1. An. Brenda, 9 bulan dibawa ibu karena cemas abangnya Adi dirawat dengan difteri di RS. Brenda
tidak pernah dapat imunisasi sebelumnya, riwayat alergi amoksisilin dan ikan. Instruksi:
a. Sebutkan dua tindakan pencegahan terhadap Brenda?
Berdasarkan consensus th 2018: (ada 3)
- Biakan hidung tenggorok (KN atau kultur)
- Uji shick jika uji shick negatif dan biakan positif terapi sebagai karier
eritromicin 10mg/kgbb/6 jam selama 7 hari
- Gejala klinis diikuti hingga selesai masa inkubasi (2-7 hari)
- Lengkapi imunisasi:
a. Jika sudah lengkap booster toksoid difteri
b. Jika < 3 dosis atau tdk diketahui segera imunisasi sesuai jadwal
- Pada pasien ini: Catch up DPT
Catch up difteri 2:
1. usia 4 bulan-6 tahun
- jarak dosis 1-2-3 adalah @ 4 minggu
- jarak dosis 3-4-5 adalah @6 bulan
2. usia 7 tahun-18 tahun
- jika dosis pertama yg diberikan >12 bulan, jarak 1 dan 2 adalah 10 tahun
jarak dosis 1-2-3 adalah @ 4 minggu
- jarak dosis 3-4-5 adalah @6 bulan
2. Anak laki-laki dengan BB 20 kg mengalami demam 5 hari. Dijumpai ruam kemerahan pada kulit.
Terdapat mimisan yang sudah berhenti. GCS 13. Suhu 36 0C. TD: 80/60 mmHg, FN 140x/menit, nadi
halus, akral dingin.
a. Diagnosis kerja?
Berdasar who 2011 = DHF grade III + encephalopati dengue
b. Tatalaksana awal di IGD.
- airway secure
- breathing Oksigenasi nasal 2 lpm/ mask 5 lpm (target saturasi 95)
- circulation loading RL 400ml evaluasi CCTV-R
30 menit pemberian cairan di IGD, kesadaranm embaik, TD 90/60 mmHg, urine 1 cc/kg/jam.
Nadi mulai kuat.
c. Sebutkan tata laksana lanjutan
- MRS
- Cairan : RLD5% 200ml/jam selama 1 jam evaluasi 140ml/jam selama 2 jam
evaluasi 100ml/jam selama 2 jam evaluasi 60ml/jam selama 4-6 jam evaluasi
ganti holiday sigar maks 48 jam setelah syok
- Drugs :
- dexamethasone 3mg/8 jam iv
- tunda antibiotik
- Simptomatis dan suportif
- paracetamol 200mg jika demam
- nutrisi adekuat
- laktulosa
- omeprazol
- Monitoring: CCTV-R tiap 2 jam, balance cairan, produksi urin, kesadaran, perdarahan,
- KIE keluarga
d. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan?
DL serial, GDA serial, BGA, SE, Ca, FH, LFT, RFT
IgG dan IgM dengue
CXR AP RLD
Ct scan kepala jika didapatkan deficit neurologis menetap
Solo-2019
3. Anak usia 6 bulan datang dengan keluhan demam 5 hari, disertai dengan adanya keluhan mimisan.
Tidak ada sesak napas. Dari pemeriksaan fisis didapatkan rumple leed (+), hepar teraba 4 cm BACD.
Akral hangat, CRT kurang dari 2 detik. Pemeriksaan lab Hb 15, AL 2000, AT 95000, Hct 45%. BB 7kg
Pertanyaan
a. Diagnosis? DHF grade II (WHO 2011)
b. Bagaimana tatalaksana pasien?
- MRS
- Secure airway
- Breathing tdk perlu support oksigen
- Sirkulasi Infus RLD5% dianggap deficit 7% 50ml/jam (selama 1-2 jam) evaluasi 35ml/jam
(selama 4-6 jam) evaluasi jika fase kritis selesai lanjut setara 3ml/kgbb/jam
- Simptomatis dan suportif
- paracetamol 70mg/6 jam po
- Monitoring:
- CCTV-R, balance cairan
- perdarahan
- DL serial, GDA
- CXR AP RLD
- KIE keluarga
- kemungkinan diagnosis
- mimisan dapat berulang
- dapat terjadi perburukan hingga syok
Jakarta- 2019
4. Anak panas 2 hari ada rash
gambar tenggorokan :
EN 2019
6. Berikut ini kami konsulkan pasien Bayi Anya, lahir usia 36 minggu, SC a/i ibu HIV (+) pada
tanggal 3 Oktober 2019. Ibu didiagnosis TB milier dengan BTA positif dan sudah
mengonsumsi OAT selama 2 minggu.
Mohon advis mengenai:
1. Pemberian zidovudin
2. Profilaksis TB
3. Pemberian ASI
4. Pemeriksaan lanjutan untuk HIV
No Jawaban Skor
1 PENDAHULUAN 0,5
Kota, tanggal
Kepada dokter Puskesmas di tempat
3 Profilaksis TB 1
Setelah lahir, pastikan sakit TB atau tidak
Jika neonatus asimtomatik, ibu terbukti TB sensitif OAT maka diberikan
pencegahan INH 10 mg/kgBB selama 6 bulan. Pada akhir bulan ke-6 bila
bayi tetap asimtomatik, profilaksis INH dihentikan dan dilakukan uji
tuberkulin.Jika tuberkulin positif harus dievaluasi kemungkinan sakit TB.
Jika diagnosis sakit TB sudah dikonfirmasi atau bayi menunjukkan tada
klinis sugestif TB, pengobatan harus dimulai.
4 Pemberian ASI 1
Tidak diberikan ASI, berikan susu formula biasa, pastikan AFASS (acceptable,
feasible, affordable, sustainable, safe).
Jika tidak memungkinkan, beri ASI eksklusif, tidak boleh
bercampur ASI
5 Pemeriksaan lanjutan untuk HIV 1
Usia 6 minggu: PCR RNA HIV I
Usia 4-6 bulan: PCR RNA HIV II
Usia 18 bulan: antibodi anti HIV
Contoh Surat Jawaban
Banyak terima kasih atas konsul dr.X, di PUSKESMAS, An. By. Anya, perempuan,
usia 1 hari. Mengenai pemberian
zidovudin, Zidovudin diberikan untuk bayimulai usia 6-12jam dosis zidovudin 4
mg/kg/dosis, 2x/hariselama 6 minggu.
Mengenai Profilaksis TB
Setelah lahir, pastikan sakit TB atau tidak
Jika neonatus asimtomatik, ibu terbukti TB sensitif OAT maka diberikan
pencegahan INH 10 mg/kgBB selama 6 bulan. Pada akhir bulan ke-6
bila bayi tetap asimtomatik, profilaksis INH dihentikan dan dilakukan
uji tuberkulin.Jika tuberkulin positif harus dievaluasi kemungkinan sakit
TB.
Jika diagnosis sakit TB sudah dikonfirmasi atau bayi menunjukkan tada
klinis sugestif TB, pengobatan harus dimulai
Jawaban perlunya diberikan ASI
Tidak diberikan ASI, berikan susu formula biasa, pastikan
AFASS (acceptable, feasible, affordable, sustainable, safe)
Selanjutnya Pemeriksaan lanjutan untuk HIV
Usia 6 minggu: PCR RNA HIV I
Usia 4-6 bulan: PCR RNA HIV II
Usia 18 bulan: antibodi anti HIV
Demikian surat jawaban konsultasi ini dibuat. Atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih
Jakarta, 30 April 2017
TTD
dr. Usman, Sp.A(K)
SIP 123.456.789
Total Skor 5
7. An. Laki-laki usia 5 tahun dengan sindrom nefrotik yang sering datang kontrol ke klinik anda, datang
kontrol dengan keluhan muncul kemerahan disertai lenting berisis air di seluruh tubuh yang muncul
sejak kemarin, sebelumnya ada demam 2 hari yang lalu. Keadaan umum anak baik, masih mau makan
dan minum. Ibu pasien lupa status imunisasi anaknya. Berikut gambar kelainan kulit yang timbul.
e. Apakah pemeriksaan GDT masih diperlukan sebagai monitoring pasien ini? Bila perlu, sebutkan
pada hari ke berapa perlu dilakukan pemeriksaan ulang GDT (hapusan darah tepi).
Berdasarkan gebrak malaria 2019 evaluasi pengobatan dilakukan tiap hari pada pasien MRS
hingga klinis membaik dan mikroskopis negatif. Jika tidak MRS, evaluasi kuantitatif dilakukan pada
hari ke-3, 7, 14, 21, dan 28.
f. Jelaskan Kriteria sembuh dan kriteria gagal pada kasus ini
- Kriteria sembuh = apabila parasite aseksual tidak ditemukan pada hari ke-4 sampai hari ke-
28pengobatan, klinis membaik
- Kriteria gagal indikasi pakai lini II
- Gejala klinis memburuk dan parasite aseksual +
- Gejala klinis tdk memburuk tp parasite aseksual tdk berkurang
- Lini 2 :
- Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
- Kina : 10mg/kg/hari, 3 kali/hari, selama 7 hari
- Doksisiklin :
- Usia 8-14 tahun : 2,2mg/kg/hari, 2 kali/hari, 7 hari
- Usia 15 tahun: 3,5mg/kg/hari, 2 kali/hari, 7 hari
- Tetrasiklin : 4mg/kg/kali, 4kali/hari, 7hari
- Primakuin : P. Falciparum : 0,75mg/kg, 1 kal
EN 2019 PALEMBANG
9. Skenario : Anak laki laki 10 tahun dgn nyeri menelan, tidak demam, leher bengkak, ada beslah putih
mudah berdarah jika diangkat.
Pertanyaan:
a. Diagnosis : difteri faring-tonsill + bullneck
b. Pemeriksaan penunjang
- KN hari ke-1, ke-2, dan ke-7
- Kultur swab tenggorok
- Elek test
- DL, CRP, LFT, RFT
- CXR
- EKG di minggu kedua
c. Tatalaksana komprehensif pada anak
- MRS di isolasi
- Airway patensi airway, trakeostomi atas indikasi
- Breathing Oksgenasi target saturasi >95
- Sirkulasi : maintenance IVFD holiday-segar
- Drugs:
- ADS 80.000-100.000 IU drip dg NaCl 100ml
- PP 50.000IU/kgbb/hari im selama 14 hari
- Jika alergi: eritromicin 40mg/kgbb/hari : 4 dosis
- Steroid 2mg/kgbb/hari selama 2 minggu, kemudian tap off
- Suportif dan simptomatis
- Nutrisi adekuat
- Paracertamol 10mg/kgbb/6 jam
- Monitoring
- KIE keluarga tracing kontak, tatalaksana pencegahan pada kontak karier dg
eritromicin 10mg/kgbb/6 jam selama 7 hari
- Imunisasi minimal 2 minggu setelah ADS
ENT 2020
10. Anak datang dengan keluhan demam dan ruam.
Ruam muncul bersamaan dengan demam, mulai dari perut.
Anak juga mengeluhkan nyeri telan. Tidak ada batuk, pilek, mata merah.
Bibir dan mulut tampak kemerahan. Pembesaran kelenjar leher bilateral, diameter 1cm, nyeri tekan
(+).
a. Diagnosis
b. Pemeriksaan penunjang
c. Tatalaksana
d. Prognosis dan jelaskan alasannya
a.Diagnosis : scarlet fever
b.Etiologi yang mungkin: strep beta hemoliticus grup A
c.Pemeriksaan penunjang:
DL, LED, CRP
RADT / Rapid streptococcus test (RST)
ASTO
Kult swab tenggorok
d.Tatalaksana:
- MRS
- Airway secure
- Breathing tdk perlu Oksigen support
- Circulation Inf maintenance holiday segar
- Drugs:
- Penicilin V po (<27kg 3x250mg dan bila >27kg 3x500mg) atau
- Amoxicilin 50mg/kgbb/24 jam, atau
- Pencilin procain 600.000 unit im (utuk BB<27 kg), 1.200.000IU (BB>27kg) atau bila alergi
- eritromicin 10mg/kgbb/6 jam selama 10 hari
- Simptomatis dan suportif
- paracetamol 10mg/kgbb/6jam
- nutrisi adekuat
- Monitoring
- KIE keluarga
e. Prognosis
- komplikasi jangka Panjang = DRA dan GNAPS
- Terapi HIV
1. Zidovudin diberikan untuk bayimulai usia 6-12 jam
- Usia gestasi >35mgg: dosis zidovudin 4 mg/kg/dosis, 2x/hari selama 6 minggu
- Usia gestasi 30-35mgg: dosis zidovudin 2mg/kg/dosis, 2x/hari selama 2mgg
dilanjutkan 3 mg/kg/dosis hari 15.
- Zidovudin digunakan selama 6 minggu.
- Usia gestasi <30 mgg: dosis zidovudin 2 mg/kg/dosis, 2x/hai
- selama 4 minggu dilanjutkan 3 mg/kg/dosis. Zidovudin digunakan selama 6 minggu.
2. Nevirapin 2mg/kgbb dalam 72 jam pertama setelah lahir 1 minggu pertama kemudian minggu
kedua 4mg/kgbb/hari (total 2 minggu)
3. 3TC 2mg/kgbb/12 jam selama 6 minggu
- Terapi terkait HBsAg
1. Imunisasi Hep 0 dalam 12 jam sebelum lahir
2. HbIg 0,5ml bersamaan dengan imunisasi Hep B 0
- ASI ekslusif atau Sufor (dengan AFASS), tidak boleh dicampur ASI dan sufor
- Mekanisme pemberian ASI ASI perah, hindari direct berast fed jika ada luka di putting
12.
a. Diagnosis: SSSS (jika disebutkan detail yg resisten apa aja, maka + diagnosis MRSA)
b. Vancomicin loading 25mg/kgbb/hari maintanace 15mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis selama
3 minggu
Bisa dikombinasi dg gentamicine jika terjadi infeksi sekunder
c. Bisa, kotrimoxazol (dosis TMP 4mg/kgbb/hari) dibagi 2 dosis selama 14 hari.
13.
a. S. Pertusis paroksismal
b. Penunjang:
- Swab PCR Pertusis
- DL, CRP, LED
- CXR
- RT-PCR Swab nasofaringeal SARS Cov-2
c. Tatalaksana
- MRS di isolasi
- airway paten
- breathing O2 nasal 2 lpm
- sirkulasi maintenance holiday segar IVFD
- drugs: eritromicin 10mg/kgbb/6 jam selama 14 hari
- suportif dan simptomatis
- paracetamol 10mg/kgbb/6jam bila demam
-nutrisi adekuat
-monitoring
- KIE keluarga
- imunisasi DPT setelah gejala sembuh sesuai jadwal
14. Seorang bayi usia 1 bulan dibawa ke klinik karena terlihat kuning, timbul bintik-bintik merah di seluruh
tubuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan mikrosefali dan hepatomegali. Saat hamil hasil lab ibu CMV (+).
a. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk kasus ini?
b. Tatalaksana yang akan dilakukan serta monitoring yang diperlukan selama terapi?
Jawaban:
a. Lab: DL, RFT, LFT
IgG dan IgM CMV tidak direkomendasikan karena sering positif palsu, dan bertahan maternal
sampai 18 bulan
Usia < 2 bulan = PCR CMV urine; usia >2 bulan = PCR CMV darah
MRI kepala dg kontras atau USG kepala atau CT scan kepala
Konsul THT OAE dan BERA
Konsul mata evaluasi korioretinitis
b. Tatalaksana
- MRS
- airway breathing
- circulation ASI adekuat
- drugs: gansiklovir 6mg/kgbb/12 jam selama 6 minggu (dalam 28 hari pertama kehidupan)
- monitoring : LFT, DL, RFT (BUN, SK, GFR) (tiap minggu selama pemberian gansiklovir), dilanjutkan
monitoring efek samping terapi, perkembangan dan pertumbuhan termasuk skrining pendengaran
dan penglihatan rutin (usia 3 bulan, 6 bulan (disertai RT-PCR darah), usia 1tahun (RT-PCR darah),
dan 2 tahun)
- KIE keluarga: kemungkinan diagnosis, efek samping obat, prognosis dan sekuele jangka panjang
terbanyak adalah SNHL, keberhasilan terapi.
15. Anda mendapatkan telfon dari dokter jaga di IGD dan mengonsulkan pasien. Anak berusia 5 tahun, BB
20 kg, datang ke IGD dengan demam disertai kejang dan kaku diseluruh tubuh sejak 3 hari, saat kejang
pasien sadar. Pasien sering mengeluh sakit gigi dan 5 hari terakhir Mulut sulit membuka (gambar). Pasien
belum pernah imunisasi.
Pemeriksaan fisik:
demam dan sadar. SpO2 87%. Wajah seperti pada gambar. Terdapat ronki basah kasar pada paru kanan
atas.
Hb 11,7g/dL, Ht 32%, Leukosit 21.000/uL, trombosit 430.000/uL
● Apa diagnosis pada kasus ini?
● Bagaimana tata laksana pada kasus ini?
● Edukasi apa yang perlu dilakukan?
Jawaban:
a. Diagnosis: tetanus derajad 2 + pneumonia aspirasi
b. Tatalaksana:
- MRS di ruang isolasi gelap
- Airway patensi airway, intubasi/trakeostomi atas indikasi
- Breathing O2 mask 5 lpm target saturasi > 95%
- Sirkulasi IVFD maintenance HS
- Drugs:
- Metronidazole load 15mg/kgbb lanjut maintenance 7,5mg/kgbb/6jam selama 7-10
hari, iv, atau Penicilin procain 50.000IU/kgbb/hari im selama 7-10 hari
- Tambah ceftriaxone 100mg/kgbb/hari :2 dosis (bila ada sepsis atau pneumonia)
- ATS 50.000-100.000 IU ½ dosis diberikan im dan ½ dosis diberikan iv lakukan uji
kulit terlebih dahulu atau jika ada HtIg maka diberikan HtIg 3000-6000iu im
- Simptomatis dan suportif
- Diazepam 0,1-0,2mg/kgbb/4 jam (untuk pasien ini) jika berat diberikan drip siringe
pump 20mg/kgbb/hari di ICU jika membaik dilanjut oral 8mg/kgbb/hari dibagi 6-
8dosis
- Prinsip penurunan diazepam 5-10mg/hari, bila kejang sudah membaik (spastik
berkurang)
- Nutrisi adekuat
- Perawatan luka/port d’entry konsul bedah mulut utk atasi gigi jaringan nekrotik
dibuang
- Perawatan rangsangan minimal
- Cegah aspirasi berulang selang NGT, bila perlu TPN (pada tetanus sedang-berat)
- Monitoring
- klinis, TTV, tanda hipersensitivitas ATS, balance cairan
- tanda gagal nafas intubasi dan ventilator mekanik
- catch up imunisasi: DPT diberikan 4 dosis, tanpa dosis ke-5 (karena usia sudah > 4tahun saat
diberikan dosis keempat). Jarak dosis 1 dan 2 dan 3 adalah 4 minggu. Jarak antara dosis 3 dan
4 adalah minimal 6 bulan.
c. Edukasi:
- Diagnosis
- Tatalaksana selama di RS
- Prognosis
- Jadwal catch up imunisasi
16. Seorang anak usia 11 tahun datang dengan demam 39°C yang sudah berlangsung selama 12 hari.
Demam terutama pada sore/malam hari. Sudah satu hari ini pasien mengalami penurunan kesadaran.
Mual (+), muntah (+), nyeri perut tidak jelas, diare (+). Tidak ada hemiparesis.
Pikirkan diagnosis, pemeriksaan, dan tata laksana yang mungkin bagi pasien tersebut.
Jawaban:
a. Diagnosis
Prolonged fever s. Tiphoid fever DD malaria, sepsis, keganasan + encephalopathy tiphoid dd
encephalitis bacterial
b. Pemeriksaan
DL, HDT, LFT, RFT, SE, GDA, Ca, BGA, CRP, LED
IgM/IgG tubex salmonella
CT scan kepala dg kontras jika RFT baik
Kult darah
BOF, CXR
c. Tatalaksana
- MRS
- airway paten
- breathing
- sirkulasi : IVFD holiday – segar
- drugs:
lini I
- kloramfenikol 100mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis 10-14 hari iv ataupun oral, atau
- amoxicillin 150mg/kgbb/hari dibagi 3 do selama 14 hari atau
- kotrim (TMP 4mg/kgbb/kali) selama 10 hari
Lini II
- Ceftriaxone 80mg/kgbb/24 jam selama 5 hari, atau
- cefixime 10mg/kgbb/hhari : 2 dosis atau
- azitromicin 10mg/kgbb/hari selama 5 hari
- Suportif dan simptomatis:
- paracetamol 10mg/kgbb/6 jam
- nutrisi adekuat
- Monitoring:
- VS, klinis, kesadaran, respon terapi
- balance cairan
- tanda perforasi abdomen
- KIE keluarga
- diagnosis
- tatalaksana selama di RS
- prognosis
- imunisasi (mulai usia 2 tahun, diulang setiap 3 tahun) dan hand hygiene
- karier salmonella bila s.typi masih ada di urine / feses selama >6-12 bulan obat ampicillin
25mg/kgbb/6 jam selama 6-12 minggu