Anda di halaman 1dari 24

STUDI KASUS

Mata Kuliah Farmakotepi Gangguan Sluran Cerna dan


Nutrisi
Kelompok 2

01 Malha Nandika I1021211062

02 Khansa Najwa Afifah I1021211047

03 Hurin Layyinatus Shifa I1021211083

04 Shafa Nursyabani I1021211104


Kasu 01
s
Narimo (Mahasiwa, 20 tahun) sudah 1 tahun mengalami nyeri dan kembung pada lambungnya. Sudah
beberapa kali berobat rasanya sudah sembuh, namun sering kali kambuh. Malam hari, setelah makan
steik bersama keluarganya, Narimo muntah-muntah dan perutnya terasa sakit sekali sehingga Ia pergi
ke dokter kembali. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter, Narimo memperoleh obat sebagai
berikut:

1. Amoxan 500mg 15 kap 4. Losec Kapsul 10 tab


S3DD1 S2DD1
2. Ponstan 500mg 12 tab 5. Lambucid 15 tab
S3DD1 S3 D D 1
3. Rantin 10tab
S2DD1
Deskripsi Obat
1. Amoxan (Antibiotik)
S 3 DD 1
Kandugan : Amoxicillin
Indikasi : Infeksi saluran pernapasan bawah. Demam tifoid & paratifoid, sipilis, abes gigi.
ESO : Mual, muntah, sakit kepala dan diare

2. Ponstan (Anti nyeri)


S 3 DD 1
Kandungan : Asam Mefenamat
Indikasi : Meredakan nyeri ringan hingga sedang misalnya RA, OA, otot, trauma, nyeri gigi, sakit
kepala, pascaoperasi, pascapersalinan, dismenore primer, sindrom pramenstruasi.
ESO : Diare, konstipasi, sakit kepala, nyeri perut, mual dan muntah

3. Rantin (Obat asam lambung; H2 blocker)


S 2 DD 1
Kandungan : Ranitidin HCL
Indikasi : Maag dan tukak lambung
ESO : Sakit kepala, konstipasi, diare, mual muntah dan nyeri perut
4. Losec Kapsul
S 2 DD 1
Kandungan : Omeprazole
Indikasi : Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum yang terkait dengan
AINS, lesi lambung dan duodenum, regimen eradikasi H. pylori pada tukak peptik, refluks
esofagitis, Sindrom Zollinger Ellison
ESO : Sakit kepala, perut kembung, mual muntah, diare dan sembelit

5. Lambucid
S 3 DD 1
Kandungan : Al(Oh), Mg(Oh), Simetikon
Indikasi : Dispepsia
ESO : Diare, bersendawa
Diagnosis

Pasien didiagnosi terkena penyakit asam lambung kronis. dapat di lihat dari gejala
pasien yang sudah mengalami nyeri kembung dan pada lambung 1 tahun yang lalu. dan dapat di liat
dari pasien yang sudah berobat namun sering kambuh, berarti pasien tidak patuh terhadap
pengobatan. Pasien tiba” kambuh penyakit setelah memakan steak, yang kita tau bahwa steak
biasanya di masak setengah matang, artinya ada kemungkinan daging yang dimasak masih ada
bakteri yang terdapat pada daging tersebut. dan juga daging mengandung lemak jenuh yang tinggi,
ini merupakan salah satu faktor kemungkinan yang membuat nyeri diperutnya.
Informasi
Obat
- Amoxan digunakan untuk membunuh bakteri yang disebabkan daging yang kurang matang,
penggunaan obat losec capsul diperuntukkan asam lambung tidak keluar dan bisa membuat sistem
pekerjaan amoxan dapat optimal.

- Penggunaan obat ponstan digunakan pada saat pasien mengalami nyeri di perut. penggunaan obat
golongan NSAID membuat reseptor Prostaglandin menjadi tidak aktif dan membuat produksi asam
lambung menjadi meningkat, akibat itu diberikan obat Rantin agar dapat mengurangi produksi asam
lambung dikarenakan reseptor H2 di nonaktifkan.

- Obat lambucid (-) tidak dibutuhkan karena terlalu banyak obat asam lambung dan untuk indikasi
tidak ada
Terapi Non Farmakologi

- Hindari makanan yang pedas, beralkohol, berlemak dan makanan dengan jumlah yang besar
(bisa kalian tambahkan sendiri terapi non farmakologinya)
- Pasien dengan PUD harus menghilangkan atau mengurangi stres psikologis, merokok, dan
penggunaan NSAID (termasuk aspirin).
- Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk perdarahan, perforasi, atau obstruksi.
Kasus 02
Ny. A (45 tahun), dating ke Apotek Saudara dengan keluhan diare sejak 3 hari lalu, mual muntah, tinja
berlendir dan darah, pemeriksaan tinja didapatkan hasil leukosit tanpa amoeba. BAB >15 kali/hari.
Penderita merasa haus, kulit kering, lemah. Tekanan darah 85/45 mmHg, nadi 10x/menit. Saat ini
pasien sedang mengonsumsi Loperamide tablet yang diberikan oleh apoteker dari apotek lain sejak
hari pertama diare.
Permasalahan
1. Diagnosis pasien mengalami diare akut infeksi (disentri) dengan dehidrasi ringan Diare adalah keadaan
tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai dengan peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi
buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa lendir darah.Jenis
diare ada dua, yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementara diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2. Loperamide yang digunakan dinilai tidak sesuai dengan kondisi pasien karena target terapi loperamide yang
ditujukan untuk diare nonspesifikyang dimana obat ini tidak dianjurkan pada pasien yang diare dengan darah pada
tinja dan juga kontraindikasi dari loperamide yaitu disentri.
3. Pasien mengalami tekanan darah rendah (termasuk gejala dari diare)
- Tekanan darah pasien 85/45 mmHg (mempunyai tekanan darah rendah)
- Tekanan darah normal <120/80 mmHg
- Tekanan darah rendah < 90/60 mmHg
Terapi Farmakologi

Terapi yang dilakukan untuk pasien adalah pemeriksaan feses yang dimana
ditemukan WBC (leukosit), digunakan antibiotik dan juga pemberian terapi
simptomatik yang berupa antiemetic untuk mengurangi mual dan muntah, obat
tambah darah untuk menormalkan tekanan darah yang dialami pasien

Terapi Non Farmakologi


- Hindari konsumsi makanan yang kebersihannya tidak terjamin dan tidak minum air dari
kerannya langsung
- Cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan serta setelah buang air
Gunakan air yang bersih
- Mengatur diet dan pola hidup sehat
Kasu 03
s
- Tuang SR (35 tahun), dating ke apotek dengan keluhan sulit BAB, dengan frekuensi 4-6 hari sekali.
Feses dengan konisistensi keras, dengan jumlah tinja sedikit dan ukuran tinja yeng kecil. Asien selalu
merasa tidak puas setelah BAB.
- Keluhan yang dirasakan hilang timbul setelah 2,5 tahun dan memberat sejak 1 bulan terakhir. Karena
keluhan yang sudah lama tersebut, pasien jadi memiliki kebiasaan mengedan tiap BAB, merasakan
nyeri setelah BAB dan ada benjolan kecil di sekitar anus. Pasien belum pernah mengonsumsi obat
konstipasi.
- Pemeriksaan fisik: TD 130/80 mmHg, nadi 76x/menit, RR 18x/menit, suhu 38°C, 170 cm, BB 54 kg.
Pasien jarang berolahraga dan tidak suka makan sayur.
Permasalahan

Identifikasi Penyakit Pasien Pasien mengalami konstipasi kronis (sulit BAB, frekuensi kurang dari
3 kali seminggu dan berlangsung selama 2,5 tahun). Selain itu pasien mengalami hemoroid atau
yang biasa dikenal dengan wasir, berupa benjolan disekitar anus yang disebabkan oleh kebiasaan
pasien yang sering mengedan saat buang air besar. Hemoroid ini dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman dan juga pendarahan pada kondisi fatal. Pasien juga mengalami sedikit tekanan darah
tinggi (hipertensi)
Terapi Farmakologi
Diperlukan pemberian obat ambeien (hemoroid) untuk pasien. Untuk pengobatan konstipasi
sebaiknya dilakukan pengobatan lini pertama konstipasi terlebih dahulu yaitu dengan terapi non-
farmakologi.

Terapi Non Farmakologi


Terapi non-farmakologi yang harus dilakukan pasien konstipasi yaitu dengan mengonsumsi
makanan berserat seperti buah dan sayur. Karena gaya hidup pasien yang kurang baik, sebaiknya
pasien diberi konseling untuk memulai pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi dan
berolahraga. Pasien juga dianjurkan untuk tidak menahan BAB dan tidak mengejan agar hemoroid
tidak memburuk.
Kasus 04
Nn. SA, 2 tahun, TB (-), BB 11 Kg, dibawa oleh ibunya ke Apotek Saudara dengan keluhan BAB cair
disertai dengan muntah, diare diketahui sejak 2 hari lalu, sampai saat in sudah BAB cair sebanyak 5x
tanpa lender dan darah. Gejala yang dirasakan demam, nafas angat cepat dan dalam, dan kulit terlihat
keriput. Balita kelihatan lemah dan merengek bila menangis serta mata sangat cekung. Pasien menebus
obat berikut:

1. Cefixime syr 1 fls 3. Zinc syr 1 fls

S2 dd C 1 S 1 dd 1 cth

2. Paracetamol syr 1 fls 4. Lacto B-sachet V

S 3 dd 1 cth S 1 DD 1 sach
Analisis

Diduga menderita diare dengan dehidrasi ringan/sedang serta demam ringan dengan gejala mata
cekung, gelisah, rewel, kulit keriput, nafas sangat cepat dan dalam

Dilakukan rencana Terapi B


Deskripsi Obat
1. Cefixime
S2 dd C 1
Kandungan : Cefixime 100 mg; 100 mg/5mL
Indikasi : ISK tanpa komplikasi, otitis media, faringitis, tonsillitis, bronchitis akut dan
kronik, demam tifoid
KI : Hipersensitif terhadap sefiksim
Eso : Syok, reaksi hipersensitivitas, kelainan hematologi, peningkatan hasil tes fungsi
hati, gangguan saluran cerna, disfungsi ginjal, gangguan pernapasan, sakit kepala
atau pusing
Dosis : Anak sehari 2x 1,5-3 mg/kgBB
2. Paracetamol

S 3 dd 1 cth

Kandungan : Paracetamol 120 mg/5 mL sirup

Indikasi : Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan
demam

KI : penderita gangguan fungsi hati yang berat; penderita hipersensitif terhadap obat ini

ESO : Penggunaan jangka lama dan hipersensitivitas

Dosis : 1-2 tahun : 3-4 kali sehari 5 mL (1 sendok takar)


3, Zinc sirup
S 1 dd 1 cth
Kandungan : Zinc sulfat 54,9 mg setara dengan zinc 20 mg
Indikasi : Pengobatan pada diare anak di bawah 5 tahun, diberikan Bersama oralit
ESO : Pemakaian jangka Panjang dosis tinggi menyebabkan konsentrasi lipoprotein plasma dan
absorbs tembaga
4. Lacto B Sachet V
S 1 dd 1 sach
Kandungan : Per sachet Viable cell counts 1 x 109 CFU/g (Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium
longum, Streptococcus thermophillus), vit C 7%, vit B1 73%, vit B2 157%, vit B6 14%,
niacin 13%, protein 0.02 g, fat 0.1 g, Zn 103%. Energy: 3.4 cal
Indikasi : Pengobatan diare & pencegahan intoleransi laktosa.
Dosis : Anak 1-12 tahun 3 sachet per hari
Assesment

Penambahan Oralit osmolaritas rendah, karena dapat


mengurangi volume tinja hingga 25%, mual muntah hingga
30% dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan
melalui i.v sampai 33%

Berdasarkan tabel disamping dapat diketahui bahwa:


- Jumlah pembarian oralit yang diberikan dalam 3 jam
pertama jika di sarana kesehatan yaitu
- Oralit yang diberikan = 75 mL x BB anak
- Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, maka
berikan
- Dapat meneruskan pemberian ASI ataupun MP-ASI
- Obat Zinc dipakai selama 10 hari berturut turut
Sebaiknya semua pemakaian antibiotic dihentikan karena dapat memperparah flora usus. Selain itu,
perhatikan komposisi makanan yang diberikan, usahakan pemberian elektrolit cukup karena posisi
anak dalam kondisi lemah

Setelah 3 hingga 4 jam, nilai kembali anak untuk memilih rencana terapi A,B atau C

-Jika tidak dehidrasi ganti ke rencana terapi A.

-Jika menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, lanjutkan terapi

-Jika menunjukkan dehidrasi berat, ganti ke rencana C

Berikan nasehat kepada orang tua/pengasuh dan berikan PIO, cara pembuatan oralit dan teknik
pemberian obat mengingat pasien merupakan balita berumur 2 tahun atau sekitar 24 bulan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai