KONSTIPASI
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta
feses kering dan banyak.
Penyebab
Fisiologis
1. Penurunan motilitas gastrointestinal
2. Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3. Ketidakcukupan diet
4. Ketidakcukupan asupan serat
5. Ketidakcukupan asupan cairan
6. Aganglionik
7. Kelemahan otot abdomen
Psikologis
1. Konfusi
2. Depresi
3. Gangguan emosional
Situasional
1. Perubahan kebiasan makan (mis. Jenis makanan, jadwal makan)
2. Ketidakadekuatan toileting
3. Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Efek agen farmakologis
6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8. Kebiasaan menahan dorongan defekasi
9. Perubahan lingkungan
Penyebab umum konstipasi menurut Potter dan Perry (2005) adalah sebagai berikut:
Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk defekasi dapat
menyebabkan konstipasi.
Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani (misalnya daging,
produk-produk susu, telur) dan karbohidrat murni (makanan penutup yang berat) sering
mengalami masalah konstipasi, karena bergerak lebih lambat didalam saluran cerna.
Asupan cairan yang rendah juga memperlambat peristaltik.
Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur menyebabkan
konstipasi.
Pemakaian laksatif yag berat menyebabkan hilangnya reflex defekasi normal. Selain
itu, kolon bagian bawah yang dikosongkan dengan sempurna, memerlukan waktu
untuk diisi kembali oleh masa feses.
Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi mempunyai efek menciutkan
dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi.
Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian
orang), diuretik, antasid dalam kalsium atau aluminium, dan obat-obatan antiparkinson
dapat menyebabkan konstipasi.
Lansia mengalami perlambatan peristaltic, kehilangan elastisitas otot abdomen, dan
penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering mengonsumsi makanan rendah serat.
Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan saluran GI (gastrointestinal), seperti
obstruksi usus, ileus paralitik, dan divertikulitus.
Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf ke kolon (misalnya cedera pada
medula spinalis, tumor) dapat menyebabkan konstipasi.
Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau hypokalemia
dapat menyebabkan konstipasi.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada daerah abdomen, rectum, anus dan
feses.
a. Abdomen. Pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya bagian abdomen
saja yang tampak. Selama pengkajian pada abdomen, dengan rujukan khusus pada
sauran intestinal, klien dianjurkan dalam posisi supinasi dan diselimuti sehingga
hanya bagian abdomen yang terlihat.
Inspeksi.
5. Pemeriksaan diagnostic
6. Analisa Data
C. Rumusan Diagnosa
2. Implementasi
E. Evaluasi