Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM NEFROTIK

Di Susun Oleh :
1. Mahendra N. H 1911010026
2. Veny Indriani 1911010035
3. Saesarisma Indah Rahmania 1911010039
4. Sinka meuthia banina 1911010041
5. Maharani setiyaningrum 1911010042
6. Faiz Yoga Devalian 1811010052

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
SINDROM NEFROTIK
A. Definisi
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang di sebabkan oleh kerusakan
glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema ( Betz& Sowden,
2009).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolestrolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi,
dan penurunan fungsi ginjal ( Nurarif& Kusuma, 2013).
Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria masif,
hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema ( Wong, 2008).
Sindrom nefrotik lebih sering terjadi pada anak usia 2-6 tahun dibandingkan
dewasa. Insiden Sindrom nefrotik pada anak di amerika dan Inggris adalah 2-4 kasus per
100.000 anak perempuan tahun sedangkan di Indonesia masih tinggi yaitu 6 kasus pernah
100.000 anak per tahun. Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan
anak perempuan dengan perbandingan 2 : 1. Pada orang dewasa, jumlah kejadian laki-laki
sama dengan wanita ( Brady, O'meara, Benner, 2005,Alatas, Tambunan, Trihono, pardede,
2005, Kliegman, 2007,Rachmadi, 2013).

B. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum di
ketahui. Akhir - akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi :
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal.Resistensi
terhadap suatu pengobatan.Gejala edema pada masa neonatus.Pernah dicoba
pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil.Prognosi buruk dan bisanya
pasien meninggal pada bulan - bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
a. Malaria quartana atau parasit lainnya
b. Penyakit kolagen seperti systemic lulus erythematosus, purpura anafilaktoid
c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan
kebahagiaan, racun otak, air raksa.
e. Amilodosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefrotik membaraneproliferatif
hipokomplementik.
3. Sindrom nefrotik idiopatik
Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau juga disebut
Sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsy
ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, churg dkk
membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal, nefropati membranosa,
glomerulonefritis promkferatif, glomerulosklerosis fokal segmental.
C. Tanda dan Gejala.
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan

proses penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma

nefrotik adalah:

1. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.

2. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia

dan ekstremitas).
3. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri

abdomen, anoreksia dan diare.

4. Pucat.

5. Keletihan dan intoleransi aktivitas.

6. Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m2

/hari, albumin

serum< 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.

D. .Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, serta


menentukan etiologi primer atau sekunder dari sindrom nefrotik (SN).:

1. Urinalisis

Urinalisis merupakan pemeriksaan pertama pada sindrom nefrotik (SN).Pada


urinalisis dapat ditemukan peningkatan protein urin, albuminuria, glukosuria,
serta darah dan protein Bence Jones.

2. Biopsi Renal

Biopsi renal merupakan pemeriksaan definitif untuk sindrom nefrotik (SN).


Beberapa indikasi pemeriksaan biopsi renal, adalah SN kongenital, anak usia> 8
tahun saat awitan, resistensi steroid, tingkat kekambuhan tinggi atau
ketergantungan steroid, serta manifestasi nefritik yang signifikan.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pada sindrom nefrotik (SN) tanpa komplikasi, dapat ditemukan kadar serum
kreatinin dalam kisaran normal. Kadar serum kreatinin dewasa normal sekitar 1
mg/dL, sedangkan pada anak usia 5 tahun sekitar 0,5 mg/dL.

4. pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah, ukuran,
bentuk dan obstruksi renal.serta komplikasi lain.

Selain USG, rontgen thorax dapat dilakukan jika dicurigai terjadi efusi pleura
dan kongesti paru.

E. Penatalaksanaan Medis

Tujuan terapi adalah untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan
menurunkan risiko komplikasi. Pengobatan sindroma nefrotik hanya bersifat
simptomatik, untuk mengurangi atau menghilangkan proteinuria dan memperbaiki
keadaan hipoalbuminemia, mencegah dan mengatasi komplikasinya, yaitu:

1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang
lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya
dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan
diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari.
3. Diuretikum, boleh diberikan diuretic jenis saluretik seperti hidroklorotiasid,
klortahidon, furosemid atau asam ektarinat. Dapat juga diberikan antagonis
aldosteron seperti spironolakton (alkadon) atau kombinasi saluretik dan
antagonis aldosteron.
4. Kortikosteroid
International Cooperative Study of Kidney Disease in Children (ISKDC)
mengajukan cara pengobatan sebagai berikut:
a. Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60
mg/hari/luas permukaan badan (lpb) dengan maksimum 80 mg/hari
b. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan
dosis 40 mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis
maksimum 60 mg/hari.
c. Tapering-off: prednison berangsur-angsur diturunkan, tiap minggu: 30
mg, 20 mg, 10 mg sampai akhirnya dihentikan.
5. Diet. Diet rendah garam (0,5 – 1 gr sehari) membantu menghilangkan
edema. Diet tinggi protein teutama protein dengan nilai biologik tinggi
untuk mengimbangi pengeluaran protein melalui urine, jumlah kalori harus
diberikan cukup banyak.
6. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/
hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari.Anak yang
mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan
yang adekuat.
7. Makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3 – 4 gram/kgBB/hari,
dengan garam minimal bila edema masih berat.
8. Kemoterapi
Prednisolon digunakan secra luas.Merupakan kortokisteroid yang
mempunyai efek samping minimal.

F. Fokus Pengkajian
Hal yang harus difokuskan dan ada pada saat mengkaji pasien dengan Nefrotik
Sindrom yaitu :
1. Biodata pasien dan penanggungjawab pasien
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan
dengan penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal
3. Kaji kebutuhan sosio, psiko, sosial sesuai dengan 11 pola kebutuhan
Gordon
4. Kaji tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan
a. Edema local (periorbital, fasial, genetalia eksternal, abdominal)
b. Asites dengan ketegangan dan mengkilatnya kulit di atas abdomen (kaji
lingkar abdomen)
c. Penambahan berat badan
d. Penurunan saluran urine
e. Urine gelap, berbusa
f. Anasarka (edema berat, merata)
g. Kongesti paru-paru, penigkatan usaha bernapas, efusi pleura, edema
paru
5. Kaji adanya tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit
a. Kaji tanda-tanda hipokalemia
b. Kaji tanda-tanda hiponatremia akibat penggunaan diuretik
c. Kaji tanda-tanda hipernatreimia akibat hemokonsentrasi
6. Kaji adanya kehilangan protein dan status nutrisi
a. Pantau protein serum dan ekskresi protein urine
b. Kaji nafsu makan dan supan nutrisi
c. Kaji tanda-tanda memanjangnta hipoalbuminemia : garis-garis putih
(Muchreka) parallel pada lunula
d. Kaji adanya kepucatan
e. Kaji iritabilitas nonspesifik, kelmeahan, keletihan
7. Kaji efek samping dari pemberian obat
8. Kaji tanda-tanda penurunan fungsi kardiovakular (hipotensi, hipertensu,
syok, gagal jantng kongestif, disritmia jantung, deficit volume cairan)
1. Tekanan darah
2. Denyut dan irama jantung (takikardi, aritmia)
3. Perfungsu distal (nadi, pengisian kembali kapiler, suhu, warna)
4. Hipertofi vertikal kiri (aritmia, peningkatan ukuran jantung, penurunan
curah jantung)
9. Kaji tanda-tanda ketidakefektifan pola nafas dan infeksi paru
a. Frekuensi dan pola pernafasan (takipnea, pola tidak teratur)
b. Penggunaan otot-otot tambahan (retraksi, mengangkat bahu)
c. Perlunya duduk tegak atau peninggian kepala tempat tidur
d. Bunyi napas abnormal (bising, ronki, penurunan bunyi napas pada lobus
bawah)
e. Radiografi dada normal
f. Sianosis, penurunan saturasi oksigen
g. Asidosis respiratorik
10. Kaji tanda-tanda infeksi
a. Demam
b. Peningkatan hitung sel darah putih
c. Hasil kultur positif ( sekresi paru, urine, darah, atau cairan tubuh lain)
d. Tanda-tanda selulitas : pembengkaka lokal, kemerahan, nyeri tekan
e. Tanda-tanda pneumonia
f. Tanda-tanda perioritis : merah, nyeri tekan abdomen
g. Septicemia/syok septik
11. Kaji tingkat kenyaman dan kemampuan anak untuk mentoleransi aktivitas.
Atasi kekhawatiran dan ketakutan anak serta keluarga yang berkaitan
dengan penyakit dan perubahan citra tubuh.
12. Kaji respons koping anak dankeluarga terhadap penyakit.
a. Kaji fungsi keluarga yang berkaitan dnegan iritabilitas anak dan
perubahan alam perasaan
b. Kaji koping yang berkaitan dengan perubahan citra tubuh dari edema
berat dan pucat
c. Kaji respons anak dan keluarga terhadap tirah baring dan pembatasan
G. Diagnosa Keperawatan

Reaksi antigen-antibody

Penurunan fungsi ginjal

gangguan keseimbangan
asam basa

Kerusakan glomerular
produksi asam meningkat

Permeabilitas glomerular meningkat mual, muntah


anoreksia

Kebocoran plasma proteinuria ketidakseimbangan

Masuk ke interstisital hipoalbuminemia nutrisi kurang dari kebutuhan


Tekanan onkotik b/d faktor psikologis
(keengganan untuk
makan)

igG menurun

plasma menurun sel imun tertekan

Edema cairan intravaskuler berpindah menurunnya respon imun

Risiko infeksi b/d


ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
primer

Kedalam intelstisial

Kelemahan karena hypovolemia


Kompensasi ginjal aktif
Merangsang renin angiotensin
edema yang berat
intoleransi aktifitas
b/d kelemahan

peningkatan seksresi ADH & aldosteran vasokontriksi

penatalaksanaan

retensi air +natrium hospitalisasi

kurang pengetahuan b/d


kurang terpapar
informasi
edema

kelebihan volume cairan

b/d kelebihan asupan cairan kerusakan jaringan epidermis dan dermis

terjadi kemerahan

turgor kulit jelek

kerusakan integritas kulit

b/d perubahan sirkulasi

H. Perencanaan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuuhan b/d faktor psikologis


(keengannan untuk makan)

Tujuan : status nurisi membaik

Kriteria hasil : tidak terjadi mual, muntah, nafsu makan meningkat

Intervensi : (manajemen nutrisi)

1) Identifikasi makanan yang disukai

2) Sajikan makanan secara menarik

3) Berikan makanan sedikit tapi sering

4) Berikan infromasi pada keluarga tenang diet yang diprogramkan

5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan


jenis nutrient yang dibutuhkan, jikia perlu

2. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan

Tujuan : dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan/toleransi akivitas


meningkat
Kriteria hasil : dengan mudah melakukan akivitas sehari-hari, tidak dijumpai
kelemahan

Intervensi : (manajemen energi)

1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

2) Sediakan lingkungan yang nyaman

3) Anjurkan tirah baring

4) Anjurkan melakukan aktivitas seacar bertahap

5) Kolaborasikan dengan ahli gizi tenang cara meningkatkan asupan


makan

3. Kurang pengetahuan b/d kurang terpapar informasi

Tujuan : tingkat pengetahuan pasien/keluarga pasien bertambah/meningkat

Kriteria hasil : mampu menjelaskan terkait penyakit yang di derita,


mengikuti anjuran dan menjalani pemeriksaan yang tepat

Inervensi :

1) Kaji pegetahuan orang tua tentang penyakit dan keperawatannya

2) Identifikasi kebuhan terhadap informasi tambahan mengenai perilaku


promosi kesehatan atau program terapi.

3) Berikan waktu kepada pasien untuk mengajukan pertanyaan

4) Gunakan berbagai strategi penyuluhan.

4. Kelebihan volume cairan b/d kelebihan asupan cairan

Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan atau bukti


akumulasi cairan yang ditunjukkan pasien minimum.
Kriteria hasi : berat badan ideal,tanda-tanda vital normal,asites dan edema
berkurang

Intervensi :

1) Kaji lokasi dan luas edema

2) Memonitor tanda – tanda vital

3) Memonitor masukan makanan/minuman

4) Timbang berat badan setiap hari

5) Observsi warna dan tekstur kulit.

5. Kerusakan integritas kulit b/d perubhan sirkulasi

Tujuan : kulit tidak menunjukkan keruskan integritas,kemerahan atau iritasi

Kriteria hasil : tidak ada luka/lesi pada kulit,perfusi jaringan baik,mampu


melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dengan perwatan
alami.

Intervensi :

1) Anjurkan pasien menggunakan pakian longgar

2) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

3) Memonitor kulit akan adanya kemerahan

4) Memandikan pasien menggunkan sabun dan air hangat

6. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer

Tujuan : tingkat resiko infeksi menurun

Kriteria hasil : hasil laboratorium normal,tanda-tanda vital stabil,tidak ada


tanda- tanda infeksi.

Intervensi :
1) Lindungi pasien dari kontak individu ternfeksi

2) Gunakan teknik mencuci tangan yang baik

3) Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi

4) Pantau suhu pasien .

I. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dadi proses keperawatan. Terdapat tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :

1. Teratasi atau berhasil, Perilaku pasien sesuai pernyataan tujuam dalam


waktu yang di tetapkan

2. Teratasi sebagian, Pasien menunjukan perilaku tapi tidak sebaik yang


ditentukan.

3. Belum teratasi.

J. Daftar Pustka

https://id.scribd.com/doc/136922176/Askep-Sindrom-Nefrotik-Pada-Anak

https://id.scribd.com/doc/129619924/Laporan-Pendahuluan-Sindrom-Nefrotik

Yuliana., Triwardhani, Ria Djoko., Handojo., Retroningrum, Dwi. (2020). Hubungan Kadar
Albumin dan Kalsium Serum Pasien Sindrom Nefrotik pada Anak. Jurnal kesehatan,9 (1)

Ramatillah, Diana laila, dkk. (2019). Pengenalan dan Edukasi Penyakit Sindrom Nefrotik
Di Kompleks Ancol Selatan 2, Jakarta Utara. JURNAL BERDIKARI. Volume 2 Nomor 1

Manalu, erida. (2019). SINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID. Volume 5 Nomor 3


J

Anda mungkin juga menyukai