Anda di halaman 1dari 12

MONITORING TERAPI GIZI

A. Identitas Pasien
Nama : Salma
Tanggal Lahir : 31 Juli 2017 (18 bulan)
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah : Buruh
Bahasa/suku : Banjar/Banjar
Panjang badan : 72,5 cm
Berat badan : 6,5 kg
Berat badan lahir : 2 kg
Kelurahan : Kelayan Timur
Tanggal kasus : 15 Februari 2019

B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
a. Badan terlihat kurus
b. Berat badan tidak mengalami kenaikan secara signifikan dilihat dari
grafik KMS
c. Nafsu makan menurun

2. Riwayat Penyakit Sekarang dan Dahulu


a. Riwayat Penyakit Sekarang
a) BGM (Bawah Garis Merah)
b) Diare
c) Gangguan pencernaan
d) Status gizi buruk

b. Riwayat Penyakit Dahulu


a) BGM (Bawah Garis Merah).
b) Pada saat lahir anak mengalami BBLR yaitu lahir dengan berat 2
kg.
c) Pernah dirawat di Rumah Sakit Ansari Saleh 3 bulan yang lalu
selama 18 hari karena pasien sakit BAB berdarah. Selama dirawat
di Rumah Sakit pasien makan melalui NGT sehingga daya terima
makanan secara oral sulit diterima oleh pasien sampai sekarang.

19
Pasien diberikan makan secara oral hanya dapat menerima
sebanyak 2 – 3 sendok makan setiap harinya. Apabila terlalu
banyak pasien akan memuntahkan makanannya.
d) Batuk - batuk

3. Riwayat Penyakit Keluarga


a) Bapak perokok berat, beliau pernah batuk selama 1 minggu.
b) Ibu pernah mengalami hipertensi pada saat sesudah melahirkan

4. Riwayat Obat-obatan
An. S pernah sakit BAB berdarah 3 bulan yang lalu dan dirawat di
RS Ansari Saleh selama 18 hari. Obat-obatan yang dikonsumsi
disesuaikan dengan penyakit yang diderita. Ibu An. S sering membawa
anak beliau ke puskesmas untuk berobat dan selalu memantau berat
badan.

5. Sosial Ekonomi
a. Anak tinggal dan diasuh oleh Ibu dan ayahnya
b. Dalam satu rumah, dihuni oleh 6 orang yaitu ayah, ibu dan 4 orang
anak.
c. Pendidikan terakhir ayah dan ibu yaitu SD.

6. Kebiasaan dan Pola Makan


a. Kebiasaan Hidup
Setiap hari, An. S diasuh oleh ibu nya. An. S adalah saudara kembar.
b. Kebiasaan Makan
An. S memiliki kebiasaan makan 3 x sehari dengan porsi kecil
yaitu 1 piring kecil. Pola makan menyesuaikan dengan apa yang
dimakan oleh ibu. An. S sering mengonsumsi nasi dan lauk hewani
tetapi pada saat makan An. S selalu memuntahkannya. Anak selalu
dibiasakan dengan memberikan makanan jajan. Jarang mengkonsumsi
sayur dan buah. An. S juga sering mengonsumsi ASI dalam waktu 15
menit dan juga mengonsumsi susu formula. Susu formula diberikan
oleh keluarga semampunya saja. Sehingga asupan makanan anak
secara kualitas dan kuantitas masih kurang.

C. Assesment
1. Data Antropometri
Berdasarkan pengukuran antropometri yang dilakukan pada tanggal 15
Februari 2019 diperoleh hasil sebagai berikut
BB = 6,5 kg
PB = 72,5 cm
Status gizi pasien sebagai berikut
a. Berat Badan Menurut Umur
6 ,5−10 , 2 −3 ,7
BB/U = = = -3,36 SD (gizi buruk)
10 ,2−9 , 1 1 ,1
b. Panjang Badan Menurut Umur
72 ,5−80 , 7 −8 , 2
PB/U = = = -2,82 SD (pendek)
80 ,7−77 , 8 2 ,9
c. Berat Badan Menurut Panjang Badan
6 , 5−8 , 7 −2 ,2
BB/PB = = = -2,75 (kurus)
8 ,7−7 , 9 0 ,8
Kesimpulan :
Dari hasil pengkajian antropometri dengan pengukuran panjang badan
dan penimbangan berat badan diketahui bahwa status gizi anak tergolong
gizi buruk (malnutrisi).
2. Data Biokimia
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium

3. Data Fisik
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada pasien pada 16
Februari 2019 diketahui bahwa anak tampak kurus, rambut tipis. Ada
gangguan pencernaan karena anak selalu memuntahkan makanan
makanan yang dimakan dan diare.

4. Dietary History
a. Kualitatif
Kebiasaan makan pasien yaitu nasi 3x/hari @ 1 piring kecil, Ikan @
¼ potong dan susu formula SGM 2x/hari @2 sd takar.
b. Kuantitatif
Asupan makan pasien berdasarkan recall 24 jam sebagai berikut
Tabel 3.1. Hasil Recall 24 Jam
Wakt Menu Makanan URT Berat (gr)
u
07.00 Kue untuk Inti 1 buah 20 gr
07.30 ASI - -
10.00 Biskuit Roma 2 buah biskuit 14 gr
10.15 Susu formula 1 botol susu kecil 60 ml
12.00 Nasi 1 piring kecil 30 gr
Ikan Peda ¼ potong 20 gr
14.00 Susu formula 1 botol susu kecil 60 ml
16.00 Roti Manis 1 bungkus kecil 35 gr
Jordan Rasa
Coklat
20.00 ASI - -

Tabel 3.2. Hasil Asupan Recall 24 Jam


Energi Protein Lemak KH
Asupan Oral 730,34 15,41 24,24 102,2
Kebutuhan* 951,5 22 26,43 156,40
% Asupan 76,75 70,04 98,41 65,34
Kesimpulan :
Asupan pasien untuk energi, protein, karbohidrat yaitu dalam kategori
kurang karena <80% dan asupan lemak dalam kategori baik >80%.
Kategori tingkat asupan (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,
2004)
Baik : 80-110%
Kurang : <80%
Lebih : >110%

c. Diagnosis Gizi
NI. 1.4 Asupan energi dan protein inadekuat berkaitan dengan
adanya penyakit saluran pencernaan ditandai dengan hasil
recall 1 x 24 jam energi dan protein >80%.
NC.3.1 Berat badan kurang berkaitan dengan proses tumbuh kembang

anak ditandai dengan status gizi pasien menurut BB/U -3,36


SD (gizi buruk)

NB. 1.3 Belum siap untuk melakukan perubahan pola hidup berkaitan
dengan ibu pasien belum pernah mendapatkan edukasi ditandai
dengan pemberian makan anak tidak bervariasi.

D. Intervensi Gizi
1. Planning
a. Terapi Diet
Diet TKTP

b. Tujuan Diet
1. Memberikan makanan yang adekuat untuk tumbuh kejar, target
≥80 % kebutuhan
2. Meningkatkan berat badan ≥ 10 gr/kg BB hari

c. Syarat Diet
1. Energi tinggi
2. Protein tinggi
3. Lemak cukup, 25% dari total kebutuhan energi
4. Karbohidrat sisa dari total kebutuhan energi
5. Vitamin dan mineral cukup
6. Bentuk makanan biasa
7. Frekuensi makan 3x makan utama dan 2 kali makanan selingan

d. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi


BB = 6,5 kg
PB = 72,5 cm
BBI = (Umur (tahun) x 2 ) + 8
= (1,5 tahun x 2) + 8
=3+8
= 11 kg
Usia tinggi = 6 bulan
PB anak hanya 72,5 cm dan belum sesuai dengan usianya.
Seharusnya anak usia 1,5 tahun memiliki PB 80,7 cm.
Sehingga pada perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi
menggunakan AKG kelompok usia 0-6 bulan.
Kebutuhan Energi = BBI x Kebutuhan energi AKG sesuai usia tinggi
= 11 kg x 86,5 kkal/kg BB
= 951,5 kkal
(+10%) = 1.046,65 kkal
(-10%) = 856,35 kkal
Protein = BBI x Kebutuhan protein AKG sesuai usia tinggi
= 11 kg x 2 gr/kg BB
= 22 gram (88 kkal)
(+10%) = 24,2 gram
(-10%) = 19,8 gram
Lemak = 25% x total energi
= 25% x 951,5 kkal
= 237,87 kkal / 9
= 26,43 gram
(+10%) = 29,07 gram
(-10%) = 23,78 gram
Karbohidrat = Energi – (Protein + Lemak)
= 951,5 kkal – (88 kkal + 237,87 kkal)
= 951,5 kkal – 325,87 kkal
= 625,63 / 4
= 156,40 gram
(+10%) = 172,04 gram
(-10%) = 140,76 gram

e. Terapi Diet
Diet : TKTP
Bentuk makanan : Biasa
Cara pemberian : Oral

f. Rencana Monitoring
Tabel 3.3 Rencana Monitoring dan Evaluasi
Hal yang diukur Waktu pengukuran Target
Antropometri BB Awal dan akhir BB naik
kasus ≥10 gr/kg BB/hari
Biokimia - - -
Fisik Kondisi umum Setiap kunjungan Kondisi membaik

Asupan zat gizi Asupan energi, Setiap kunjungan Asupan zat gizi
protein, lemak >80% kebutuhan
dan karbohidrat

g. Rencana Konsultasi
1) Topik : Penatalaksanaan diet asuhan gizi kurang
2) Sasaran : Ibu
3) Materi : Dampak berat anak yang BGM, diet TKTP,

dan PHBS
4) Waktu dan Tempat
a. Hari/Tanggal : Kamis, 21 Februari 2019
b. Waktu : ± 20 menit
c. Tempat : Rumah An. S
5) Metode : Ceramah
6) Media : Leaflet
7) Evaluasi : Menanyakan kembali materi yang telah
disampaikan

h. Rencana Tindak Lanjut


Pasien dimonitoring setiap minggu. Setelah diberikan PMT berupa
biskuit dan vitamin Taburia

i. Hasil Monitoring, Evaluasi dan Tindak Lanjut


1. Antropometri
Tabel 3.4. Hasil Penimbangan Berat Badan
No Tanggal Kunjungan Hasil Pengamatan Berat Badan (gr)
1 15 Februari 2019 6500
2 22 Februari 2019 6510
3 07 Maret 2019 6515
4 14 Maret 2019 6520

Tabel 3.5. Hasil Monitoring Pengukuran Antropometri


No Tanggal BB Z-score Kenaikan
. (gram BB
BB/U PB/U BB/PB
)
1 15/02/2019 6500 -3,36 -2,82 -2,75 -
4 14/03/2019 6520 -3,34 -2,82 -2,72 20 gr
Kenaikan BB setelah 27 hari
Berat badan saat ini = 6520 gram
Berat badan 27 hari yang lalu = 6500 gram
Kenaikan Berat Badan = 6520 – 6500 = 20 gram
Kenaikan Berat Badan/hari = 20 gram ÷ 27 hari = 0,7 gram
Kenaikan Berat Badan/kg/hari = 0,7 g/hari ÷ (6,5 kg +6,52 kg) ÷ 2
= 0,7 ÷ 6,51 = 0,1 g/kg/hari
Kesimpulan :
Dari hasil monitring pengukuran antropometri, pasien mengalami kenaikan
berat badan 0,1 g/kg/hari dan masuk dalam kategori buruk. Hal ini berarti
tujuan monitoring kurang tercapai. Namun status gizi pasien menurut
BB/U belum ada peningkatan dan masih dalam kategori gizi buruk.
Adapun kategori kenaikan berat badan sebagai berikut :
Kurang = <5 gr/kg Bb/hari
Sedang = 5 s/d <10 gr/kg Bb/hari
Baik = ≥ 10 gr/kg Bb/hari

2. Klinis Fisik
Tabel 3.5. Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil Pengamatan
Fisik 15/02 22/02 28/02 04/03
Tampak kurus    
Rambut tipis    
Kesimpulan :
Dari hasil monitoring pemeriksaan fisik sebanyak 5 kali kunjungan dapat
disimpulkan bahwa penampilan keseluruhan anak setelah intervensi yaitu
masih tampak kurus, dan rambut tipis. Sedangkan balita setiap kali
kunjungan tidak rewel pada kunjungan ketiga.

3. Klinis Fisik
Tabel 6. Hasil Monitoring Asupan

Waktu Parameter Nilai Gizi


monitoring Asupan Energi Protein Lemak Karbohidrat
Asupan 730,34 15,41 24,24 102,2
14/02/201
Kebutuhan 951,5 22 26,43 156,40
9
%Asupan 76,75 70,04 98,41 65,34
Asupan 735,5 22 13 61,46
21/02/201
Kebutuhan 951,5 22 26,43 156,40
9
%Asupan 77,29 100 50 39,29
Asupan 743,6 23 13,23 115.16
27/02/201
Kebutuhan 951,5 22 26,43 156,40
9
%Asupan 78,15 104,5 50,05 73,63
Asupan 791,6 41,01 30,33 46,05
03/03/201
Kebutuhan 951,5 22 26,43 156,40
9
%Asupan 83,19 186,40 114,75 29,44
Rata-Rata Asupan 82,84 115,23 88,30 51,92
Kesimpulan :
Selama 4 kali monitoring, jika dirata-ratakan asupan makan untuk
energi 82,84% dan protein 115,23% lemak 88,30% dan karbohidrat
51,92%. Sehingga tujuan intervensi belum tercapai semua.

2. Pembahasan
Balita atas nama An. S berusia 1 tahun 5 bulan memiliki status gizi buruk

menurut BB/PB. Sejak usia 1 tahun 1 bulan dilihat dari buku KMS yang

menunjukkan BGM (Bawah Garis Merah) sehingga anak terlihat kurus. An. F

lahir dengan BBLR yaitu dengan berat badan 2 kg. An. S pernah dirawat di

Rumah Sakit Ansari Saleh 3 bulan yang lalu selama 18 hari karena pasien sakit

BAB berdarah. Selama dirawat di Rumah Sakit An. S makan melalui NGT

sehingga daya terima makanan secara oral sulit diterima oleh An. S sampai

sekarang. An. S diberikan makan secara oral hanya dapat menerima sebanyak 2 –

3 sendok makan setiap harinya. Apabila terlalu banyak An. S akan memuntahkan
makanannya. An. S mempunyai riwayat penyakit yaitu diare. Penyakit infeksi

pada anak akan mengganggu metabolisme yang membuat ketidakseimbangan

hormon dan mengganggu fungsi imunitas. Jadi anak yang terkena infeksi yang

berulang dan kronis akan mengalami gangguan gizi dan imunitas baik secara

absolut maupun relative (Syamsul, 2011). Diantara penyakit infeksi, diare

merupakan penyebab utama gangguan pertumbuhan anak balita. Menurut

Thomkin, et al. (2009) bahwa diare sering sebagai penyebab kemorosotan status

gizi. Memburuknya keadaan gizi anak akibat penyakit infeksi dapat menyebabkan

turunnya nafsu makan, sehingga masukan zat gizi berkurang padahal anak justru

memerlukan zat gizi yang lebih banyak. Balita yang terserang penyakit infeksi

dalam waktu yang lama akan berdampak pada berat badan dan pertumbuhan

liniernya.

Kondisi sosial ekonomi keluarga tergolong rendah. Pekerjaan ayah adalah

seorang tukang becak dan ibu hanya ibu rumah tangga. Dalam satu rumah dihuni

oleh 6 orang yaitu ayah, ibu dan 4 orang anak. Kondisi rumah keluarga An. S

diatas sungai dan keadaan rumah yang kotor yang menimbulkan sanitasi dan

hygiene personal yang buruk. Sehingga anggota keluarga rentan terkena penyakit

infeksi seperti diare.

An. S memiliki kebiasaan makan 3 x sehari dengan porsi kecil yaitu 1 piring

kecil. Pola makan menyesuaikan dengan apa yang dimakan oleh ibu. An. S sering

mengonsumsi nasi dan lauk hewani tetapi pada saat makan An. S selalu

memuntahkannya. Anak selalu dibiasakan dengan memberikan makanan jajan.

Jarang mengkonsumsi sayur dan buah. An. S juga sering mengonsumsi ASI dan

juga mengonsumsi susu formula. Susu formula diberikan oleh keluarga

semampunya saja. Sehingga asupan makanan anak secara kualitas dan kuantitas

masih kurang.

Saat kunjungan rumah pada 15 Februari 2019 An. S telihat kurus, rambut

tipis namun tidak rewel. Saat dilakukan pengukuran antropometri diketahui bahwa

berat badan An. S yaitu 6,5 kg dengan panjang badan 72,5 cm. Sehingga
didapatkan nilai z-score menurut BB/U yaitu -3,36 SD (Gizi Buruk), PB/U -2,82

SD (pendek) dan BB/PB -2,75 (Kurus).

Intervensi awal yang dilakukan adalah pemberian konseling dan pemberian

makanan tambahan berupa biskuit. Konseling diberikan dengan materi terkait

dampak status gizi kurang, diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), dan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selain itu, pemberian biskuit sebagai

makanan selingan anak diharapkan dapat meningkatkan asupan makanan dengan

snack yang padat gizi.

Kunjungan kedua dilakukan untuk mengetahui keberhasilan intervensi

melalui recall 24 jam. Berdasarkan hasil recall 24 jam diketahui bahwa asupan

energi mencapai energi 77,29%, protein 100%, lemak 50% dan Karbohidrat

39,29%. Asupan makan anak mulai membaik akibat adanya penambahan

makanan berupa biskuit. Namun makanan pokok yang diberikan masih kurang

karena anak terbiasa makan sedikit dan apabila banyak akan muntah.

Intervensi ketiga yang dilakukan adalah pemberian contoh makanan sehari

sesuai dengan kebutuhan anak dan pedoman gizi seimbang. Setelah menghitung

kebutuhan energi dan zat gizi untuk An. S untuk kebutuhan menu sehari. Menu

tersebut diolah dan diberikan kepada anak. Sehingga penjelasan mengenai contoh

menu, pemilihan bahan dan standar porsi dijelaskan kepada ibunya.

Setelah itu, kunjungan kedua dilakukan untuk mengetahui keberhasilan

intervensi melalui recall 24 jam. Berdasarkan hasil recall 24 jam diketahui bahwa

asupan energi mencapai 78,15%, protein 104,5%, lemak 50,05% dan karbohidrat

73,63%. Asupan energi, lemak dan karbohidrat masih dalam kategori kurang dan

protein telah mencapai kategori baik. Contoh makanan pokok yang diberikan

berupa nasi tim sayur, ikan fillet saus asam manis, sate tahu dan berupa snack kue

keranjang. Namun An. S hanya memakan ikan fillet nya saja. An. S tidak

memakan nasi tim dan sate tahu dikarenakan kurang disukai anak karena tekstur

nasi yang agak lembek. Namun, biskuit yang dimodifikasi menjadi kue keranjang

dapat anak habiskan.


Pemberian makanan terus dimonitoring, Pemilihan bahan makanan yang

diberikan keluarga sudah mulai membaik. Hal ini diketahui dari wawancara

dengan ibu responden.

Intervensi lanjutan yang dilakukan adalah pemberian F-100 berdasarkan

tatalaksana gizi buruk tahap rehabilitasi Menurut penatalaksaan gizi buruk

Kemenkes RI (2011), fase ini bertujuan memenuhi asupan pasien untuk tumbuh

kejar. Menurut Depkes (2007), pemberian diet Formula WHO berupa F100 dan

F100 digunakan untuk meningkatkan berat badan. Untuk memenuhi kebutuhan

pasien maka diberikan f100 yang dengan frekuensi 5x60ml dengan kandungan

energi 360 kkal, protein 10,4 gram, lemak 21,6 gram, dan karbohidrat 15,12

gram. Pemberian F100 ini akan memenuhi 20% kebutuhan pasien.

Setelah itu, kunjungan keempat dilakukan untuk mengetahui keberhasilan

intervensi melalui recall 24 jam. Berdasarkan hasil recall 24 jam diketahui bahwa

asupan energi mencapai 83,19%, protein 186,40%, lemak 114,75% dan

karbohidrat 29,44%. Asupan energi tergolong dalam kategori baik yaitu >80%,

protein melebihi 110% kebutuhan. Hal ini terjadi karena pemberian makanan

tambahan F100. F100 merupakan formula yang terbuat dari susu, gula dan

minyak sehingga kandungan lemaknya lebih besar dari susu biasa. Kandungan

lemak yang tinggi membuat formula makanan enteral menjadi padat energi.

Kapasitas lambung balita yang terbatas dan anoreksia yang biasa terjadi pada anak

gizi buruk membuat makanan padat energi diperlukan untuk mengejar masa

pertumbuhan pada pemulihan gizi buruk (Watson, dkk, 2010).

Menurut hasil monitoring dan evaluasi data antropometri, pasien mengalami

peningkatan berat badan sebesar 20 gr dalam waktu 27 hari atau 0,1 g/kg BB/hari.

Peningkatan berat badan masih dalam kategori kurang. Sehingga status gizi

pasien menurut BB/PB belum mengalami peningkatan dan masih dalam kategori

gizi buruk.

Selain itu, monitoring dan evaluasi data subjektif sebanyak 5 kali kunjungan

penampilan keseluruhan anak masih tampak kurus, rambut tipis namun anak tidak

pernah rewel pada saat kunjungan. Anak masih tampak kurus karena berat
badannya kurang proporsional terhadap tinggi badannya karena tubuh anak tinggi.

Penampilan fisik balita gizi buruk memang memerlukan waktu yang lama untuk

dipulihkan.

Sedangkan untuk asupan makan pasien, rata-rata asupan energi 82,84%,

asupan protein 115,23%, lemak 78,30% dan karbohidrat 51,92%. Sehingga

diketahui bahwa asupan makan secara kualitatif dan kuantitatif masih kurang

karena nafsu makan anak masih kurang. Nafsu makan yang kurang disebabkan

anak tidak bisa makan terlalu banyak karena anak bisa memuntahkan makanan

yang dimakan karena adanya penyakit saluran pencernaan sehingga daya terima

masih kurang.

Anda mungkin juga menyukai