Anda di halaman 1dari 10

Nama : andi kurniadi

kelas : farmasi 4B
NIM : 1604010069
mata kuliah : farmakoterapi 1

1. Studi kasus DIARE

Seorang anak usia 5 tahun buang air besar sebanyak 7 kali, karakteristik feses yaitu
terdapat mukoid, tetapi tidak terdapat darah. Selain itu, pasien menderita demam dan
terus menangis.

a. Pembahasan

Analisa SOAP

o Subjeck: Buang air besar sebanyak 7 kali, feses terdapat mukoid, tetapi tidak
terdapat darah, demam dan terus menangis.

o Objeck: -

o Assasment: Mengalami buang air besar sebanyak 7kali (Diare)

o Planning: Dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu

• Farmakologis:

- Paracetamol syr 250mg , 3 x sehari satu sendok the jika diperlukan

- Oralit untuk penanganan pertama dan mencegah terjadinya dehidrasi

• Non Farmakologis:

Cuci tangan yang bersih dan memakai sabun sebelum makan, memakan buah atau
jus buah, tidak jajan sembarangan

o KIE
Memotivasi untuk meminum obat dan memulai pola hidup sehat

b. Algoritma terapi
− Paracetamol 250 Mg sebagai analgetik dan antipiretik
− Oralit untuk penangan dan pencegahan terjadinya dehidrasi
c. Regimen pengobatan

2. Studi kasus KONSTIPASI

Seorang pasien bernama ibu Ayi (35 thn) mengalami kesulitan buang air besar selama 3
hari pasca melahirkan.

a. Pembahasan

Analisa SOAP

o S: kesulitan buang air besar pasca melahirkan

o O: konstipasi selama 3 hari

o A: mengalami kesulitan buang air besar selama 3hari paska melahirkan


(konstipasi)

o P: Dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu

o Terapi non farmakologi, banyak meminum air putih ,makan makanan berserat
(wortel, kacang-kacangan dll), dan olah raga.
o Terapi farmakologi : pemberian obat bisakodil sebagai laksatif pembentuk massa,
laktulosa penggunaannya disarankan jika sangat diperlukan, penggunaan tidak
dalam jangka waktu panjang.

o KIE

Menjelaskan pola hidup sehat.


Tetap mengkonsumsi makanan kaya serat (sayuran dll) , minum minimal 0gelas
per hari dan olahraga.

b. Algoritma terapi
− Bisakodil digunakan sebagai laksatif pembentukan massa
− Laktulosa digunakan sebagai pencahar dengan membentuk asam asam organik di
dalam usus besar yang menahan air sehingga tinja menjadi lunak dan ada rangsangan
untuk buang air besar

c. Regimen pengobatan
3. Studi kasus MUAL MUNTAH
Lina (8th) mengalami sakit perut, mual, muntah, tidak nafsu makan sejak kemarin.
Pasien demam 38°C dan ibunya sudah memberikan pct untuk anti demam. Menurut
pengakuan pasien, beberapa hari yang lalu pasien membeli makanan di warung yang
kurang bersih. Hasil pemeriksaan lab menunjukan SGOT 51 u/L, SGPT 40 u/L.

1. Pembahasan
Metode SOAP

o Subyektif :Lina 8 tahun mengalami Sakit perut, Mual, Muntah, Tidak nafsu makan
o Obyektif : Demam 38°C, SGOT 40 u/L, SGPT 51 u/L
o Assasment :
o Plan : Pemberian obat Paracetamol
o Terapi farmakologi: pemberian obat ibuprofen sebagai penurun demam
Metoklorpramid (lexapram sirup) untuk mengurangi gejala mual dan muntahnya.
Curcuma plus imuns sirup sebagai imunomodulator dan hepatoprotektor.

o Terapi non farmakologi: pasien diharuskan untuk menjaga pola makan, banyak
meminum air putih, dan diusahakan sebelum menyentuh makanan pasien harus cuci
tangan terlebih dahulu

2. Algoritma terapi
− Ibuprofen digunakan sebagai penurun demam
− Metoklorpramid untuk mengurangi gejala mual dan muntahnya.
− Curcuma plus imuns sirup sebagai imunomodulator dan hepatoprotektor.
− Regimen pengobatan
3. Regimen pengobatan

4. Studi kasus ASMA


Ny. SJ menemui dokter umum ketika mengalami nafas yang pendek selama beberapa
minggu. Ny. SJ mendapat pengobatan zafirlukast 20 mg dua kali sehari ditambah
pemberian amoxcicilin tiga kali sehari selama seminggu. Dokter curiga pasien
mempunyai infeksi ringan kemudian melanjutkan dengan masalah pengobatan.

Dua bulan kemudian, dia masuk rumah sakit karena gejala mirip flu, sakit perut dan
penurunan nafsu makan. Ny SJ dideteksi mempunyai penyakit kuning.

Pemeriksaan fungsi Hati:

Bilirubin: 44 µmol/l (normal range < 17 µmol/l)


Alanin transaminase (ALT): 200 IU/l (normal range:0-35 units/l)

Aspartate transaminase (AST):150 IU/l (normal range:0-35 units/l)

a. Pembahasan
metode SOAP

o Subyektif : Nyonya SJn32th mempumyai Keluhan nafas pendek selama


berminggu-minggu. mirip flu, sakit perut dan penurunan nafsu makan Riwayat
penyakit mengidap asma selama 5 tahun
o Obyektif :Bilirubin: 44 µmol/l (normal range < 17 µmol/l), Alanin transaminase
(ALT): 200 IU/l (normal range:0-35 units/l), Aspartate transaminase (AST):150
IU/l (normal range:0-35 units/l)
o Assesment : pasien mengidap asma dan penyakit kuningyang diakibatkan oleh
ADR
o Planning : Salbutamol digunakan sebagai obat untuk membuka saluran nafas di
paru-paru.
o Terapi farmakologi :Salbutamol digunakan sebagai obat untuk membuka saluran
nafas di paru-paru.
Pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati untuk mengetahui

kerja hati.

o Terapi non farmakologi : Melakukan perubahan pada pola hidup, minum air putih,
hindari udara dingin, mengenali dan menghindari pemicu asma

b. Algoritma terapi
Salbutamol digunakan sebagai obat untuk membuka saluran nafas di paru-paru.
c. Regimen pengobatan

5. Studi kasus ISPA


Enda (20th) mengalami batuk pilek selama 3 hari disertai dengan demam. Dia
mengaku belum pernah di periksa dan tidak mempunyai riwayat penyakit ssebelumnya.

a. Pembahasan
Metode SOAP

o S = mengatakan bahwa pasien mengalami batuk, pilek selama 3 hari disertai


dengan demam, sakit tenggorakan.
o O = pilek, demam, sakit tenggorokan dan adanya ssuara tambahan saat tidur
(sindor) berhubungan dengan saluran pernapasan
o A = pilek berhubungan dengan masuknya bakteri pada saluran pernapasan, pasien
menyatakan menghirup udara ke hidung secara berulang-ulang dengan adanya
suara tambahan.
o P = berikan terapi obat chlorpheniamine malease dan glyceryl guaca colats 1x ¼
paracetamol 3x ½
o Terapi farmakologi
umumnya bersifat suportif untuk meringankan gejala.

Dekongestan oral atau topikal dapat membantu mengurangi keluhan pada pasien
dengan rhinorrhea.

Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek antikolinergik sehingga dapat
digunakan untuk mengurangi rhinorrhea dan bersin. Antihistamin yang biasanya
digunakan adalah chlorpheniramine maleate atau diphenhydramine

Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk mengurangi sekresi


nasofaring.

Antiviral bisa dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika terjadi
outbreak influenzae dimana manfaat lebih banyak dibandingkan risiko. Antiviral
diberikan pada pasien yang berisiko tinggi mengalami perburukan gejala.

Antiviral bisa dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika terjadi
outbreak influenzae dimana manfaat lebih banyak dibandingkan risiko. Antiviral
diberikan pada pasien yang berisiko tinggi mengalami perburukan gejala

Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga penggunaan antibiotik


tidak efektif dan hanya boleh digunakan jika terdapat kecurigaan atau konfirmasi
adanya infeksi bakteri

o Terapi non farmakologi


Penyebab ISPA pada umumnya adalah virus, sehingga terapi biasanya hanya
bersifat suportif saja, Memperbanyak Minum, Memperbanyak minum sebanyak 8
gelas atau lebih dapat menurunkan sekresi mukosa dan menggantikan kehilangan
cairan, Lakukan kompres hangat , Irigasi Nasal, Pencegahan infeksi saluran nafas,
Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, Berolahraga secara teratur,
Berhenti merokok dan menghindari asap rokok, Mengurangi tingkat stress,
Menghindari kontak langsung dengan penderita infeksi, Mencuci tangan setelah
melakukan kegiatan, Selalu menutup mulut dan hidung setiap bersin atau batuk,
Menjaga kebersihan diri dan barang-barang di sekitar.
b. Algortima terapi
− chlorpheniamine malease digunakan untuk mengobati pilek bersin bersin yang
disebabkan oleh alergi
− glyceryl guaca colate digunakan untuk meredakan batuk dan melancarkan
pengeluaran dahak di saluran napas
− paracetamol digunakan sebagai penurun demam dan meringankan rasa nyeri

c. regimen pengobatan

6. Studi kasus PPOK


Kakek 72 tahun, masuk IGD dengan kondisi sesak nafas. Beliau batuk produktif dengan
sputum warna kecoklatan yang beliau anggap normal. Chest x-ray menunjukkan adanya
hipertensi paru dan didiagnosa PPOK exacerbasi akut.
a. Pembahasan
Metode SOAP

o Subjektif: kakek 72 tahun masuk IGD dengan kondisi sesak nafas dan batuk
produktif dengan warna kecoklatan yang beliau anggap normal.
o Objektif: chest x-ray menunjukan hipertensi paru dan didiagnosis PPPOK
o Assesment:
o Plant: pemberian obat combivent 2 inhalasi 4x sehari, prednisolon penggunaan
awal 10-20mg/hari, amoksisilin 250 3x sehari

o Terapi farmakologi: pemberian obat combivent sebagi obat bronkodilator,


prednisolon sebagi anti inflamasi, amoksisilin sebagi antibiotik

o Terapi non farmakologi: menghilangkan kebiasaan merokok, pasin dianjurkan


banyak minum air putih, makan buah dan sayur

b. Algoritma terapi
− obat combivent sebagi obat bronkodilator
− prednisolon sebagi anti inflamasi
− amoksisilin sebagi antibiotik
− regimen pengobatan
c. regimen pengobatan

Anda mungkin juga menyukai