SINDROM NEFROTIK
Di Susun Oleh :
1. Mahendra N. H 1911010026
2. Veny Indriani 1911010035
3. Saesarisma Indah Rahmania 1911010039
4. Sinka meuthia banina 1911010041
5. Maharani setiyaningrum 1911010042
6. Faiz Yoga Devalian 1811010052
B. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum di
ketahui. Akhir - akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi :
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal.Resistensi
terhadap suatu pengobatan.Gejala edema pada masa neonatus.Pernah dicoba
pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil.Prognosi buruk dan bisanya
pasien meninggal pada bulan - bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
a. Malaria quartana atau parasit lainnya
b. Penyakit kolagen seperti systemic lulus erythematosus, purpura anafilaktoid
c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan
kebahagiaan, racun otak, air raksa.
e. Amilodosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefrotik membaraneproliferatif
hipokomplementik.
3. Sindrom nefrotik idiopatik
Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau juga disebut
Sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsy
ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, churg dkk
membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal, nefropati membranosa,
glomerulonefritis promkferatif, glomerulosklerosis fokal segmental.
C. Tanda dan Gejala.
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan
nefrotik adalah:
2. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia
dan ekstremitas).
3. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri
4. Pucat.
/hari, albumin
D. .Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
2. Biopsi Renal
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pada sindrom nefrotik (SN) tanpa komplikasi, dapat ditemukan kadar serum
kreatinin dalam kisaran normal. Kadar serum kreatinin dewasa normal sekitar 1
mg/dL, sedangkan pada anak usia 5 tahun sekitar 0,5 mg/dL.
4. pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah, ukuran,
bentuk dan obstruksi renal.serta komplikasi lain.
Selain USG, rontgen thorax dapat dilakukan jika dicurigai terjadi efusi pleura
dan kongesti paru.
E. Penatalaksanaan Medis
Tujuan terapi adalah untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan
menurunkan risiko komplikasi. Pengobatan sindroma nefrotik hanya bersifat
simptomatik, untuk mengurangi atau menghilangkan proteinuria dan memperbaiki
keadaan hipoalbuminemia, mencegah dan mengatasi komplikasinya, yaitu:
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang
lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya
dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan
diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari.
3. Diuretikum, boleh diberikan diuretic jenis saluretik seperti hidroklorotiasid,
klortahidon, furosemid atau asam ektarinat. Dapat juga diberikan antagonis
aldosteron seperti spironolakton (alkadon) atau kombinasi saluretik dan
antagonis aldosteron.
4. Kortikosteroid
International Cooperative Study of Kidney Disease in Children (ISKDC)
mengajukan cara pengobatan sebagai berikut:
a. Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60
mg/hari/luas permukaan badan (lpb) dengan maksimum 80 mg/hari
b. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan
dosis 40 mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis
maksimum 60 mg/hari.
c. Tapering-off: prednison berangsur-angsur diturunkan, tiap minggu: 30
mg, 20 mg, 10 mg sampai akhirnya dihentikan.
5. Diet. Diet rendah garam (0,5 – 1 gr sehari) membantu menghilangkan
edema. Diet tinggi protein teutama protein dengan nilai biologik tinggi
untuk mengimbangi pengeluaran protein melalui urine, jumlah kalori harus
diberikan cukup banyak.
6. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/
hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari.Anak yang
mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan
yang adekuat.
7. Makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3 – 4 gram/kgBB/hari,
dengan garam minimal bila edema masih berat.
8. Kemoterapi
Prednisolon digunakan secra luas.Merupakan kortokisteroid yang
mempunyai efek samping minimal.
F. Fokus Pengkajian
Hal yang harus difokuskan dan ada pada saat mengkaji pasien dengan Nefrotik
Sindrom yaitu :
1. Biodata pasien dan penanggungjawab pasien
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan
dengan penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal
3. Kaji kebutuhan sosio, psiko, sosial sesuai dengan 11 pola kebutuhan
Gordon
4. Kaji tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan
a. Edema local (periorbital, fasial, genetalia eksternal, abdominal)
b. Asites dengan ketegangan dan mengkilatnya kulit di atas abdomen (kaji
lingkar abdomen)
c. Penambahan berat badan
d. Penurunan saluran urine
e. Urine gelap, berbusa
f. Anasarka (edema berat, merata)
g. Kongesti paru-paru, penigkatan usaha bernapas, efusi pleura, edema
paru
5. Kaji adanya tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit
a. Kaji tanda-tanda hipokalemia
b. Kaji tanda-tanda hiponatremia akibat penggunaan diuretik
c. Kaji tanda-tanda hipernatreimia akibat hemokonsentrasi
6. Kaji adanya kehilangan protein dan status nutrisi
a. Pantau protein serum dan ekskresi protein urine
b. Kaji nafsu makan dan supan nutrisi
c. Kaji tanda-tanda memanjangnta hipoalbuminemia : garis-garis putih
(Muchreka) parallel pada lunula
d. Kaji adanya kepucatan
e. Kaji iritabilitas nonspesifik, kelmeahan, keletihan
7. Kaji efek samping dari pemberian obat
8. Kaji tanda-tanda penurunan fungsi kardiovakular (hipotensi, hipertensu,
syok, gagal jantng kongestif, disritmia jantung, deficit volume cairan)
1. Tekanan darah
2. Denyut dan irama jantung (takikardi, aritmia)
3. Perfungsu distal (nadi, pengisian kembali kapiler, suhu, warna)
4. Hipertofi vertikal kiri (aritmia, peningkatan ukuran jantung, penurunan
curah jantung)
9. Kaji tanda-tanda ketidakefektifan pola nafas dan infeksi paru
a. Frekuensi dan pola pernafasan (takipnea, pola tidak teratur)
b. Penggunaan otot-otot tambahan (retraksi, mengangkat bahu)
c. Perlunya duduk tegak atau peninggian kepala tempat tidur
d. Bunyi napas abnormal (bising, ronki, penurunan bunyi napas pada lobus
bawah)
e. Radiografi dada normal
f. Sianosis, penurunan saturasi oksigen
g. Asidosis respiratorik
10. Kaji tanda-tanda infeksi
a. Demam
b. Peningkatan hitung sel darah putih
c. Hasil kultur positif ( sekresi paru, urine, darah, atau cairan tubuh lain)
d. Tanda-tanda selulitas : pembengkaka lokal, kemerahan, nyeri tekan
e. Tanda-tanda pneumonia
f. Tanda-tanda perioritis : merah, nyeri tekan abdomen
g. Septicemia/syok septik
11. Kaji tingkat kenyaman dan kemampuan anak untuk mentoleransi aktivitas.
Atasi kekhawatiran dan ketakutan anak serta keluarga yang berkaitan
dengan penyakit dan perubahan citra tubuh.
12. Kaji respons koping anak dankeluarga terhadap penyakit.
a. Kaji fungsi keluarga yang berkaitan dnegan iritabilitas anak dan
perubahan alam perasaan
b. Kaji koping yang berkaitan dengan perubahan citra tubuh dari edema
berat dan pucat
c. Kaji respons anak dan keluarga terhadap tirah baring dan pembatasan
G. Diagnosa Keperawatan
Reaksi antigen-antibody
gangguan keseimbangan
asam basa
Kerusakan glomerular
produksi asam meningkat
igG menurun
Kedalam intelstisial
penatalaksanaan
terjadi kemerahan
H. Perencanaan
Inervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
1) Lindungi pasien dari kontak individu ternfeksi
I. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dadi proses keperawatan. Terdapat tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
3. Belum teratasi.
J. Daftar Pustka
https://id.scribd.com/doc/136922176/Askep-Sindrom-Nefrotik-Pada-Anak
https://id.scribd.com/doc/129619924/Laporan-Pendahuluan-Sindrom-Nefrotik
Yuliana., Triwardhani, Ria Djoko., Handojo., Retroningrum, Dwi. (2020). Hubungan Kadar
Albumin dan Kalsium Serum Pasien Sindrom Nefrotik pada Anak. Jurnal kesehatan,9 (1)
Ramatillah, Diana laila, dkk. (2019). Pengenalan dan Edukasi Penyakit Sindrom Nefrotik
Di Kompleks Ancol Selatan 2, Jakarta Utara. JURNAL BERDIKARI. Volume 2 Nomor 1