Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit adalah keadaan tidak normal pada badan atau minda yang
menyebabkan ketidakselesaan, disfungsi, atau tekanan/stres kepada orang yang terbabit
atau berhubung rapat dengannya. Kadang kala istilah ini digunakan secara umum untuk
menerangkan kecederaan, kecacatan, sindrom, simptom, keserongan tingkah laku, dan
variasi biasa sesuatu struktur atau fungsi, sementara dalam konteks lain boleh dianggap
sebagai kategori yang boleh dibezakan.

Terdapat pelbagai jenis penyakit yang mengancam manusia.Penyakit ini boleh


disebabkan oleh kuman, bakteria, virus, racun, kegagalan organ berfungsi, dan juga
oleh penyakit baka/keturunan.

Sesuatu keadaan boleh disahkan secara objektif, tetapi anggapan bahawa


sesuatu “gejala”ialah penyakit bergantung pada pertimbangan nilai masyarakat. Sebagai
contoh, pada masa kini, dalam kalangan masyarakat Amerika Utara, jumlah mereka
yang menganggap masalah kebantutan dan obesiti sebagai penyakit telah meningkat
sepanjang tempoh 40 tahun lalu, sebaliknya jumlah mereka yang menganggap
homoseksual sebagai penyakit semakin berkurangan.

Sesuatu gejala dianggap sebagai penyakit oleh sesuatu kebudayaan atau dalam
satu julat masa, tetapi bukan dalam semua kebudayaan atau era. Masalah
kecenderungan menentang, masalah sukar menumpukan perhatian, dan masalah
personaliti merupakan antara contoh gejala yang dianggap sebagai penyakit dalam
masyarakat Amerika Utara kini tetapi tidak pernah dianggap sedemikian dalam
kebudayaan Amerika abad lalu atau bagi masyarakat lain pada masa kini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi penyakit sindrom nefrotik

Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada
anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria
masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab. Yang dimaksud
proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat
badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5
gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula hipertensi,
hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia.
Sindrom nefrotik dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling umum antara
usia 1-1/2 dan 8 tahun. Penyakit ini lebih banyak mempengaruhi anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan. Beberapa istilh lain yang sering digunakan untuk
sindrom nefrotik antara lain nefrotik syndrom, sindroma nefrotik, nefrotik syndrom,
dan lain sebagainya. Seorang anak dengan sindroma nefrotik memiliki tanda-tanda ini
antara lain tingginya kadar protein dalam urin, rendahnya tingkat protein dalam darah,
pembengkakan akibat penumpukan garam dan air.
Untuk mendiagnosa nefrotik syndrom anak, dokter mungkin meminta sampel
urin untuk memeriksa protein. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kadar protein yang
tinggi dalam urin merupakan tanda dari penyakit sindroma nefrotik.

Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :


1. Sindrom nefrotik primer, faktor etiologinya tidak diketahui. Dikatakan sindrom
nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat
kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling
sering dijumpai pada anak. Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah
sindrom nefrotik kongenital, yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan
sejak anak itu lahir atau usia di bawah 1 tahun.

2
2. Sindrom nefrotik sekunder, timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau
sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya efek samping obat.
Penyebab yang sering dijumpai adalah :

 Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom


Alport, miksedema.
 Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.
 Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun serangga,
bisa ular.
 Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik, purpura
Henoch-Schönlein, sarkoidosis.
 Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor gastrointestinal.

2.2. Penatalaksanaan diet pada penyakit sindrom nefrotik

A. Sindrom nefrotik serangan pertama

1. Perbaiki keadaan umum penderita :


a. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Rujukan ke
bagian gizi diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal.
b. Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi plasma atau
albumin konsentrat.
c. Berantas infeksi.
d. Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi.
e. Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema
anasarka. Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu
aktivitas. Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat antihipertensi.
2. Terapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya 14 hari setelah
diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk memastikan apakah penderita
mengalami remisi spontan atau tidak. Bila dalam waktu 14 hari terjadi remisi
spontan, prednison tidak perlu diberikan, tetapi bila dalam waktu 14 hari atau

3
kurang terjadi pemburukan keadaan, segera berikan prednison tanpa menunggu
waktu 14 hari.

B. Sindrom nefrotik kambuh (relapse)

1. Berikan prednison sesuai protokol relapse, segera setelah diagnosis relapse


ditegakkan.

2. Perbaiki keadaan umum penderita.

a. Sindrom nefrotik kambuh tidak sering

Adalah sindrom nefrotik yang kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan atau < 4
kali dalam masa 12 bulan.

1. Induksi
Prednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80
mg/hari, diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu.
2. Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 40 mg/m 2/48 jam, diberikan
selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4
minggu, prednison dihentikan.

b. Sindrom nefrotik kambuh sering

adalah sindrom nefrotik yang kambuh > 2 kali dalam masa 6 bulan atau > 4
kali dalam masa 12 bulan.

1. Induksi
Prednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80
mg/hari, diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu.
2. Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m 2/48 jam, diberikan
selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4
minggu, dosis prednison diturunkan menjadi 40 mg/m 2/48 jam diberikan
selama 1 minggu, kemudian 30 mg/m 2/48 jam selama 1 minggu, kemudian

4
20 mg/m2/48 jam selama 1 minggu, akhirnya 10 mg/m2/48 jam selama 6
minggu, kemudian prednison dihentikan.Pada saat prednison mulai
diberikan selang sehari, siklofosfamid oral 2-3 mg/kg/hari diberikan setiap
pagi hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu siklofosfamid dihentikan.
Indikasi untuk merujuk ke dokter spesialis nefrologi anak adalah bila pasien
tidak respons terhadap pengobatan awal, relapse frekuen, terdapat
komplikasi, terdapat indikasi kontra steroid, atau untuk biopsi ginjal.

 Tujuan Diet

1.Mengganti kehilangan protein terutama albumin

2.Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh

3.Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigleserida

4.Mengontrol hipertensi

5.Mengurangi anoreksia

 Syarat Diet

1.Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif,yaitu 35


kkal/kg BB/hari

2.Protein sedang,yaitu 1,0 g/kg BB,atau 0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein
yaitu dikeluarkan melalui urin.utamakan penggunaan protein bernilai
biologik tinggi

3.Lemak sedang,15-20% dari kebutuhan energi total.perbandingkan lemak


jenuh,lemak jenuh tunggal,dan lemak jenuh ganda adalah 1:1:1

4.Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi,utamakan penggunaan


karbohidrat komplek

5.Natrium dibatasi,yaitu 1-4 g sehari,tergantung berat ringannya edema

5
6.Kolesterol dibatasi< 300 mg,begitu pula gula murni,bila ada peningkatan
trigleserida darah.

7.Cairan disesuiakan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin


ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan
pernapasan.

 Jenis diet dan indikasi pemberian

Karena gejala penyakit bersifat sangan individual,diet disusun secara


individual pula,dengan menyatakan banyak protein dan natrium yang
dibutuhkan di dalam diet.

Contoh ; diet sindrom nefrotik,Energi 1750 kkal, P :50 g , Na :2 g.

2.3. Definisi Penyakit Batu Ginjal

Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih (urolithiasis),
Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat
diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter,
buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran
kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk
di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang
paling sering terjadi.
Patofisilogi penyakit batu ginjal ini adalah Batu saluran kemih dapat
menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi
obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi
yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan
hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat

6
menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal)
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik) Secara epidemiologis
terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang
dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik;

 Faktor intrinsik, meliputi:

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.


2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

 Faktor ekstrinsik, meliputi:

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih


tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Teori Terbentuknya Urolithiasis/Batu Ginjal :

1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.

7
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-
kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan
beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan
memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.

2.4. Penatalaksanaan Diet Pada Penyakit Batu Ginjal

A. Batu Ginjal Kalsium

Batu ginjal ini terdiri dari batu oksalat tunggal atau bergabung dengan kalsium
fosfat, biasanya pada penderita penyakit ini terjadi hiperkalsiuria (>200 mg /hari) akibat
tingginya absorsi kalsium.
Hiperkalsiuria ini dibagi menjadi 2, hiperkalsiuria tipe 1 dan tipe 2.

 Tipe 1 : Hiperkalsiuria yang tidak dipengaruhi diet.


 Penatalaksanaan
Tetap dianjurkan untuk mengkonsumsi kalsium secara adekuat namun tidak
berlebihan.

 Tipe 2 : Hiperkalsiuria yang disebabkan oleh asupan kalsium yang berlebihan.


 Penatalaksanaan
- Dianjurkan tetap mengontrol asupan kalsium dalam batas normal (500-800
mg untuk laki-laki dan 500-600 mg) untuk wanita
- Pembatasan kalsium tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan absorpsi
oksalat sehingga meningkatkan resiko terbentuknya batu
- asupan oksalat dibatasi.

 Bahan makanan yang dibatasi :


a. Sumber Kalsium : keju, susu dan olahan susu, teri, dan ikan yang dimakan
dengan tulangnya.

8
b. Sumber Oksalat : kentang, ubi, bayam, bit, stobery, anggur, kacang-
kacangan, teh, coklat, ovaltine dan milo.
c. Konsumsi cairan dalam jumlah banyak, 1,5-2,5 liter perhari

B. Batu Ginjal Asam Urat

 Penatalaksanaan :

- Konsumsi cairan dalam jumlah banyak, 1,5-2,5 liter perhari


- Batasi makanan yang menghasilkan sisa asam tinggi
Contoh : nasi, roti dan olahan terigu lainnya. Daging, ikan, kerang, telur, keju,
kacang-kacangan dan hasil olahannya serta lemak hewan.
- Hindari makanan yang mengandung purin tinggi (>100 mg/100 gram bahan
makanan)
Contoh : otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, ekstrak daging/kaldu, buillon, bebek,
ikan sarden, makarel, remis, kerang.
- Konsumsi makanan yang menghasilkan sisa basa tinggi
Contoh : susu, susu asam, krim, minyak kelapa, kelapa, santan, semua jenis
sayuran (tapi dibatasi untuk jenis-jenis tertentu) dan semua jenis buah.

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi
atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa,
dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau
pembedahan terbuka.

 Syarat diet
1. Energi sesuai dengan kenutuhan
2. Protein cukup,yaitu 10 -15% kebutuhan energi total
3. Lemak sedang,yaitu 10 -25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat sisa dari kebutuhan energi
5. Cairan tinggi,yaitu 2,5 -3 liter/hari yang berasal dari air putih.
6. Pembatasan makanan sesuai dengan jenis batu.
9
 Tujuan diet nefrolitiasis (batu ginjal)adalah untuk :
1. mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal
2. meningkatkan eksresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan urin melalui
peningkatan asupan cairan.
3. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal.

2.5. Pencegahan Urolithiasis/Batu Ginjal

Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya


adalahupaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran
kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh lebih dari 50% dalam 10 tahun. Prinsip
pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per
hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
4. Rendah purin
5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

Penelitian di Amerika menyebutkan ada 24 elemen makanan termasuk vitamin dan


mineral yang dapat memicu terbentuknya batu ginjal. Oleh karena itu diperlukan
makanan yang seimbang agar bisa terhindar dari penyakit batu ginjal.

 Batasi Kalsium
Semakin tinggi kalsium bisa menaikkan pula eksresi yang menambah pembentukan

10
kristalisasi garam-garam dapur. Batasi kalsium tinggi seperti ikan salmon, sarden,
keju, susu, es krim. Anda bisa mengkonsumsi satu porsi lobak, bayam, ikan kering
dan cokelat.

 Kurangi Oksalat Pembentuk Kristal


Oksalat dalam air kemih berasal dari dalam tubuh, dari makanan yang kita makan
serta hasil metabolisme vitamin C. Oleh karena itu pasien batu ginjal disarankan
tidak mengkonsumsi vitamin C lebih dari 1 gram per hari dan penderita tidak
boleh kekurangan vitamin B6 karena. Kedua penyebab tersebut dapat memicu
peningkatan produk oksalat.

 Kurangi Konsumsi Protein Hewani


Protein hewani dapat meningkatkan terbuangnya kalsium dan asam urat dalam
air kemin yang kemudian diikuti dengan menurunnya PH (tingkat keasaman) urin
dan pembuangan sitrat. Urine yang asam dalam jangka lama memudahkan
terbentuknya kristal.

 Minum Air Putih


Semakin kurang seseorang minum air putih makin kurang pula air kemih yang
terbentuk. Junlah yang dianjurkan adalah minimmal 2 liter air per hari. Umumnya
penderita batu ginjal minum air kurang dari 1 liter per harinya.

 Batasi Garam
Setiap peningkatan 100 mg garam dalam makanan dapat meningkatkan 25-30 mg
kalsium dalam urine. keluarnya kalsium dari air kemih karena garam ini
mempermudah terbentuknya kristalisasi ikatan kalsium urat oleh natrium (sodium)

11
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Sindroma nefrotik adalah suatu penyakit dengan gejala edema, proteinuria,


hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia.
Menurut etiologinya sindrom nefrotik dibagi menjadi sindrom nefrotik bawaan, sindrom
nefrotik sekunder, sindrom nefrotik idiopatik, dan glomerulosklerosis fokal segmental.
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda klinis, seperti edema, oliguria, proteinuria,
hiperkolesteronemia, anemia defisiensi besi dan.hipoalbuminemia.
Terapi yang digunakan untuk sindrom nefrotik : bed rest, diet protein rendah garam,
antibiotok bila ada indikasi, diuretik, kortikosteroid, dan pungsi asites bila ada indikasi
vital.
Komplikasi dari sindrom nefrotik adalah : infeksi, malnutrisi, trombosis, gagal ginjal
akut.
Prognosisnya umum baik.

3.2. SARAN

Bila terjadi tanda-tanda sindrom nefrotik (SN) sebaiknya segera periksa ke tenaga
kesehatan terdekat agar tidak terjadi komplikasi.
Jangan angga remeh penyakit ini karena dapat berakibat fatal pada perkembangan anak-
anak.

12

Anda mungkin juga menyukai