Anda di halaman 1dari 15

KONSTIPASI

Pendahuluan
• Definisi :
Kesulitan buang air besar atau jarang • Definisi konstipasi yang digunakan dalam
buang air besar, dan dikaitkan dengan studi klinis meliputi :
mengejan saat buang air besar atau a) Buang air besar kurang dari 3 kali
perasaan tidak tuntas buang air besar per minggu untuk wanita dan 5 kali
Sifat konstipasi per minggu untuk pria meskipun
Primer  terjadi tanpa Sekunder  akibat dari diet residu tinggi, atau jangka waktu
penyebab yang dapat obat-obatan yang lebih dari 3 hari tanpa gerakan usus
diidentifikasi menyebabkan konstipasi,
faktor gaya hidup, atau b) mengejan lebih besar 25% dari
gangguan medis waktu biasanya, atau mengeluarkan
• Penyebab : tinja dua kali atau lebih sedikit per
1. Kurangnya makanan berserat minggu
2. Asupan cairan yang tidak memadai c) membuang air besar dan kurang
3. Penurunan aktivitas fisik dari 1 kali sehari-hari dengan
sedikit mengejan.
4. Penggunaan obat sembelit seperti
opiate
Patofisiologi
Konstipasi biasanya terjadi akibat diet rendah serat, asupan cairan
yang tidak memadai, penurunan aktivitas fisik, atau dari
penggunaan obat sembelit seperti opiat.
Selain itu, terdapat beberapa penyakit atau kondisi yang dapat
menyebabkan konstipasi yaitu:
• Gangguan gastrointestinal (GI): sindrom iritasi usus (IBS),
diverticulitis, penyakit saluran pencernaan atas dan bawah, wasir,
fisura anus, proctitis ulseratif, tumor, hernia, volvulus usus, sifilis,
tuberkulosis, limfogranuloma venereum, dan penyakit
Hirschsprung.
• Gangguan metabolik dan endokrin: Diabetes mellitus dengan
neuropati, hipotiroidisme, panhypopituitarism, pheochromocytoma,
hiperkalsemia, dan kelebihan glukagon enteric.
• Kehamilan
• Gangguan jantung (misal, Gagal jantung)
• Konstipasi neurogenik: Trauma kepala, tumor CNS, cedera
medulla spinalis, kecelakaan serebrospinal, dan penyakit
Parkinson
• Penyebab psikogenik
Patofisiologi (cont...)
• Mayoritas kasus konstipasi terinduksi obat disebabkan oleh opiat, agen bersifat
antikolinergik, dan antasida yang mengandung aluminium atau kalsium.
• Golongan opiat memiliki efek pada semua bagian usus, tetapi efek paling berat yaitu pada
kolon. Mekanisme utama golongan opiat dalam menyebabkan konstipasi adalah
perpanjangan waktu transit intestin sehingga menyebabkan spastik dan kontraksi
nonpropulsif. Mekanisme lain dapat berupa peningkatan absorpsi elektrolit.
• Obat dengan sifat antikolinergik menghambat fungsi usus dengan aksi parasimpatolitik
pada saluran cerna, terutama kolon dan rektum.
Sasaran dan Strategi Terapi
Sasaran terapi Strategi terapi
• Massa feses 1. Terapi farmakologi :
• Refleks peristaltik dinding kolon • Laksatif/pencahar
2. Terapi non farmakologi :
• Menambah asupan serat
• Meningkatkan volume
cairan yang diminum

Setidaknya 25 gram Sayuran, buah-buahan, Memenuhi kebutuhan cairan


serat/hari gandum tubuh (air putih ± 8
gelas/hari)
Penatalaksanaan
1. Aspek paling penting dari terapi untuk sembelit
adalah modifikasi diet untuk meningkatkan
jumlah serat yang dikonsumsi dan penggunaan
bulk-forming agent.

2. Untuk pasien dengan konstipasi akut biasa


menggunakan laksatif atau kartatika. Namun
sebelum laksatif atau kartatika yang ampuh
digunakan, bisa diambil langkah yang lebih
sederhana dengan pemberian gliserin
suppositoria atau tap water enema. Jika tidak
berefek bisa menggunakan sorbitol oral,
bisakodil dosis rendah atau senna, atau saline
laksatif.
Evaluasi Produk

1. Obat pencahar osmotik


– Produsen: PT. Boehringer InGelheim Indonesia
– Indikasi Umum: Terapi konstipasi. Persiapan pemeriksaan
diagnostik, terapi sebelum dan sesudah operasi, dan pada kondisi
yang membutuhkan defekasi.
– Kandungan Zat Aktif: Lactulose 10 gram/15 ml
– Dosis:
Dewasa : Konstipasi ringan : Awal 15 ml/hari, pemeliharaan 10
ml/hari. Konstipasi sedang : Awal 15-30 ml/hari, pemeliharaan 10- Dulcolactol
15 ml/hari. Anak 5-10 tahun : Awal 10 ml 2x/hari, pemeliharaan 10
ml/hari.
Evaluasi Produk

2. Pencahar pelembut tinja


– Produsen: PT. Yupharin Pharmaceutical
– Kandungan zat aktif: Dioktil Na-sulfosuksinat 50mg.
– Indikasi: Mengatasi kesulitan buang air besar pada pasien
hernia, post operasi dan hemoroid.
– Aturan pakai: sesudah makan
– Dosis: Dewasa : 1 x 2 tablet pada malam hari menjelang tidur.
Anak (6-12 tahun) : 1 x 1 tablet pada malam hari menjelang tidur.
Anak (< 6 tahun) : Sesuai petunjuk dokter. Laxatab
Evaluasi Produk

3. Obat pencahar stimulan


– Produsen: PT. Boehringer Ingelheim Indonesia
– Komposisi: tablet bisacodyl 5 mg; suppositoria 10 mg
– Indikasi: untuk mengatasi konstipasi.
– Dosis: Tablet: pasien > 12 th: 2-3 tablet sekali sehari, 6-12 th: 1
tablet sekali sehari. Suppositoria: Dewasa dan anak 12 tahun ke
atas: 1 kapsul, dalam sekali penggunaan. Anak usia 6-12 tahun: ½ Dulcolax tablet 5 mg
kapsul, dalam sekali penggunaan. Anak di bawah usia 6 tahun:
konsultasikan dengan dokter.
– Efek samping: nyeri dan kramperut, diare, mual muntah, kram
otot, lemas, sensasi terbakar di dubur.

Dulcolax suppositoria 10
mg
Simulasi Kasus
• Seorang pasien bernama ibu A berusia 35 tahun mengalami kesulitan buang air besar
selama 3 hari pasca melahirkan. Perut terasa penuh, namun saat mencoba mengejan akan
terasa sakit dan dibagian anus terasa nyeri. Diketahui bahwa sesaat sebelum melahirkan,
perut ibu A kosong karena beliau melahirkan saat tengah malam, selain itu pasien juga
mengalami dehidrasi karena belum sempat minum air putih saat menjelang melahirkan. Ibu
A juga memiliki riwayat sembelit dari sejak lama, sehingga ibu A mencoba mengkonsumsi
buah papaya namun belum BAB hingga sekarang. Ibu A mendatangi apotek untuk
mendapatkan saran pengobatan.
Analisis Kasus
Tindakan untuk
Sudah berapa Pengobatan yang
Siapa? Apa gejalanya? mengatasi
lama? dilakukan?
keluhan?
Ny. A (usia 35 tahun) • Susah buang air 3 hari Makan buah papaya, Tidak ada
besar lebih dari 3 namun belum ada
hari perubahan
• perut terasa
penuh dan sakit
• bagian anus nyeri

Analisis Diagnosis
Konstipasi pada wanita sering terjadi pada masa setelah melahirkan atau setelah operasi banyak
menghasilkan hormon progesteron yang memiliki sifat sebagai relaksan otot. Hal ini menyebabkan
otot perut sulit untuk berkontraksi sehingga feses sulit untuk dikeluarkan.
Rekomendasi Terapi
Terapi Farmakologi Terapi non-Farmakologi Pencegahan
• Pemberian laksatif untuk • Banyak meminum air putih 1,5-3 L, • Tetap mengkonsumsi makanan
memperlancar BAB yang aman bagi makan makanan berserat (wortel, pencahar (sayuran hijau dan pepaya),
ibu menyusui. kacang-kacangan dll), dan banyak minum minimal 8 gelas per hari dan
• Penggunaannya disarankan jika bergerak seperti jalan-jalan, olahraga.
sangat diperlukan, penggunaan tidak bersepeda.
dalam jangka waktu panjang.
• Diberikan Laxasium® (PT.
Fahrenheit): Dosis 1x sehari 2-4
sendok makan
Komunikasi, Edukasi, dan Informasi Monitoring dan Evaluasi
• Perbanyak minum air putih 1,5 – 3 L per hari dan • Monitoring waktu BAB dan bentuk feces (jika feces hitam
konsumsi makanan pencahar seperti pepaya dan sayuran kemungkinan terjadi iritasi saluran pencernaan bagian
hijau (jumlahnya lebih banyak daripada karbohidrat dan atas, jika cair kemungkinan diare).
makanan berserat lain). • Monitoring pola makan dan aktivitas
• Laxasium diminum setelah makan. Dosis obat 2 sendok • Monitoring efek yang terjadi pada bayi jika dalam keadaan
makan sebelum tidur atau 4 sendok makan dengan dosis menyusui
terbagi. • Monitoring efek samping obat (mual, muntah, sakit perut
• Perbanyak gerakan tubuh, tidak harus olahraga berat
namun bisa lakukan jalan pagi atau bersepeda dibawah
matahari.
• Jika dalam 2 hari belum mengalami perubahan, segera ke
dokter
Resume
  Diare Konstipasi
Pengertian Peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja. Kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar, dan
dikaitkan dengan mengejan saat buang air besar atau perasaan
tidak tuntas buang air besar.
Golongan Diare akut  Diare yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung Konstipasi primer  Konstipasi yang terjadi tanpa penyebab
≤14 hari. Terbagi menjadi 2 : yang dapat diidentifikasi.
1. Diare non inflamasi Konstipasi sekunder  Konstipasi yang terjadi akibat efek
2. Diare inflamasi samping dari penggunaan obat-obatan, faktor gaya hidup, atau
Diare kronis  Diare yang berlangsung ≥14 hari. gangguan medis.
Patofisiologi • Gangguan osmotik • Kurangnya mengkonsumsi makanan berserat
• Peningkatan sekresi air dan elektrolit di dinding usus • Kurangnya asupan cairan yang tidak memadai
• Gangguan motilitas usus mengakibatkan hiperperistaltik • Penurunan aktivitas fisik
• Disebabkan oleh bakteri enteroksin dan menyebabkan diare • Efek samping dari penggunaan obat sembelit
cair dengan volume besar tanpa lender dan darah (non • Menderita beberapa penyakit yang dapat menimbulkan efek
inflamasi). samping konstipasi seperti gangguan GI, gangguan metabolik
dan endokrin, gangguan jantung, konstipasi neurogenik, dan
kehamilan.
Terapi Farmakologis  Antimotilitas, adsorben, senyawa antisekresi, Farmakologis  Penggunaan obat laksatif/pencahar.
antibiotic, enzim, dan mikroflora usus. Non farmakologis :
Non farmakologis : • Menambah asupan makanan yang kaya serat
• Puasa makanan padat selama 24 jam • Meningkatkan volume cairan yang diminum
• Menghindari produk susu
• Kontrol kadar air dan elektrolit dalam tubuh
Referensi
Dipiro, J.T., Dipiro, C.V., Wells, B.G., dan Schwinghammer, T.L., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, 9th Ed, McGraw Hill Companies, United States.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M., 2005,
Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach, 6th Ed, 684-685, McGraw Hill Companies,
United States.
Suharyono, 2008, Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Jakarta: Rineka Cipta.
Suratun dan Lusianah, 2010, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Cetakan I, Jakarta: Trans Info Media.
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana, 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi Kelima, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Zein, Umar, Sagala, Khalid Huda, Ginting, Josia, 2004, Diare akut disebabkan bakteri,
Repository, Medan: Universitas Sumatera Utara.
Thank You 

Anda mungkin juga menyukai