Anda di halaman 1dari 46

SINDROMA DISPEPSIA

Oleh:

1) Fitri Amalia
2) Reki Pebi Wahyuni

Pembimbing: dr. Irene Gunawan Sp.PD

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD WALED
ANATOMI
Definisi

Dispepsia  nyeri atau


rasa tidak nyaman di Sindrom Dispepsia 
epigastrium. kumpulan gejala

Nyeri epigastrium Mual Kembung


Sendawa Muntah Cepat kenyang
Definisi
DISPEPSIA adalah istilah non spesifik yang dipakai
pasien untuk menjelaskan keluhan perut bagian atas.
Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau tidak nyaman di
epigastrium, mual, muntah, kembung, banyak flatus,
rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang, regurgitasi,
dan rasa panas yang menjalar di dada.

Gejala ini bisa akut, intermiten atau kronis.

(buku ajar IPD)


15-30% populasi
umum pernah
dispepsia
30% praktek umum
60% pasien
gastroenterologis
Negara barat :
prevalensi 7-41%
Indonesia : ?
Dispepsia Non
organik
Dispepsia
Organik
Klasifikasi
 Dispepsia organik: bila telah diketahui
adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya
 Dispepsia nonorganik atau dispepsia
fungsional bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsia fungsional
dibagi menjadi dua kelompok, yakni
postprandial distress syndrome dan
epigastric pain syndrome
Berdasarkan penyebabnya :
1.Kelainan organik
Gangguan dalam lumen saluran cerna
Gastritis
Ulkus peptikum
Kelainan pankreas
Keganasan
Pankreatitis
Gangguan hepatobilier
Keganasan
Hepatitis
Kolesistitis, Kolelitiasis
Keganasan
Disfungsi Sphincter Odii
2. Kelainan
sistemik
Diabetes melitus
Penyakit tiroid
4. Gangguan fungsional
Gagal ginjal Dispepsia fungsional
Kehamilan Sindrom kolon iritabel

3. Obat-obatan
Teofilin
Digitalis
Kriteria Diagnostik Roma III untuk dispepsi fungsional
Kriteria Diagnostik Roma III untuk dispepsi fungsional
Gejala Klinis
Gambaran klinis di klasifikasikan menjadi
beberapa subklinis berdasarkan pada keluhan
yang mencolok atau paling dominan :
ulcer like dyspepsia
dysmotility like dyspepsia
Bila tidak ada keluhan bersifat dominan
dikategorikan sebagai dispepsia non-spesifik
1. Dispepsia dengan keluahan seperti ulkus
(ulcus-like dyspepsia)
Bila nyeri ulu hati yang paling dominan dan
di sertai nyeri pada malam hari dikategorikan
sebagai dispepsia fungsional tipe seperti ulkus
dengan gejala:
 Nyeri epigastrium terlokalisasi
 Nyeri hilang setelah makan / pemberian
antacid
 Nyeri saat lapar
 Nyeri episodik
2. Dispepsia degan gejala seperti dismotilitas
(dysmotility-like dyspepsia)
Dengan gejala :
 Mudah kenyang
 Perut cepat terasa penuh saat makan
 Mual, Muntah
 Upper abdominal bloating
 Rasa tidak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti
kedua tipe diatas).
Pemeriksaan Fisik
◦ Biasanya normal, kadang disertai nyeri
tekan epigastrium (+)
◦ Tapi bila terjadi muntah-muntah yang
hebat  tanda-tanda dehidrasi sampai
syok
◦ Penyakit yang sudah berlangsung lama 
BB kurang dari normal (under weight)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Pemeriksaan darah
2. Pemeriksaan urin
3. Pemeriksaan Tinja
4. Pemeriksaan Asam lambung

Radiologi
- Endoskopi saluran cerna bagian atas dan biopsi,
pemeriksaan terhadap adanya infeksi
helicobacter pylori, pemeriksaan fungsi hati,
amilase dan lipase, fosfatase alkali dan gamma
GT, USG abdomen.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1) Diet
2) Medikamentosa
- Antasida
- Antikolonergik
- Antagonis reseptor H2
- PPI
- Sitoprotektif
- Gol.Prokinetik
1. Antasida
 Bekerja dengan menetralisir asam
lambung dalam tempo 15 menit
 Tidak diserap ke dalam sirkulasi sistemik
 Komposisisi: kombinasi garam magnesium
dan garam alumunium, atau hanya
alumunium hidroksida
 Indikasi: dispepsia fungsional, ulkus
peptikum, ulkus duodeni, refluks
gastroesofagus
 Kontraindikasi: garam magnesium tidak
boleh digunakan pada penderita
gangguan ginjal
2. Antagonis reseptor H-2
Indikasi: dispepsia fungsional, pencegahan ulkus
peptikum / ulkus duodeni berulang, refluks gastroesofagus,
pre anestesi untuk pencegahan pneumonia aspirasi
a) Simetidin : 2 X 400 mg, selama 6 minggu
b) Ranitidin : 2 X 150 mg, selama 4 – 8 minggu
c) Famotidin : 1 X 40 mg, 2 X 20 mg, selama 4 – 8 minggu
d) Roksatidin : 1 X 150 mg, 2 X 75 mg, selama 4 – 8 minggu
e) Nizatidine : ulkus duodenum atau ulkus lambung : 1 X
300 mg (malam hari) atau 2 X 150 mg selama 8
minggu. GERD: 2 X 150 mg selama 12 minggu
3. Inhibitor pompa proton
Indikasi : terapi Helicobacter pylori, ulkus duodenum,
ulkus peptikum, refluks gastroesofagus, pencegahan
kekambuhan ulkus,
a) Omeprazole
 Ulkus duodenum : 1 X 20 mg, 2 – 4 minggu
 Ulkus peptikum : 1 X 20 mg, 4 – 8 minggu
 Refluks gastroesofagus : 1 X 20 mg, 4 – 8 minggu
b) Lansoprazol
c) Pantoprazol
 Ulkus duodenum : 1 X 40 – 80 mg, 2 minggu
 Ulkus peptikum : 1 X 40 – 80 mg, 4 minggu
4. Golongan prokinetik
Indikasi : mual, muntah, baik karena gangguan
pengosongan lambung maupun karena migrain dan
kemoterapi, esofagitis refluks, gangguan motilitas saluran
cerna, dyspepsia.
a) Metoklopramid
 Kontra indikasi : ileus obstruktif, perforasi usus dan
hipersensitif
 Dosis : mual dan muntah 8 X 10 mg, selama 3 hari
 Kemoterapi : 1 mg/kg BB IV (selama 30 menit) 
1 mg/kg BB tiap 3 jam, 3 X
b) Domperidon : mual dan muntah 4 X 10 mg, maks 4 X 20mg
c) Cisaprid : 3 X 5 – 10 mg
5. Golongan sitoprotektor
a) Sukralfat
Sebagian besar (97 %) tidak diserap di saluran cerna dan
dikeluarkan melalui tinja dalam bentuk yang tidak berubah. Bekerja
secara multifaktorial, berikatan dengan albumin, fibrinogen serta protein
lainnya yang terdapat di mukosa yang rusak sehingga sukralfat terikat
lebih kuat pada mukosa yang rusak daripada mukosa yang normal.
Memiliki efek antibakterial dan dapat memperkuat pertahanan mukosa
 Komposisi : sucrose octasulphate dan polyalumunium hydroxide
 Indikasi : ulkus duodenum, ulkus lambung, tukak stress (profilaksis)
 Ulkus duodenum/peptikum : 2 X 2 gram, selama 6 minggu
 Profilaksis ulkus : 2 X 1 gram, selama 2 tahun
 Profilaksis tukak stress : 4 X 1 gram per NGT
 Efek samping : konstipasi, mulut kering
 Kemasan : tablet 500 dan 1000 mg
Pencegahan
 Atur pola makan seteratur mungkin.
 Olahraga teratur.
 Hindari makanan berlemak tinggi
 Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung
 Hindari makanan yang terlalu pedas.
 Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.
 Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung
 Kelola stres psikologi se-efisien mungkin.
Prognosis
Sindrom dispepsia yang ditegakkan setelah
pemeriksaan klinis dan penunjang yang
akurat, mempunyai prognosis yang baik
LAPORAN KASUS
• Ny. M
Nama

• 53 tahun
Umur

• Pabedilan
Alamat

• Ibu Rumah Tangga


Pekerjaan

Agama • Islam
Keluhan
Utama •Nyeri di ulu hati
• Nyeri di ulu hati sejak ± 3 hari yang
lalu. Nyeri dirasa terus-menerus,
seperti ditusuk – tusuk dan
Riwayat memberat jika terlambat makan.
Penyakit Keluhan disertai dengan perut
Sekarang terasa kembung. Sebelumnya pasien
sering makan tidak teratur.
• Mual (+), dan muntah (+) 3x/hari isi
makanan, lendir (-) darah (-)
• Kembung (-), pusing (-), demam (-),
• Kebiasaan makan pasien selalu
memakan makanan yang pedas-
pedas.
• Riwayat meminum jamu-jamuan
Riwayat (kunyit asam) tidak ada
Penyakit
Sekarang • Riwayat sering menggunakan
obat-obat tidak ada
• Riwayat nyeri dada tidak ada
• BAK jumlah dan warna biasa
• BAB warna dan konsistensi biasa.
• Pasien telah menderita
penyakit seperti ini sejak usia
40 tahun, dan telah sering
Riwayat berobat ke Puskesmas dan
Penyakit rumah sakit. Pasien pernah
Dahulu dibawa ke IGD karena nyeri di
ulu hati dirawat selama 2 hari.
• Riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, jantung, paru
disangkal.
Riwayat • Tidak ada anggota keluarga
Penyakit
Keluarga yang mengeluhkan penyakit
yang sama.
• Pasien seorang ibu rumah tangga
dengan 3 orang anak, dan telah
Riwayat memiliki cucu. Pasien tinggal
Sosial bersama anak perempuannya.
dan • Kegiatan sehari – hari membantu
Ekonomi anaknya mengasuh cucu.
• Merokok (-)
• Minum alcohol (-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum • Sakit Sedang

Kesadaran • Compos mentis cooperatif

Tekanan Darah • 110 / 70 mmHg

Frekuensi Nadi • 126 x / menit

Frekuensi Nafas • 22 x / menit

Suhu • 36oC BB=48 kg TB=150 cm


• Normochepal, tidak ditemukan
Kepala kelainan

• Konjungtiva tidak pucat, sklera


Mata tidak ikterik

• Tidak ditemukan kelainan


THT

• tidak terdapat pembesaran KGB


Leher
• Inspeksi : ictus cordis tak tampak
• Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea
aksilaris anterior sinistra 2cm ke medial
• Perkusi : Batas kanan jantung di ICS IV linea
Jantung parasternalis dextra, apeks jantung di ICS V
linea midclavicula sinistra, dan pinggang
jantung di ICS IV parasternalis sinistra
• Auskultasi : Bunyi jantung 1 – 2 reguler,
Murmur (-), Gallop (-)

• Inspeksi : simetris kiri = kanan


• Palpasi : fremitus kiri = kanan
Paru • Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
• Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
• Inspeksi : Datar, luka/bekas luka (-), venektasi
(-), sikatrik (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal, frek 10x/menit
Abdomen • Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, NT
epigastrium (+)
• Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen

• Ekstremitas atas:
• Akral hangat (+/+) edema (-/-), telapak tangan
pucat (-), clubbing finger (-), CRT < 2 detik
• Ekstremitas bawah:
Ekstremitas • Akral hangat (+/+), Edema (-/-), telapak
tangan pucat (-), clubbing finger (-), CRT < 2
detik.
Diagnosis •Sindroma Dispepsia
Kerja
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Ekg
Laboratorium
Darah Rutin (7/03/18) Elektrolit (7/03/18)
 Hb : 15,8  Basofil :0  NA : 132.2
 Eosinofil :0
 Ht : 45  K : 3.95
 Neu Batang :0
 Tr : 1267  Neu Segmen : 76  Cl : 94.6
 Leukosit : 11,8  Limfosit : 15
 Monosit :9
 MCV : 81,2
 MCH : 28,5
 MCHC : 35,1
 Eritrosit : 5,54
 RDW CV : 13,5
 RDW SD : 39,8
EKG
Penatalaksanaan
Infus asering 1500cc/24 jam
Ondancentron 2x4mg
Omeprazole 1x40 mg
Rebamipide 3x100 mg
Cefuroxime 2x1gr
Prognosis
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : ad bonam
 Quo ad Sanationam : ad bonam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai