Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL PENDAMPINGAN GIZI BURUK

OLEH KADER PUSKESMAS TUGU


TAHUN 2018

I. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Uswatun Khasanah
Umur : 22 Tahun
Alamat : RT.8 Dusun Krajan Desa Nglongsor Kec. Tugu Kab. Trenggalek
II. IDENTITAS BALITA
Nama Balita : Atha Rasyid Alfarisqi Susanto
Tanggal lahir : 29 April 2016
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Riwayat BBLR : Tidak ada, BB Lahir 2,9 kg
Penyakit Penyerta : -
Imunisasi : Lengkap
Obat Cacing : Sudah Diberikan
Vitamin A : Sudah Diberikan
MCK : Ada ODV (Leher Angsa)
TPS : Ada dibakar
III. IDENTITAS KADER
Nama Kader : Winarsih
Umur : 33 tahun
Alamat : Dusun Krajan Desa Nglongsor Kec. Tugu Kab. Trenggalek
IV. HASIL KEGIATAN PENDAMPINGAN

Pendampingan ini bertujuan untuk membantu memecahkan masalah gizi buruk sesuai
dengan potensi melalui advokasi. Pendampingan dilaksanakan oleh kader selama tiga bulan
dengan 12x kunjungan.

1. MINGGU KE-1 (24 Feb 2018)


Kader beserta petugas gizi mengunjungi balita yang telah dijadikan sasaran.
Kunjungan pertama kali yang dilakukan adalah untuk memberitahu sekaligus meminta
ijin kepada keluarga balita bahwa akan dilakukan pendampingan oleh kader selama tiga
bulan, selain itu menyampaikan tujuan pendampingan, dan melakukan pengukuran data
baseline.

2. MINGGU KE-2 (24 Feb 2018)

Hasil yang diperoleh usia balita 22 bulan BB balita 7,9 kg; TB 74 cm; Frekuensi
makan 3x sehari dengan jumlah porsi ½ mangkok kecil (mangkok souvenir), tekstur
makanan lunak (tim), variasi makan balita kurang bervariasi, pemberian makanan dengan
cara disuapi, dilakukan CTPS, kondisi balita kurang sehat karena baru sakit.

Peran kader adalah membuat kesepakatan dengan ibu bahwa akan dilakukan
pendampingan setiap minggunya sebanyak 12x, dan diharapkan bisa bekerjasama dengan
baik. Selain itu menganjurkan CTPS yang baik dan benar, menganjurkan untuk lebih
memvariasikan makanan dengan porsi makan ditambah.

3. MINGGU KE-3 (6 Maret 2018)


Hasil yang diperoleh pada minggu ini BB balita mengalami penurunan menjadi
7,6 kg; TB tetap 74 cm, frekuensi makan 3x sehari dengan jumlah porsi makan ½
mangkok kecil dan tekstur makan kasar atau makanan biasa, variasi makanan lengkap,
pemberiannya dengan cara disuapi ibu, CTPS dilakukan secara rutin, kondisi balita
mempengaruhi penurunan BB karena sedang sakit pilek
Peran kader adalah memberikan pemaparan kepada ibu untuk selalu menjaga
kesehatan balita, menganjurkan ibu untuk membawa balita yang sakit ke dokter
setempat. Memberikan anjuran untuk selalu menjaga kebersihan peralatan makan, karena
Menyarankan untuk selalu menambah jumlah porsi makan dengan menu makanan padat
gizi.
4. MINGGU KE-4 (13 Maret 2018)

Hasil yang diperoleh pada minggu ini BB balita naik 7,8 kg; TB balita tetap 74
cm; frekuensi makan 3 x sehari dengan jumlah porsi ½ mangkok dan tekstur makanan
biasa. Variasi makanan kurang lengkap karena hanya terdiri dari nasi dan lauk hewani
saja. Pemberian makan dengan cara disuapi ibu. CTPS dilakukan secara rutin. Kondisi
kesehatan balita adalah sehat.

Peran kader adalah memberikan penjelasan tentang manfaat dari minum susu,
jumlah makanan yang dimakan tetap ditambah dengan mengutamakan gizi seimbang,
makan snack lain secara rutin dan sehat.

5. MINGGU KE-5 (21 Maret 2018)


Hasil yang diperoleh pada minggu ini BB balita mengalami kenaikan 7,9 kg; TB
balita 75 cm. Frekuensi makan 3x sehari dengan jumlah porsi tetap ½ mangkok dan
tekstur makanan biasa. Variasi makanan sudah lengkap. Pemberian makan dengan cara
disuapi kadang-kadang juga makan sendiri. CTPS tetap dilakukan dengan baik dan
secara rutin. Kondisi kesehatan balita adalah sehat.
Peran kader adalah menjelaskan tentang manfaat makan sayur dan buah,
memberikan pengertian kepada ibu agar lebih sabar dan telaten dalam memberikan
makanan, jumlah makanan yang diberikan tetap ditambah dengan variasi makanan
lengkap tetap dipertahankan.
6. MINGGU KE-6 (28 Maret 2018)

Hasil yang diperoleh dalam minggu ini BB balita mengalami kenaikan 8 kg; TB
balita tetap 75 cm. Frekuensi makan 3x dengan porsi makan tetap ½ mangkok dan
tekstur makanan biasa. Variasi makan lengkap. Pemberian makan dengan cara disuapi
ibu. CTPS tetap dilakukan. Kondisi kesehatan balita sehat.

Peran kader selalu memberikan pengertian pada ibu untuk selalu bersabar dan
telaten agar anak mau makan, jumlah makanan untuk selalu ditingkatkan mencapai ¾
mangkok, dan ditambahkan makanan selingan.

7. MINGGU KE-7 (04 April 2018)

Hasil yang diperoleh dalam minggu ini BB balita mengalami kenaikan menjadi
8,1 kg; TB balita tetap 75 cm. Frekuensi makan 3x sehari dengan porsi makan meningkat
menjadi ¾ mangkok dan tekstur makanan biasa. Variasi makan lengkap. Pemberian
makan dengan cara disuapi ibu. CTPS tetap dilakukan. Kondisi kesehatan balita sehat.

Peran kader selalu memberikan pengertian pada ibu untuk menjaga kesehatan
anak agar tidak mudah sakit. Susu formula tetap diberikan dan jika perlu selalu
melakukan pemeriksaan rutin ke puskesmas atau ke dokter setempat.

8. MINGGU KE-8 (11 April 2018)


Hasil yang diperoleh dalam minggu ini BB balita mengalami penurunan menjadi
8 kg; TB balita tetap 75 cm. Frekuensi makan 3x sehari dengan porsi makan tetap ¾
mangkok dan tekstur makanan biasa. Variasi makan kurang lengkap. Pemberian makan
dengan cara disuapi ibu. CTPS tetap dilakukan. Kondisi kesehatan balita kurang sehat
karena agak batuk sehingga BB balita mengalami sedikit penurunan.
Peran kader selalu memberikan pengertian pada ibu untuk menjaga kesehatan
balita agar tidak mudah sakit, jika anak susah makan kader menganjurkan untuk
memberikan suplemen penambah nafsu makan, jumlah porsi makan ditambah. Cara
pemberian makan/ menyuapi dengan diajak main ke rumah tetangga yang mempunyai
anak kecil.
9. MINGGU KE-9 (18 April 2018)
Hasil yang diperoleh dalam minggu ini BB balita mengalami peningkatan
menjadi 8,2 kg; TB balita 76 cm. Frekuensi makan 3x sehari dengan porsi makan tetap ¾
mangkok dan tekstur makanan biasa. Variasi makan lengkap. Pemberian makan dengan
cara disuapi ibu. CTPS tetap dilakukan. Kondisi kesehatan balita sehat.
Peran kader memberikan saran kepada ibu untuk menambah frekuensi makan 4x
sehari karena porsi makan hanya sedikit. Sebaiknya makanan dimasak sendiri untuk
menghindari tambahan penyedap pada makanan.
10. MINGGU KE-10 (25 April 2018)
Hasil yang diperoleh dalam minggu ini BB balita turun menjadi 8,1 kg; TB balita
tetap 76 cm. Frekuensi makan 3x sehari dengan porsi makan ½ mangkok dan tekstur
makanan biasa. Variasi makan kurang lengkap karena hanya nasi dan lauk hewani.
Pemberian makan dengan cara disuapi ibu. CTPS tetap dilakukan. Kondisi kesehatan
balita sehat.
Peran kader menganjurkan untuk selalu mengkonsumsi garam beryodium untuk
mencegah GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium), cara penyimpanan garam
dapur yang benar. Memberikan saran untuk tetap menambah jumlah makanan. Mengajari
ibu untuk membuat susu formal dan PMT sesuai dengan nutrisi seimbang.
11. MINGGU KE-11 (10 Mei 2018)
Hasil yang diperoleh dalam minggu ini BB balita turun lagi menjadi 8 kg; TB
balita tetap 76 cm. Frekuensi makan 3x sehari dengan porsi makan ¾ mangkok dan
tekstur makanan biasa. Variasi makan kurang lengkap karena hanya nasi dan lauk
hewani. Pemberian makan dengan cara disuapi ibu. CTPS tetap dilakukan. Kondisi
kesehatan balita sehat.
Peran kader menyarankan ibu untuk memberikan obat cacing setiap 6 bulan
sekali, setiap bulan februari dan agustus datang ke posyandu untuk mendapatkan kapsul
vitamin A yang baik untuk kesehatan mata.
12. MINGGU KE-12 (12 Mei 2018)
Hasil yang diperoleh dalam minggu ini BB balita mengalami peningkatan
menjadi 8,2 kg; TB balita77,5 cm. Frekuensi makan 3x sehari dengan porsi makan ¾
mangkok dan tekstur makanan biasa. Variasi makan kurang lengkap karena hanya nasi
dan lauk hewani. Pemberian makan dengan cara disuapi ibu. CTPS tetap dilakukan.
Kondisi kesehatan balita sehat.
Peran kader menyarankan ibu untuk tetap menambah jumlah porsi makanan,
frekuensi makan lebih sering karena porsi makan kurang, variasi makanan lebih
bevariasu, CTPS terus dilakukan, pemberian susu dilanjut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Selama pendampingan berlangsung kader tidak mengalami hambatan karena ibu


balita selalu bersedia menerima saran yang diberikan oleh kader, ibu balita sangat telaten
membuatkan makanan sesuai dengan variasi nutrisi yang dianjurkan, jika anak sakit ibu
selalu mengantarkannya ke dokter, vitamin yang diberikan juga bermacam-macam. Yang
menjadi masalah adalah balita tersebut tetap mengalami susah makan, hal ini bisa
disebabkan adanya faktor lingkungan yang kurang mendukung, rumah balita tersebut
berada di pinggir jalan raya sehingga dia tidak diperbolehkan keluar rumah, selain itu
rumah balita tersebut jauh dari tetangga yang mempunyai balita-balita lain, sehingga dia
kurang bergaul dengan teman sebayanya, dan di rumah dia hanya bermain dengan ibu
dan neneknya.

Beberapa faktor yang membuat anak susah makan salah satunya adalah adanya
faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut bisa datang dari keluarga sendiri atau
orang lain. Jika dari lingkungan keluarga sudah mendukung kemungkinan besar anak
juga membutuhkan dukungan dari orang lain seperti teman-teman sebayanya, misalkan
ketika makan dia diajak bermain bersama teman sebayanya dia anak akan lebih cepat
menghabiskan makanannya dibandingkan dengan dia makan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai