Dosen pengampu:
apt. Ni Putu Wintariani, S.Farm., M.Farm.
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
● Cairan
Contoh: Oral Rehydration Solution
● Pengaturan Makanan
Contoh: Menghindari makanan berlemak, dan makanan kaya
akan gula sederhana (diare osmotik). Menghindari makanan atau
minuman yang mengandung kafein (diare sekretori).
● Pencegahan
Contoh: Mencuci tangan, dan menggunakan teknik sterilisasi,
menjaga makanan agar tetap terjaga sanitasi untuk menghindari
kuman yang mungkin muncul.
Kasus 1
Seorang pasien yang bernama Ny. Dilla berumur 50 tahun datang ke apotek dengan
keluhan BAB yang tidak wajar. BAB encer dengan frekuensi 5 kali perhari selama 2
hari. Pasien mengatakan bahwa tubuhnya lemas, bau feses khas, dan tidak berselera
makan. Setelah ditanya lebih lanjut, pasien mengatakan belum ada mengonsumsi
obat-obatan untuk mengurangi frekuensi dan sebelumnya telah mengonsumsi
makanan pedas.
Kasus 2
Seorang anak bernama Sabiru berumur 10 tahun dengan berat 32 kg mengeluhkan
diare sejak kemarin. Pasien mengatakan bahwa frekuensi BAB 2-3 kali dengan
konsentrasi encer, berwarna kekuningan tanpa ada lendir dan darah. Pasien juga
mengeluh nyeri perut yang hilang timbul seperti melilit terutama saat akan BAB. Dan
juga pasien mengalami demam dan mual muntah sejak kemarin malam.
Kasus 3
Seorang pasien bernama Ny. Naura berumur 29 tahun merasakan mulas disertai BAB
cair dengan frekuensi 4-6 kali sehari setelah mengonsumsi makanan yang belum
pernah dikonsumsinya. BAB masih terdapat ampas dan tidak ada darah. Tidak ada
demam tetapi badan dirasakan sedikit lemas. Hanya sedikit makanan dan minuman
yang dapat dikonsumsi oleh pasien setelah mengalami diare.
Informasi Obat
Sesuai Deskripsi
Kasus
Attapulgite
Efek Farmakologi Kontra Indikasi
Dosis yang dapat diberikan : 2 tablet setiap selesai buang air besar. Jika frekuensi diare tidak kunjung berkurang,
maka segeralah ke dokter.
Terapi non-farmakologi : perbanyak minum air dan larutan garam-gula (oralit) agar tidak dehidrasi, konsumsi
makanan sehat yang berkuah, mengonsumsi makanan rendah serat yang dapat memadatkan feses, mengurangi
konsumsi makanan yang pedas.
Penyelesaian Kasus 2
Pasien dapat mengonsumsi kombinasi Oralite (sachet) dan tablet zinc. Cairan Oralite diberikan untuk mengganti
cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam
Cairan Oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit
dalam tubuh. Tablet Zinc diberikan untuk menggantikan zinc yang hilang dalam tubuh, menjaga kestabilan mukosa
usus melalui stimulus regenerasi sel dan stabilitas membran sel, serta pada diare Tablet Zinc bertujuan untuk
memperbaiki permaebilitas usus.
Dosis yang dapat diberikan : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1.5 gelas tiap kali BAB. Oralit dilarutkan dengan
air matang dan hanya bertahan selama 24 jam. Serta pemberian tablet zinc 10mg 1, sehari setelah makan.
Terapi non-farmakologi : konsumsi makanan sehat yang berkuah dan mengonsumsi makanan rendah serat yang
dapat memadatkan feses.
Penyelesaian Kasus 3
Pemilihan obat untuk kasus ke III yaitu tablet Imodium. Tablet Imodium memiliki kandungan zat aktif berupa
Loperamide yang bekerja dengan memperlambat gerak usus dan membuat feses menjadi lebih pada, serta
membantu mengurangi keinginan untuk buang air besar yang sering dialami penderita diare.
Dosis yang dapat diberikan : 2 kali sehari 2mg setelah makan. Dosis dapat disesuaikan sampai diperoleh 1-2 feses
padat perhari. Jika frekuensi BAB tidak kunjung berkurang, segeralah ke dokter.
Terapi non-farmakologi : perbanyak minum air dan larutan garam-gula (oralit) agar tidak dehidrasi, konsumsi
makanan sehat yang berkuah, dan mengonsumsi makanan rendah serat yang dapat memadatkan feses.
Kesimpulan
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan buang air besar lebih dari
tiga kali sehari dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Diare dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu berdasarkan waktu lama diare (diare akut,
diare persisten, diare kronik). Adapun pengobatan farmakologi dan non-farmakologi
yang dapat digunakan untuk mencegah dan mengurangi frekuensi diare. Pada
pengobatan farmakologi, obat obatan seperti golongan antispasmodik atau
spasmolitik, adsorben, antiemetika (mengurangi mual), probiotik, zinc, dan untuk
antibiotika hanya diberikan pada saat diare sudah mengalami infeksi berat (hingga
berdarah). Serta terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan, yaitu menerapkan
perilaku pola hidup sehat, pemberian cairan oralit (larutan air, gula, dan garam),
memperbanyak minum air dan mengonsumsi makanan yang berkuah, menghindari
makanan tinggi serat, serta mencuci tangan sebelum atau sesudah makan.
Daftar Pustaka
Ariani, P. (2016). Diare Pencegahan dan Pengobatan. Nuha Medika; Yogyakarta.
WHO. (2017). Monitoring health for the SDGs, Sustainable Development Goals.
Leaflet Attapugite
Leaflet oralit & zinc
Leaflet Loperamide
Terimakasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik