinol 10 mg/kg/ hari dibagi 3 dosis
- Transfusi trombosit 10 ml/kg ; tidak indikasi transfusi PRC
- Parasetamol 10-15 mg/kg/kali beri.

3. Komplikasi : sindrom leukostasis dan tumor lisis syndrome


SOAL 5
Ada kertas konsul dari TS dokter umum mengenai anak pucat 2 tahun (pasien
♂, 2 tahun, BB : 10 kg, Hb 7.2 g/dL, Ht 29%, MCV 69 fl, MCH 21 pg/cell, SI 10
μg/dL, TIBC 500 μg/dL. takikardi, ada murmur disemua katup, riwayat makan:
anak tidak mau makan hanya minum susu formula. Tulis jawaban konsul.
Ada kertas konsul dari TS dokter umum mengenai anak pucat 2 tahun (pasien
♂, 2 tahun, BB : 10 kg, Hb 7.2 g/dL, Ht 29%, MCV 69 fl, MCH 21 pg/cell, SI 10
μg/dL, TIBC 500 μg/dL. takikardi, ada murmur disemua katup, riwayat makan:
anak tidak mau makan hanya minum susu formula. Tulis jawaban konsul.

Kepada Yth. Medan, 21 feb 2021

Dr. X

Di tempat

Dengan hormat,

Terima kasih atas konsulan pasien an. X. dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, kami diagnosis pasien dengan anemia defisiensi besi + penyakit
jantung anemia. Kami berikan terapi sulfas ferosus 1x 300 mg. setelah 1 bulan pemakaian
pengobatan, harap dilakukan pengecekan Hb untuk melihat respon. Jika kenaikan Hb > 2
gr/dl , lanjutkan terapi 2-3 bulan. Jika Hb tidak naik, jajaki penyebab lain. Belum ada indikasi
transfusi pada pasien.

Kami sarankan untuk meningkatkan konsumsi makanan seperti daging merah, hati, sayur
dan jus buah. Dan konsumsi vitamin C seperti jeruk apel, serta kurangi makanan yang
menghambat penyerapan besi seperti teh, dan bahan makanan yang mengandung fosfat
dan fitat. Hindari minum susu formula terlalu banyak. Penilaian kondisi jantung stelah
kondisi Hb membaik, dan jika dijumpai gejala gagal jantung mohon rujuk untuk evaluasi
lebih lanjut. Terima kasih atas kerjasamanya.
Hormat saya,

Dr irene

SOAL 6
Anak lelaki 2 minggu yll cabut gigi dan terjadi perdarahan gusi lama. Setelah ditekan,
perdarahan berhenti. 2 jam sebelum ke RS. Tiba-tiba gusi kembali berdarah dan tidak mau
berhenti. Sewaktu kecil, pasien sering mengalami lebam-lebam.
• Pertanyaan:
a. Diagnosa kerja
b. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan
c. Sementara ini apa yg anda lakukan untuk mengatasi perdarahannya.

1. Diagnosa : Sangkaan Hemofilia A


2. Pemeriksaan : darah lengkap, aPTT, PT, TT, INR, Clotting time, Bleeding time, FVIII, FIX,
3. Talataksana:
Umum :
- Rest: istirahatkan pasien
- Ice: letakkan es dingin di bagian gusi/ kumur air dingin
- Compress: kompres dengan tampon
- Elevation: posisi kepala tegak
- Konseling genetik
Khusus:

- Persiapan Transfusi PRC bila Hb <7 gr/dL


- Injeksi Asam traneksamat 25 mg/kg/kali bisa diberikan 2-3 kali sehari selama 5
hari
- Transfusi FFP 10 ml per kg bila perdarahan sulit berhenti
SOAL 7
Buat 10 poin lanjutan anamnesa pada pasien dgn keluhan lesu dan lemah
perempuan usia 6 thn tanpa demam!

Sebutkan 5 DD nya!

1. Anamnesa :
- Sejak kapan pucat
- Apakah terdapat tanda-tanda perdarahan
- Gejala penyerta lainnya
- Apakah ada riwayat kuning
- Apakah ada Pembesaran organ
- Riw makanan/minuman (intake) , termasuk perilaku makan
- Riw mengonsumsi obat-obatan atau transfusi sebelumnya
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riw bengkak atau lebam tiba-tiba
- Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan riwayat aktivitas

2. Diagnosa banding
- Anemia defisiensi besi
- Anemia penyakit kronis
- Talasemia
- Gizi buruk
- Anemia aplastik
- Gagal jantung

SOAL 8
Jawablah surat konsultasi berikut ini!
Kepada Yth
Dr Yose SpA
Di tempat
Dengan hormat,
Mohon konsul pasien An M, lelaki, 3 bulan, ASI ekslusif, direncanakan untuk dilakukan
operasi labioschizis. Riwayat perdarahan dalam keluarga (-). Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan Hb 9.3 g/dl, AL 8.300/mm3, AT 232.000/mm3, MCV, MCH,MCHC dbn, PT dan
APTT dbn. Foto toraks kesan normal.
• Terima kasih,
 
• Dr Yulia Emma S

Kepada Yth. Medan, 21 Februari 2021

Dr. Yulia Emma S

Di tempat

Dengan hormat,
Terima kasih atas konsulan pasien an M. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang , kami diagnosa pasien dengan anemia fisiologis, yang sering
dijumpai pada anak yang mengonsumsi ASI. Ibu diharapkan tetap mengonsumsi nutrisi
yang adekuat. ASI eksklusif tetap dilanjutkan hingga usia 6 bulan. Namun, untuk keperluan
operasi labioschizis, diharapkan minimal Hb 10 gr/ dl, sehingga saya anjurkan untuk
transfusi PRC Hb target 10 gr/dl; durante atau pra operasi. Setelah selesai transfusi, cek
kembali kadar Hb.

Jika ada masalah atau hal yang ingin ditanyakan, dapat konsul ulang kembali. Atas
kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Dr. Yose Sp.A

Soal 9
Anak 3 tahun, BB = 14 kg, jatuh saat bermain sepeda, darah susah berhenti.
Pertanyaan:
a. Anamnesis apa yang dapat ditanyakan?
b. Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan?
c. Didapatkan defisiensi faktor VIII 5%, terapi apa yang akan diberikan?

1. Anamnesis:
- perdarahan sudah berapa lama, kira-kira berapa banyak volume
- apakah ada perdarahan sukar berhenti sebelumnya, lebam-lebam sebelumnya,
bengkak sendi, apakah ada transfusi sebelumnya
- Apakah ada riwayat keluarga yang memiliki hal yang sama
- Apakah ada riwayat pemakaian obat pengencer darah
2. Pemeriksaan
- Darah lengkap, aPTT, PT, TT, INR, Clotting time, Bleeding time, FVIII, dan FIX
3. Terapi
Umum:
- Rest: rehatkan sendi
- Ice: letakkan es di tempat perdarahan
- Compression: kompres/ menekan daerah perdarahan
- Elevation: Posisi lebih tinggi kaki yang berdarah
- Berikan oksigen bila perlu
Khusus:

- Injeksi FVIII (40%-5%) x 14x 0,5 : 250 unit per 12 jam per IV selama 3-5 hari
- Pertimbangan transfusi PRC bila Hb <7 gr/dL
- Injeksi asam traneksamat 350 mg /8 jam /IV selama 5 hari
- Edukasi keluarga kondisi pasien, pencegahan benturan, dan konseling genetik

Ingat : konseling genetik pada hemofilia dan talasemia

Inj tranexamat pada HEMOFILIA

Soal 10
Perempuan 15 tahun menoragia, Hb 8 g/dl, AT 280.000/mm3, AL 11.000/mm3, PT 38
detik, APTT 82 detik.
Pertanyaan:
a. Apa diagnosis pasien?
1. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan?
2. Bagaimana tatalaksana selanjutnya?

1. Diagnosis : anemia perdarahan ec sangkaan von Willebrand disease + menoragia


2. Pemeriksaan : Darah lengkap, APTT, PT, INR dan TT, bleeding time, clotting time,
faktor von Willebrand, faktor VIII
3. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena
- edukasi mengenai penyebab, perjalanan dan prognosis penyakit
- konsultasi ke Obstetri dan Gynecology untuk evaluasi penyebab menoragia
- pasien rawat inap

Khusus :
- Pemberian faktor von Willebrand, jika tidak ada berikan Cryopresipitat 10-15
ml/kgBB
- Pemberian Inj desmopresin 0.3 mcg/kg (maksimal 20 mcg) dalam 50 ml larutan
NS secara drips.

Soal 11
Anak laki-laki 2 bulan, pucat, kejang, tidak sadar 1 hari SMRS, muntah2 (+). Hb: 5, PT 3x,
APTT memanjang
Pertanyaan:
a. Apa diagnosa pasien tersebut
b. Bagaimana tatalaksananya?

1. Diagnosa : penurunan kesadaran ec sangkaan perdarahan intrakranial ec sangkaan


acquired Prothrombin Complex deficiency tipe lambat
2. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena
- Pasang monitor, kateter urine, pasang NGT, dan restriksi cairan 20% , sambil
pantau ketat vital sign, balans cairan, status neurologis, dan tanda peningkatan
tekanan intrakranial
- Cek lab : Darah rutin, APTT, PT, INR, TT, bleeding time, clotting time, GDS,
elektrolit, fungsi ginjal
- Nutrisi yang adekuat
- Edukasi mengenai kondisi pasien dan prognosis. Konsultasi ke bedah saraf jika
dijumpai perdarahan intrakranial yang luas.
Khusus :

- Elevasi kepala 30%


- Inj vit K 1 mg IM 3 hari berturut-turut
- Inj fenobarbital Loading dose 20 mg/kg  maintenance dose 5 mg/kg /hari
dibagi 2 dosis
- Transfusi FFP 10-15 ml/kg dan PRC target 10
- Inj manitol 0,5 – 1 gr/ dl (via CVC) atau inj furosemide 1 mg/kg BB

SOAL 12
Seorang anak rujukan dari puskesmas, pucat, minum OAT bulan 1, sesak, demam. PF:
anemis, bising sistolik di semua katub, Hb 5.5 gr/dl, MDT kesan mikrositik, hipokromik
ada sel pensil.
Pertanyaan:
a. Tuliskan diagnosa pada pasien ini?
b. Bagaimana tatalaksana di UGD?
c. Bagaimana tatalaksana jangka panjang?
1. Diagnosis : sangkaan anemia defisiensi besi DD penyakit kronik + penyakit jantung
anemia + TB fase intensif bulan 1
2. Tatalaksana
Umum:
- airway: amankan patensi jalan nafas
- breathing: berikan nasal kanul 3 liter per menit
- Circulation: pasang akses intravena, pasang monitor
- Pantau tanda vital dan NGT
Khusus:

- Berikan transfusi PRC target Hb :10gr/dL


- Pemberian parasetamol 10mg/kg/6 jam/IV

3. Tatalaksana jangka panjang

- Lanjut pengobatan TB fase, evaluasi dahak setelah fase intensif


- Pemeriksaan profil besi bila tegak anemia defisiensi besi, mulai pemberian besi
elemental 4-6mg/kg/hari selama 1 bulan dan dievaluasi kembali respon kenaikan
Hb 2 gr/dL . bila Respon maka lanjut dengan pemberian besi selama 2 -3 bulan
setelah nilai hemoglobin normal
- Edukasi mengenai kondisi perjalanan penyakit, pengobatan yang adekuat, serta
diet yang tinggi nutrisi dan zat besi. tingkatkan konsumsi daging merah, hati, jus
buah yang mengandung vitamin C dan hindari teh.
- lakukan penjajakan lebih lanjut untuk penilaian dan terapi gagal jantung

SOAL 13
Anak laki-laki 6 tahun sedang menjalani pengobatan TB paru yang saat ini telah
mencapai bulan ke 2 datang dengan keluhan sesak ketika beraktifitas, sesak
membaik saat duduk. Tidak didapatkan demam. Pemeriksaan fisis: nadi
150x/menit, RR 50 x/menit, murmur disemua ostium. Pada pemeriksaan gizi
Pada status antropometri didapatkan gizi kurang. Hasil lab: Hb 6,5, SI 19,
ferritin 90, saturasi transferrin 20. Hasil gambaran darah tepi tampak pada slide
berikut:
Sebutkan diagnosis secara lengkap?
Tatalaksana emergency?
Tatalaksana jangka panjang selanjutnya??
1. Diagnosis : CHF NYHA III ec penyakit jantung anemia + anemia defisiensi besi dd
penyakit kronis + TB paru dalam pengobatan fase intensif bulan ke 2 + gizi kurang
2. Tatalaksana :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena dan inj furosemide 1 mg/kg/ dosis, Captopril
0.3 mg/kg/ kali, 3x sehari, Digoksin 10 mcg/kg/hari, dibagi 2 dosis
- transfusi PRC target 10 dengan kemampuan 5 ml/kg/ kali dan kecepatan 2 ml/kg/
jam
- posisi semifowler, Pasang monitor, saturasi oksigen, EKG, kateter urine, balans
cairan, vital sign dan status neurologis
- Pasang NGT, restriksi cairan
- Nutrisi adekuat
- Edukasi mengenai kondisi pasien, penyakit dan prognosis

3. Tatalaksana jangka panjang :


- Meneruskan pengobatan TB sampai selesai
- Meneruskan obat gagal jantung dan konsultasi ke divisi kardiologi
- Berikan suplementasi besi 4-6 mg/kg/ hari selama 1 bulan dan evaluasi. Jika
terdapat peningkatan Hb 2 gr/dl  lanjutkan pemberian hingga 2-3 bulan
setelah Hb normal
- Berikan makanan tinggi zat besi seperti hati, daging merah, sayur bersamaan
dengan vitamin C, dan hindari konsumsi teh dan susu berlebihan.

SOAL 14
Pasien datang dengan keluhan pucat tiba-tiba, tidak demam, tidak ada perdarahan.
Pasien BAK seperti teh. Dari pemeriksaan fisis tidak didapatkan organomegali.
Pertanyaan:
a. Kemungkinan diagnosis?
b. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis?

1. Diagnosis : Sangkaan anemia hemolitik dd drug induced, autoimun, talasemia


2. Pemeriksaan : darah lengkap, indeks eritrosit, retikulosit, RDW, morfologi darah tepi
bilirubin total/direk, Coomb test, urinalisis, Hb elektroforesa, fungsi ginjal, fungsi
hati, LDH

SOAL 15
Skenario: Pasien 5 tahun perempuan CKD stage III datang dengan keluhan pucat.
Pasien juga tampak lebih pendek. Dari pemeriksaan tidak didapatkan organomegali,
terdengar bising di semua katup. Hb 4,7 MCV MCH MCHC (normo normo), panel besi
(Feritin tinggi). Disertakan juga BB 15kg, TB 102 cm
Pertanyaan:
a. Sebutkan diagnosis pasien secara lengkap?
b. Jelaskan pemberian transfusi secara detail!

1. Diagnosis : Anemia penyakit kronik due to CKD st III + Penyakit jantung anemia + gizi
kurang + perawakan pendek
2. Tatalaksana :
- Pemberian tranfusi diindikasi pada Hb < 7 :
- informed consent: keuntungan dan risiko transfusi
- Kebutuhan PRC : 318 ml dengan kemampuan 75 ml per kali dengan kecepatan 30
ml per jam (perlahan)
- Lama transfusi 30 menit – 4 jam
- Pemberian premedikasi injeksi furosemid 15 mg sebelum transfusi
- Sebelum transfusi, cek kembali identitas pasien, tanggal kadarluarsa, golongan
darah, rhesus, no batch kantong
- selama transfusi pantau tanda vital, tanda overload dan reaksi transfusi
- catat jam mulai dan selesai transfusi, volume darah, produk darah, reaksi yang
muncul, tanda vital

SOAL 16
• Anak laki-laki usia 1 bulan dibawa ke IGD dengan kondisi pucat dan tidak sadar.
Pasien saat di rumah sempat kejang, kejang seluruh tubuh. Setelah kejang pasien
tidak sadar. Pasien lahir dengan UK 37 minggu dengan BBL 3100 gr, lahir di bidan,
menangis kuat, gerak aktif. Saat lahir pasien tidak diberikan injeksi apapun.
• Hasil lab: Hb 3 gr/dL, AL 7000/uL, AT 140.000, PT memanjang, APTT memanjang
a) Apa yang ditemukan pada hasil radiologi di samping?
b) Apa diagnosa pasien tersebut?
c) Bagaimana tatalaksananya?

1. CT Scan : Perdarahan intrakranial + edema serebri


2. Diagnosa : Penurunan kesadaran ec perdarahan intrakranial ec acquired
Prothrombin Complex Deficiency onset lambat
3. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena dan restriksi cairan 20%
- Pasang monitor, kateter urine, pasang NGT, pantau ketat vital sign, tanda
peningkatan TIK, status neurologis, balans cairan.
- Cek elektrolit, fungsi ginjal
- Nutrisi adekuat
- Konsultasi ke bedah saraf jika dijumpai perdarahan intrakranial luas
- Edukasi mengenai penyakit dan prognosis pasien.
Khusus :

- Elevasi kepala 30 derajat midline position


- Inj Vit K 1 mg IM 3 hari berturut-turut
- Inj fenobarbital Loading dose 20 mg/kg  maintenance dose 5 mg/kg/ hari,
dibagi 2 dosis
- Transfusi FFP 10-15 ml/kgBB dan transfusi PRC target 10
- Inj manitol 0.5-1 gr/kg (via CVC) atau inj furosemide 1 mg/kg/ 12 jam (via iv line
perifer)

SOAL 17
Anak usia 3 tahun 2 minggu datang dengan keluhan pucat, terdapat
benjolan di leher, dan tidak nyeri. Keluhan tidak disertai demam,
perdarahan. Status gizi kurang. Terdapat benjolan di leher ukuran 2x1x1
cm, tidak nyeri, mobile. Tidak ada organomegali.
Lab : Hb 6,5 g/dL, index eritrosit rendah, Leukosit dan trombosit:
normal
Pertanyaan
a. Anamnesis tambahan untuk pasien ini
b. Pemeriksaan yang akan dilakukan berkaitan dengan limfadenopati
c. Diberikan transfusi, dan muncul reaksi urtikaria dan demam

1. Anamnesis tambahan :
- Usia, jenis kelamin, ras, status sosioekonomi keluarga,
- Riwayat perdarahan
- Gejala penyerta lain : riwayat demam, penurunan berat badan, kelelahan
atau berkeringat malam hari, diare berulang
- Riwayat intake
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat mengkonsumsi obat tertentu
- Riwayat penyakit keluarga
- Karakteristik dari limfadenopatinya : onset dan durasi, lokasi, ukuran, nyeri,
konsistensi atau terfiksasi.

2. Tatalaksana yang akan dilakukan berkaitan dengan limfadenopati


o Pemeriksaan darah lengkap dan LED
o PPD tes
o Rontgent thorax
o Tes serologis (HIV, EBV, CMV, toksoplasmosis, VDRL, ASO, tularemia,
brucella,fungal )
o Biopsi aspirasi jarum halus
o Kultur darah

3. Pasien dilakukan transfusi, namun terdapat keluhan urtikaria dan demam .


Bagaimana tatalaksananya?
Umum :
 Stop transfusi sementara sambil evaluasi airway, breathing, circulation
 Berikan inj difenhidramin 1-2 mg/kgBB, maksimal 50 mg, dosis tunggal, iv lambat
 Berikan inj parasetamol 10 mg/kg/ dosis
 Lanjutkan kembali transfusi secara perlahan dan evaluasi ketat.
 Jika reaksi semakin memberat, stop transfusi, ganti infus set dan berikan inj.
epineprin 0.01 mg/kg IM dan inj metilprednisolon 1 mg/kg/dosis IV.
 Catat reaksi transfusi dan Lapor ke unit bank darah.

NB : demam dikatakan meningkat , diatas 1.5 C setelah suhu awal

Soal 18.

Anak laki-laki 18 bulan datang dengan keluhan bintik-bintik merah di kedua kaki yang bertambah
banyak dan tampak pucat. Tidak ada demam, perdarahan di tempat lain, batuk, pilek.

Pemfis vital sign dalam batas normal. Bb 15 kg TB 80cm (overweight bila diplotting)

Konjungtiva anemis. Tidak ada organomegali dan limfadenopati.

Petechiae di kedua kaki

Lab: Hb 9 g/dL, leukosit 8.000/mm3kl ga salah (normal) trombosit 9.000/mm3

MCV MCH MCHC rendah (ada angkanya dan nilai normal labnya)

Terlampir gambar MDT hipokrom mikrositer ada pencil cell.

Terlampir : gambar kaki penuh petechiae

Intruksi

1. Anamnesis apa yg perlu ditanyakan untuk melengkapi diagnosis?


Riwayat keluarga memiliki keluhan yang sama atau tidak
Riwayat pucat sebelumnya
Riwayat perdarahan sebelumnya
Riwayat demam/batuk/pilek/infeksi sebelumnya
Riwayat penggunaan obat sebelumnya (heparin, chloranfenikol, sulfonamid, aspirin)
Riwayat imunisasi sebelumnya (rubella, rubeola, varisella atau vaksin hidup lainnya)
Riwayat makan (jumlah, kualitas, pola makan, kebiasaan makan)
Riwayat mudah lelah, kurang nafsu makan, penurunan aktivitas
2. Diagnosis pada pasien ini?
Immune thrombocytopenia purpura
Anemia defisiensi besi
Overweight
3. Management untuk pasien ini?
Airway
Breathing
Circulation
Prednison 3x1 tab, evaluasi 1-2 minggu setelah pengobatan. Bila responsif dosis diturunkan
perlahan-lahan sampai kadar trombosit stabil atau sekitar 30.000-50.000/uL
Ferrous sulfat 1x1 tab, eveluasi Hb/Ht satu bulan setelah terapi
Penjajakan profil besi, infeksi, morfologi darah tepi
BMP jika gagal terapi selama 3-6 bulan
Edukasi :
ITP merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri
Jika ada riwayat pemakaian obat-obatan tertentu  hindari pemakaian obat
Hindari trauma
Pantau tanda perdarahan
Berikan makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan tinggi kandungan zat besi seperti
daging, hati, bayam dan mengandung vitamin C
Hindari minuman seperti teh atau yang mengandung tinggi kalsium

Respon 1

1. Diagnosis kerja
Sangkaan hemofilia
2. Tatalaksana
A : jaga patensi jalan nafas, posisikan miring agar jalan nafas tidak tertutup oleh darah
B : berikan oksigen jika diperlukan
C : pasang IV line
Hentikan perdarahan dengan menekan sumber perdarahan, jangan berkumur, jangan
menggosok gigi
Transfusi FFP 100 ml
Inj asam traneksamat 100 mg/8 jam/IV
Transfusi PRC jika HB <7 gr/dl
Penjajakan DL, PT, APTT, TT, INR, clotting time, faktor VIII, faktor IX
3. Edukasi
- Konseling genetik
- Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan trauma
- Pantau tanda perdarahan
- Hindari penggunaan obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi trombosit seperti
asetosal, NSAID

KARDIOLOGI
SOAL 1
Anak usia 7 tahun 23 kg, nyeri sendi berpindah-pindah sejak 2 minggu terakhir dari
lutut kanan, ke lutut kiri ke siku. Riwayat nyeri tenggorokan 2 minggu yang lalu.
Sebelumnya anak sehat dan tidak ada keluhan. Pem. Fisik HR 100x/menit, RR 24x/mnt.
Pemeriksaan penunjang terdapat bising pansistolik grade 3/6 SIC 5 linea
midklavikularis (ada foto rontgen: kardiomegali dengan LVH). Hasil lab: LED meningkat,
ASTO: 800
• Pertanyaan:
a. Diagnosis kerja
b. Pemeriksaan penunjang
c. Tatalaksana

1. Diagnosis : demam rematik akut dengan karditis sedang


2. Pemeriksaan : darah lengkap, LED, CRP, ASTO, swab tenggorok, foto toraks, EKG dan
ekokardiografi
3. Tatalaksana
Umum :
- Airway : patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : akses intravena, cairan maintenance
- Pasang monitor pantau vital sign, tirah baring, balans cairan dan diet dengan
nutrisi adekuat
- Edukasi mengenai penyebab dan perjalanan penyakit, pentingnya pengobatan
rutin seperti antibiotik untuk eradikasi dan profilaksis
Khusus :

- Antibiotik eradikasi Inj benzatin penisilin G 600000 IU im (skin test), dilanjutkan


profilaksis benzatin penisilin G 600000 IU IM per 28 hari sampai usia 25 tahun
- Jika alergi berikan eritromisin 4x250 mg, po, selama 10 hari, lalu 2x250 mg hingga
usia 25 tahun
- Prednison 4x15 mg selama 2 minggu, lalu ditapp off hingga 1 bulan
- Aspirin 4x500 mg selama 6 minggu, diberikan saat tapp off prednison minggu ke
4. Dosis aspirin diturunkan menjadi 4x 350 mg setelah minggu ke 2.
- Pantau klinis gagal jantung, jika dijumpai berikan furosemide, captopril, digoksin.

SOAL 2
Seorang anak usia 3 tahun, BB 15 kg, demam 5 hari, lidah merah, mata berwarna
merah dan berair, kemerahan pada telapak kedua tangan.
 
• Pertanyaan:
a. Sebutkan diagnosa yang mungkin pada kasus ini?
b. Pemeriksaan penunjang apa saja?
c. Terapi pada kasus ini?

1. Diagnosis : penyakit kawasaki inkomplit fase akut dd morbili, scarlet fever, SJS, S4
2. Pemeriksaan : DL, LED, CRP, SGOT, SGPT, albumin, elektrolit, urinalisa, CPK MB, EKG
dan ekokardiografi
3. Terapi :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : akses intravena dan berikan cairan maintenance
- Tirah baring, Nutrisi adekuat
- Edukasi : mengenai penyebab dan perjalanan penyakit, pentingnya kontrol guna
evaluasi gejala penyakit, imunisasi hidup diberikan setelah minimal 11 bulan
selesai pengobatan IVIG, dan imunisasi lainnya setelah fase konvalesens,
pemantauan lebih panjang jika terdapat riwayat aneurisma aorta.
Khusus :
- IVIG 30 gr/iv, single dose, selama 10-12 jam  pantau vital sign
- Aspirin 4x375 mg selama 2 minggu atau 3 hari bebas demam lalu tapp off 1x
75 mg selama 6-8 minggu sejak awitan dan diberhentikan jika pada
ekokardiografi tidak ditemukan kelainan koroner.

SOAL 3
Bayi 2 bulan berat badan tidak naik, keringat kalau minum terlalu lama, cepat
capek. Ada bising parasternal, HR 146x/menit, pulsasi nadi lengan dan tungkai
equal. Hepatomegali (+), edema (+)
 
• Pertanyaan:
a. Diagnosis anatomi yang paling mungkin?
b. Tatalaksana pada kasus ini?
c. Sebutkan 1 saja kelainan yang terdapat pada EKG sesuai diagnosis di atas!
d. Komplikasi selain gagal tumbuh dan gagal jantung

1. Diagnosa anatomi : Ventricular septal defect


2. Tatalaksana :
Umum :

- amankan jalan nafas, berikan nasal kanul O2 2 liter permenit, pasang akses
intravena, restriksi cairan
- Pasang monitor, pantau vital sign dan saturasi oksigen, balans cairan, diet nutrisi
adekuat, ekokardiografi
Khusus:

- Berikan injeksi furosemid 1mg/kg/12 jam


- Inj Dobutamin 10 mikro/kg/menit drips
- captopril 0,3mg/kg/kali, diberikan 3 kali sehari
- Terapi definitif yakni penutupan defek melalui transcatheterisasi atau operasi

3. Gambaran EKG : Right axis deviation, ada Left ventricular hypertrophy dengan
ditemukan R pada V1 melebihi normal, dan R pada V5 atau V6 melebihi normal, LV
strain di V5-V6
4. Komplikasi : Hipertensi pulmonal, eissemeinger syndrome, edema paru

SOAL 4
4. Anak usia 7 tahun 23 kg, nyeri sendi berpindah-pindah sejak 2 minggu terakhir dari
lutut kanan, ke lutut kiri ke siku. Riwayat nyeri tenggorokan 2 minggu yang lalu.
Sebelumnya anak sehat dan tidak ada keluhan. Pem. Fisik HR 100x/menit, RR 24x/mnt.
Pemeriksaan penunjang terdapat bising pansistolik grade 3/6 SIC 5 linea
midklavikularis (ada foto rontgen: kardiomegali dengan LVH, edema pulmo). Hasil lab:
LED meningkat, ASTO: 800
Pertanyaan:
a. Kelainan yang ditemukan pada foto rontgen
b. Diagnosis kerja
c. Pemeriksaan penunjang
d. Tatalaksana
1. Diagnosis : cyanotic spell ec TOF + Gastroenteritis akut tanpa dehidrasi
2. Tatalaksana :
Umum :

- Knee chest position sambil evaluasi vital sign


- Airway : jaga patensi jalan nafas, breathing : oksigen nasal kanul 2 lpm,
circulation : akses intravena
- Pasang monitor, nutrisi adekuat dan cairan cukup
- Edukasi mengenai penyebab spell, cara mengatasi, dan perjalanan penyakit serta
prognosis
- Lakukan EKG, ekokardiografi bila keadaan sudah stabil
Khusus :

- Inj morfin sulfat 0.1-0.2 mg/kg secara im, iv, sc


- In natrium bikarbonat 1 meq/kgBB/iv  bila terdapat asidosis metabolik
- Propanolol 0.01-0.25 mg/kgbb dilarutkan dalam 10 cc ½ dosis pertama
diberikan secara bolus iv dan ½ dosis selanjutnya diberikan drips 5-10 mnt. Lalu
diberikan dosis maintenance 2-6 mg/kg / dosis dibagi 3 dosis
- Jika diperlukan  inj ketamin 2 mg/kg/iv lambat
- Rencana kateterisasi dan dilanjutkan operasi paliatif dengan Blalock-Taussig
shunt atau defenitif dengan total koreksi
- Oralit 100-200 ml per kali mencret/ muntah
- Zink 1x20 mg selama 10-14 hari
- Antibiotik tidak perlu pada kasus ini
Edukasi mengenai perjalanan penyakit, jaga kebersihan diri, makanan dan
minuman.
SOAL 5
Seorang anak lelaki berusia 3 tahun datang dengan keluhan BAB cair 3x tidak ada
tanda dehidrasi, bila pasien menangis tampak kebiruan pada mulut. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan suara bising jantung. Pasien dilakukan pemeriksaan
foto rontgen dengan hasil :
• Pertanyaan:
a. Diagnosis pasien tersebut
b. Tatalaksana pasien tersebut

1. Gambaran ro. Thoraks : kardiomegali, edema paru, LVH


2. Diagnosis : demam rematik akut dengan karditis berat
3. Penunjang : DL, LED, CRP, ASTO, swab tenggorok, foto toraks, EKG dan
ekokardiografi
4. tatalaksana
Umum :
- airway : jaga patensi jalan nafas
- breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- circulation : akses intravena dan restriksi cairan
- pasang monitor (vital sign), nutrisi adekuat, tirah baring, pasang kateter.
- edukasi kondisi pasien
Khusus :

- posisi semifowler
- antibiotik eradikasi dengan Benzatin penisilin G 600.000 IU IM (skin test) lalu
dilanjutkan antibiotik profilaksis Benzatin penisilin G 600.000 IU IM setiap 28 hari
hingga usia 25 tahun
- jika alergi berikan eritromisin 4x 250 mg selama 10 hari dilanjutkan 2x250 mg
sampai usia 25 tahun
- prednison 4x15 mg selama 4 minggu dan ditapp off sampai 6 minggu
- aspirin 4x400 mg selama 6 minggu diberikan saat tapp off prednison minggu ke
6. Dosis diturunkan menjadi 4x350 mg setelah minggu ke 2
- inj furosemid 25 mg/12 jam
- captopril 3x 12.5 mg
- Inj dobutamin 10 mcg/kg/mnt

NEFROLOGI
SOAL 1
1. Diagnosis : Glomerulonefritis akut pasca streptokokus dengan komplikasi
ensefalopati hipertensi dd posterior leukoensefalopati + anemia perdarahan dd
anemia inflamasi
2. Pemeriksaan : DL, LED, GDS, elektrolit, fungsi ginjal, C3, ASTO, urinalisis, kultur urine,
EKG, swab tenggorok, foto toraks, MRI kepala
3. Tatalaksana
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : O2 sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang infus, berikan kebutuhan cairan : IWL (20-25 cc/kg/hari) +
jumlah urine
- Pasang monitor, pantau VS, status neurologis, saturasi oksigen, balans cairan
- Nutrisi : jika terjadi peningkatan ureum berikan diet rendah protein : 0.5-1
gr/kg/hari, diet rendah garam : 0.5-1 gr/hari
- Edukasi kondisi pasien dan dirawat inap
- Imunisasi sesuai jadwal setelah sehat
Khusus :

- Amoksisilin 50 mg/kg/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari, jika alergi  eritromisin


40 mg/kg/hari dibagi 4 dosis selama 10 hari
- Furosemide 1 mg/kg/12 jam
- Captopril 0.3 mg/kg/ 12 jam
- Inj fenitoin LD 20 mg/kg/ dalam 50 cc NaCl 0.9% dilanjutkan dengan
Maintenance dose 5-7 mg/kg/hari dalam 50 cc NaCl 0.9% dibagi 2 dosis per 12
jam

SOAL 2
1. Diagnosis : sangkaan Infeksi saluran kemih atas (pielonefritis) +gastroenteritis akut
dehidrasi ringan sedang
2. Tatalaksana
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : O2 sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang infus, berikan cairan hidrasi dengan RL 75 cc/kg habis dalam
4 jam  pantau VS, klinis, saturasi oksigen, tanda dehidrasi dan balans cairan 
jika stabil berikan cairan maintenance
- Kateter urine
- Diet adekuat per NGT
- Imunisasi jika kondisi sudah sehat
- Edukasi kondisi pasien, jaga kebersihan diri dan makanan, pasien rawat inap
Khusus :

- Inj cefotaksim 150 mg/kg/hari dibagi 4 dosis atau ceftriaxone 75 mg/kg/hari


selama 2-4 hari dan dilanjutkan antibiotik oral sampai 10 hari
- Kalau dalam 48 jam tidak ada perbaikan klinis  pertimbangkan ganti Antibiotik
- 5 pilar diare : oralit 50-100 cc per kali muntah/diare, zink 1 x 10 mg 10-14 hari,
3. Pemeriksaan : DL, LED, fungsi ginjal, elektolit, GDS, septic marker, urinalisis, kultur
urine, feses rutin, USG ginjal dan saluran kemih dan bila perlu dapat dilanjutkan
dengan MSU/ pielografi intravena

SOAL 3
1. Diagnosa : Sindroma nefrotik dd/ GNAPS, kwashiorkor, protein losing enteropathy
2.Tatalaksana :
Umum:
- Airway: jaga patensi jalan nafas
- Breathing: Berikan suplementasi cairan sesuai kebutuhan
- Circulation: Pasang akses intravena dan restriksi cairan
- Pantau vital sign, balans cairan
- Nutrisi berikan diet rendah garam 0,5-1 gr/kgbb/hari dan cukup protein 1,5-2
gr/kgbb/hari
- Edukasi kondisi pasien, perjalanan penyakit, komplikasi yang mungkin timbul, dan
imunisasi hidup hanya dapat diberikan 6 minggu setelah stop obat steroid
- Cek DL, LED, KGD, elektrolit, albumin, fungsi ginjal, profil lipid, C3 dan C4, ASTO,
urinalisis, kultur urine
- Persiapan pemberian steroid seperti Mantoux test
Khusus:
- Inj furosemide 1 mg/kgbb/12 jam, jika edema refrakter dapat diberikan injeksi
albumin 20-25% 1 gr/kgbb selama 2-4 jam
- Captopril 0,3 mg/kgbb/12 jam
- Prednison full dose 2 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis selama 4 minggu lalu evaluasi
ulang, jika perbaikan maka dosis dapat diturunkan menjadi 2/3 dengan dosis
alternating selama 2-3 bulan

SOAL 4
1. Diagnosis : sindrom Nefrotik relaps jarang + sangkaan Infeksi Saluran Kemih
2. Tatalaksana
Umum
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : O2 sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang infus dan restriksi cairan
- Pasang monitor, pantau VS, status neurologis, saturasi oksigen, balans cairan
berdasarkan IWL + diuresis
- Nutrisi : diet rendah garam 0.5-1 gr/hari dan cukup protein 1.5-2gr/kg/hari
- Cek lab DL, LED, fungsi ginjal, septic marker, urinalisis, kultur urine.
- Edukasi kondisi pasien dan komplikasi. Pantau tumbuh kembang
- Imunisasi dengan vaksinasi hidup 6 minggu setelah stop pengobatan steroid
- Persiapan pemberian prednison : cek antropometri, tekanan darah, mantoux test
Khusus :

- Tirah baring selama edema, dan rawat inap


- Prednison full dose 2 mg/kg/ hari dibagi 3 dosis selama 4 minggu lalu evaluasi
dan setelah remisi, prednison diturunkan 2/3 dosis awal (alternating dose) 4-8
minggu
- Amoksisilin 50 mg/kg/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari.
- Furosemide 1 mg/kg/12 jam  jika dijumpai edema refrakter, syok, albumin < 1
gr/dl  albumin 20-25% 1 gr/kg selama 2-4 jam
- Captopril 0.3 mg/kg/ 12 jam
- Paracetamol 10-15 mg/kg/ 6 jam

SOAL 5
1. Diagnosis utama : Gagal ginjal kronik stage IV + sangkaan urosepsis
Diagnosis etiologi : Neurogenic bladder ec sangkaan spina bifida + Infeksi saluran
kemih
Diagnosis komplikasi : gizi buruk, asidosis metabolik, stunting
2. Pemeriksaan : DL, LED, albumin, fungsi ginjal, AGDA, elektrolit, GDS, septic marker,
urinalisis, kultur urine, kultur darah, USG ginjal dan saluran kemih (jika USG terdapat
kelainan, dilakukan MSU/ pielografi intravena), MRI lumbosakral, bone age, profil
tiroid, foto toraks

SOAL 6
1. Diagnosis : Hemolytic uremic syndrome dd/ purpura trombositopenik trombotik
2. Penyebab : Eschericia coli

NEUROLOGI

• Seorang bayi usia 1 bulan dibawa ke klinik karena terlihat kuning,


timbul bintik-bintik merah di seluruh tubuh. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan mikrosefali dan hepatomegali. Saat hamil hasil
lab ibu CMV (+).

• Pertanyaan:

a. Bagaimana penegakkan diagnosis pada pasien ini dari anamnesa


dan pemeriksaan fisik?

b. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk kasus ini?

c. Tatalaksana yang akan dilakukan serta monitoring yang


diperlukan selama terapi?

SOAL 1 :
1. Ananmnesa : riwayat kehamilan : bayi dengan riwayat, IUGR, prematur, BBLSR,
pemeriksaan TORCH ibu menunjukkan infeksi CMV, status imunitas ibudia
Pemeriksaan fisik : mikrosefali, ptekie, ikterik, hepatosplenomegali. Dapat juga
terjadi gangguan pendengaran, korioretinitis
2. Penunjang : Serologi IgG dan IgM anti CMV, PCR urine/saliva, antigen darah CMV,
MRI kepala (melihat kalsifikasi), pemeriksaan OAE (Otoacoustic Emission) dan
funduskopi mata
3. Tatalaksana :
Umum :
- Edukasi mengenai penyebab dan prognosis penyakit, pemantauan jangka
panjang klinis dan tumbuh kembang, jika ingin memiliki anak lagi baiknya
ibu melakukan pemeriksaan TORCH dulu dan pantau efek samping
pengobatan. Pemberian nutrisi adekuat dan imunisasi sesuai jadwal
Khusus : gansiklovir 6 mg/kg/12 jam iv selama 6 minggu  Pantau DL, SGOT, SGPT,
dan urinalisis setiap minggu

SOAL 2 :
• Seorang anak laki-laki usia 9 bulan datang ke ruang emergensi dengan keluhan
kejang seperti yang terlihat di video (kejang fokal pada lengan kiri).Pasien juga
mengeluhkan tidak bisa BAK. Riwayat demam 3 hari, anak terlihat letargi.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 9 gr%, Ht 27,4%, Leukosit 5000/mm 3,
Trombosit 150000/mm3 Gambaran MRI menunjukkan adanya T2: terdapat
penyangatan pada regio thalamus dan batang otak dengan perifokal edema di
sekitarnya, T1 C+ (Gd): terdapat gambaran open ring sign.
• Pertanyaan :
a. Sebutkan diagnosis pasien tersebut
b. Pemeriksaan apa yang harus dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
c. Sebutkan tatalaksana yang diberikan kepada pasien tersebut

1. Diagnosis : acute disseminated ensefalomielopaty (ADEM) dd multiple sclerosis +


sangkaan anemia defisiensi besi
2. Pemeriksaan : DL, profil besi, serologi virus, analisis CSF, EEG, MRI kepala.
3. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena berikan cairan NS maintenance
- Pasang monitor, kateter urine, NGT, restriksi cairan, balans cairan, pantau
vital sign, saturasi oksigen
- Nutrisi adekuat
- Edukasi kondisi dan prognosis
Khusus :

- Elevasi kepala 30 derajat


- Inj paracetamol 10 mg/kg/kali jika demam
- Inj Fenobarbital LD 20 mg/kg/iv  maintenance dose 5 mg/kg/iv dibagi 2
dosis
- Inj Metilprednisolon 15 mg/kg /iv selama 5 hari lalu Prednison 1-2 mg/kg/
hari selama 7-10 hari
- Inj Manitol 1 gr/kg/12 jam (via CVC) atau inj furosemid 1 mg/kg/12 jam /iv
- Jika pasien stabil, konsul ke rehabilitasi medik guna fisioterapi
- Jika terbukti defisensi besi  berikan besi elemental 4-6 mg/kg selama 1
bulan dan evaluasi bagaimana peningkatan Hb

SOAL 3
• Seorang anak usia 24 bulan dibawa orangtuanya ke IGD dengan riwayat kejang 4
jam sebelum masuk RS. Kejang bersifat tonik-klonik, lamanya 2 – 3 menit,
frekuensi 3 x. Menurut orangtua anak pernah mengalami kejang saat usia 9 bulan
saat demam, frekuensi 3 x. Orangtua juga mempunyai riwayat kejang saat demam.
Dari pemeriksaan fisik sensorium CM, T: 39,5°C, BB: 10 kg.
• Pertanyaan :
a. Sebutkan diagnosis kerja saudara
b. Apakah perlu dilakukan EEG dan pencitraan? Sebutkan alasannya
c. Sebutkan tatalaksana pasien secara lengkap

1. Diagnosis : Kejang demam kompleks due to Sangkaan Infeksi saluran kemih DD


Demam dengue/ ISPA
2. Pemeriksaan : EEG tidak perlu sebab kejang tidak bersifat fokal. Pencitraan CT scan
kepala tidak perlu kecuali terdapat defisit neurologis yang menetap seperti
hemiparesis/paresis saraf kranialis
3. Tatalaksana :
Umum:
- Airway: jaga patensi jalan nafas
- Breathing: berikan suplementasi oksigen jika diperlukan
- Circulation: Pasang akses intravena
- Pantau vital sign, status neurologis
- Berikan nutrisi yang adekuat
- Edukasi orang tua : kejang dapat berulang, saat kejang tidak panik (pada
prinsipnya kejang demam tidak berbahaya), longgarkan baju anak, bila ada
muntah bersihkan mulut, pola kejang dan berikan diazepam rektal 5mg. Bila
kejang diatas 5 menit, bawa ke dokter.
- imunisasi sesuai jadwal saat anak sudah sehat + pemantauan tumbuh
kembang
- Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mengetahui penyebab demam
Khusus:
- Paracetamol syr 4xcth I
- Diazepam pulvis 3x3 mg sebagai profilaksis kejang saat demam

SOAL 4 :
• Bayi usia 2 bulan datang dengan penurunan kesadaran, ada kejang, tidak ada
demam. ASI ekslusif, Riwayat pemberian vitamin K tidak ada. Dari pemeriksaan
fisik dijumpai pucat, reflex fisiologis meningkat. Diberikan gambar CT scan kepala
sebagai berikut.
a. Tuliskan diagnosis kerja dan diagnosis bandingnya
b. Tuliskan tatalaksananya

1. Diagnosis : penurunan kesadaran ec perdarahan subdural dengan midline shift ec dd


APCD dd shaken baby syndrome dd Ruptur ArterioVenous Malformation
2. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena
- Pasang monitor, kateter urine, NGT, retriksi cairan, balans cairan, status
neurologis, pantau vital sign, dan tanda peningkatan TIK
- Cek lab DL, PT, APTT, TT, INR, bleeding time, clotting time, elektrolit, fungsi
ginjal
- Nutrisi adekuat
- Edukasi kondisi pasien dan prognosis
- Konsul bedah saraf jika terdapat perdarahan luas
Khusus :

- Elevasi kepala 30 derajat


- Inj Vit K 1 mg IM 3 hari berturut-turut
- Inj Fenobarbital Loading dose 20 mg/kg/iv selama 20 menit  maintenance
dose 5 mg/kg/ iv dibagi 2 dosis secara drips
- Jika ada peningkatan TIK  Inj Manitol 0.5-1 gr/kg (via CVC) atau inj
furosemide 1 mg/kg/ 12jam iv
- Inj FFP 10-15 mg/kg dan transfusi PRC jika Hb < 10 g/dl
- Pantau tanda-tanda syok atau jika perdarahan semakin hebat
- Rawat HCU
SOAL 5
• Gambaran anak laki-laki sedang mengalami serangan kejang. Anak laki-laki usia 13
tahun kejang berulang. Frekuensi kejang 3x/hari, interval kejang jarak 3 bulan.
Anak tidak demam saat kejang. Tumbuh kembang baik. Tidak ada defisit
neurologis.
• Pertanyaan:
a. Deskripsi bentuk kejang
b. Diagnosis pasien
c. Terapi rumatan yang diberikan
d. Pemeriksaaan penunjang

1. Tipe kejang : Focal seizure to bilateral tonik-klinik


2. Diagnosis : Focal seizure to bilateral tonik-klonik, Focal epilepsy
3. Terapi : Carbamazepine 10-30 mg/ kg/ hari, dibagi 3 dosis sampai 2 tahun bebas
kejang  edukasi risiko terjadinya Sindrom Steven Jhonson
4. Pemeriksaan : DL, elektrolit, GDS, SGOT,SGPT, EEG

SOAL 6
1. Anak usia 5 bulan datang ke RS dengan penurunan kesadaran, BB 8kg. Ada riwayat
kejang, demam dan tidak mau makan. Pada pemeriksaan dijumpai anak dengan
keadaan somnolen, UUB membonjol, dijumpai paresis pada nervus III dan IV
sinistra. Dari pemeriksaan LCS dijumpai jumlah sel 100 dengan dominasi sel
mononuclear, protein 200, glukosa 25.
• Pertanyaan:
a. Apa diagnosis?
b.Tuliskan resep obat yang akan anda berikan

1. Diagnosis : Penurunan kesadaran ec Meningoensefalitis tuberculosis dd/ viral


ensefalitis + Paresis nervus kranialis III dan IV sinistra

2. Resep :
Nama dokter: dr. Winny
SIP : 1234342345235
Tanggal : 21 Februari 2021

R/ Isoniazid 80 mg
Mf la pulv No. XXX
S1 dd pulv I a.c
-------------------------------------paraf
R/ Rifampisin 80 mg
Mf la pulv No.XXX
S1 dd pulv I a.c
-----------------------------------paraf
R/Pirazinamid 120 mg
Mf la pulv No.XXX
S1 dd pulv I a.c
----------------------------------paraf
R/ Ethambutol 120 mg
Mf la pulv No. XXX
S1 dd pulv I a.c
---------------------------------paraf
R/ Prednison 16 mg
Mf la pulv No. XXX
S1 dd pulv I p.c
-------------------------------paraf
R/ Vitamin B6 10 mg
Mf la pulv No. XXX
S1 dd pulv I
--------------------------------paraf
R/ Paracetamol syr fl. I
S4 dd cth I
--------------------------------paraf

Pro: X
Usia 5 bulan
BB : 8 kg

SOAL 7
Seorang anak usia 5 tahun, kejang, diawali kejang pada anggota tubuh kiri,
kemudian kepala miring ke kiri, kemudian menjalar ke tubuh bagian kanan, dan
akhirnya kejang pada seluruh tubuh, kaki terlihat tegang sedangkan tangan terlihat
menghentak-hentak, setelah kejang pasien mengeluarkan air liur dan kemudian
sadar.
Coba deskripsi apa yang sedang anda lihat? Kejang bersifat fokal menjadi kejang
yang bersifat umum. Apabila anda mendapatkan kasus ini di IGD, jelaskan
tatalaksananya?

1. Tatalaksana
Umum :
- Airway : Jika ada sisa muntahan disekitar mulut, miringkan pasien dan
pastikan jalan nafas bebas.
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : pasang akses intravena
- Longgarkan pakaian  Jika akses iv belum dapat, Segera berikan diazepam
rektal 10 mg (maksimal 2x, jarak 5 menit)
- Pasang monitor, saturasi, vital sign, kateter, NGT
- Cek DL, GDS, elektrolit, ureum, creatinin, SGOT, SGPT, EEG
- Nutrisi adekuat
- Edukasi kondisi pasien, komplikasi dan prognosis
Khusus :

- Jika sudah terpasang akses intravena dan masih kejang, berikan Inj diazepam
0.3-0.5 mg/kg/iv lambat
- Jika masih kejang  inj fenitoin LD 20 mg/kg/iv dalam 50 cc NaCl 0.9% habis
20 menit (kecepatan 2mg/kg/menit). Jika dalam 20 menit, masih kejang,
dapat ditambahkan Inj Fenobarbital LD 20 mg/kg/iv dalam 20 cc NaCl 0.9%
dengan kecepatan 10-20 mg/kg/menit
- Bila kejang refrakter, konsul PICU untuk rawat intensif dan berikan drips
midazolam 0,1mg per kg (maks 10 mg) bolus lanjut 0,1 mg per kg per jam drip
atau propofol 1-3 mg dilanjut 2-10 mg/kg/jam dengan memantau ketat
patensi jalan nafas.

SOAL 8
Video bayi 9 bulan dgn kejang fokal tangan kiri, riwayat demam 3 hari, malas
minum, letargi. Hasil MRI ada gambaran white matter di frontotemporal kanan.
Saat ini anak somnolen, UUB menonjol, hemiparesis (+)
• Pertanyaan :
a. Apa diagnosisnya?
b. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan etiologi penyebab?
c. Tatalaksana lengkap pada bayi tersebut?

1. Diagnosis : Penurunan kesadaran ec ensefalitis viral ec HSV dd ensefalitis


autoimun
2. Penunjang : analisis SCF, serologi IgG dan IgM anti HSV 1 dan HSV 2, EEG, PCR
CSF, MRI kepala/ CT Scan
3. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : akses intravena
- Pasang monitor, kateter urine, NGT, vital sign, restriksi cairan, status
neurologis, balans cairan
- Nutrisi adekuat
- Edukasi kondisi pasien
Khusus :

- Elevasi kepala 30 derajat


- Inj Acyclovir 10 mg/kg/8jam selama 10-14 hari diberikan dalam 100 NS habis
dalam 1 jam
- Inj Parasetamol 10 mg/kg/kali jika demam
- Inj fenobarbital Loading dose 20 mg/kg/iv  maintenance dose 5 mg/kg/iv
dibagi 2 dosis
- Inj manitol 0.5-1 gr/kg (via CVC) atau furosemide 1 mg/kg /iv
- Pantau DL, fungsi hati selama pengobatan

SOAL 9
Seorang lelaki 6 bulan anak datang dengan kejang dan demam. Dokter kemudian
membuat keputusan untuk melakukan penegakan diagnosis dengan lumbal pungsi.
• Pertanyaan:
a. Sebutkan kontraindikasi dan indikasi lumbal pungsi
b. Peragakan cara lumbal pungsi?

1. Indikasi :
- Infeksi SSP
- Perdarahan subarakhnoid
- Metastase ke subarakhnoid
- Mastoiditis yang mengarah ke meningitis
- Sangkaan mielitis
- Sepsis
- Fever of known origin
- Pengobatan Benign Intracranial Hypertension
- Pengobatan intratekal

2. Kontraindikasi :
- Infeksi kulit disekitar lokasi lumbal pungsi
- Infeksi di medula spinalis daerah lumbal pungsi
- Abses serebri atau tumor
- Syok/kegawatdaruratan

3. Peragakan :
- Anak berbaring miring dengan kepala dan lutut ditekuk dekat tepi meja
- Asisten membantu mempertahankan posisi pasien
- Daerah yang akan di pungsi adalah perpotongan SIAS kanan dan kiri dengan
tulang belakang
- Bersihkan daerah pungsi sekitar 10 cm ke arah luar dengan povidon iodine
dan alkohol 70%
- Pasang doek steril.
- tandai daerah yang akan dipungsi dengan ditekan menggunakan ibu jari
- Menusukkan jarum pungsi secara perlahan hingga terasa tahanan, biasanya
tahanan berkurang jika sudah menembus duramater
- Keluarkan mandrain secara perlahan untuk melihat apakah sudah tepat
didaerah serebrospinal. Jika cairan belum keluar, lakukan reposisi ulang
(putar jarum 90 derajat dan Jika cairan juga belum keluar, masukkan
kembali mandrain dan tusukkan jarum lebih dalam).
- Jika sampel sudah diperoleh, keluarkan jarum dan Tutup bekas luka dengan
kasa betadine.
- Pasien bedrest 24 jam

SOAL 10
Video ada anak yang disebutkan demam dan mengalami kejang umum selama 16
menit kemudian berhenti setelah diberikan diazepam supp.
• Pertanyaan:
a. Tentukan diagnosis dan tata laksananya jika kejang berulang!
b. Apakah perlu EEG?
c. Apakah perlu pemeriksaan radiologis?
d. Berikan edukasi pada keluarga
e. Perlukah pemberian profilaksis kejang?

1. Diagnosis : Kejang demam kompleks


2. Tatalaksana jika kejang berulang:
Umum:
- Airway: jaga patensi jalan nafas, miringkan dan bersihkan muntahan dimulut
jika ada
- Breathing: berikan suplementasi oksigen jika diperlukan
- Circulation: pasang akses intravena
- Pasang monitor dan saturasi oksigen
Khusus:
- Berikan diazepan supp 10 mg (BB>12 kg) jika belum ada akses intravena
- Jika sudah ada akses iv  injeksi diazepam 0,3-0,5 mg/kgbb/iv, jika masih
kejang berikan injeksi Fenitoin LD 20 mg/kgbb dalam 50 cc NaCl 0,9% habis
dalam 20 menit atau fenobarbital LD 20 mg/kgbb dalam 20 cc NaCl 0,9%
habis dalam 20 menit, jika masih kejang berikan drip midazolam dan rawat
ICU
3. Pemeriksaan radiologis : EEG tidak perlu karena tidak ada kejang fokal;
pencitraan tidak perlu kecuali ada defisit neurologis yang menetap
(hemiparesis/paresis nervus kranialis)
4. Edukasi : Kejang demam umumya prognosis baik, segera berikan obat demam
jika demam untuk mencegah kejang, Jika terjadi kejang dirumah, jangan panik
dan tetap tenang, longgarkan baju terutama bagian leher, miringkan pasien dan
bersihkan muntahan jika ada, berikan diazepam supp dan bawa kerumah sakit
5. Profilaksis : Perlu, asam valproate 15-40 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis selama 1
tahun.

SOAL 11
Seorang anak 6 tahun sering mengalami bengong sejak 6 bulan terakhir. Dia
mengalami kesulitan belajar di kelas karena sering menggalami hal ini. Dalam sehari
pasien mengalami hal ini 4-5 kali. Tidak didapatkan demam. Anak masih aktif.
• Setting: ada video (anak disuruh meniup baling-baling (ini khas utk provokasi pada
anak dengan kecurigaan absens epilepsy) , kemudian tiba-tiba anak bengong,
sebelum bengong seperti ada gerakan pada sudut bibir kiri, terdapat EEG dengan
gambaran berikut:
a. Apa diagnosisnya?
b. Sebutkan terapi dan dosis yang diberikan?
c. Berapa lama akan diberikan pengobatan?
1. Diagnosis : Generalized absense seizure, childhood absense epilepsy, etiology
genetic, komorbid gangguan belajar
2. Terapi: asam valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
3. Lama pemberian sampai 2 tahun bebas kejang

SOAL 12
Anak perempuan, 5 tahun, keluhan berjalan tidak seperti biasanya, bersifat mendadak
sejak 1 minggu sebelum ke RS, kejang fokal klonik, 3x seminggu, 1 - 2 kali per hari,
interval 1-2 hari, lama 2-3 menit, selama dan sesudah kejang anak sadar.
Tidak demam, perkembangan sebelumnya normal
Tidak ada keluhan lain, demam (-), riwayat trauma kepala (-), sakit kepala (-),
muntah (-), penurunan kesadaran (-).
Dari Pemeriksaan fisik : Anak sadar, komunikasi baik, tidak terdapat paresis saraf
kranial. Terdapat peningkatan refleks fisiologis dan hipertonus ringan pada
ekstremitas kanan. Refleks babinksi kanan positif.
(Video : Anak perempuan berdiri sambil memegang hp mainan. Anak di instruksikan
untuk berjalan bolak-balik. Kemudian respon anak lambat ketika menerima instruksi.
Terdapat kelainan saat berjalan dan parese pada tangan)
Pertanyaan :
• Apakah kelainan yg tampak pada video?
• Sebutkan 3 diagnosis banding yg mungkin!
• Pemeriksaan penunjang apa yg diperlukan?

1. Kelainan pada gambar : Focal epilepsy + todd’s paralysis


2. Diagnosa banding :
- Hemiparase ec Todd’s paralysis + focal epilepsy
- Hemiparase ec stroke + focal epilepsy
- Hemiparase ec tumor + focal epilepsy
3. Penunjang : DL, GDS, elektrolit, EEG, MRI/ CT Scan

Soal 13.

Anak perempuan, 5 tahun, keluhan berjalan tidak seperti biasanya (lihat video), mendadak sejak 1
minggu sebelum ke RS, kejang fokal klonik, tiga kali dalam seminggu, 1 sampai 2 kali per hari,
interval 1-2 hari, lama 2-3 menit, selama dan sesudah kejang anak sadar.

Tidak demam, perkembangan sebelumnya normal

Tidak ada keluhan lain, demam (-), riwayat trauma kepala (-), sakit kepala (-), muntah (-), penurunan
kesadaran (-).

Pemeriksaan fisis :

Anak sadar, komunikasi baik, tidak terdapat paresis saraf kranial.

Terdapat peningkatan refleks fisiologis dan hipertonus ringan pada ekstremitas kanan. Refleks
babinksi kanan positif.

Video : Anak perempuan berdiri sambil memegang hp mainan. Anak di instruksikan untuk berjalan
bolak-balik. Kemudian respon anak lambat ketika menerima instruksi. Terdapat kelainan saat
berjalan dan parese pada tangan.
Ilustrasi parese tangan pada pasien

Intruksi

1. Apakah kelainan yg tampak pada video?

2. Sebutkan 3 diagnosis banding yg mungkin!

DD/ fokal epilepsi dengan Todd paralisis

Stroke iskemik

Tumor serebri

3. Pemeriksaan penunjang apa yg diperlukan?


EEG, CT-scan/MRI kepala

Respon 2

1. Nama dan hasil observasi serta pemeriksaan neurologi pada video : KPR +++/+++
2. Nama dan hasil pemeriksaan neurologi pada video : klonus kaki +/+
3. Interpretasi hasil pemeriksaan neurologi pada kedua video :lesi upper motor neuron
4. Diagnosis kerja yang paling mungkin : Cerebral palsy ec HIE

RESPIROLOGI
SOAL 1
Anak berusia 6 tahun dengan keluhan demam, batuk pilek serta sesak napas. Kedua
saudaranya juga terdapat demam serta batuk pilek. Anak tampak gelisah dan apatis.
• Alat dan perlengkapan:
• Diberikan laptop dengan head set. Saat diputar video ada anak yang terbaring
dengan suara napas croup, dengan retraksi suprasternal dan epigastrium.
• Ada gambar foto rontgen AP. Pada foto rontgen didaerah servikal tampak steeple
sign.
• Pertanyaan:
1. Apa diagnosis pada pasien ini
2. Tatalaksana

1. Diagnosis : Croup (laringotrakeobronkitis) derajat berat dd epiglotitis dd akut dd


laringitis akut
2. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas, pertimbangkan intubasi
- Breathing : oksigen sungkup 100%
- Circulation : akses intravena berikan cairan adekuat  pantau tanda syok
- Pasang monitor, pantau vital sign, saturasi oksigen, status neurologis
- Nutrisi adekuat per NGT, kateter urine
- Cek lab : DL, GDS, elektrolit, AGDA, septic marker
- Edukasi kondisi pasien : pertimbangkan intubasi jika kondisi memburuk,
penyebab dan perjalanan penyakit, prognosis, imunisasi sesuai jadwal setelah
sehat dan pasien dirawat diruang intensif
Khusus :

- Nebulisasi epineprin 1:1000 sebanyak 5 cc dapat dilanjutkan dengan nebul


budesonide 2ml, jika perlu diulang 12 dan 48 jam kemudian
- Inj dexamethasone 0.6 mg/kg/ im,iv dapat diulang dalam 6-24 jam
- Inj paracetamol 10-15 mg/ kg/6-8 jam

SOAL 2
Seorang ibu membawa anak berusia 3 tahun, dengan keluhan batuk 1 bulan, berat
badan menurun 2 minggu disertai dengan penurunan nafsu makan. Riwayat kontak
dengan penderita TB dewasa dijumpai yaitu kakek pasien. Pasien direncanakan untuk
dilakukan uji tuberkulin. Kepada ibu sudah dijelaskan dan sudah setuju untuk
dilakukan tes tersebut.
Pertanyaan :
• Lakukan pemeriksaan uji tuberculin, nasihat setelah disuntik dan apa yg dihindari
• Kapan dilakukan pembacaan hasil uji tuberculin?
• Setelah waktu yang ditentukan, ibu datang kembali membawa anaknya untuk
pembacaan hasil. Bagaimana cara melakukan pengukuran hasil uji tuberkulin
• Tuliskan interpretasi hasil pembacaannya

1. Uji tuberkulin :
- Sediakan larutan PPD RT 23 2TU dan periksa tanggal kadaluarsa
- Spuit 1 cc dan kapas alkohol
- Cuci tangan 6 langkah
- Pakai sarung tangan
- Lakukan Asepsis pada volar lengan bawah, 5-10 cm dari lipatan siku dan biarkan
kering
- Suntikan tuberkulin PPD 0.1 ml secara intrakutan dengan jarum menghadap ke
atas dan membentuk sudut 15 derajat dengan kulit hingga terbentuk indurasi
pucat dengan diameter 5 mm
- Jika tidak berhasil, ulangi dengan jarak 5 cm dari tempat semula
- Lepas sarung tangan dan Cuci tangan kembali
- Catat tanggal dan jam tindakan, lokasi penyuntikan dan nomor slot PPD
2. Nasihat/edukasi : jangan lingkari daerah suntikan dengan pulpen dan jangan
ditekan
3. Dibaca: 48-72 jam setelah penyuntikan (paling baik setelah 72 jam)
4. Cara ukur indurasi : Palpasi dengan jari untuk menentukan tepi indurasi, tandai tepi
kiri dan kanan dengan alat tulis, ukur diameter transversal indurasi dengan
penggaris transparan,dan hasil dalam mm
5. Interpretasi :
- 0-4 mm : negatif
- 5-9 mm : positif meragukan, lakukan pemeriksaan 2 minggu kemudian
- > 10 mm : positif
- pada anak anergi/immunocompromised, positip bila > 5 mm
- pada anak post imunisasi vaksin hidup, dilakukan uji tuberkulin setelah 6 minggu
pasca imunisasi

SOAL 3
Anak usia 7 tahun sesak di sekolah saat olahraga. Dibawa ke IGD, kondisi anak sesak
nafas, sulit berkata-kata, terdengar wheezing pada pemeriksaan fisik. Sudah
dilakukan nebulasi dengan salbutamol 2 kali (belum berespon. Anak sudah
terdiagnosis asma sejak usia 4 tahun, kambuh 2 kali dalam setahun terakhir).
Pertanyaan:
• Diagnosis secara lengkap
• Tatalaksana
• Ada foto rontgen (gambaran atelektasis). Apa komplikasi asma yang tampak pada
foto? apa anjuran tatalaksananya?

1. Diagnosis :Asma intermittent serangan berat


2. Tatalaksana
Umum:
- Airway : jaga patensi jalan nafas
- Breathing : berikan suplementasi oksigen sungkup
- Circulation : pasang akses intravena dan berikan cairan maintenance
- Pasang monitor, saturasi oksigen dan pantau vital sign
- Rencana cek DL, AGDA, elektrolit, KGD
- Edukasi kondisi pasien, perjalanan penyakit, kemungkinan intubasi jika ada
ancaman gagal nafas, dan edukasi untuk menghindari faktor pencetus
Khusus:
- Nebulisasi beta agonis kerja pendek + ipratropium bromide dilanjutkan setiap 1-2
jam, jika perbaikan dalam 4 kali pemberian, diberi setiap 4-6 jam
- injeksi aminofilin LD 6-8 mg/kgbb diencerkan dalam 20 cc NaCl 0,9% habis dalam
30 menit, dilanjutkan maintenance dose 0,5-1 mg/kg/jam
- Injeksi metilprednisolon 1-2 mg/kgbb Untuk controller belum perlu diberikan
3. Komplikasi : Atelektasis, dapat dilakukan tindakan bronkoskopi untuk
mengeluarkan sumbatan yang terjadi pada jalan nafas

SOAL 4
Video bayi usia +3 bulan yang menggunakan O2 sungkup terlihat sesak nafas. Bentuk
dada anak cembung, suka terdengar suara anak ngorok. Sejak 1 bulan ini berat badan
anak sulit naik dan anak sering batuk-batuk. Tidak ada keluhan demam.
Pertanyaan:
• Sebutkan 3 kelainan yang terlihat di video
• Jelaskan tatalaksananya

1. Kelainan : stridor inspiratoar, batuk dan wheezing


2. Tatalaksana
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas, pertimbangkan intubasi jika sesak
memberat
- Breathing : oksigen sungkup
- Circulation : akses intravena, cairan maintenance
- Pasang monitor, pantau saturasi oksigen, vital sign dan status neurologis
- Cek lab DL, AGDA, elektrolit, septic marker, foto toraks
- Nutrisi adekuat per NGT dan pasang kateter urine
- Edukasi kondisi pasien

Khusus :
- Suportif
- Edukasi orang tua bahwa rata-rata kondisi akan membaik saat usia 2 tahun dan
tidak memerlukan intervensi bedah
- Edukasi tanda kegawatan : sesak nafas dan sianosis  segera bawa ke RS
- Pencegahan obstruksi saluran nafas dengan pengaturan posisi dan pencegahan
infeksi respiratori
- Pencegahan aspirasi dengan pemberian makanan secara hati-hati, bila perlu
dengan NGT.
- Jika setelah usia 1 tahun kondisi semakin memberat, dapat dilakukan tindakan
operasi seperti epiglotoplasti, trakeoplasti

SOAL 5
Bagaimana persiapan dan prosedur melakukan induksi sputum

Cara melakukan induksi sputum :

- Sediakan mesin nebulizer, sungkup inhalasi anak, larutan NaCl 3%, NaCl 0.9%
dan salbutamol, spuit 3 cc
- Anak telah puasa minimal 3 jam, bersihkan area rongga mulut dengan
berkumur, pastikan saturasi oksigen > 92% selama tindakan
- Cuci tangan 6 langkah dan pakai pelindung diri (sarung tangan)
- Lakukan inhalasi dengan SABA (salbutamol) 1 respule + NS diencerkan menjadi 5
cc selama 15 menit
- Lanjutkan dengan inhalasi NaCl 3% sebanyak 5 cc selama 15 menit
- Fisioterapi dada untuk mobilisasi sekret
- Untuk anak > 6 tahun, Minta anak bernafas dalam 2x lalu menghembuskan nafas
perlahan, lalu nafas dalam 1x dan hembuskan kuat, lalu nafas biasa dan
dibatukkan. Tampung dahak dalam pot sputum yang telah disediakan
- Untuk anak < 6 tahun, dilakukan penyedotan dari hidung dan mulut dengan
selang suction yang berbeda yang terhubung dengan dengan mucus extractor,
sebanyak 2 pot
- Periksakan hasil ke laboratorium
- Catat tanggal dan waktu pemeriksaan

SOAL 6
Ada laptop menampilkan gambar rontgen efusi pleura. Di meja ada narasi:
anak BB 11 kg, berat badan tidak naik2, pengasuh TB aktif (kalo gak salah
pengasuhnya batuk darah), mantoux test 15 mm, anak hanya mau minum obat
yang digerus. Disediakan lembar resep.
Pertanyaan :
• Apa diagnosisnya?
• Tuliskan resepnya

1. Diagnosis : TB paru dengan efusi pleura Kiri/kanan


2. Resep

Nama : dr. irene


SIP : 124894555
Tanggal : 21 feb 2021

Isoniazid tab 110 mg


Mf la pulv dtd no XXX
S1 dd pulv I a.c
---------------------------------paraf
Rifampisin tab 110 mg
Mf la pulv dtd no XXX
S1 dd pulv I a.c
--------------------------------paraf
Pirazinamid tab 165 mg
Mf la pulv dtd no XXX
S1 dd pulv I a.c
-----------------------------paraf
Prednison tab 22 mg
Mf la pulv dtd no XIV
S1 dd pulv I p.c
-----------------------------paraf
Vit B6 tab 10 mg
Mf la pulv dtd no XXX
S1 dd pulv 1
--------------------------paraf

Pro : X, 11 kg

SOAL 7
Anak usia 3 hari, BB 3000 gram, ibu HIV, TB milier dalam terapi OAT (+). Datang
ingin dirujuk untuk perawatan ke PKM dekat rumah. Sudah mendapat obat
puyer 2x sehari.
Tuliskan surat rujukan ke puskesmas yang berisi:
Langkah pengobatan selanjutnya
Terapi profilaksis yang diberikan
Bila pasien terkena PCP bagaimana terapi selanjutnya
Bagaimana pemberian susunya
Bagaimana imunisasinya

Konsul
Kepada Yth.
Dr. X
Di PKM setempat

Dengan hormat,
Berikut kami lampirkan rujukan atas pasien kami:
Nama: Bayi X
Usia: 3 hari
Diagnosa: BIHA + Sangkaan TB paru + NCB-SMK
Mohon lanjutkan tatalaksana untuk bayi tersebut yaitu Zidovudine 2x12 mg
selama 6 minggu, lalu diganti menjadi kotrimoksazol dosis TMP 1x15 mg, dan di
rencanakan pemeriksaan PCR HIV. Berikan profilaksis INH 1x30 mg selama 6
bulan. Bila pasien menunjukkan gejala PCP (batuk, demam, sesak) dan foto
rontgen mengkonfirmasi diagnosis tersebut, berikan cotrimoksazole dosis TMP
ditingkatkan menjadi 4x15 mg po selama 21 hari. Untuk pemberian susu,
diberikan susu formula bila memenuhi kriteria AFASS, tetapi jika tidak maka
diberikan ASI dengan penjelasan risiko penularan. Imunisasi sesuai jadwal pada
bayi yang tidak bergejala, kecuali BCG dan polio oral.
Mohon konsultasi ulang bila ada permasalahan lebih lanjut
Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Hormat saya

Dr. X, SpA
SOAL 8
Anak usia 10 tahun, berat 30 kg, asma dengan serangan 2x seminggu. Pasien
dikeluhkan batuk terus menerus. Lalu pasien dibawa ke IGD dan dinebul 2x,
kemudian setelah nebul wheezing/mengi hilang. Pasien dirujuk ke spesialis anak
karena masih dengan batuk batuk yang menetap (kesan seperti masih serangan).
Ada rhinorea, hidung tersumbat dan sering bersin bersin sehingga mengganggu
tidur pasien.
Pertanyaan:
Tuliskan diagnosis secara lengkap?
Berikan tatalaksana pada pasien?

1. Diagnosis : rinitis alergi persisten derajat sedang berat + asma persisten sedang
tidak dalam serangan
2. Tatalaksana :
Umum :
- Mengetahui dan menghindari faktor pencetus (debu, tungau, asap rokok, dll) ,
istirahat yang cukup, hindari stres, cairan yang cukup, jaga kebersihan lingkungan
dan ajarkan pemakaian inhaler
Khusus :

- Rinitis alergi : kortikosteroid intranasal (flutikason propionat / mometason


fourat) selama 2-4 minggu dan evaluasi gejala. Tambahkan cetirizine 1 x 10 mg
dan bila perlu pseudoefedrin 3x30 mg
- Asma : pemberian controller dengan kortikosteroid inhalasi dosis rendah + LABA
(beta 2 agonis kerja lambat) atau alternatif kortikosteroid inhalasi dosis sedang
atau kortikosteroid inhalasi dosis rendah + LTRA (antagonis reseptor leukotrin),
atau kortikosteroid inhalasi dosis rendah + teofilin lepas lambat
- Jika serangan asma terjadi, berikan inhalasi SABA (short acting beta 2 agonis),
seperti salbutamol

SOAL 9
Anak usia 12 tahun 32 kg datang dengan keluhan sesak napas, gelisah, lebih
senang duduk. Selama 1 bulan hampir setiap hari, pasien batuk. Sering bersin di
pagi hari, membaik siang hari.
Pertanyaan:
Diagnosis?
Tatalaksana di IGD?
Tatalaksana jangka panjang?

1. Diagnosis : Asma persisten berat serangan berat + rinitis alergi persisten


derajat ringan
2. Tatalaksana
Umum :
- Airway : jaga patensi jalan nafas, pertimbangkan intubasi
- Breathing : oksigenasi sesuai kebutuhan
- Circulation : akses intravena dan cairan adekuat awasi tanda syok
- Pasang monitor, pantau vital sign, status neurologis, saturasi oksigen
- Nutrisi adekuat via NGT dan kateter urine
- Cek lab DL, GDS, AGDA, elektrolit, fungsi ginjal, septic marker
- Edukasi kondisi pasien dan rawat di ruang intensif dan jika perburukan
lakukan intubasi
- Rawat inap
Khusus:

- Nebulisasi Salbutamol + ipatropium bromida setiap 1-2 jam. Jika setelah 4x


pemberian ada perbaikan, diberikan setiap 4-6 jam
- Inj aminofilin LD 6-8 mg/kg/iv dalam 20 cc NS diberikan drips 30 menit.
Dilanjutkan aminofilin MD 0.5-1 mg/kg/jam iv drips
- Inj metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/iv

3. Tatalaksana jangka panjang :


Umum : Mengetahui dan menghindari faktor pencetus (debu, tungau, asap
rokok, dll) , istirahat yang cukup, hindari stres, cairan yang cukup, jaga
kebersihan lingkungan dan ajarkan pemakaian inhaler

Khusus :

Asma : Controller dengan ICS dosis sedang + LABA atau alternatif ICS dosis
tinggi + LABA , atau ICS dosis tinggi + LTRA atau ICS dosis tinggi + teofilin lepas
lambat

Rinitis alergi : kortikosteroid intranasal selama 2-4 minggu + cetirizine 0.25


mg/kg 1x sehari dan pseudopefedrin 1 mg/kg/kali 3x sehari

SOAL 10:
• Anak usia 5 tahun datang untuk konsultasi penggunaan obat asma. Pasien
merupakan penderita asma persisten ringan tidak dalam serangan.
• Station ini merupakan dialog interaktif dengan penguji. Di meja disediakan
boneka, spacer, masker, MDI+salbutamol, MDI+KS, MDI+LABA+KS, turbuhaler
(symbicort)
Pertanyaan:
a. Bagaimana cara mengunakan obat pereda
b. Bagaimana cara mengunakan obat pengendali

1. Pemberian MDI+spacer
2. obat pereda yang digunakan adalah golongan SABA  salbutamol
 Dosis 2-4 semprot, berikan 1 semprot obat ke dalam spacer diikuti 6-8
tarikan napas. Bila belum perbaikan, berikan semprot berikutnya dengan
siklus yang sama.
 Jika membaik dengan dosis  4 semprot, inhalasi dihentikan.
 Jika tidak membaik dengan dosis 4 semprot  RS

3. Obat pengendali yang digunakan adalah golongan KS dosis rendah 


budesonide : Umumnya diberikan 2x/hari atau alternatif LTRA (montelukas)

SOAL 11
Diagnosis banding croup : sumbatan benda asing, laringitis difteri, epiglotitis
akut, laringotrakeitis akut

SOAL 12
• Seorang anak datang berobat dikarenakan mengalami demam 6 hari disertai batuk
dan sesak. Pada pemeriksaan fisis didapatkan pengembangan dada kanan
tertinggal, stem fremitus pada dada kanan menurun, perkusi kanan redup (kiri
sonor), suara dasar vesikuler, hemithoraks kanan menurun
Pertanyaan :
• Diagnosis banding pada pasien tersebut
• Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menunjang diagnosis

1. Diagnosa : Efusi pleura kanan ec pneumonia bacterial dd/ pneumonia viral,


pneumonia tuberculosis, keganasan, gagal jantung, gagal ginjal, sirosis
hepatis
2. Pemeriksaan :
- Analisa cairan pleura
- Kultur dan sensitivitas cairan pleura
- TCM cairan pleura
- Kultur dan sensitivitas cairan sputum
- Mantoux test
- USG thorax
- Foto thorax
- CT scan thorax
- Cek DL, LED, LDH, AGDA, elektrolit, albumin, fungsi hati, fungsi ginjal

SOAL 13
Video bayi dengan NGT, nasal canule, sesak, retraksi, dan terdengar stridor saat
inspirasi
• Bayi laki-laki, usia 5 bulan, berat badan 6 kg. Saat masuk IGD bayi
tampak sesak, kebiruan. Keluhan tidak disertai batuk, pilek dan
demam. Sejak usia 2 bulan sering mengelukan sesak. Pada 2 jam
SMRS, bayi dikatakan tampak semakin sesak setelah diberikan
minum.
Pertanyaan :
a. Sebutkan Diagnosis pasien
b. Tatalaksana pada pasien
c. Edukasi kepada keluarga

1. Diagnosis : Aspirasi pneumonia dd pneumonia lobaris dd atelektasis parsial + `


dd croup
2. Tatalaksana :
Umum :
- Airway : patensi jalan nafas  pertimbangkan intubasi
- Breathing : O2 sesuai kebutuhan
- Circulation : akses intravena dan berikan cairan adekuat awasi tanda syok
- Pasang monitor, vital sign, status neurologis, saturasi oksigen
- Nutrisi adekuat via NGT
- Cek lab DL, AGDA, GDS, elektrolit, septic marker, foto toraks, kultur darah, uji
sensitivitas sputum
- Edukasi kondisi pasien dan jika memburuk pertimbangkan intubasi
Khusus :

Inj ampisilin 300 mg/ 6 jam / iv dan inj gentamisin 45 mg/ 24 jam /iv

3. Edukasi :
- pencegahan aspirasi dengan pemberian makan harus perlahan, dan bila perlu via
NGT
- Edukasi kalau laringomalasia rata-rata perbaikan di usia 2 tahun,
- Edukasi kegawatan: sesak nafas dan sianosis
- Pencegahan obstruksi saluran nafas : pengaturan posisi dan pencegahan infeksi
respiratori
- Jika usia 1 tahun masih belum ada perbaikan, dilakukan tindakan operasi dengan
epiglotoplasti atau trakeoplasti

Soal 13.

Ira, perempuan, usia 3 bulan, BB 5 kg

Dibawa ke IGD dengan keluhan sesak memberat sejak dua jam sebelumnya.

Sejak usia satu bulan, napas berbunyi keras saat menarik napas. Tidak ada demam dan batuk,
menetek sering gelagepan karena napas berbunyi.

Dua jam sebelum di bawa ke IGD, pasien tampak sesak setelah menetek. Tidak ada demam dan
batuk sebelumnya.

Video : anak sesak napas dan stridor

Instruksi

1. Apa diagnosis?
Pneumonia aspirasi + sangkaan laringomalasia
2. Sebutkantatalaksana!
Jaga patensi jalan nafas, atur posisi nyaman, bersihkan lendir dengan postural drainage,
pertimbangkan intubasi jika diperlukan
Berikan oksigen
Pasang IV line, pastikan sirkulasi baik
Tatalaksana khusus :
Ampisilin 250 mg/6 jam/IV
Gentamisin 40 mg/24 jam/IV
Cek lab DL, AGDA, elektrolit, septic marker, kultur darah dan sputum
Konsul ke departemen THT-KL jika dijumpai kesulitan makan yang menetap atau gagal
tumbuh
3. Edukasi untuk orang tua?
Memberikan makan dengan hati-hati bila perlu dengan nasogastric atau dot dengan lubang
menetes kecil
Tanda-tanda bahaya seperti sesak dan kebiruan agar segera dibawa ke RS
Laringomalasia rerata akan mengalami perbaikan dalam 2 tahun, jika setelah usia 1 tahun
belum ada perbaikan maka dilakukan tindakan operasi
Respon 5
1. Diagnosis kerja
TB milier
2. Medikamentosa :
Rifampisin 1x60 mg
Isoniazid 1x 40 mg
Pirazinamide 1x150 mg
Etambutol 1x80 mg
Prednison 2x4 mg
Vitamin B6 1x1 tab
3. Pemeriksaan penunjang
Tes cepat molekuler TBC dari bilas lambung, pewarnaan gram dan kultur, fungsi hati, DL, LED

SOAL STATION RESPONSE

PERIODE ENT Desember 2020

13/12/2020

Soal 1.

Skenario (Siapkan Kurva Pertumbuhan)

Bayi Wati, perempuan, usia 2 bulan, lahir cukup bulan, berat lahir 2500 gram, panjang badan 48 cm.
Wati diasuh oleh nenek karena ibu meninggal dunia akibat TB/HIV saat pasien berusia 2 minggu. Ibu
sempat merawat pasien. Saat ini Wati mendapat susu formula 60 ml tiap 2 atau 3 jam.

Pemeriksaan fisis :

Tampak rewel, terlihat kurus, tanda vital baik, reflex hisap baik. Sistem organ lain tak terdapat
kelainan. BB = 2,7 kg, PB= 50 cm, LK = 36 cm
Intruksi

1. Tuliskan apakah anda setuju bahwa Wati termasuk gizi buruk atau stunting ? Jelaskan !
BB/U : <-3SD; PB/U : <-3SD; BB/PB : -3<Z score<-2
By wati tidak termasuk gizi buruk dikarenakan berdasarkan kurva pertumbuhan WHO 2006
BB/PB masih -3<Z score<-2 termasuk dalam gizi kurang. Berdasarkan kurva WHO 2006
PB/U : <-3SD termasuk severe stunted, namun bayi belum bisa dikatakan stunting
dikarenakan etiologi stunted atau penyakit kronis belum dapat disingkirkan.
2. Tuliskan rencana pemberian nutrisi untuk Wati saat ini!
Height age : 110-120 kkal/hari
Kebutuhan kalori : RDAxBBI = (110-120)x3,4 = 374-408 kkal/hari
Diet susu formula standar 75 ml/3 jam/oral
Evaluasi toleransi dan akseptabilitas diet
3. Tuliskan langkah pemeriksaan penunjang untuk penegakkan diagnosis pada Wati !
HIV : PCR HIV
TBC : foto thoraks, uji tuberkulin, tes cepat molekuler, pewarnaan gram dan kultur
4. Terlepas dari kasus ini, tuliskan berbagai kondisi ibu yang membuat bayi tidak diberi ASI
(sementara ataupun permanen) !
Ibu HIV, Ibu yang mengkonsumsi NAPZA, ibu dengan sakit berat, ibu yang sedang menjalani
pengobatan tertentu, ibu dengan lesi herpes simpleks di payudara

Soal 2.

Anak laki-laki 18 bulan dating dengan keluhan bintik-bintik merah di kedua kaki yang bertambah
banyak dan tampak pucat. Tidak ada demam, perdarahan di tempat lain, batuk, pilek.

Pemfis vital sign dalam batas normal. Bb 15 kg TB 80cm (overweight bila diplotting)

Konjungtiva anemis. Tidak ada organomegali dan limfadenopati.

Petechiae di kedua kaki

Lab: Hb 9 g/dL, leukosit 8.000/mm3kl ga salah (normal) trombosit 9.000/mm3

MCV MCH MCHC rendah (ada angkanya dan nilai normal labnya)

Terlampir gambar MDT hipokrom mikrositer ada pencil cell.

Terlampir : gambar kaki penuh petechiae

Intruksi

4. Anamnesis apa yg perlu ditanyakan untuk melengkapi diagnosis?


Riwayat keluarga memiliki keluhan yang sama atau tidak
Riwayat pucat sebelumnya
Riwayat perdarahan sebelumnya
Riwayat demam/batuk/pilek/infeksi sebelumnya
Riwayat penggunaan obat sebelumnya (heparin, chloranfenikol, sulfonamid, aspirin)
Riwayat imunisasi sebelumnya (rubella, rubeola, varisella atau vaksin hidup lainnya)
Riwayat makan (jumlah, kualitas, pola makan, kebiasaan makan)
Riwayat mudah lelah, kurang nafsu makan, penurunan aktivitas
5. Diagnosis pada pasien ini?
Immune thrombocytopenia purpura
Anemia defisiensi besi
Overweight
6. Management untuk pasien ini?
Airway
Breathing
Circulation
Prednison 3x1 tab, evaluasi 1-2 minggu setelah pengobatan. Bila responsif dosis diturunkan
perlahan-lahan sampai kadar trombosit stabil atau sekitar 30.000-50.000/uL
Ferrous sulfat 1x1 tab, eveluasi Hb/Ht satu bulan setelah terapi
Penjajakan profil besi, infeksi, morfologi darah tepi
BMP jika gagal terapi selama 3-6 bulan
Nutrisi sesuai RDA x BBI
Edukasi :
ITP merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri
Jika ada riwayat pemakaian obat-obatan tertentu  hindari pemakaian obat
Hindari trauma
Pantau tanda perdarahan
Berikan makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan tinggi kandungan zat besi seperti
daging, hati, bayam dan mengandung vitamin C
Hindari minuman seperti teh atau yang mengandung tinggi kalsium

Soal 3.

Anak perempuan, 5 tahun, keluhan berjalan tidak seperti biasanya (lihat video), mendadak sejak 1
minggu sebelum ke RS, kejang fokal klonik, tiga kali dalam seminggu, 1 sampai 2 kali per hari,
interval 1-2 hari, lama 2-3 menit, selama dan sesudah kejang anak sadar.

Tidak demam, perkembangan sebelumnya normal

Tidak ada keluhan lain, demam (-), riwayat trauma kepala (-), sakit kepala (-), muntah (-), penurunan
kesadaran (-).

Pemeriksaan fisis :

Anak sadar, komunikasi baik, tidak terdapat paresis saraf kranial.


Terdapat peningkatan reflex fisiologis dan hipertonus ringan pada ekstremitas kanan. Refleks
babinksi kanan positif.

Video : Anak perempuan berdiri sambil memegang hp mainan. Anak di instruksikan untuk berjalan
bolak-balik. Kemudian respon anak lambat ketika menerima instruksi. Terdapat kelainan saat
berjalan dan parese pada tangan.

Ilustrasi parese tangan pada pasien

Intruksi

1. Apakah kelainan yg tampak pada video?

2. Sebutkan 3 diagnosis banding yg mungkin!

DD/ fokal epilepsi dengan Todd paralisis

Stroke iskemik

Tumor serebri

4. Pemeriksaan penunjang apa yg diperlukan?


EEG, CT-scan/MRI kepala

Soal 4.

Ira, perempuan, usia 3 bulan, BB 5 kg

Dibawa ke IGD dengan keluhan sesak memberat sejak dua jam sebelumnya.

Sejak usia satu bulan, napas berbunyi keras saat menarik napas. Tidak ada demam dan batuk,
menetek sering gelagepan karena napas berbunyi.
Dua jam sebelum di bawa ke IGD, pasien tampak sesak setelah menetek. Tidak ada demam dan
batuk sebelumnya.

Video : anak sesak napas dan stridor

Instruksi

4. Apa diagnosis?
Pneumonia aspirasi + sangkaan laringomalasia
5. Sebutkan tatalaksana!
Jaga patensi jalan nafas, atur posisi nyaman, bersihkan lendir dengan postural drainage,
pertimbangkan intubasi jika diperlukan
Berikan oksigen
Pasang IV line, pastikan sirkulasi baik
Tatalaksana khusus :
Ampisilin 250 mg/6 jam/IV
Gentamisin 40 mg/24 jam/IV
Cek lab DL, AGDA, elektrolit, septic marker, kultur darah
Konsul ke departemen THT-KL jika dijumpai kesulitan makan yang menetap atau gagal
tumbuh
6. Edukasi untuk orang tua?
Memberikan makan dengan hati-hati bila perlu dengan nasogastric atau dot dengan lubang
menetes kecil
Tanda-tanda bahaya seperti sesak dan kebiruan agar segera dibawa ke RS
Laringomalasia rerata akan mengalami perbaikan dalam 2 tahun, jika setelah usia 1 tahun
belum ada perbaikan maka dilakukan tindakan operasi

Soal 5.
Anti, perempuan, 12 tahun, dating dengan keluhan demam berulang sejak tiga bulan yang lalu.
Keluhan di sertai dengan nyeri dan bengkak pada persendian, serta pucat.

Pada pemeriksaan fisis :

Anak sadar, tekanan darah 150/90 mmHg, suhu badan 38,8C. Pada kulit didapatkan bercak seperti
pada gambar di bawah ini dan pada sendi lutut kanan dan pergelangan kaki kanan didapatkan
edema, terasa panas, nyeri dan kerterbatasan gerak sendi.

Pemeriksaan laboratorium :

Hb7,5 g/dL, Ht 22 vol%, leukosit 3.500/uL, trombosit 90.000/uL, Hitungjenis 0/1/1/60/28/10.


Gambaran darah tepi seperti terlihat pada gambar di bawahini. LED 120mm/jam. Urinalisis : protein
(+1), eritrosit 6-8/LPB, leukosit 0-2/LPB.

Intruksi

4. Diagnosis pada pasien ini?


Systemic lupus eritematosus
Hipertensi
5. Pemeriksaan penunjang yg diperlukan?
Komplemen C3, C4, anti ds-DNA, ANA tes, uji Coomb, anti Smith, SGOT, SGPT, ureum,
kreatinin, foto thoraks, foto persendiann, echocardiografi
6. Tatalaksana pada pasien ini?
Airway : jaga patensi jalan nafas
Breathing : berikan suplementasi oksigen
Circulation : pasang akses IV, pastikan anak tidak syok/sirkulasi baik
Khusus :
NSAID : salisilat 80mg/kgBB/hari
Hidroksiklorokuin 6-7 mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis selama 2 bulan, dilanjutkan 5
mg/kgBB/hari (mak 300 mg/hari)
Prednison 2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis selama 3-6 minggu dilanjutkan tappering off
selama 1-2 minggu
Salep betametason 0,05%
Captopril 0,3-0,5 mg/kg/kali diberikan 2-3 kali/hari
Suplementasi vitamin D dan calsium
Edukasi :
Istirahat yang cukup, nutrisi yang tepat
Diet rendah garam, gula, dan restriksi cairan
Hindari paparan sinar matahari dengan menggunakan pakaian yang tertutup dan payung
Menggunakan tabir surya dengan min SPF 24
Mengurangi aktivitas di luar rumah saat siang hari
Perjalanan penyakit dan kontrol teratur
Imunisasi khususnya vaksin antipneumokokus
Pantau tekanan darah

Soal 6.

Ina, perempuan, usia 1 tahun 9 bulan, dating ke poli dengan demam dan sesak napas, disertai BAB
cair 5 kali sehari, konsistensi lembek tanpa lender dan darah. Saat ini pasien malas minum. Pasien
sering diasuh oleh nenek yang tinggal serumah. Saat ini nenek sakit demam dan sesak, juga sedang
di bawa ke poli penyakit dalam untuk dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan fisis :

Kompos mentis, tidak sianosis, nadi 130x/menit, RR 66x/menit, suhu 38,5C, SatO 2 88% (udara kamar)

Kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan lidah masih basah. Tampak nasal flare, retraksi costae
(+), dan terdengar crackles saat auskultasi.

Abdomen datar, lembur, turgor kembali cepat, bising usus meningkat.

Pemeriksaan Penunjang :

Hb 9,3 g/dL, Ht 32,6%, leukosit 3.300/mm 3, trombosit 329.000/mm3

Hitung jenis basofil/eosinofil/neutrofilbatang/neutrofilsegmen/limposit/monosit (%):


0/0/10/72/8/10
Intruksi

4. Tuliskan diagnosis kerja secara lengkap dan klasifikasi penyakit menurut IDAI!
Probable COVID-19 dengan gejala berat + diare akut tanpa dehidrasi + anemia ec infeksi

5. Tuliskan rencana pemeriksaan untuk mengkonfirmasi etiologi!


RT-PCR swab SAR CoV-2
6. Tuliskan nama sindrom pascainfeksi dan 3 manifestasi yang menyokong sindroma tersebut!
Multisystem inflammatory syndrome in children
3 manifestasi : Demam >= 3 hari, disertai 2 dari gejela :
- Ruam/konjungtivitis bilateral non purulenta/tanda inflamasi mukokutaneus pada mulut,
tangan, kaki
- Hipotensi/syok
- Gambaran disfungsi miokardium, perikarditis, vaskulitis, abnormalitas koroner (kelainan
echo, troponin meningkat, NT-proBNP meningkat)
- Bukti adanya koagulopati
- Gejala GI tract akut

Dan

Marker inflamasi meningkat (LED, CRP atau procalcitonin)

Dan

Tidak ada penyebab keterlibatan infeksi bakterii yang menyebabkan inflamasi (sepsis
bakteri, sindrom syok karena stafilokokkus/streptokokkus)

Dan

Terdapat bukti Covid-19 (RT-PCR, positif tes antigen/positif serologi/kemungkinan besar


kontak dengan pasien Covid-19)

Anda mungkin juga menyukai