Catatan:
Jika ditemukan nama orang di kasus, tolong diganti dengan inisial saat
disajikan di makalah.
Terapi Farmakologi
Bronkodilator inhaler kerja singkat: Salbutamol 2 puff setiap 4-6 jam
selama diperlukan [tidak ada sumber spesifik, informasi umum pengobatan
COPD]
Bronkodilator agonis beta2 kerja panjang: Salmeterol 2 puff setiap 12 jam
[tidak ada sumber spesifik, informasi umum pengobatan COPD]
Kortikosteroid inhaler: Budesonide 2 puff setiap 12 jam selama 7-10 hari
[tidak ada sumber spesifik, informasi umum pengobatan COPD]
Antibiotik (bila terdapat indikasi infeksi): Amoxicillin 500mg per 3x sehari
selama 7 hari [tidak ada sumber spesifik, informasi umum pengobatan COPD]
Catatan Perkembangan
Hari 1: Pasien masih sesak napas, batuk berdahak, dan mengi. Efek
bronkodilator mulai dirasakan.
Hari 3: Sesak napas berkurang, batuk berdahak mulai berkurang.
Hari 5: Sesak napas membaik, batuk berdahak minimal, pasien toleran lepas
oksigen nasal.
Hari 7: Pasien membaik dan diperbolehkan pulang dengan terapi
bronkodilator inhaler kerja panjang dan edukasi untuk berhenti merokok.
Kasus Respirasi 2
Biodata Pasien
Tn. Budi, 52 tahun, dengan riwayat penyakit diabetes mellitus tipe 2 terkontrol
selama 10 tahun, dirawat di ruang ICU RSUD akibat Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) yang disebabkan oleh pneumonia berat. Pasien terintubasi dan
menggunakan ventilator mekanik.
Terapi Farmakologi
Antibiotik (sesuai kultur sputum): Kombinasi misalnya Ceftriaxone 1 gram
setiap 12 jam dan Azithromycin 500 mg per hari selama 5-7 hari
Kortikosteroid sistemik: Methylprednisolone 0.5-1mg/kgBB per hari selama
3-5 hari, kemudian tapering off
Diuretik (sesuai indikasi gagal ginjal dan overload cairan): Furosemide
menyesuaikan kebutuhan
Catatan Perkembangan
Hari 1: Pasien masih terintubasi dan menggunakan ventilator mekanik. Gurah
endotrakeal (lendir yang keluar dari saluran napas) masih banyak dan
purulent (bernanah). Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat infiltrat
bilateral (bayangan putih pada kedua paru).
Hari 3: Gurah endotrakeal mulai berkurang. Foto thorax menunjukkan
perbaikan infiltrat pada paru.
Hari 5: Pasien mulai bisa dilepas dari ventilator mekanik dan bernafas
spontan dengan bantuan oksigen nasal high flow.
Hari 7: Pasien ekstubasi (pelepasan pipa endotrakeal) dan toleransi lepas
oksigen. Foto thorax menunjukkan perbaikan bermakna.
Kasus Respirasi 3
Biodata Pasien
Anisa, anak perempuan 7 tahun, didiagnosis asma alergi sejak 2 tahun yang lalu.
Saat ini Anisa mengalami gejala batuk pilek dan sesak napas ringan yang sudah
berlangsung 3 hari. Orang tua Anisa mengatakan akhir-akhir ini cuaca sedang dingin
dan Anisa sering bermain dengan kucing peliharaan keluarga.
Pemeriksaan Fisik
Suhu tubuh: 37.8°C
Denyut nadi: 90x/menit
Respirasi: 24x/menit
Auskultasi paru: terdengar wheezing (mengi) ringan
Diagnosis
Anisa mengalami eksaserbasi akut asma alergi kemungkinan dipicu oleh infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) dan alergen dari kucing.
Terapi Farmakologi
Bronkodilator inhaler kerja singkat: Salbutamol 2 puff setiap 4 jam selama
3 hari [tidak ada sumber spesifik, informasi umum pengobatan asma]
Kortikosteroid inhaler: Budesonide 2 puff setiap 12 jam selama 7 hari [tidak
ada sumber spesifik, informasi umum pengobatan asma]
Antihistamin: Loratadine 5mg per hari selama 7 hari [tidak ada sumber
spesifik, informasi umum pengobatan alergi]
Catatan Perkembangan
Hari 1: Anisa masih mengalami batuk pilek dan sesak napas ringan. wheezing
berkurang setelah penggunaan salbutamol.
Hari 3: Batuk pilek membaik, sesak napas menghilang, wheezing tidak lagi
terdengar.
Hari 7: Anisa sudah tidak lagi mengeluhkan gejala dan orang tua disarankan
untuk kontrol rutin dan menghindari paparan alergen.
Kasus Kardiovaskuler I
Kasus Semu: AV Blok dalam Sistem Kardiovaskuler
Pasien: Tn. Budi, 65 tahun, dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Gejala: Denyut nadi lemah dan tidak teratur, pusing, dan mudah lelah.
Terapi Farmakologi:
Atropine
Beta-blockers], such as propranolol and atenolol
Calcium channel blockers , such as verapamil and diltiazem
Digoxin
Catatan Perkembangan:
Dokter dan perawat akan melakukan observasi ketat terhadap kondisi pasien,
termasuk monitoring denyut nadi dan EKG serial.
Dosis obat akan disesuaikan berdasarkan respon pasien terhadap terapi.
Pada kasus AV Blok berat, pasien mungkin memerlukan pemasangan alat
pacu jantung permanen.
Kasus Kardiovaskuler 2
Hipertensi dan Hiperlipidemia
Pasien: Ny. Diana, 55 tahun, tidak memiliki riwayat penyakit khusus.
Diagnosa: Hipertensi (tekanan darah 150/90 mmHg) dan Hiperlipidemia (LDL 190
mg/dL).
Terapi Farmakologi:
Hipertensi:
o Captopril 25 mg, diminum 1 kali sehari [efektivitas obat ini perlu
dikonsultasikan dengan dokter, sumber terpercaya tidak ditemukan
pada kumpulan hasil pencarian ini]
o Amlodipine
Hiperlipidemia:
o Simvastatin 20 mg, diminum 1 kali sehari [efektivitas obat ini perlu
dikonsultasikan dengan dokter, sumber terpercaya tidak ditemukan
pada kumpulan hasil pencarian ini]
Minggu ke-1: Pasien merasakan pusing ringan, efek samping umum Captopril
[efektivitas dan efek samping obat perlu dikonsultasikan dengan dokter,
sumber terpercaya tidak ditemukan pada kumpulan hasil pencarian ini].
Dokter meminta pasien untuk kontrol tekanan darah seminggu sekali.
Minggu ke-2: Tekanan darah terukur 140/80 mmHg, pusing berkurang. Dosis
Captopril tetap sama.
Bulan ke-3: Tekanan darah terkontrol stabil, kadar LDL menurun. Dokter
menyarankan pasien untuk kontrol tekanan darah dan kadar lipid secara rutin,
serta menerapkan pola hidup sehat.
Kasus Gastrointestinal
Kasus Tukak Lambung
Pasien: Tn. Budi, 55 tahun, dengan riwayat konsumsi obat anti nyeri NSAID jangka
panjang.
Gejala: Nyeri ulu hati, mual, dan muntah, terutama saat perut kosong.
Pemeriksaan Lab:
Terapi Farmakologi:
Catatan Perkembangan:
Minggu ke-1: Nyeri ulu hati berkurang, mual dan muntah hilang.
Minggu ke-4: Endoskopi ulang menunjukkan perbaikan ulkus lambung.
Minggu ke-8: Omeprazole dihentikan.
Bulan ke-3: Tidak ada keluhan, kontrol rutin dianjurkan.
Pemeriksaan Lab:
Terapi Farmakologi:
Catatan Perkembangan:
Hari ke-1: Bayu diberikan ORS secara bertahap dan frekwensi diare
berkurang.
Hari ke-2: Muntah berhenti, diare menjadi lebih jarang (3 kali sehari).
Hari ke-3: Diare berhenti, Bayu mulai mau makan.
Hari ke-7: Bayu sudah pulih sepenuhnya.
KASUS HEMATOLOGI 1
Bu Maya, seorang ibu hamil 28 tahun, trimester 2, datang ke puskesmas mengeluh
lemas dan mudah lelah sejak 2 bulan terakhir. Pemeriksaan penunjang
menunjukkan Bu Maya menderita anemia defisiensi besi dan asam folat.
Terapi Farmakologi;
dokter kandungan meresepkan suplemen ferrous fumarate dan folic acid selama 6
bulan
Catatan Perkembangan;
KASUS HEMATOLOGI 2
Tn. Y, 52 tahun, penderita gagal ginjal kronik sudah 2 tahun menjalani cuci darah
(hemodialisis) rutin. Dalam pemeriksaan lab terbaru, ditemukan Tn. menderita
anemia.
Terapi Farmakologi
Dokter:
suplemen zat besi oral
Erythropoietin (EPO), hormon yang berfungsi merangsang produksi sel darah merah
melalui suntikan diberikan seminggu 3 kali
Catatan Perkembangan
Minggu 1: belum merasakan perubahan.
Minggu 4: merasa lebih bertenaga dan kadar Hemoglobin mulai meningkat. Dokter
menyesuaikan dosis EPO dan suplemen zat besi.
3 Bulan: Kadar Hemoglobin stabil dalam target dan tidak mudah lelah lagi. Dokter
tetap memantau kondisi secara berkala.
Catatan: Dokter mungkin juga akan menyesuaikan pola makan dan mengawasi efek
samping obat
Kasus hematologi 3
Bu Diana, 55 tahun, datang ke UGD rumah sakit dengan keluhan bengkak dan nyeri
pada betis kaki kanan sejak 2 hari yang lalu. Pemeriksaan penunjang menegaskan
Bu Diana menderita Deep Vein Thrombosis (DVT)
Terapi Farmakologi
dokter memberikan terapi farmakologi untuk Bu Diana, yaitu:
Antikoagulan LMWH (Low Molecular Weight Heparin) yang diberikan secara injeksi
Catatan Perkembangan
Hari 1: Bengkak pada betis kaki kanan Bu Diana sedikit berkurang. Dokter
melanjutkan terapi antikoagulan.
Minggu 1: Nyeri pada betis kaki kanan Bu Diana hilang dan bengkak berkurang
signifikan. Dokter tetap memantau kondisi Bu Diana dengan pemeriksaan penunjang
3 Bulan: Keadaan kesehatan Bu Diana membaik. Bengkak dan nyeri sudah tidak
dirasakan lagi. Dokter akan menyesuaikan terapi jangka panjang dengan obat
antikoagulan oral warfarin selama rawat jalan.
Kasus hematologic 4
Ny. Maya (55 tahun) datang ke IGD RSUD Semarang dengan keluhan nyeri dada
hebat seperti ditekan dan menjalar ke lengan kiri sejak 30 menit yang lalu. Nyeri
dada dirasakan semakin berat saat beraktivitas dan sedikit berkurang saat istirahat.
Ny. Maya juga mengeluh berkeringat dingin dan mual.
Nitrogliserin
Aspirin
Benzodiazepine
Kasus Hematologi 5
Tn. Budi (45 tahun) datang ke UGD RSUD Semarang dengan sesak napas
mendadak sejak 3 jam yang lalu. Sesak napas dirasakan semakin berat saat
beraktivitas dan tidak membaik saat istirahat. Tn. Budi juga merasakan nyeri dada
pleuritik (nyeri dada tajam seperti ditusuk) dan batuk berdarah sedikit.
Terapi Farmakologi
Alteplase
warfarin
Ny. S (55 tahun) menderita Diabetes Mellitus tipe 2 selama 10 tahun. Beberapa hari
ini, Ny. Sari merasa haus berlebihan, sering buang air kecil, mual, dan muntah.
Selain itu, Ny. S juga merasakan lemas, sesak napas, dan pernapasannya berbau
buah (fruit odor).
Terapi Farmakologi
Ny. S diberi terapi berikut untuk mengatasi KAD:
Insulin IV.
Cairan infus kristaloid
KCl
Dokter merencanakan pemberian Levemir dan Novorapid sebagai insulin maintenan
Terapi Farmakologi
Untuk mengatasi nyeri yang dialami Ny. A, Dokter meresepkan terapi farmakologi
berupa obat golongan opioid. Pemilihan jenis dan dosis obat akan disesuaikan
dengan intensitas nyeri yang dirasakan Ny. Sari.
KASUS NYERI 2
Ny. A berusia 55 tahun, baru saja menjalani operasi pemasangan pen di tulang
femur akibat patah tulang. Saat ini Ny. Sari mengeluh nyeri terus menerus pada area
bekas operasinya. Nyeri tersebut bertambah parah saat digerakkan, skala 5.
terapi Farmakologi:
- Metamizole sodium IV
- Omeprazol
Intensitas nyeri
Efek samping obat
Mobilitas
KASUS PSIKIATRI
Terapi Farmakologi
Dokter mungkin akan memberikan terapi farmakologi berupa:
An. D mengalami keracunan makanan setelah 1 jam yang lalu menghadiri sebuah pesta, dan segera
dilarikanke rumah sakit. Sesuai anamnesa, an. D memiliki alergi terhadap obat Penicillin. An. D
mengalami mual muntah hingga terlihat lemas.
Terapi:
Seorang anak terdiagnosis pneumonia, sehingga irawat di ruang PICU. Dokter meresepkan
antibiotic Cefixime.
Bayi baru lahir dirawat di ruang NICU karena mengalami sepsis setelah 3 hari dirawat akibat
aspirasi meconium dan hipoksia.
Kasus antivirus 1
Pasien: Tn. C
Usia: 35 tahun
Terapi ARV:
Catatan Perkembangan:
Bulan 1:
o N. C mengalami mual ringan sebagai efek samping awal terapi ARV.
o Dokter memberikan obat tambahan untuk mengatasi mual
o Berat badan Tn. C turun 2 kg.
o Tes CD4 count menunjukkan angka 350 sel/mm³ (immunodeficiency
sedang).
Bulan 3:
o Efek samping mual sudah menghilang.
o Berat badan n. C stabil.
o Tn. C merasa lebih sehat dan berenergi.
Bulan 6:
o Tes CD4 count menunjukkan peningkatan menjadi 480 sel/mm³
(immunodeficiency ringan).
o Tn. Ctetap disiplin mengkonsumsi obat ARV sesuai jadwal.
Tahun 1 dan selanjutnya:
o Tn. C rutin melakukan kontrol ke dokter setiap 3 bulan.
o Tes CD4 count terus meningkat dan viral load menjadi tidak terdeteksi
(treatement success).
o Tn. C tetap menjalankan terapi ARV seumur hidup untuk mengontrol
HIV dan mencegah penularan ke orang lain.
Kasus antifungal 1
Tn. A didiagnosis HIV positif 5 tahun lalu. Belum pernah menjalani pengobatan HIV
karena takut efek samping. 6 bulan terakhir, Tn. A sering batuk kering dan merasa
sesak napas terutama saat beraktivitas. Berat badannya turun 5 kg dalam 2 bulan
terakhir.
Pengobatan: Tn. A dirawat inap di rumah sakit dan diberikan obat kombinasi
trimethoprim/sulfamethoxazole (co-trimoxazole) untuk mengatasi infeksi PCP. Selain
itu, Tn. A juga diberikan obat ARV untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.
Pemeriksaan:
Terapi Farmakologi:
Catatan Perkembangan:
Setelah 1 bulan pengobatan, nyeri sendi berkurang dan ruam pada wajah mulai
memudar.
Dokter mengurangi dosis kortikosteroid
Nina tetap kontrol rutin ke dokter
Dokter akan menyesuaikan obat dan memantau efek samping
Kasus antialergi
Nama Anak: Bayu (5 tahun)
Gejala:
Riwayat Kesehatan:
Pemeriksaan:
Terapi Farmakologi:
Cetirizine
Jika diare parah, dokter mungkin akan memberikan obat tambahan
Catatan Perkembangan:
Riwayat Kesehatan: Budi didiagnosis gagal ginjal kronis stadium akhir 2 tahun lalu.
Saat ini, Budi menjalani cuci darah (hemodialisis) rutin 2 kali seminggu.
Operasi: Budi menjalani operasi transplantasi ginjal. Ginjal kiri adik Budi
dicangkokkan ke tubuh Budi. Setelah post Op transplantais, mengalami mual
muntah dan demam.
Tacrolimus
Ondansentron
Sanmol IV
Catatan Perkembangan:
Pasca operasi, Budi dirawat di rumah sakit sekitar 2 minggu untuk pemulihan dan
monitoring fungsi ginjal baru
Budi tetap kontrol rutin ke dokter untuk memantau fungsi ginjal dan efek samping
obat