Pendampingan ini bertujuan untuk membantu memecahkan masalah gizi buruk sesuai
dengan potensi melalui advokasi. Pendampingan dilaksanakan oleh kader selama tiga bulan
dengan 12x kunjungan.
Hasil yang diperoleh usia balita 22 bulan BB balita 7,9 kg; TB 74 cm; Frekuensi
makan 3x sehari dengan jumlah porsi ½ mangkok kecil (mangkok souvenir), tekstur
makanan lunak (tim), variasi makan balita kurang bervariasi, pemberian makanan dengan
cara disuapi, dilakukan CTPS, kondisi balita kurang sehat karena baru sakit.
Peran kader adalah membuat kesepakatan dengan ibu bahwa akan dilakukan
pendampingan setiap minggunya sebanyak 12x, dan diharapkan bisa bekerjasama dengan
baik. Selain itu menganjurkan CTPS yang baik dan benar, menganjurkan untuk lebih
memvariasikan makanan dengan porsi makan ditambah.
Hasil yang diperoleh pada minggu ini BB balita naik 7,8 kg; TB balita tetap 74
cm; frekuensi makan 3 x sehari dengan jumlah porsi ½ mangkok dan tekstur makanan
biasa. Variasi makanan kurang lengkap karena hanya terdiri dari nasi dan lauk hewani
saja. Pemberian makan dengan cara disuapi ibu. CTPS dilakukan secara rutin. Kondisi
kesehatan balita adalah sehat.
Peran kader adalah memberikan penjelasan tentang manfaat dari minum susu,
jumlah makanan yang dimakan tetap ditambah dengan mengutamakan gizi seimbang,
makan snack lain secara rutin dan sehat.
Hasil yang diperoleh dalam minggu ini BB balita mengalami kenaikan 8 kg; TB
balita tetap 75 cm. Frekuensi makan 3x dengan porsi makan tetap ½ mangkok dan
tekstur makanan biasa. Variasi makan lengkap. Pemberian makan dengan cara disuapi
ibu. CTPS tetap dilakukan. Kondisi kesehatan balita sehat.
Peran kader selalu memberikan pengertian pada ibu untuk selalu bersabar dan
telaten agar anak mau makan, jumlah makanan untuk selalu ditingkatkan mencapai ¾
mangkok, dan ditambahkan makanan selingan.
Hasil yang diperoleh dalam minggu ini BB balita mengalami kenaikan menjadi
8,1 kg; TB balita tetap 75 cm. Frekuensi makan 3x sehari dengan porsi makan meningkat
menjadi ¾ mangkok dan tekstur makanan biasa. Variasi makan lengkap. Pemberian
makan dengan cara disuapi ibu. CTPS tetap dilakukan. Kondisi kesehatan balita sehat.
Peran kader selalu memberikan pengertian pada ibu untuk menjaga kesehatan
anak agar tidak mudah sakit. Susu formula tetap diberikan dan jika perlu selalu
melakukan pemeriksaan rutin ke puskesmas atau ke dokter setempat.
Beberapa faktor yang membuat anak susah makan salah satunya adalah adanya
faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut bisa datang dari keluarga sendiri atau
orang lain. Jika dari lingkungan keluarga sudah mendukung kemungkinan besar anak
juga membutuhkan dukungan dari orang lain seperti teman-teman sebayanya, misalkan
ketika makan dia diajak bermain bersama teman sebayanya dia anak akan lebih cepat
menghabiskan makanannya dibandingkan dengan dia makan sendiri.